BAB II KAJIAN PUSTAKA. teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, 1991:172). Membaca

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menghadapi era globalisasi, pemerintah Indonesia

Boss jo lali nimq(om rory : ) PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN BAHASA DI KELAS AWAL SEKOLAH DASAR Sri Nuryati Abstrak: Membaca

PERMAINAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan sesuatu. Secara keseluruhan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau

A. Latar Belakang Masalah

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan kemampuan membaca dan perkembangan dimensi afektif anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir Tarigan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari bahwasannya di

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan manusia dalam pergaulan sehari-hari dalam mencapai tujuan sangat

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB II KAJIAN PUSTAKA

JURNAL WAHANA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

I. PENDAHULUAN. tersebut adalah dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang. SISDIKNAS pasal 1 butir 14 yang bunyinya :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menuntut siswa

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Vol. 4 No. 2, Desember 2011 ISSN : Keguruan, Ilmu Pendidikan dan Pengajaran DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang paling utama, terutama di

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Ernawati Setiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Kedua kemampuan ini akan menjadi tonggak atau landasan bagi

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Proses membaca merupakan proses penerimaan symbol dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Membaca di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Membaca Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memroses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, 1991:172). Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak kelas awal SD perlu memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya membaca permulaan. Menurut Gibbon (1993:70-71) mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptfi saja, melainkan mengehdaki pembaca untuk aktif berpikir.untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang bidang pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca.

Pembaca yang telah lancar pada umumnya meramalkan apa yang dibacanya dan kemudian menguatkan atau menolak ramalannya itu berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan. Permaalan dibuat berdasarkan pada tiga kategori sistem yaitu aspek sistematis, sintaksis dan grafologis. Menurut Wilson dan peters (dalam Cleary, 1993:284) bahwa membaca merupakan suatu proses menyusun makna melalui interaksi dinamis diantara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang telah dinyatakan oleh bahasa tulis, dan konteks situasi pembaca. Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa membaca adalah proses interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya. Dalam proses pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh. 2.1.2 Tujuan Membaca Membaca merupakan aktifitas aktif, memberi tanggapan terhadap arti apa yang dibaca, maka tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna membaca. Budi Nuryanto, dkk. (1997:112) merumuskan bahwa tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa secara umum. Pertama tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai sertasikap sosial budaya, pendeknya identitas dan kepribadian seseorang. Kedua tujuan instrumental, menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material

dan konkret, umpamanya supaya tahu memakai alat-alat, memperbaiki kerusakan mesin, mempelajari satu ilmu, melakukan korespondensi komersial, dan sebagainya. Ketiga, tujuan integratif menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa (atau dialek) itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti penutur asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan dianggap asing lagi oleh penutur-penutur bahasa atau dialek tersebut. Keempat, tujuan kebudayaan terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu kebudayaan atau masyarakat. Ini didasarkan atas asumsi bahwa bahasa adalah suatu inventaris dari unsur-unsur suatu kebudayaan atau masyarakat biasa. 2.1.3 Jenis Membaca Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Dasar pijakan dalam melakukan pembagian atau penggolongan jenis jenis membaca bermacammacam. Ditinjau dari terdengar tidaknya suara sipembaca pada waktu membaca menjadi dua jenis, yakni membaca dalam hati, serta membaca nyaring atau membaca bersuara. Dilihat sudut cakupan bahan bacaan yang dibacanya, membaca dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif dan membaca intensif. Dilihat dari tingkatan kedalaman atau levelnya membaca dapat digolongkan kedalam tiga jenis, yakni membaca literal, membaca kritis, dan membaca kreatif (Harras, 1997:21). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa membaca pemahaman terdapat dalam lingkup membaca telaah isi yang tujuan

