PENGARUH ANGKAT - ANGKUT TERHADAP KELELAHAN ``OTOT TANGAN KARYAWAN UNIT LOGISTIK PT INDO ACIDATAMA TBK KEMIRI KEBAKKRAMAT DI KARANGANYAR

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

HUBUNGAN SIKAP KERJA ANGKAT-ANGKUT DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA KULI PANGGUL DI GUDANG BULOG SURAKARTA

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

HUBUNGAN SIKAP KERJA DINAMIS DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN BANGSAL KELAS III DI RSUD DR. MOEWARDI

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA TENAGA KERJA ANGKAT-ANGKUT PT. BAHAMA LASAKKA CEPER KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin maju ini, perusahaan juga semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI SECTION COMPONENT BODY AND WELDING DEPARTEMEN PRODUKSI MINIBUS PT.

PERBEDAAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA YANG TERPAPAR PARTIKULAT PM10 DIBAWAH DAN DIATAS NILAI AMBANG BATAS DI PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI

HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

HUBUNGAN POSTUR KERJA DUDUK DENGAN KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA BATIK TULIS DI MASARAN SRAGEN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Fahma Hakiki R

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH KELELAHAN KERJA TERHADAP PRODUKTIFITAS PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PROSES PRODUKSI DI PT. ISKANDAR TEX SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO)

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

PERBEDAAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMBATIK TULIS DENGAN MENGGUNAKAN KURSI KERJA ERGONOMIS DAN KURSI KERJA TIDAK ERGONOMIS DI INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KECEMASAN PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) B-C BAGASKARA SRAGEN

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I-1

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SPS 2 DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN

PENGARUH PENYULUHAN PESTISIDA TERHADAP PENGETAHUAN DAN HIGIENE PERSONAL PETANI PENYEMPROT PADI DI DESA PONDOK NGUTER SUKOHARJO

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT TANAM PADI BAYTANI DENGAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PETANI DI MADIUN

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SMALL PACKAGINGS 2 DI PT X KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang industri dan perdagangan, globalisasi menyebabkan arus

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN KEBISINGAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA DI PT MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE KANTIN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENJAMAH MAKANAN PT. X DI KARANGANYAR

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA TENAGA KERJA AKIBAT KEBISINGAN DI BAGIAN PROSES DAN FINISHING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

TUGAS AKHIR. Akhmad Abul A la Almaududi R

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN GERAKAN BERULANG PADA TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA PENJULID BUKU DI PT. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN SUKOHARJO

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

PENGARUH MUSIK KERJA TERHADAP TINGKAT KELELAHAN DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI, KEBAKRAMAT, KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN SAFETY HELMET PADA PEKERJA PT. WIJAYA KUSUMA CONTRACTORS PROYEK DR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

PENGARUH HIGIENE PERSONAL TERHADAP KELUHAN IRITASI KULIT PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PLASTIK DI CV. CAHYA JAYA SUKOHARJO SKRIPSI

KELELAHAN OTOT TANGAN PADA TENAGA KERJA ANGKUT DI GUDANG LOGISTIK SUB DIVRE BULOG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

HUBUNGAN TEKNIK ANGKAT BEBAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DI INDUSTRI PAVING BLOK DESA MEKARWANGI KECAMATAN CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

PENGARUH SELF EFFICACY TERHADAP TINGKAT STRES TUGAS AKHIR MAHASISWA D IV BIDAN PENDIDIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA UMUM PADA PEKERJA GERINDA BAGIAN WELDING 2 P.T. INKA (PERSERO) MADIUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

TUGAS AKHIR. Oleh : Anto Maryadi R

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

GAMBARAN BEBAN KERJA BERDASARKAN DENYUT JANTUNG PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) PELABUHAN SAMUDERA BITUNG.

Transkripsi:

PENGARUH ANGKAT - ANGKUT TERHADAP KELELAHAN ``OTOT TANGAN KARYAWAN UNIT LOGISTIK PT INDO ACIDATAMA TBK KEMIRI KEBAKKRAMAT DI KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh: Mursid Wahyu Santoso R.0207039 PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011

PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan. Surakarta, 21 Juni 2011 Mursid Wahyu Santoso

ABSTRAK Pengaruh Angkat-Angkut Terhadap Kelelahan Otot Tangan Karyawan Unit Logistik PT Indo Acidatama Tbk, Kemiri Kebakkramat di Karanganyar Mursid Wahyu S 1, Sumardiyono 2, Lusi Ismayenti 3. Pengaruh Angkat-Angkut Terhadap Kelelahan Otot Tangan Karyawan Unit Logistik PT Indo Acidatama Tbk, Kemiri Kebakkramat di Karanganyar. Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Tujuan : Angkat-angkut adalah mengangkat, menurunankan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan barang. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari angkat-angkut yang melebihi batas akan menimbulkan kelelahan otot tangan karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Angkat-Angkut Terhadap Kelelahan Otot Tangan Karyawan Unit Logistik PT Indo Acidatama Tbk, Kemiri Kebakkramat di Karanganyar. Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah 20 orang tenaga kerja lakilaki yang bekerja di unit logistik. Sample diambil secara purposive sampling. Teknik pengumpulan datanya yaitu dengan melakukan obsevasi dan pengukuran dengan alat Hydraulic Hand Dynamometer. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Paired t Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0. Hasil : Dari perhitungan angkat-angkut dan kelelahan otot tangan diperoleh hasil, dimana dari 20 sampel yang mengalami beban angkat-angkut berlebih dengan kelelahan otot, terdapat 10% sampel dengan kelelahan otot tangan sedang, 75% sampel dengan kelelahan otot tangan kurang dan dari 15% sampel yang mengalami kelelahan otot tangan sangat kurang. Dari uji statistik dengan Paired t Test menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 diperoleh hasil (t) hitung adalah 8,779 atau p = 0,000. Hasil uji statistik Paired t Test tersebut menunjukkan bahwa (t) hitung p 0,01 dan dinyatakan sangat signifikan. Simpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh Angkat-Angkut Terhadap Kelelahan Otot Tangan Karyawan Unit Logistik PT Indo Acidatama Tbk, Kemiri Kebakkramat di Karanganyar. Kata Kunci : Angkat-Angkut, Kelelahan Otot Tangan. 1. Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Magister Kesehatan, Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Magister Kesehatan, Universitas commit Sebelas to user Maret Surakarta

