DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan L

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 NSFR dihitung dengan formula sebagai berikut:. Konversi mata uang asing menjadi rupiah dilakukan dengan mengg

2016, No tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /POJK.03/2018 TENTANG PENETAPAN BANK SISTEMIK DAN CAPITAL SURCHARGE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan disektor perbankan dari Bank

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No sektor perbankan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan diperlukan pengaturan kembali transparansi kondisi keuangan Bank Perkre

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

2 Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.03/2017 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/12/PBI/2015

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DRAFT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/ /20 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2017 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

2017, No mengikat untuk seluruh lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 20 /PBI/2009 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.81, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5012)

LAPORAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO)

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

Laporan NSFR PT Bank Panin Tbk

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2017 TENTANG LAPORAN BANK UMUM SEBAGAI KUSTODIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /POJK.03/2017 TENTANG RENCANA AKSI (RECOVERY PLAN) BAGI BANK SISTEMIK

RANCANGAN POJK BANK PERANTARA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL

Nama Bank : Bank Mayapada Internasional.Tbk Posisi : Triwulan I 2018

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/4/PBI/2015 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR :.../POJK.03/2017 TENTANG RENCANA AKSI (RECOVERY PLAN) BAGI BANK SISTEMIK

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.04/2014 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 19 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/ 2 /PBI/2017 TENTANG TRANSAKSI SERTIFIKAT DEPOSITO DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/4/PBI/2013 TENTANG LAPORAN STABILITAS MONETER DAN SISTEM KEUANGAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

Transkripsi:

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan mampu berkembang serta bersaing secara nasional maupun internasional maka bank perlu mengelola likuiditas sesuai dengan prinsip kehati-hatian; b. bahwa dalam rangka mengelola likuiditas Bank, diperlukan pemeliharaan profil pendanaan stabil yang disesuaikan dengan komposisi aset dan transaksi rekening administratif Bank sesuai dengan standar internasional; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Kewajiban Pemenuhan Pendanaan Stabil ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) BAGI BANK UMUM I. UMUM Pengalaman krisis keuangan dan ekonomi yang terjadi di berbagai negara pada tahun 2007 menunjukkan bahwa meskipun permodalan Bank memadai namun apabila Bank tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam likuiditas maka dapat mengganggu kelangsungan usaha Bank. Pengelolaan likuiditas dapat dilakukan antara lain dengan mensyaratkan bank mendanai aktivitas dengan sumber dana stabil yang memadai dalam rangka memitigasi kesulitan pendanaan dimasa yang akan datang. Dengan demikian seperti halnya permodalan, dibutuhkan suatu standar perhitungan rasio likuiditas terkait sumber pendanaan untuk mengukur tingkat minimum pendanaan stabil yang harus dipelihara oleh Bank dan disesuaikan dengan standar internasional yang berlaku yaitu Basel III: The Net Stable Funding Ratio. Penetapan NSFR bertujuan untuk memastikan bahwa bank memelihara pendanaan stabil yang disesuaikan dengan komposisi aset dan rekening administratif. Bank diharapkan

Bersih (Net Stable Funding Ratio) bagi Bank Umum; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) BAGI BANK UMUM. dapat meningkatkan stabilitas pendanaan Bank dengan membatasi ketergantungan yang berlebihan terhadap sumber pendanaan jangka pendek yang berasal dari korporasi. Selain itu, Bank wajib mendanai aktivitas Bank dengan pendanaan stabil yang cukup dalam rangka memitigasi risiko kesulitan pendanaan di masa depan dan mengurangi risiko likuiditas sumber pendanaan untuk jangka waktu yang lebih panjang. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan pengaturan mengenai Kewajiban Pemenuhan Rasio Pendanaan Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio/NSFR) bagi Bank Umum. II. PASAL DEMI PASAL 2