utamanya adalah penguasaan terhadap butir-butir informasi tersaji dalam sebuah informasi tertulis berupa teks bacaan. 2.1.4 Membaca Pemahaman Membaca pemahaman menurut Tarigan (1986:56) merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, serta pola-pola fiksi. Proses penguasaan dan ketrampilan membaca pemahaman dipengaruhi beberapa faktor. Yap dalam Harras dan Sulistiyaningsih (1997/1998:118) melaporkan bahwa kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh kuantitas membacanya. Hasil penelitiannya menyebutkan perbandingan sebagai berikut : 65 % ditentukan oleh banyaknya waktu yang digunakan untuk membaca, 25 % oleh fakor IQ, dan 10 % oleh faktor-faktor lingkungan sosial, emosional, lingkungan fisik dan sejenisnya. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa situasi sekitar pembaca berpengaruh terhadap kegiatan membaca pemahaman seseorang. Suatu kegiatan reseptif menelaah isi teks bacaan memerlukan situasi lingkungan yang tenang. Keadaan yang tenang akan membuat pembaca lebih mudah mengenali setiap lambang bunyi, memberi makna dan dapat menanggapi isi bacaan dengan cepat. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam membaca pemahaman adalah bahan bacaan. Bahan bacaan yang memiliki tingkat kesukaran tinggi akan menjadi kendala bagi pembaca dalam memmahami bahan bacaan. Sebaliknya siswa akan dapat memahami secara baik bahan bacaan yang tergolong mudah. Oleh sebab itu bahan bacaan yang akan disajikan hendaklah dipilih yang memiliki tingkat keterbacaan

tinggi, bentuk kalimatnya efektif, tidak ada unsur asing yang tidak perlu, dan memiliki pola penalaran yang runtut. Aspek lain yang juga berpengaruh dalam membaca pemahaman adalah kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi bila disertai pusing-pusing kepala dapat menurunkan kualitasranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dibaca kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indra penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan menyerap informasi dan pengetahuan. Aspek lain yang tidak dapat diabaikan adalah aspek keluasan wawasan, tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi. Aspek-aspek ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap tingkat ketrampilan membaca pemahaman. Karlin dalam Nurhadi dan Rockhan (1990:225) mengatakan bahwa pembelajaran bahasa dalam memahami wacana melewati beberapa aspek. Aspekaspek yang dimaksud adalah : (1) pemahaman kata, (2) konsep, (3) kalimat, (4) struktur paragraf, dan (5) sikap dan tujuan. Pemahaman kata dapat dilatihkan dengan melihat konteksnya, dan mencakupi (1) struktur kata, (2) sinonim dan antonim, (3) bahasa figuratif, dan (4) penggunaan kamus. Konsep adalah hubungan pengertian atau makna dengan pengalaman. Kalimat yaitu kemampuan menghubungkan makna kata yang satu dengan yang lain. Struktur meliputi kalimat, dan ide pokok. Berdasarkan uraian yang telah dilakukan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman mempunyai tingkatan yang bervariasi dari tidak mengerti sampai mengerti secara lengkap. Ketrampilan membaca pemahaman dipengaruhi

oleh inputnya. Seperangkat data,keterangan, dan bahan-bahan bahasa yang didapatkannya adalah input yang dapat digunakan untuk melewati beberapa aspek membaca. Faktor intern dan ekstern lain juga mempengaruhinya. 2.2 Pengertian Permainan Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya. Bermain bagi anak memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari. Pada permulaan setiap pengalaman bermain memiliki resiko. Ada resiko bagi anak untuk belajar misalnya naik sepeda sendiri, belajar meloncat. Unsur lain adalah pengulangan. Anak mengkonsolidasikan ketrampilan yang harus diwujudkannya dalam berbagai permainan dengan nuansa yang berbeda. Dengan cara ini anak memperoleh pengalaman tambahan untuk melakukan aktivitas lain. Melalui permainan anak dapat menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum atau terkena teguran misalnya bermain boneka diumpamakan sebagai adik yang sesungguhnya (Semiawan, 2002:21). Berkaitan dengan permainan, Pellegrini dan Saracho (dalam Wood, 1996:3) menyatakan permainan memiliki sifat sebagai berikut: (1) Memotivasi secara personal, karena memberi rasa kepuasan. (2) Pemain lebih asyik dengan aktivitas permainan (sifatnya spontan) ketimbang pada tujuannya. (3) Aktivitas permainan dapat bersifat nonliteral. (4) Permainan bersifat bebas dari aturan aturan yang dipaksakan dari luar, dan aturan-aturan yang ada dapat dimotivasi

