BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu. kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN , , ,793

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. kali muncul di wilayah Bali pada tahun 1987 (Toha Muhaimin: 2009).

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

KAJIAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. belum ditemukan, yang dapat mengakibatkan kerugian tidak hanya di bidang

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Aqciured Immunodeficiency Symndrome (AIDS). HIV positif adalah orang yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada era globalisasi ini, kebutuhan akan penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini terlihat betapa rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 31 / /2010 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /156/ /2009 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human Health Organization) dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. Dengan mengambil setting arena dan konteks sebagai tugas-tugas pokok LSM H2O dalam pencegahan HIV/AIDS melalui transmisi seksual di kota Medan khususnya wilayah Kecamatan Medan Selayang dan Medan Tuntungan. Studi inisecara spesifik menjelaskan kinerja LSM H2O di Kota Medan dalam mengimplementasikan program penjangkauan dan pendampingan kelompok pekerja seks sebagai program penanggulangan HIVAIDS di Kota Medan. Sekaligus beserta hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan. Kajian studi ini berawal dari latar belakang bahwa permasalahan sosial yang terjadi di Kota Medan kian merambah pada keseriusan. Permasalahan sosial semakin diperparah dengan terus mewabahnya penyakit HIV &AIDS di Kota Medan. Artinya jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Medan cenderung meningkat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan dari Januari 2006 sampai Mei 2012, jumlah orang penderita HIV/AIDS (ODHA) telah mencapai 3.175 orang(http://m.tribunnews.com/2012/09/24/penderita-hivaids-di-medan-capai-3.175- orang, diakses pada 2-jan-2014) Jika kita telusur lebih jauh lagi, menurut data UNAIDS (United National Joint Program on HIV/AIDS), jumlah orang yang terinfeksi HIV tercatat 39,5 juta jiwa. jumlah ini meningkat lebih dari 2,9 juta jiwa dibandingkan pada tahun 2004. 10

Negara berkembang merupakan tempat yang paling banyak terjadi masalah HIV/AIDS. Ini terlihat bahwa dari seluruh kasus HIV, 90% terjadi pada negara berkembang seperti Thailand, India, Myanmar, China bagian Selatan, Indonesia. Adapun negara-negara industri yang lebih maju telah menekan laju infeksi HIV di negaranya (Depkes RI, diakses pada 2 Januari 2014). Di negara Indonesia sendiri, berdasarkan Data Kementerian Kesehatan RI pada Desembr 2013 kasus AIDS kelihatannya terus saja meningkat. Menurut jenis kelamin diketahui berjumlah 52.348 kasus, dan jumlah ini sebanyak 28.846 kasus dialami oleh laki laki, sementara 15.565 kasus sisanya dialami oleh perempuan. Menurut golongan umur, diketahui kasus AIDS paling banyak terjadi pada usia 20 29 tahun, yakni total sebanyak 17.892 kasus, lalu pada kelompok umur 30 39 tahun terjadi 15.204 kasus. Kemudian dari 33 Provinsi di Indonesia, Provinsi DKI Jakarta menempati posisi pertama untuk kasus HIV dan AIDS terbanyak yakni 28.790 kasus HIV dan 7794 kasus AIDS dengan pravelensi 77 kasus per 100 ribu orang. Wilayah Jawa Timur menempati posisi kedua, yakni 16.253 kasus HIV dan 8.752 kasus AIDS dengan pravelensi 22 kasus per 100 ribu orang. Berdasarkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS dan jumlah kematian, diketahui pada 2012 terdapat 21.511 kasus HIV dan 8.610 kasus AIDS baru dengan jumah kematian sebanyak 1.489 orang. Sementara pada tahun 2013 lalu, jumlah kasus HIV baru cenderung naik menjadi 29.037 kasus. Sedangkan untuk jumlah kasus AIDS dan kematian pada tahun itu menurun yakni 5.608 kasus AIDS dengan jumlah kematian 726 orang(http://m.antaranews.com/berita/426480/one-aids-day-kampanyesosialisasikan-hivaids, diakses pada 2 - Jan- 2014) Bagaimana dengan kondisi terkini kasus HIV AIDS di Kota Medan? Berdasarkan data KPA Kota Medan yang sudah dipaparkan di atas juga sangat 11