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini Cukup jelas. yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar negeri, yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional. 2. Rasio Pendanaan Stabil Bersih atau Net Stable Funding Ratio, yang selanjutnya disingkat NSFR, adalah perbandingan antara pendanaan stabil yang tersedia (available stable funding) dengan pendanaan stabil yang diperlukan (required stable funding). 3. Pendanaan Stabil yang Tersedia atau Available Stable Funding, yang selanjutnya disingkat ASF, adalah jumlah liabilitas dan ekuitas yang stabil untuk mendanai aktivitas bank selama periode 1 (satu) tahun. 4. Pendanaan Stabil yang Diperlukan atau Required Stable Funding, yang selanjutnya disingkat RSF, adalah jumlah aset dan transaksi rekening administratif yang perlu didanai oleh pendanaan stabil. Pasal 2 Pasal 2 (1) Bank wajib memelihara pendanaan stabil yang memadai. Cukup jelas (2) Pemenuhan pendanaan stabil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan menggunakan NSFR. NSFR dihitung dengan formula sebagai berikut: NSFR = Pendanaan Stabil yang Tersedia Pendanaan Stabil yang Diperlukan 3

(3) Perhitungan NSFR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung dalam denominasi Rupiah. (4) Pemenuhan NSFR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan paling rendah 100% (seratus persen). Ayat (3) Konversi mata uang asing menjadi Rupiah dilakukan dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia. Ayat (4) Cukup jelas Pasal 3 Pasal 3 Otoritas Jasa Keuangan berwenang Cukup jelas. menetapkan NSFR yang berbeda dari kewajiban pemenuhan NSFR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4). Pasal 4 Pasal 4 Dalam hal Bank memiliki dan/atau Yang dimaksud dengan melakukan pengendalian terhadap pengendalian adalah perusahaan anak, kewajiban pemenuhan sebagaimana terdapat dalam NSFR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ayat (4) berlaku bagi Bank baik secara mengenai transparansi dan individu maupun secara konsolidasi. publikasi Bank. Yang dimaksud dengan perusahaan anak adalah sebagaimana terdapat dalam ketentuan yang mengatur mengenai penerapan manajemen risiko secara konsolidasi bagi Bank yang melakukan pengendalian terhadap perusahaan anak. Pasal 5 Pasal 5 Pemenuhan NSFR sebagaimana dimaksud Cukup jelas. dalam Pasal 2 ayat (4) berlaku untuk seluruh Bank. BAB II Perhitungan NSFR Pasal 6 Pasal 6 (1) Dalam rangka pemenuhan NSFR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4), Bank wajib menghitung nilai ASF dan RSF. (2) Nilai ASF yang diperhitungkan dalam perhitungan NSFR adalah nilai tercatat Cukup jelas. Nilai tercatat (carrying value) 4

(carrying value) liabilitas dan ekuitas pada laporan posisi keuangan (neraca). (3) Nilai RSF yang diperhitungkan dalam perhitungan NSFR adalah nilai tercatat (carrying value) aset pada laporan posisi keuangan (neraca) dan nilai outstanding transaksi rekening administratif pada laporan komitmen dan kontijensi. (4) Perhitungan nilai ASF dan RSF sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) berpedoman pada Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. yang diperhitungkan adalah nilai tercatat sebelum faktor pengurang berdasarkan pengaturan tertentu (regulatory deductions), atau penyesuaian lain. Sebagai contoh: nilai tercatat modal adalah jumlah modal inti dan modal pelengkap sebelum dikurangi faktor pengurang modal. Ayat (3) Untuk aset pada laporan posisi keuangan (neraca), nilai tercatat (carrying value) yang diperhitungkan adalah nilai tercatat aset setelah dikurangi dengan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atas aset yang dihitung sesuai standar akuntansi keuangan. Khusus untuk aset yang penurunan nilai atas aset tersebut dihitung secara kolektif, yang diperhitungkan adalah CKPN atas aset yang telah teridentifikasi mengalami penurunan nilai secara individu. Ayat (4) Cukup jelas. BAB III PEMANTAUAN DAN PELAPORAN NSFR Bagian Kesatu Umum Pasal 7 Pasal 7 Cukup jelas. Bank yang memenuhi kewajiban untuk melakukan perhitungan NSFR secara konsolidasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib melakukan pemantauan dan 5