ABSTRACT Effect of Lift-Transport Employees Hand Against Muscle Fatigue Logistics Unit PT Indo Acidatama Tbk, Kemiri Kebakkramat in Karanganyar Mursid Wahyu S 1, Sumardiyono 2, Lusi Ismayenti 3. "The Effect of Lift-Transport Employees Hand Against Muscle Fatigue Logistics Unit Tbk PT Indo Acidatama, Kemiri Kebakkramat in Karanganyar". Study Program IV Diploma of Occupational Health Medical Faculty, State University of Surakarta Eleven March. Objectives : Lift-haul is about how to lift, lowering, pushing, pulling, carrying, and moving goods. In relation in work, all effects of lift-haul exceed the limit will cause muscle fatigue on employee s hand.. This study aims to determine the influence of Lift-Transport Employees Hand Against Muscle Fatigue Logistics Unit Tbk PT Indo Acidatama, Pecan Kebakkramat in Karanganyar. Methods: This research using observational analitic is a with cross sectional approach. Research subjects were 20 men s worker have been employed work in logistics unit. Sample has taken by purposive sampling. Data collection techniques by performing the observation and measurement with tool Hydraulic Hand Dynamometer. Processing techniques and data analysis performed by the statistical test Paired t Test using the computer program SPSS version 17.0. Results: From the calculation of lift-transport and muscle hand s fatigue obtained results, which of the 20 samples had excessive weight lifting-transport by muscle fatigue, there were 10% of samples with fatigue being the hand muscles, 75% of samples with less muscle hand s fatigue and 15 % of samples having very less hand fatigue muscles. From the statistical tests with Paired t test using SPSS version 17.0 computer program obtained the result (t) count is 8.779 or p = 0.000. The results of statistical test Paired t tests showed that (t) compute p 0.01 and highly significant otherwise. Conclusion: From the statistical tests with Paired t test using SPSS version 17.0 computer program obtained the result (t) count is 8.779 or p = 0.000. The results of statistical test Paired t tests showed that (t) compute p 0.01 and highly significant otherwise. Keywords: Lift-Transport, Hand Muscle Fatigue. 1 Diploma IV in Occupational Health Program Faculty of Medicine, University of Surakarta Eleven March. 2 Master in Health, University of Surakarta Eleven March. 3 Master in Health, University of Surakarta commit to Eleven user March

PRAKATA Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia, kasih dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Angkat-Angkut Terhadap Kelelahan Otot Tangan Karyawan Unit Logistik PT Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan.dr.,S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra.,M.Si. selaku Ketua Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Lusi Ismayenti, ST, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Arsita Eka P.,dr, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini. 5. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 6. Ibu Vitri Widyaningsih, dr selaku tim skripsi yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini. 7. Bapak Setyo Budi selaku Safety Inspector PT Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar yang telah memberikan izinnya kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Diploma IV Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Staf dan karyawan Jurusan Diploma IV Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penulis selama melakukan kuliah dan penyusunan skripsi. 10. Bapak, Ibu, dan semua keluarga yang penulis sayangi. Terima kasih atas doa, dorongan dan semua kasih sayang yang selama ini kalian berikan. Tidak ada kata yang bisa penulis ucapkan, tidak ada perbuatan yang sanggup penulis berikan untuk membalas segala cinta, kasih dan pengorbanan yang diberikan. 11. Bapak Khusnul Sumarso, yang telah memberikan doa, motivasi, dan bimbingan spiritual. 12. Sahabat-sahabat Nisa, Tatik, Lisa, Dinar teman-teman seperjuangan, terima kasih atas semua bantuan, dukungan, doa dan terimakasih telah menjadi sahabat terbaikku. 13. Semua teman-teman angkatan commit 2007 Program to user Diploma IV Kesehatan Kerja.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Surakarta, 21 Juni 2011 Penulis, Mursid Wahyu Santoso

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi viii xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan... 4 D. Manfaat... 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 7 1. Angkat-Angkut... 7 2. Kelelahan Otot... 17 B. Pengaruh Angkat-Angkut dan Kelelahan Otot Tangan... 26 C. Kerangka Pemikiran... 28

D. Hipotesis... 29 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 30 B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 30 C. Populasi Penelitian... 30 D. Teknik Sampling... 30 E. Sampel Penelitian... 31 F. Desain Penelitian... 32 G. Identifikasi Variabel Penelitian... 33 H. Definisi Operasional Variabel penelitian... 33 I. Alat dan Bahan Penelitian... 34 J. Cara Kerja Penelitian... 37 K. Teknik Analisis Data... 39 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan... 41 B. Karakteristik Subjek Penelitian... 42 1. Umur Responden... 42 2. Masa Kerja... 42 3. Jenis Kelamin... 43 C. Hasil Pengukuran Angkat-Angkut... 43 D. Hasil Pengukuran Kelelahan Otot Tangan... 44 E. Uji Hubungan Angkat-Angkut dan Kelelahan Otot... 46

BAB V. PEMBAHASAN A.Karakteristik Subjek Penelitian... 47 1. Umur... 47 2. Masa Kerja... 48 3. Jenis Kelamin... 48 B.Analisis Univariat... 49 C.Analisa Bivariat... 51 D.Keterbatasan Penelitian... 54 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 55 B. Saran... 56 DAFTAR PUSTAKA... 57 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Tabel 1. Batasan Pemindahan Material... 11 Tabel 2. Klasifikasi Kekuatan Otot Peras Tangan... 25 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur Responden... 42 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden... 42 Tabel 5. Hasil Pengukuran Kelelahan Otot Tangan... 44 Tabel 6. Distribusi Hasil Kelelahan Otot Tangan Setelah Bekerja... 45