memprihatinkan. Alasannya, pertama faktor resiko yang semula dari kalangan penasun beralih ke heteroseksual. Berdasarkan data KPAD Kota Medan mengatakan bahwa total penderita HIV/AIDS yang tertinggi (sejak tahun 2006 hingga 2012) diakibatkan oleh faktor resiko heteroseksual sebanyak 2.146 penderita (data KPAD Kota Medan 2014). Kedua, Penularan juga mulai memasuki populasi umum (resiko rendah). Hal tersebut terlihat bahwa bayi yang terinfeksi saat ini juga semakin meningkat sebanyak 50 orang dan Ibu Rumah Tangga sebanyak 434 orang (sejak Tahun 2006 sampai Oktober 2012). Ketiga Rata-rata usia penderita terbesar 25 s/d 34 tahun (1.901orang). Dan berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa total penderita HIV AIDS (sejak 2006 sampai oktober 2012) adalah 3.346 orang. Tentu saja masalah di atas sangat memprihatinkan. Apalagi sebagian persentase jumlah penderita tersebut merupakan pelajar (usia produktif). Sehingga masalah HIV/AIDS sudah menjadi ancaman yang serius bagi generasi mendatang. Karena tingginya proporsi kelompok usia produktif terkena penyakit yang membahayakan ini, dapat diperkirakan nantinya akan menurunkan angka harapan hidup. Tentu ini akan menjadi salah satu barometer kemakmuran suatu negara. Karena semakin banyaknya orang yang diperkirakan hidup dalam jangka waktu yang lebih pendek, kontribusi yang diharapkan dari mereka pada ekonomi nasional dan perkembangan sosial pun menjadi semakin kecil dan kurang dapat diandalkan. Hal ini menjadi masalah yang penting karena hilangnya individu yang terlatih dalam jumlah besar tidak akan mudah dapat digantikan. Bisa dikatakan dengan melihat kondisi di atas, Indonesia belum menemukan program yang tepat untuk menangani masalah HIV/AIDS, yang ditandai dengan 12

meluasnya kasus HIV/AIDS ke seluruh wilayah Indonesia. Anggapan bahwa permasalahan penderita HIV/AIDS dari tahun ketahun terus mengalami kenaikan juga ternyata bukan sekedar informasi tanpa bukti. Untuk mengatasi HIV/AIDS, hingga saat ini belum ditemukan obat yang efektif, sehingga upaya pencegahan terhadap resiko penularan merupakan hal yang sangat penting. Strategi pencegahan melalui kegiatan pendidikan kesehatan dan peningkatan pengetahuan yang benar mengenai HIV dan cara penularannya menjadi sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang. Terutama mengenai fakta penyebaran penyakit pada kelompok resiko rendah dan perilaku yang dapat membantu mencegah penyebaran virus penyebab AIDS. Pemerintah pusat maupun daerah pun terus giat berbenah untuk memutus mata rantai penyebaran HIV/AIDS tersebut. Keseriusan pemerintah dalam hal penanggulangan HIV/AIDS tersebut dapat dilihat dari Peraturan Presiden RI Nomor 75 Tahun 2006 yang mengamanatkanpembentukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, Propinsi, dankabupaten beserta Sekretariatnya dalam rangka meningkatkan upayapencegahan dan penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh,terpadu, dan bertanggung jawab kepada kepala wilayah. Pemerintahtelah menugaskan Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat administrasi untuk memimpin dan mengkoordinasikan upaya penanggulangan AIDS di tanah air dengan mengeluarkan berbagai peraturan yang melandasi kerja Komisi. Pembentukan KPA di setiap Provinsi maupun Kabupaten Kota dan Sekretariat yang berfungsi penuh waktu dan dikelola oleh tenaga penuh waktu agar upaya penanggulangan HIV/AIDS di daerah semakin terarah dan terkoordinir dalam mengimplementasiannya. Selanjutnya KPA dan KPAD juga wajib melaporkan hasil 13