menyampaikan laporan perhitungan NSFR baik secara individual maupun konsolidasi. Bagian Kedua Pemantauan NSFR Pasal 8 Pasal 8 (1) Bank wajib memantau pemenuhan NSFR secara bulanan, dengan menyusun Laporan NSFR berdasarkan posisi akhir bulan laporan. Laporan NSFR merupakan laporan yang mencakup perhitungan dan pengungkapan NSFR. (2) Laporan NSFR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat informasi: a. perhitungan NSFR; dan b. analisis perkembangan NSFR. (3) Bank wajib mendokumentasikan Laporan NSFR sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Kewajiban pemantauan pemenuhan NSFR bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pertama kali dilakukan untuk posisi laporan: a. akhir bulan Januari 2018, untuk Bank yang termasuk dalam kelompok BUKU 4, BUKU 3 dan bank asing; dan b. akhir bulan Januari 2020, untuk Bank yang termasuk dalam kelompok BUKU 2 dan BUKU 1, selain bank asing. Huruf a Cukup jelas. Huruf b Analisis perkembangan NSFR paling sedikit menjelaskan: 1. faktor utama yang mempengaruhi NSFR yang dipublikasikan; 2. faktor atau kondisi yang menyebabkan penurunan atau peningkatan NSFR dari waktu ke waktu. Contohnya: terdapat perubahan strategi dan struktur pendanaan; dan 3. komposisi interdependent aset dan liabilitas dan bagaimana transaksi tersebut saling terkait. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Yang dimaksud dengan Bank yang termasuk dalam kelompok BUKU adalah sebagaimana terdapat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti Bank. Bank yang termasuk dalam 6

(5) Penyusunan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada pedoman dan format laporan sebagaimana Lampiran I, Lampiran II dan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. kategori BUKU 4, BUKU 3, BUKU 2 dan BUKU 1 dalam ketentuan ini tidak termasuk bank asing. Yang dimaksud dengan bank asing adalah: 1. kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar negeri; 2. bank umum berbentuk badan hukum Indonesia yang lebih dari 50% (lima puluh persen) sahamnya dimiliki oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing baik secara sendiri atau secara bersamasama; dan/atau 3. bank yang dimiliki baik secara sendiri atau bersama-sama oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing kurang dari 50% (lima puluh persen) namun terdapat pengendalian oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing tersebut. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 9 Pasal 9 (1) Dalam hal Bank tidak mampu memenuhi NSFR sampai dengan 100% (seratus persen) berdasarkan hasil pemantauan dalam Pasal 8 ayat (1), Bank wajib menyusun rencana tindak (action plan) pemenuhan NSFR. Rencana tindak (action plan) memuat langkah perbaikan yang akan dilaksanakan oleh Bank untuk memperbaiki kondisi likuiditas Bank bserta target waktu penyelesaiannya, antara lain: a. pengurangan eksposur Bank terhadap risiko likuiditas; b. penguatan kebijakan, proses, dan prosedur Bank terkait manajemen risiko likuiditas; 7

(2) Format laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada Lampiran IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. dan c. penyempurnaan contingency funding plan (CFP) Bank. Rencana tindak (action plan) merupakan komitmen Bank kepada Otoritas Jasa Keuangan. Ayat (3) Cukup jelas. Bagian Ketiga Laporan NSFR Pasal 10 Pasal 10 (1) Bank wajib menyusun dan menyampaikan kertas kerja dan laporan NSFR triwulanan berdasarkan posisi akhir bulan laporan. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan laporan untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember. (1) Bank wajib menyampaikan kertas kerja dan laporan NSFR triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 secara online melalui sistem pelaporan Otoritas Jasa Keuangan. (2) Dalam hal sistem pelaporan Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersedia, Bank wajib menyampaikan laporan NSFR secara offline. (3) Bank wajib menyampaikan laporan NSFR triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) paling lambat: a. 15 (lima belas) hari setelah akhir bulan laporan, untuk laporan NSFR triwulanan individual; dan b. 30 (tiga puluh) hari setelah akhir bulan laporan, untuk laporan NSFR triwulanan secara konsolidasi. (4) Penyampaian laporan NSFR triwulanan secara offline sebagaimana dimaksud Pasal 11 Pasal 11 Ayat (3) Ayat (4) 8