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pemikiran... 28 Gambar 2. Desain Penelitian... 32

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Sampel Pengukuran Angkat-Angkut Terhadap Kelelahan Otot Lampiran 2. Hasil Pengukuran Kelelahan Otot Tangan Lampiran 3. Hasil Pengukuran Angkat-Angkut Lampiran 4. Hasil Pengukuran Angkat-Angkut Terhadap Kelelahan Otot Lampiran 5. Surat Persetujuan untuk Pengukuran Kelelahan Otot Lampiran 6. Hasil Analisa Uji Statistik Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis teknologi tinggi. Peningkatan di dalam mekanisasi dan otomatisasi sering meningkatkan kecepatan kerja, dimana hal tersebut akan dapat mengakibatkan suatu pekerjaan menjadi monoton dan kurang menarik untuk dikerjakan. Akibatnya beban kerja psikologis akan menjadi lebih dominan dialami para pekerja. Di sisi lain, ternyata di berbagai industri juga masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat (Tarwaka, 2010). Meskipun telah banyak mesin yang digunakan pada berbagai industri untuk mengerjakan tugas pemindahan, namun jarang terjadi otomasi sempurna di dalam industri. Disamping itu pula adanya pertimbangan ekonomis seperti tingginya harga mesin otomasi atau juga situasi praktis yang hanya memerlukan peralatan sederhana. Sebagai konsekuensinya adalah melakukan kegiatan angkat-angkut secara manual di berbagai tempat kerja (Bambang, 2008). Menurut Tarwaka (2010), angkat-angkut sebagai suatu pekerjaan yang berkaitan dengan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan,

membawa atau memindahkan beban dengan satu tangan atau kedua tangan dan atau dengan pengerahan seluruh badan. Kegiatan mengangkat dan mengangkut secara manual apabila dalam melakukan kegiatan tersebut tidak dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditentukan sesuai standar yang diperkenankan maka hal tersebut dapat menimbulkan masalah terhadap kenyamanan dalam melakukan pekerjaan dan bahkan dapat mengganggu kesehatan seseorang (Bambang, 2008). Pada PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat di Karanganyar adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri kimia dan terdapat area kerja pada unit logistik dengan berbagai jenis pekerjaan salah satunya yang paling banyak adalah oleh aktivitas angkat-angkut yang mana dengan beban 30 kg pada jiregen dan 200 kg pada drum yang dilakukan oleh pekerja selama 8 jam dan 1 jam istirahat. Pada pekerjaan angkat-angkut ini terdapat tuntutan tugas dan performa yang diharuskan untuk dapat bekerja secara cepat dan tepat waktu, untuk memenuhi target dari pihak konsumen, seperti dari aktivitas mengangkat diregen dengan berat 30 kg yang berisi Ethanol 96,0%, Acetic Acid 99,80%, dan Ethyl Acetate 100%, dari bagian pengisian menuju ke gudang penyimpanan dan mengangkat dari gudang menuju ke truk. Selain itu pekerja di Unit logistik juga melakukan pekerjaan memindahkan dan menggeser drum yang berisi Ethanol 96,0%, Acetic Acid 99,80%, dan Ethyl Acetate 100% dari gudang ke bagian papan kayu untuk pengangkutan dari forklit menuju truk. Pekerja juga melakukan pekerjaan

seperti menuang drum yang berisi Ethanol 96,0%, Acetic Acid 99,80%, dan Ethyl Acetate 100% ke bak pengecekan. Namun, di sisi lain bahan yang diangkat adalah bahan kimia berbahaya yang memiliki potensi bahaya yang tinggi, seperti tertumpah dan tercecer. Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat bahan kimia, maka diperlukan sistem pencegahan secara dini yakni pada pekerjaan angkat-angkut pada unit logistik ini diperlukan kekuatan genggaman otot tangan dan tingkat kewaspadaan yang tinggi, agar potensi bahaya seperti menjatuhkan drum dan diregen berisi Ethanol 96,0%, Acetic Acid 99,80%, dan Ethyl Acetate 100% tidak terjadi. Tetapi di sisi lain karena beban kerja dan frekuensi pekerjaan angkat-angkut yang tinggi dapat menimbulkan kurangnya kekuatan genggaman tangan atau kelelahan otot tangan. Pada saat survey pendahuluan hari Jumat, 25 Februari 2011 yang dilakukan di PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat di Karanganyar, peneliti melakukan pengukuran kekuatan genggaman otot tangan terhadap 5 karyawan di unit logistik yakni pekerja sebelum dan sesudah bekerja terdapat perbedaan yang menunjukan penurunan kekuatan genggaman otot tangan karena kelelahan otot. Dan dari hasil pengukuran kelelahan otot dengan menggunakan alat ukur Hydraulic Hand Dynamometer, diperoleh hasil yakni sebelum bekerja dengan kemampuan otot tangan rata-rata 33 kg dan setelah bekerja dengan kemampuan otot tangan rata-rata 28 kg. Maka kekuatan otot tangan setelah bekerja tersebut, jika dibandingkan dengan standar kekuatan otot di Indonesia yang ditetapkan commit oleh to user Soekarno, tahun 1992 Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, yakni kekuatan otot tangan 27.50-36.00 Kg masuk dalam kategori kurang. Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan pekerja mengenai kelulan-keluhan subjektif yang dirasakan. Dari hasil wawancara dengan kuisoiner yang dilakukan pada 5 tenaga kerja, mengalami kelelahan subjektif seperti : mengalami keluhan otot seperti pegal, kram dan nyeri otot setelah melakukan kegiatan proses kerja. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh aktivitas angkat-angkut terhadap kelelahan otot tangan di unit logistik PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat di Karanganyar. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian mengenai hal tersebut dengan judul Pengaruh pekerjaan angkatangkut terhadap kelelahan otot tangan karyawan unit logistik PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat di Karanganyar. B. Perumusan Masalah Adakah pengaruh kegiatan angkat angkut terhadap kelelahan otot tangan pada karyawan unit logistik PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat di Karanganyar? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menguji pengaruh pekerjaan angkat-angkut terhadap kelelahan otot tangan tenaga kerja unit logistik PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat di Karanganyar.