kerja mereka kepada pemerintah pusat maupun daerah sekurang kurangnya setiap triwulan. Berbagai langkah-langkah strategis penanggulangan terus dilakukan begitu juga Kota Medan dengan mengeluarkan Peraturan Daerah kota Medan No.1 Tahun 2012 tentang penanggulangan HIV AIDS. Pada tataran teknis, implementasi kebijakan penanggulangan HIV/AIDS tidak hanya melibatkan instansi yang bertanggungjawab untuk pelaksanaan kebijakan tersebut, namun juga menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial. Selain mengeluarkan regulasi pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, pemerintah juga menjalin hubungan sinergis dengan masyarakat (LSM) dalam memecahkan permasalahan yang ada. Sebab HIV/AIDS bukan hanya masalah yang harus ditangani oleh pemerintah, sehingga tidak bisa hanya mengandalkan pada pihak pemerintah saja. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang memberikan kepedulian terhadap pembangunan baik di tingkat nasional, kawasan internasional maupun pada tingkat lokal. LSM merupakan mitra pemerintah yang kegiatannya dapat bergerak dalam bidang keagamaan, politik, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain. Fenomena LSM memang pada awalnya dipandang negatif oleh pemerintah yang dianggap mencampuri secara usil terkait kebijakan-kebijakan pemerintah serta senantiasa melakukan kritik tanpa solusi. Namun hal tersebut sudah mulai ditepis dengan terlibatnya LSM dalam menangani berbagai persoalan yang timbul di tengah masyarakat. Begitu juga dengan LSM H2O. Kolaborasi antara pemerintah dan juga berbagai LSM seperti LSM H2O dalam mengimplementasikan kebijakan/program penanggulangan HIV/AIDS 14

memiliki peran yang penting dalam memerangi virus HIV/AIDS. Melalui kolaborasi yang terjalin diharapkan dapat mengatasi atau setidaknya meminimalisir masalah tersebut. Membaca fenomena sosial yang dipaparkan di atas, dengan mengambil setting di wilayah Kota Medan, khususnya Kecamatan Selayang dan Tuntungan studi ini menjadi penting dan menarik untuk diteliti. Alasannya, pertama, bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang mematikan dan menjadi tanggung jawab bersama dalam penanggulangannya namun sosialisasi terhadap masyarakat masih sangat kurang dan terkesan booming sesaat yakni pada Hari AIDS sedunia, kedua, dalam konteks era otonomi daerah, kebijakan pemerintah pusat sangat mempengaruhi keterlibatan pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat. Namun pemahaman pemerintah daerah tentang bahaya akan penyebaran HIV AIDS belum optimal, sehingga kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat cukup diperlukan mengingat kurang tersosialisasikannya KPA sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam usaha penanggulangan HIV/AIDS baik tingkat Nasional atau Propinsi dan Kabupaten/ Kota. Permasalahan penderita HIV/AIDS dari tahun ketahun terus mengalami kenaikan. Sehingga masalah HIV/AIDS sudah menjadi ancaman yang serius bagi generasi mendatang. Faktor resiko yang semula dari kalangan penasun beralih ke heteroseksual. Artinya kelompok pekerja seks juga turut andil dalam penyebaran HIV/AIDS. Sehingga penularan juga mulai memasuki populasi umum (resiko rendah). Hal ini juga termasuk alasan yang ketigapenting dan ketertarikan penulis untuk diteliti. 15

1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah implementasi program penjangkauan dan pendampingan kelompok pekerja seks oleh lembaga H2O dalam pencegahan HIV/AIDS di Kota Medan? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah; 1.3.1. Tujuan Umum; Menjelaskan implementasi program penjangkauan dan pendampingan kelompok pekerja seks oleh lembaga H2O dalam pencegahan HIV/AIDS di kota Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus; 1. Menjelaskan pelaksanaan koordinasi penyusunan kebijakan, strategi dan langkah-langkah yang diperlukan dalam penanggulangan HIV/AIDS oleh LSM H2O. 2. Mengetahui sosialisasi program pencegahan dan penanggulangan, HIV-AIDS oleh lembaga H2O 3. Menjelaskan pelaksanaan pembentukan kelompok kerja (Pokja) bagi pemangku kepentingan dengan lembaga H2O dalam mendukung penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. 16