pada ayat (2) disampaikan kepada: a. Departemen Pengawasan Bank terkait bagi Bank yang berkantor pusat atau kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar negeri yang berada di wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; atau b. Kantor Regional Otoritas Jasa Keuangan atau Kantor Otoritas Jasa Keuangan setempat sesuai wilayah tempat kedudukan kantor pusat. (5) Apabila batas waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) jatuh pada hari Sabtu, hari Minggu, dan/atau hari libur, laporan disampaikan pada hari kerja berikutnya. (6) Format kertas kerja dan laporan NSFR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada Lampiran II dan Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. (1) Bank wajib mempublikasikan dan mengungkapkan perhitungan dan/atau nilai NSFR triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember. (2) Publikasi dan pengungkapan perhitungan dan/atau nilai prosentase NSFR triwulanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan melalui: a. situs web Bank untuk perhitungan dan nilai prosentase NSFR secara triwulanan. b. paling sedikit 1 (satu) surat kabar harian cetak berbahasa Indonesia yang memiliki peredaran luas dan secara online bersamaan dengan laporan publikasi triwulanan untuk nilai prosentase NSFR. Ayat (5) Yang dimaksud dengan hari libur adalah hari libur nasional yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan/atau hari libur ocal yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat Ayat (6) Pasal 12 Pasal 12 Huruf a Pencantuman dalam situs web Bank dilakukan secara rinci dengan memuat perhitungan NSFR. Huruf b Nilai prosentase NSFR yang dipublikasikan adalah nilai prosentase NSFR triwulanan pada bulan laporan dan prosentase NSFR triwulanan 9

(3) Kewajiban publikasi perhitungan dan nilai NSFR triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan paling lambat: a. tanggal 15 bulan kedua setelah berakhirnya bulan laporan untuk laporan posisi akhir Maret, Juni dan September; b. akhir bulan Maret tahun berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan, untuk laporan akhir bulan Desember. (4) Tata cara, format, dan jangka waktu publikasi NSFR triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan sesuai tata cara, format, dan jangka waktu publikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai transparansi dan publikasi laporan Bank. (5) Bank wajib memelihara pengumuman laporan NSFR triwulanan pada situs web Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling kurang untuk 5 (lima) tahun buku terakhir. (6) Format perhitungan NSFR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a mengacu pada Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. periode sebelumnya. Surat kabar harian cetak berbahasa Indonesia yang memiliki peredaran luas ditempat kedudukan kantor pusat Bank atau ditempat kedudukan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri. Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Sebagai contoh: laporan NSFR posisi akhir bulan Maret 2018 wajib dipelihara di situs web Bank sampai dengan bulan Maret 2021. Ayat (6) Pasal 13 Pasal 13 Kewajiban penyampaian laporan NSFR triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Yang dimaksud dengan Bank yang termasuk dalam kelompok 10

Pasal 10 ayat (1) dan publikasi perhitungan dan nilai NSFR triwulanan melalui situs web Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a pertama kali dilakukan untuk posisi laporan: a. akhir bulan Maret 2018, untuk Bank yang termasuk dalam kelompok BUKU 4, BUKU 3 dan bank asing; dan b. akhir bulan Maret 2020, untuk Bank yang termasuk dalam kelompok BUKU 2 dan BUKU 1, selain bank asing. BUKU adalah sebagaimana terdapat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti Bank. Bank yang termasuk dalam kategori BUKU 4, BUKU 3, BUKU 2 dan BUKU 1 dalam ketentuan ini tidak termasuk bank asing. Yang dimaksud dengan bank asing adalah: 1. kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar negeri; 2. bank umum berbentuk badan hukum Indonesia yang lebih dari 50% (lima puluh persen) sahamnya dimiliki oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing baik secara sendiri atau secara bersamasama; dan/atau 3. bank yang dimiliki baik secara sendiri atau bersama-sama oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing kurang dari 50% (lima puluh persen) namun terdapat pengendalian oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing tersebut. Pasal 14 Pasal 14 (1) Kewajiban publikasi nilai NSFR triwulanan melalui surat kabar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf b pertama kali dilakukan untuk posisi laporan: a. Akhir bulan Maret 2019, untuk Bank yang termasuk dalam kelompok BUKU 4, BUKU 3 dan bank asing; dan b. akhir bulan Maret 2021, untuk Bank Yang dimaksud dengan Bank yang termasuk dalam kelompok BUKU adalah sebagaimana terdapat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti Bank. Bank yang termasuk dalam 11