2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat angkat-angkut tenaga kerja unit logistik PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat di Karanganyar. b. Untuk mengetahui tingkat kelelahan otot tangan tenaga kerja unit logistik PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat di Karanganyar. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan pada penelitian sebelumnya bahwa kegiatan mengangkat dan mengangkut menyebabkan kelelahan atau kekuatan genggaman otot tangan pada tenaga kerja yang melakukan aktivitas mengangkat dan mengangkut. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan serta wawasan tentang pengaruh pekerjaan angkat-angkut terhadap kelelahan otot. b. Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja Menambah kepustakaan di program studi Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam pengembangan ilmu Kesehatan Kerja khususnya mengenai angkat-angkut. c. Bagi Perusahaan PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat di Karanganyar. Dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam melakukan tindakan korektif dalam hal pencegahan dan pengendalian

terjadinya gangguan kelelahan otot akibat pekerjaan angkat-angkut dan peningkatan sarana kerja yang menggunakan alat bantu angkat-angkut.

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Angkat-Angkut a. Definisi Angkat dan Angkut Angkat-angkut adalah suatu kegiatan transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih dengan melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan barang (Bambang, 2008). Menurut Tarwaka (2010), angkat-angkut sebagai suatu pekerjaan yang berkaitan dengan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan, membawa atau memindahkan beban dengan satu tangan atau kedua tangan dan atau dengan pengerahan seluruh badan. b. Biomekanik Cara Angkat-Angkut Boimekanika adalah studi tentang elemen tubuh manusia yang terstruktur tentang bagaimana fungsi-fungsi tubuh dan berapa banyak stress, akselerasi dan pengaruh yang terjadi. Secara sederhana dapat dijelaskan pada aplikasi prinsip mekanik untuk material biologis pada kehidupan manusia. Saat ini, kebutuhan energi dari seorang pekerja yang bekerja pada industri sering dapat dikurangi secara drastis

melalui penerapan teknologi dan rekayasa teknik yang lebih baik. Untuk itu seberapa ergonomi sebaiknya menerapkan prinsip biomekanik untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan pekerjaan, khususnya yang berkaitan dengan manual handling dan untuk meningkatkan produktivitas (Tarwaka, 2010). c. Klasifikasi Angkat-Angkut Jenis-jenis cara mengangkat dan mengangkut menurut Occupational Safety and Health Administration OSHA, dalam Bambang (2008), diklasifikasikan menjadi lima yaitu : 1) Mengangkat atau menurunkan (Lifting atau Lowering) Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainya adalah menurunkan barang. 2) Mendorong atau menarik (Pus atau Pull) Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek. Sedangakan yang dimaksud kegiatan menarik merupakan kebalikan dari pengertian di atas. 3) Memutar (Twisting) Kegiatan memutar merupakan kegiatan yang memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap. Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalm keadaan tubuh commit yang diam. to user

4) Membawa (Carrying) Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan memindahkanya. Berat benda menjadi berat total pekerja. 5) Menahan (Holding) Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis). d. Metode Mengangkat dan Mengangkut Yang Benar. Cara mengangkat dan mengangkut yang benar harus memenuhi prinsip kinetis yaitu : Beban diusahakan menekan pada otot-otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan (Suma mur, 2009). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan angkat-angkut yaitu semua rintangan hendaknya disingkirkan sebelum pekerjaa dimulai, tinggi maksimum tempat pengangan dari lantai tidak lebih dari 35cm, jika suatu beban harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan agar menggunakan alat mekanis atau katrol, beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan tubuh, punggung harus lurus aga bahaya kerusakan terhadap discus dapat dihindarkan (Suma mur, 2009). Dari berbagai masalah ergonomi dalam sistem kerja bongkar muat, yang paling dominan adalah aktivitas angkat. Untuk mencegah terjadinya efek cedera pada anggota tubuh yang rawan (seperti

pinggang dan punggung), maka aktivitas tersebut harus dilakukan dengan teknik mengangkat yang benar. Secara garis besar teknik tersebut adalah sebagai berikut dibawah ini : 1) Pegangan terhadap bahan yang diangkat harus tepat 2) Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi lurus 3) Posisi tulang belakang harus tetap lurus 4) Dagu segera ditarik setelah kepala bisa ditegakkan 5) Posisi kaki meregang untuk membagi momentum dalam posisi mengangkat 6) Berat badan di manfaatkan untuk menarik dan mendorong sedangkan gaya untuk gerakan dan perimbangan 7) Beban diusahakan sedekat mungkin tehadap garis vertical yang melalui pusat gravitasi tubuh (Tarwaka, 2004). Menurut Bambang (2008), cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin timbul saat mengangkat beban yaitu : 1) Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba. 2) Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh.

3) Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan usahakan beban seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudut paling nyaman. 4) Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk, menyamping atau miring. 5) Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan sudut paling nyaman. e. Batasan Beban Angkat-Angkut Berikut ini batasan menurut lembaga the National Occupational Health and Safety Commission (Worksafe Australia) pada bulan Desember 1986 dalam Bambang (2008), membuat peraturan untuk pemindahan material secara aman. Tabel 1. Batasan Pemindahan Material Level Batasan angkat (kg) Tindakan 1 16 Tidak perlu tindakan khusus 2 16-25 3 25-34 4 >34 Tidak perlu alat dalam mengangkat, ditekankan pada metode angkat Tidak perlu alat untuk mengangkut pilih job redesign(rancangan ulang pada tipe pekerjaan) Harus dengan alat bantu mekanis Sumber : The National Occupational Health and Safety Commission (Worksafe Australia) pada bulan Desember 1986 dalam Bambang (2008).