1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Manfaat Teoritis Untuk mencari khasanah ilmiah dalam kaitan kesejahteraan sosial dan kesehatan serta untuk melihat relevansi teori-teori yang telah dipelajari dengan kenyataan yang ada di lapangan. 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Sebagai masukan bagi penulis dalam usaha mengetahui produk kegiatan ilmu kesejahteraan sosial, khususnya kesejahteraan dalam bidang kesehatan. 2. Sebagai masukan baru dan sumbangan untuk pemerintah pusat dan daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pemangku kepentingan lainnya yang berkaitan secara langsung ataupun tidak dengan pengembangan studi tentang kesejahteraan sosial dan kesehatan di Indonesia. 1.4.3. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaatkhususnya bagi mereka yang tertarik dengan kajian kesejahteraan sosialdan kesehatan dalam konteks pengimplementasian kebijakan kesehatan. Dan juga penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi tentang kesejahteraan sosial dan kesehatan bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1.5.1. Lingkup Materi 17

Penelitian ini dibatasi hanya pada kajian tentang implementasi program ataupun pelaksanaan tugas-tugas pokok H2O dalam penanggulangan HIV/AIDS. 1.5.2. Lingkup Lokasi Penelitian ini dilakukan di wilayah Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara 1.5.3. Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April 2014. 1.6. SISTEMATIKA PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Pada pendahuluan peneliti menyajikan Latar Belakang yang berisikan alasan penulis dalam pemilihan judul penelitian; Perumusan Masalah yang berisikan kalimat yang merupakan titik tolak bagi peneliti untuk menjawab dari pertanyaan penelitian, dirumuskan dalam bentuk pertanyaan; Tujuan Penelitian, dalam bagian tujuan penelitian disebutkan secara tegas apa saja yang hendak dijawab atau diperoleh dari penelitian ini; Manfaat Penelitian, dalam manfaat penelitian diuraikan tentang kegunaan skripsi dan operasionalisasi hasilnya bagi pemerintah pusat dan daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Institusi lainnya yang berkaitan secara langsung ataupun tidak dengan pengembangan studi tentang kesejahteraan sosial di bidang kesehatan, khususnya di Kota Medan; Ruang Lingkup, mendefenisikan secara tegas konsep yang digunakan dalam penelitian agar tidak terjadi interpretasi ganda; 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan penjabaran dari pemikiran peneliti dengan melihat dari sudut mana peneliti menggambarkan permasalahan dalam penelitian. Artinya peneliti perpedoman pada kerangka teori yang dipakai, sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Metodologi Penelitian, berisi tentang jenis penelitian yang digunakan peneliti yakni analisis pendekatan deskriptif kualitatif; Lokasi Penelitian, di lembaga swadaya masyarakat (LSM) Human Health Organization (H2O) yang bertempat di jalan Kertas No. 64 A Kelurahan Sei Putih Barat, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan Sumatera Utara. Teknik Pengumpulan Data, merupakan merupakan langkah-langkah yang diperlukan untuk menemukan data dan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Analisa Data, dimaksud adalah untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan memberi kode serta mengkategorikannya. Data-data yang sudah masuk dan terkumpul akan diterjemahkan secara deskriptif. Pengorganisasian data-data ini bertujuan untuk menemukan dan menghubungkan setiap gejala (fenomena) yang ada dengan cara pemaparan dan penginterpretasian gejala-gejala yang bersangkutan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil dan Pembahasan penelitian berisi tentang Gambaran Umum H2O sebagai deskripsi lokasi penelitian, selain itu ditambah pula deskripsi tentang implementasi tugas tugas pokok H2O dilanjutkan pada analisis dan pembahasan. Terakhir pada kesimpulan dan saran diulas pada BAB V PENUTUP. 19