yang termasuk dalam kelompok BUKU 2 dan BUKU 1, selain bank asing. kategori BUKU 4, BUKU 3, BUKU 2 dan BUKU 1 dalam ketentuan ini tidak termasuk bank asing. (2) Bank dinyatakan tidak mempublikasikan nilai NSFR triwulanan melalui surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila dalam laporan publikasi triwulanan yang diumumkan tidak mencantumkan informasi mengenai nilai NSFR. Yang dimaksud dengan bank asing adalah: 1. kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar negeri; 2. bank umum berbentuk badan hukum Indonesia yang lebih dari 50% (lima puluh persen) sahamnya dimiliki oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing baik secara sendiri atau secara bersama-sama; dan/atau 3. bank yang dimiliki baik secara sendiri atau bersama-sama oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing kurang dari 50% (lima puluh persen) namun terdapat pengendalian oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing tersebut. Pasal 15 Pasal 15 (1) Dalam hal terdapat kondisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Bank wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan: a. kertas kerja dan laporan NSFR bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1); dan b. rencana tindak (action plan) 12

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2). (2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat: a. 15 (lima belas) hari setelah akhir bulan laporan, untuk laporan individual; dan b. 30 (tiga puluh) hari setelah akhir bulan laporan, untuk laporan secara konsolidasi. (3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada: a. Departemen Pengawasan Bank terkait bagi Bank yang berkantor pusat atau kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar negeri yang berada di wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; atau b. Kantor Regional Otoritas Jasa Keuangan atau Kantor Otoritas Jasa Keuangan setempat sesuai wilayah tempat kedudukan kantor pusat. Ayat (3) BAB IV SANKSI Pasal 16 Pasal 16 Bank yang tidak memenuhi Peraturan Cukup jelas. Otoritas Jasa Keuangan ini dan melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 6 ayat (1), Pasal 7, Pasal 8 ayat (1), Pasal 8 ayat (3), Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), Pasal 11 ayat (1), Pasal 11 ayat (2), Pasal 11 ayat (3), Pasal 12 ayat (1), Pasal 12 ayat (2), Pasal 12 ayat (5), Pasal 15 ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa: a. teguran tertulis; b. larangan transfer laba bagi kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar negeri; c. penundaan pembagian dividen atas seluruh kepemilikan saham dari pemegang saham yang melakukan setoran modal; 13

d. pembekuan kegiatan usaha tertentu; e. larangan pembukaan jaringan kantor; f. penurunan tingkat kesehatan Bank; dan/atau g. pencantuman pengurus dan/atau pemegang saham lembaga jasa keuangan dalam daftar orang yang dilarang menjadi pemegang saham dan pengurus lembaga jasa keuangan sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan. Pasal 17 Pasal 17 Bank yang terlambat menyampaikan laporan Cukup jelas. NSFR triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari kerja keterlambatan atau paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Pasal 18 Pasal 18 Bank yang tidak mencantumkan nilai NSFR Cukup jelas. dalam laporan triwulanan dikenakan sanksi sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai transparansi dan publikasi laporan Bank. BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 19 Pasal 19 Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III, dan Cukup jelas. Lampiran IV merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Pasal 20 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai Cukup jelas. berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. 14

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Diundangkan di Jakarta Pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, 15