Menurut Kepemenaker No. Kep- 51/MEN/1999 yaitu untuk bekerja terus-menerus sehari-hari hanya boleh selama 8 jam/ hari atau 40 jam/ minggu. Dengan demikian untuk setengah jamnya atau selama 30 menit sebagian besar mengangkat 4 sampai 5 kali. Frekuensi angkut ini melebihi batas yang ditolerir menurut Eko Nurmianto (2003) bahwa untuk satu kali angkat dalam 30 menit hanya boleh mengangkat 95 kg. Frekuensi mengangkat dan mengangkutpun telah diatur dan memiliki batasan-batasan, yaitu batasan fisiologi yang menggunakan metode mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dan aktivitas angkat-angkut (berat beban dan konsumsi oksigen), dan batasan psiko fisik yang menggunakan metode berdasarkan eksperimen yang berupaya untuk mendapatkan berat dan tinggi berbagai keadaan untuk mengangkat dan mengangkut (Suma mur, 2009). Batasan beban angkat-angkut dimaksudkan untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat (Bambang, 2008). Berikut batasan angkat secara legal dari berbagai negara bagian benua Australia yang dipakai sebagai batasan angkat secara internasional, yaitu : 1) Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum beban angkat adalah 14 kg. 2) Pria usia 16 18 tahun, maksimum beban angkat 18 kg. 3) Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat. 4) Wanita usia 16 18 tahun, maksimum beban angkat 11 kg. 5) Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum beban angkat 16 kg.

Batasan angkat dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang belakang bagi para wanita (back injuries incidence to women). Disamping itu akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama untuk pekerjaan berat (Bambang, 2008). f. Gangguan Kesehatan Akibat Mengangkat dan Mengangkut Menurut Amundson dakam Tarwaka (2010), apabila terjadi kesalahan dalam proses pengangkatan ataupun pengangkutan dapat terjadi berbagai keluhan ataupun cedera otot. Kekuatan otot dan keluhan otot merupakan salah satu indikator untuk evaluasi penerapan ergonomi, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot dan menimbulkan keluhan otot adalah : Posisi kerja yang tidak alamiah, pengulangan pekerjaan pada satu jenis otot, penggunaan tenaga yang berlebihan, posisi kerja yang statis, terjadi kontak langsung dengan lingkungan atapun peralatan kerja, metode/cara kerja yang digunakan, jam kerja yang terlalu panjang. Sedangkan menurut Bambang (2008), faktor resiko diasosiasikan dengan jumlah tugas yang dapat menyebabkan cedera musculoskeletal. Faktor resiko digunakan untuk menganalisa tugas manual (manual task) Manual task atau manual material handling atau angkat-angkut memiliki interaksi yang kompleks antara pekerja dan lingkungan kerja. Faktor resiko kemudian dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu :

1) Tekanan langsung kepada tubuh. Hal ini meliputi faktor seperti tingkat tekanan pada muscular, postur atau sikap kerja, pengulangan pekerjaan, getaran peralatan dan lama waktu kerja. 2) Kontribusi faktor resiko yang secara langsung mempengaruhi tuntutan kerja. Hal ini meliputi layout area kerja, penggunaan alat, penangan beban. Jika komponen ini di desain ulang pengaruh dari tekanan dapat dikurangi. 3) Memodifikasi faktor resiko dapat memberi masukan pada perubahan sikap kerja sehingga akibat dari faktor resiko dapat dikurangi. g. Penanganan Resiko Kerja Oleh Angkat-Angkut Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerja angkatangkut yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik. Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui faktor resiko dari angkat-angkut di atas. Menurut laporan NIOSH dalam Bambang (2008), ada enam prosedur umum dalam menangani resiko kecelakaan/cedera akibat tindakan angkat-angkut yang tidak tepat, yaitu : 1) Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang menyebabkan cedera musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analisa statistik dari data medis. 2) Observasi pekerjaan yang dicurigai da n untuk tiap beban yang akan diangkat harus diketahui berat serta metode pengangkatan.

3) Evaluasi tingkat resiko pengangkatan dengan menghitung nilai AL dan MPL dan membandingkannya dengan berat beban yang diangkat. 4) Mengembangkan pengendalian keteknikan dengan peralatan angkat-angkut mengemas ulang beban dalam berat yang lebih ringan, mengatur ulang area kerja. 5) Mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menambah pekerja untuk mengurangi frekuensi pengangkatan, melakukan penjadwalan kerja, mengembangkan pelatihan untuk mensosialisasikan teknik pengangkatan yang tepat, serta meningkatkan prosedur seleksi dan penempatan pekerja dengan lebih baik. 6) Mengimplementasikan solusi paling mungkin dan mengevaluasi efektifitas dengan pengecekan kesehatan. h. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan mengangkat dan mengangkut Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah sebagai berikut : Beban yang diperkenankan, jarak angkut, dan intensitas pembebanan, kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik, turun, ketrampilan bekerja, peralatan kerja, ukuran beban yang akan diangkat (Suma mur, 2009). Menurut Bambang (2008), semua aktivitas angkat angkut secara manual melibatkan faktor-faktor sebagai berikut :

1) Karakteristik pekerja Karakteristik pekerja masing-masing berbeda dan mempengaruhi jenis dan jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan. Karekteristik tersebut seperti fisik, kemampuan sensorik, kemampuan motorik, psikomotorik, personal, training, status kesehatan, aktivitas dalam waktu luang. 2) Karateristik material Karakteristik material atau bahan, seperti : beban, dimensi, distribus beban, kopling, dan stabilitas beban. 3) Karakteristik tugas atau pekerjaan Karakteristik tugas ini meliputi kondisi pekerjaan angkatangkut manual yang akan dilakukan. Terdiri dari : geometri tempat kerja, frekuensi, kompleksitas pekerjaan (ketepatan penempatan, tujuan aktivitas, dan komponen pendukung), lingkungan kerja (suhu, pencahayaan, kebisingan, getaran, bau-bauan, dan daya tarik kaki). 4) Sikap kerja Penanganan aktivitas angkat-angkut secara manual juga melibatkan metode kerja atau sikap dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas. Pengamatan tersebut meliputi pada : individu ukuran metode operasional seperti : kecepatan, ketepatan, cara atau postur saat memindahkan, organisasi dan administrasi.