oleh para pemainnya. (5) Permainan memerlukan keterlibatan aktif dari pihak pemainnya. 2.3 Permainan Bahasa Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Apabila keterampilan yang diperoleh dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan permainan bahasa (Soeparno,1998:60). Sebenarnya dalam kegiatan mengajar guru sering menggunakan permainan, tetapi pada umumnya masih menerapkannya sebagai teknik pengajaran bahasa. Permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk memperoleh kegembiraan sebagai fungsi bermain, dan untuk melatih keterampilan berbahasa tertentu sebagai materi pelajaran. Bila ada permainan menggembirakan tetapi tidak melatihkan keterampilan berbahasa, tidak dapat disebut permainan bahasa. Demikian juga sebaliknya, bila permainan itu tidak menggembirakan, meskipun melatihkan keterampilan berbahasa tertentu, tidak dapat dikatakan permainan bahasa. Untuk dapat disebut permainan bahasa, harus memenuhi kedua syarat, yaitu menggembirakan dan melatihkan keterampilan berbahasa. Ada beberapa faktor penentu keberhasilan permainan bahasa. Menurut Soepamo (1998:62) ada empat faktor yang menentukan keberhasilan permainan bahasa di kelas, yaitu: (1) faktor situasi dan kondisi, (2) faktor peraturan permainan, (3) faktor pemain, dan (4) faktor pemimpin permainan. Dalam situasi dan kondisi apapun sebenarnya permainan bahasa dapat dilakukan. Namun, agar efektif, tetap saja harus memperhatikan situasi dan kondisi. Permainan bahasa

yang menimbulkan suara gaduh kepada kelas lain, tentu tidak menguntungkan. Demikian juga permainan bahasa yang terlalu sering atau permainan yang terlalu memakan waktu lama akan membosankan siswa. Setiap permainan bahasa yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran harus secara langsung dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Anak-anak pada usia 6 8 tahun masih memerlukan dunia permainan untuk membantu menumbuhkan pemahaman terhadap diri mereka. Pada usia tersebut, anak-anak mudah merasa jenuh belajar di kelas apabila dijauhkan dari dunianya yaitu dunia bermain. Permainan hampir tak terpisahkan dengan kehidupan manusia. Baik bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa semua membutuhkan permainan. Tentunya dengan jenis dan sifat permainan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kelamin, bakat dan minat masing-masing. 2.4 Pembelajaran Membaca Melalui Permainan Bahasa Belajar konstrultivisme mengisyaratkan bahwa guru tidak memompakan pengetahuan ke dalam kepala pelajar, melainkan pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog yang ditandai oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi. Ini berarti bahwa penekanan bukan pada kuantitas materi, melainkan pada upaya agar siswa mampu menggunakan otaknya secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif belaka, melainkan oleh keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif. Dengan demikian proses belajar membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa (Semiawan, 2002:5). Dalam hal ini guru tidak hanya sekedar melaksanakan apa yang ada dalam kurikulum, melainkan harus dapat menginterpretasi dan mengembangkan kurikulum menjadi

bentuk pembelajaran yang menarik. Pembelajaran dapat menarik apabila guru memiliki kreativitas dengan memasukkan aktivitas permainan ke dalam aktivtas belajar siswa. Penggunaan bentuk-bentuk permainan dalam pembelajaran akan memberi iklim yang menyenangkan dalam proses belajar, sehingga siswa akan belajar seolah-olah proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru belajar dengan rasa keharmonisan. Permainan dapat menjadi kekuatan yang memberikan konteks pembelajaran dan perkembangan masa kanak-kanak awal. Untuk itu perlu, diperhatikan struktur dan isi kurikulum sehingga guru dapat membangun kerangka pedagogis bagi permainan. Struktur kurikulum terdiri atas : 1. Perencanaan yang mencakup penetapan sasaran dan tujuan 2. Pengorganisasian, dengan mempertimbangkan ruang, sumber, waktu dan peran orang dewasa 3. Pelaksanaan, yang mencakup aktivitas dan perencanaan, pembelajaran yang diinginkan 4. assesmen dan evaluasi yang meliputi alur umpan balik pada perencanaan (Wood, 1996:87). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri. Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat. Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan Strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Siswa diajak bermain dengan

menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soalsoal yang dibuat oleh guru. Dalam pembelajaran membaca teknis menurut Mackey (dalam Rofi uddin, 2003:44) guru dapat menggunakan strategi permainan membaca, misalnya : cocokkan kartu, ucapkan kata itu, temukan kata itu, kontes ucapan, temukan kalimat itu, baca dan berbuat dan sebagainya. Kartu-kartu kata maupun kalimat digunakan sebagai media dalam permainan kontes ucapan. Para siswa diajak bermain dengan mengucapkan atau melafalkan kata-kata yang tertulis pada kartu kata. Pelafalan kata-kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk pelafalan kalimat bahasa Indonesia. 2.5 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : Jika pembelajaran dengan menggunakan model permainan dapat, maka dapat meningkatan kemampuan membaca siswa SD Negeri 04 Bumi Waras Bandar Lampung.