Aktivitas angkat-angkut manual banyak digunakan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi, murah dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi berdasar data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas angkat angkut secara manual juga diikuti dengan resiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja yang kurang memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja yang salah (Bambang, 2008). 2. Kelelahan Otot. a. Pengertian Kelelahan Otot Kelelahan adalah merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot Gradjean dalam Fisioterapi (2010). Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Menurut Astrand, Rodalh dan Pulat dalam Tarwaka (2010), Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik maksimal. Kontraksi kuat otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot Guyton, dalam Suma mur (2009) sedangkan menurut (Clarisa VS, 2010), mengatakan bahwa kelelahan otot adalah suatu kondisi yang dihasilkan dari kontraksi otot yang kuat dan berkepanjangan. Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk. (2000), gejala kelelahan otot dapat terlihat dan tampak dari luar (external signs). Dalam beberapa pekerjaan, kelelahan otot ditandai dengan:

1) Menurunnya ketinggian beban yang mampu diangkat 2) Merendahnya kontraksi dan relaksasi 3) Interval antara stimuli dan awal kontraksi menjadi lebih lama. Selain gejala tersebut di atas, kelelahan otot juga ditandai dengan melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2000). Menurut Anies (2002), dalam upaya menghadapi kelelahan otot dapat dilakukan beberapa cara yaitu: 1) Seleksi yang baik (dipilih tenaga kerja yang berkondisi prima) 2) Pengaturan jadwal dan istirahat 3) Ruang istirahat (agar tenaga kerja tidak beristirahat di sembarang tempat) b. Teori-teori tentang Kelelahan Otot. Sampai saat ini masih berlaku dua teori kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat. terjadinya Pada teori kimia yaitu berkurangnya cadangan energi dan bertambahnya produk metabolit di dalam serat otot, yang merupakan penyebab hilangnya efisiensi pada otot yang mengalami kelelahan dan bahwa perubahan fisik listrik yang teramati di otot dan saraf merupakan masalah nomor dua. Sedangkan pada teori Saraf Pusat yaitu melihat perubahan kimia pada otot yang mengalami kelelahan hanyalah sebagai pemicu (trigger) bagi proses.

Perubahan kimia itu mengakibatkan dihantarkannya impuls-impuls saraf melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Impuls-impuls aferen ini menghambat pusat-pusat di otak yang bertanggung jawab bagi pengendalian gerakan yang menyebabkan frekuensi potensial kegiatan pada sel-sel saraf menjadi berkurang. Menurut Guyton dalam Tarwaka (2010), bahwa berkurangnya frekuensi ini lebih lanjut menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot serta perlambatan gerakan-gerakan atas perintah kemauan. c. Tanda-tanda Kelelahan Otot Tanda-tanda tersebut meliputi: 1) Berkurangnya kemampuan untuk berkontraksi. 2) Bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi. 3) Memanjangnya waktu laten, yaitu waktu diantara perangsangan dan saat mulai kontraksi Grandjean dalam Fisioterapi (2010). d. Faktor Penyebab Kelelahan Otot Dalam suatu kegiatan yang membutuhkan kontraksi otot, dimana kontraksi otot rangka yang lama dan kuat dan proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supplay energi yang dibutuhkan serta untuk membuang metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang banyak (dari penyediaan ATP) terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan

membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan (Gempur Santoso, 2004). Kelelahan otot di sebabkan oleh menurunya kekuatan otot itu tersendiri, selain itu faktor kondisi sakit fisik atau kurangnya kepercayaan diri Suma mur (2009). Selain itu faktor-faktor terjadinya kelelahan otot diantaranya: penurunan glikogen otot, berkurangnya aliran darah ke otot, dan lain - lain. Kontraksi otot secara garis besar terjadi melalui dua mekanisme, yaitu aerob dan anaerob. Mekanisme anaerob pada kontraksi otot berlangsung pada dua menit pertama sedangkan mekanisme aerob berlangsung setelah mekanisme anerob (Clarisa VS, 2010). Sedangkan menurut Jefri (2010), banyak faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan otot diantaranya: penurunan glikogen otot, berkurangnya aliran darah ke otot. Namun sebagian besar kelelahan otot disebabkan oleh ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolik serat-serat otot untuk terus memberikan hasil kerja yang sama. Kontraksi otot secara garis besar terjadi melalui dua mekanisme, yaitu: aerob dan anaerob. Mekanisme anaerob pada kontraksi otot berlangsung pada dua menit pertama sedangkan mekanisme aerob berlangsung setelah mekanisme anerob. Waters dan Bhattacharya dalam Tarwaka (2004), berpendapat lain, bahwa kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung

pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu prosentase tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kelelahan otot karena komponen lain disebabkan oleh : 1) Hipoglikemia 2) Penipisan glikogen hati 3) Dehidrasi 4) Kehilangan elektrolit 5) Hipertermia 6) Kebosanan atau psikologis (Pusat Informasi Ilmu Fisioterapi, 2010). Pekerjaan angkat-angkut akan dapat menyebabkan penurunan kondisi fisik pekerja yang menimbulkan kelelahan karena pengerahan tenaga, sikap tubuh yang dipaksakan dan gerakan berulang yang dapat mengakibatkan cedera, energi terbuang secara percuma dan waktu kerja tidak efisien. Namun demikian, secara umum kemampuan pekerja untuk melakukan pekerjaanya sangat bervariasi karena adanya perbedaan, seperti : a) Usia

Usia perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang (Malayu Hasibuan, 2000). Usia yang bertambah tua akan diikuti oleh kekuatan dan ketahanan otot yang menurun (Tarwaka, 2004). Pada usia muda proses-proses di dalam tubuh sangat besar dan kemudian menurun lambat-lambat menurut umur (Suma mur P.K., 1996). Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis dan kreatif, tetapi cepat bosan. Karyawan yang umurnya lebih tua kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet (Malayu Hasibuan, 2000). Bertambahnya umur akan diikuti penurunan: Volume O2 max, tajam penglihatan, pendengaran, kecepatan membedakan sesuatu, membuat keputusan dan mengingat jangka pendek (Tarwaka, 2004). b) Jenis Kelamin Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari wanita relatif kurang jika dibandingkan pria. Kemudian pada saat wanita sedang haid yang tidak normal (dysmenorrhoea), maka akan dirasakan sakit sehingga akan lebih cepat lelah (Suma mur P.K., 1996). c) Masa Kerja Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif bila semakin

lama seseorang bekerja maka akan berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi tiga (Budiono, 2003), yaitu : a. Masa kerja < 6 tahun b. Masa kerja 6-10 tahun c. Masa kerja >10 tahun Faktor-faktor lain yang menimbulkan kelelahan otot juga disebabkan oleh : a) Tekanan Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. b) Getaran Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul nyeri otot Suma mur, dalam Tarwaka (2004). c) Mikroklimat Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan

menurunya kekuatan otot Astrand dan Rodhl dan Pulat dan Wilson dan Corlett dalam Tarwaka dkk (2004). Beban kerja pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. d) Kondisi psikologis. Tekanan tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang berlarut larut mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis. Perasaan lelah pada keadaan ini kerap muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya bekerja, misalnya berupa perasaan kebencian yang bersumber dari perasaan emosi (Sugeng Budiono, dkk, 2002). e. Pengukuran Kelelahan Otot Tangan Timbulnya kelelahan otot bersumber dari penurunan kekuatan otot itu sendiri Suma mur (2009). Dan ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko kemampuan mengenggam. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karenan melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi,

harapan dan toleransi kelelahan Waters dan Anderson dalam Tarwaka (2010) mengelompokan alat ukur yang digunakan secara ergonomik seperti berikut : 1) Hydraulic hand dynamometer dengan merk jamar dimana digunakan sesuai standar dalam dunia industri selama 35 tahun terakhir (Preston,1992). Pengukuran dilakukan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan angkat-angkut di unit logistik, untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan otot sebelum dan sesudah bekerja, dengan cara memegang dan ditekan pada handle logam Hydraulic hand dynamometer yang mana ketika ditekan dengan tangan, jarum angka bergerak menunjuk sesuai tingkatan kekuatan otot pada angka dengan satuan Kg. Dengan norma dan klasifikasi kekuatan peras otot tangan sebagai berikut : Tabel 2. Klasifikasi Kekuatan Otot Peras Tangan No Nilai Satuan Klasifikasi 1 55.50 > Kg Baik Sekali 2 46.5-55.00 Kg Baik 3 36.50-46.00 Kg Sedang 4 27.50-36.00 Kg Kurang 5 <27 Kg Sangat Kurang Sumber : Soekarno,1992. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. 2) Metode analitik Nordic Body Map (NBM) yakni pengukuran kelelahan pada sistem otot rangka dalam bidang ergonomi mengalami satu kesulitan dalam satu kendala yang cukup serius yang sampai saat ini tidak ada cara pengukuran langsung terhadap

luasnya aspek kelelahan. Tidak ada pengukuran yang bersifat mutlak terhadap kelelahan (Tarwaka, 2004). Menurut Kroemer dalam Indra (2007), kuesioner nordic merupakan kuisioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan atau kesakitan pada tubuh. Kuesioner ini sudah cukup terstandarisasi dan tersusun rapi. Kuesioner ini dikembangkan oleh Kourinka dan Dickinson dalam Indra (2007), dan dimodifikasi oleh Survei ini menggunakan banyak pilihan jawaban yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian umum dan terperinci. Bagian umum menggunakan gambar dari tubuh yaitu dilihat dari bagian depan dan belakang, kemudian dibagi menjadi 9 area utama. Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk memberikan tanda ada tidaknya gangguan pada bagian area tubuh tersebut Kroemer dalam Indra (2007). Suatu bagian yang spesifik dalam daftar pertanyaan nordic terpusat pada area tubuh dimana gejala gangguan bagian area tubuh tersebut paling umum dijumpai seperti leher atau punggung. Pertanyaan lain yang biasa ditanyakan adalah sifat alamiah keluhan, jangka waktu dan kebiasaan manusia Kroemer, dalam Indra (2007). 3. Pengaruh Beban Angkat-Angkut terhadap Kelelahan otot Penyebab utama kelelahan adalah faktor pekerjaan. Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat kontraksi otot tubuh.

Oleh karena itu aliran darah akan menurun, maka asam laktat akan terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot (Suma mur, 2009). Menurut Barnes dalam Setyawati (2010), kelelahan dapat sebagai akumulasi asam laktat di otot-otot di samping zat ini juga berada dalam aliran darah. Akumulasi asam laktat dapat menyebabkan penurunan kerja otot-otot dan kemungkinan faktor syaraf tepi dan sentral berpengaruh terhadap proses terjadinya kelelahan. Pada saat otot berkontraksi, glikogen diubah menjadi asam laktat dan asam ini merupakan produk yang dapat menghambat kontinuitas kerja otot sehingga terjadi kelelahan. Dalam stadium pemulihan terjadi proses yang mengubah sebagian asam laktat kembali menjadi glikogen sehingga memungkinkan otot-otot dapat berfungsi normal kembali. Penyediaan oksigen berpengaruh terhadap pemulihan fungsi otot. Bila beban kerja otot tidak terlampau besar maka otot dapat mempertahankan keseimbangan. Asam laktat yang berlebih tidak terakumulasi dan otot tidak mengalami oxigen debt sehingga kapasitas kerja otot kembali normal, tidak menurun. Akibat cara mengangkat dan mengangkut yang tidak sesuai dengan prosedur dan standar yang telah ditentukan seperti peregangan otot yang berlebihan (pengerahan tenaga melampaui kekuatan optimum otot), aktivitas berulang (otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus), sikap kerja yang tidak alamiah (gerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat), posisi bagian tubuh jauh dari pusat

gravitasi tubuh maka timbullah kelelahan otot Peter Vi dalam Tarwaka (2004). B. Kerangka Pemikiran Aktivitas Angkat-angkut Peregangan otot yang berlebihan Aktivitas angkat angkut berulang Sikap kerja tidak alamiah Penurunan kadar oksigen Peningkatan kadar asam laktat Habisnya cadangan energi Penurunan kadar glikogen Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Penurunan kekuatan dan kecepatan kontrasksi otot Kelelahan otot Faktor internal a. Usia b. Jenis Kelamin c. Masa Kerja Faktor eksternal a. Tekanan b. Getaran c. Mikroklimat d. Kondisi psikologis Gambar 1. Bagan commit Kerangka to user Pemikiran

C. Hipotesis Adakah pengaruh angkat-angkut terhadap kelelahan otot tangan pada pekerja Unit Logistik PT. Indo Acidatama, Tbk. di Karanganyar.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang berupaya mencari hubungan antar variabel yang kemudian dilakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul. Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 2010). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di unit logistik PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat di Karanganyar pada bulan Februari-Juni 2011. C. Populasi Penelitian Anggota populasi adalah tenaga kerja di unit logistik PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat di Karanganyar 25 orang. D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah Nonprobability Sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sumardiyono, 2010). Pendekatan yang digunakan adalah Purposive Sampling, yang merupakan teknik yang mengambil sampel dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (quota) yang diinginkan. (Sumardiyono, 2010). E. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah tenaga kerja di unit logistik PT. Indo Acidatama Tbk. Berdasarkan teknik sampling yang digunakan maka diperoleh sampel sebanyak 20 orang tenaga kerja secara Purposive Sampling. Dengan pertimbangan 5 orang tenaga kerja dari 25 orang, hanya melakukan kegiatan adsministrasi di unit logistik. Dengan pertimbangan sesuai dengan kriteria : 1. Kriteria Inklusi a. Tenaga kerja laki-laki b. Umur 25 50 Tahun c. Masa kerja > 5 tahun d. Kesehatan fisik baik (tidak sedang sakit) e. Bekerja angkat-angkut 2. Kriteria eksklusi a. Subjek mengundurkan diri atau tidak kooperatif. b. Subjek sedang sakit.

F. Desain Penelitian Populasi (N) Purposive Sampling Subjek (n) Angkat- Angkut Kelelahan Otot tangan Sebelum Bekerja Kelelahan Otot tangan Setelah Bekerja Paired t Test Gambar 2. Bagan Desain Penelitian

G. Identifikasi Variabel Penelitian a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah angkat-angkut. b. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan otot tangan. c. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu: 1) Variabel pengganggu terkendali : usia, jenis kelamin, dan masa kerja. 2) Variabel pengganggu tidak terkendali : tekanan, getaran, mikroklimat dan kondisi psikologis. H. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Angkat - Angkut Angkat-Angkut adalah aktivitas mengangkat diregen yang berisi Ethanol 96,0%, Acetic Acid 99,80%, dan Ethyl Acetate 100% dari bagian pengisian menuju ke gudang penyimpanan, mengangkat dari gudang menuju ke truk saat pengangkutan, dan melakukan pekerjaan memindahkan dan menggeser drum yang berisi Ethanol 96,0%, Acetic Acid 99,80%, dan Ethyl Acetate 100% dari gudang ke bagian papan kayu untuk pengangkutan dari forklit menuju truk. Sekaligus melakukan pekerjaan seperti menuang drum yang berisi Ethanol 96,0%, Acetic Acid 99,80%, dan Ethyl Acetate 100% ke bak pengecekan.

Alat Ukur Satuan : Observasi : Kg Skala pengukuran : Rasio 2. Kelelahan otot tangan Kelelahan otot tangan adalah keluhan sebelum dan setelah bekerja mengangkat, mengangkut, menggeser dan menuang jerigen dan drum dari pengisian ke gudang dan dari gudang ke truk pengangkutan, keluhan nyeri tangan, kram dan kesemutan pada bagian bagian tangan seperti yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit sampai menurunanya kekuatan otot tangan. Alat Ukur Satuan : Hydraulic Hand Dynamometer : Kg Skala pengukuran : Rasio I. Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah : 1. Angkat-Angkut a. Observasi, yaitu peneliti mengamati secara langsung proses kerja seperti dari aktivitas mengangkat diregen yang berisi acid dari bagian pengisian menuju ke gudang penyimpanan, dan mengangkat dari gudang menuju ke truk saat pengangkutan. Dan melakukan pekerjaan memindahkan dan menggeser drum yang berisi alkohol

dari gudang ke bagian papan kayu untuk pengangkutan dari forklit menuju truk. Sekaligus melakukan pekerjaan seperti menuang drum yang berisi alkohol ke bak pengecekan alkohol. b. Kuesioner, yaitu berupa pertanyaan untuk mengetahui adanya keluhan muskuloskeletal. Kuesioner Nordic Body Map berupa lembaran berisi pertanyaan-pertanyaan yang diisi pada responden yang telah dipilih, dengan harapan akan dikembalikan, Skoring pada kuesioner ini sebagai berikut : 1) Tidak sakit, apabila tidak ada rasa nyeri atau keluhan otot-otot skeletal pada bagian tubuh tertentu. 2) Agak sakit, apabila timbul rasa nyeri atau keluhan otot-otot skeletal pada bagian tubuh tertentu, tetapi gejala yang timbul tidak terlalu parah dan masih dapat menjalankan pekerjaan. 3) Sakit, apabila mengalami rasa nyeri atau keluhan otot-otot skeletal pada bagian tubuh tertentu dan terasa sakit untuk beraktifitas. 4) Sakit sekali, apabila mengalami rasa nyeri atau keluhan otot-otot skeletal yang amat sangat sakit pada bagian tubuh tertentu dan mengganggu dalam beraktifitas. Kemudian di nilai dengan skoring sehingga bisa digolongkan tentang keluhan muskuloskeletalnya dengan kriteria tidak sakit (28-49), agak sakit (50-70), sakit (71-91), sakit sekali (92-112).