DRAFT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/ /20 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DRAFT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/ /20 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK"

Transkripsi

1 DRAFT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/ /20 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK BATANG TUBUH Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan disiplin pasar (market discipline) dan sejalan dengan perkembangan standar internasional diperlukan upaya peningkatan transparansi kondisi keuangan dan kinerja Bank melalui publikasi laporan Bank; b. bahwa upaya peningkatan transparansi dapat dilakukan melalui penyediaan informasi kuantitatif dan kualitatif yang tepat waktu, akurat, relevan dan memadai; c. bahwa informasi kuantitatif dan kualitatif yang disediakan akan mempermudah pengguna informasi dalam menilai kondisi keuangan, kinerja, profil risiko dan penerapan manajemen risiko, serta aktivitas bisnis Bank, penetapan tingkat suku bunga, serta kondisi keuangan Perusahaan Induk, Perusahaan Anak, Perusahaan Afiliasi dan pihak terkait Bank; d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada publik perlu tetap memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; I. UMUM Tuntutan untuk meningkatkan transparansi kondisi keuangan dan kinerja Bank semakin tinggi sejalan dengan semakin berkembangnya produk dan aktivitas perbankan. Selain itu, sejalan dengan penerapan Basel II dan Basel III, Bank dituntut untuk mengungkapkan jenis risiko dan potensi kerugian (risk exposures), praktek manajemen risiko yang diterapkan, komponen permodalan yang lebih rinci serta tambahan modal di atas rasio permodalan sesuai profil risiko yang berfungsi sebagai penyangga (buffer). Transparansi kondisi keuangan dan kinerja Bank kepada publik juga merupakan salah satu pilar penting dalam penerapan Good Corporate Governance. Beberapa manfaat yang dapat dicapai melalui transparansi informasi tersebut antara lain : (i) sebagai dasar penetapan penilaian yang wajar dan pengambilan keputusan oleh para pelaku pasar dan publik untuk terciptanya disiplin pasar (market discipline); (ii) meningkatkan kredibilitas Bank dan kepercayaan masyarakat; (iii) menunjukkan kemampuan Bank untuk memantau dan mengelola risiko; dan (iv) mengurangi ketidakpastian pasar (market uncertainty) serta kesenjangan informasi (asymmetric information). Namun di sisi lain, pengungkapan informasi yang berlebihan dapat mengurangi keunggulan bersaing Bank, sehingga perlu diatur cakupan informasi kuantitatif dan kualitatif yang wajib diungkapkan kepada publik agar kompetisi antar Bank tetap terjaga. Di samping itu, dengan semakin berkembangnya konglomerasi Bank menyebabkan struktur kelompok usaha - 1 -

2 Bank semakin kompleks sehingga Bank terekspos risiko dari berbagai aktivitas yang dilakukan baik oleh Perusahaan Induk, Perusahaan Anak maupun perusahaan lain dalam kelompok usaha yang sama dengan Bank. Oleh karena itu, para pelaku pasar dan publik membutuhkan informasi yang lebih luas dan lengkap mengenai kelompok usaha Bank. Hal ini sejalan dengan penerapan pengawasan Bank secara konsolidasi dan terintegrasi yang diterapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. e. bahwa berdasarkan pertimbangan hal-hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu menetapkan pengaturan tentang transparansi dan publikasi laporan Bank. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK - 2 -

3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar negeri, dan Bank Umum Syariah serta Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 2. Laporan Publikasi adalah Laporan Keuangan, laporan kinerja keuangan dan/atau informasi lain, yang disampaikan oleh Bank kepada masyarakat umum dan/atau Otoritas Jasa Keuangan dengan tata cara penyampaian dan pengumuman sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. 3. Pengendalian adalah perseorangan atau perusahaan/badan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang: a. memiliki lebih dari 50% (lima puluh persen) saham yang memiliki hak suara pada suatu perusahaan/badan lain; b. memiliki 50% (lima puluh persen) atau kurang saham yang memiliki hak suara pada suatu perusahaan/badan lain, tetapi: 1) terdapat perjanjian dengan pemegang saham lain sehingga memiliki hak suara lebih dari 50% (lima puluh persen); 2) mempunyai kewenangan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional perusahaan/badan lain berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; 3) mempunyai kewenangan untuk menunjuk atau PASAL DEMI PASAL Pasal 1-3 -

4 mengganti sebagian besar Direksi dan Dewan Komisaris atau organ lainnya yang setara dan mengendalikan perusahaan/badan lain melalui Direksi dan Dewan Komisaris atau organ lainnya tersebut; dan/atau 4) mampu menguasai suara mayoritas pada rapat Direksi dan Dewan Komisaris atau organ lainnya yang setara dan mengendalikan perusahaan/badan lain melalui Direksi dan Dewan Komisaris atau organ lainnya tersebut. 4. Perusahaan Induk (parent company/holding company) adalah badan hukum/perusahaan yang mengkonsolidasikan satu atau lebih Perusahaan Anak dalam suatu kelompok usaha dan melakukan Pengendalian terhadap Bank. 5. Perusahaan Induk di bidang Keuangan (financial parent company/financial holding company) adalah badan hukum/ perusahaan yang mengkonsolidasikan seluruh aktivitas satu atau lebih Perusahaan Anak pada kelompok usaha yang bergerak di bidang keuangan dan melakukan Pengendalian terhadap Bank. 6. Perusahaan Anak adalah badan hukum yang dimiliki dan/atau dikendalikan oleh Bank, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik di dalam maupun di luar negeri, yang melakukan kegiatan usaha di bidang keuangan, yang terdiri dari: a. Perusahaan Subsidiari (subsidiary company) yaitu Perusahaan Anak dengan kepemilikan Bank lebih dari 50% (lima puluh persen); b. Perusahaan Partisipasi (participation company) adalah Perusahaan Anak dengan kepemilikan Bank sebesar 50% (lima puluh persen) atau kurang, - 4 -

5 namun Bank memiliki Pengendalian terhadap perusahaan; c. Perusahaan dengan kepemilikan Bank lebih dari 20% sampai dengan 50% yang memenuhi persyaratan yaitu: 1) Kepemilikan Bank dan para pihak lainnya pada Perusahaan Anak adalah masing-masing sama besar; dan 2) Masing-masing pemilik melakukan Pengendalian secara bersama terhadap Perusahaan Anak; d. Entitas lain yang berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku wajib dikonsolidasikan. 7. Perusahaan Afiliasi adalah Perusahaan Anak dari Perusahaan Induk atau dari Perusahaan Induk di Bidang Keuangan yang tergabung dalam suatu kelompok usaha yang sama dengan Bank karena dikendalikan oleh Perusahaan Induk yang sama. 8. Pihak Terkait adalah pihak yang terkait dengan Bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang berlaku mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit. 9. Pihak-pihak Berelasi adalah pihak-pihak berelasi sebagaimana dimaksud dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi. 10. Akuntan Publik adalah akuntan publik sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Akuntan Publik. 11. Laporan Keuangan solo atau tersendiri adalah Laporan Keuangan yang disajikan oleh Perusahaan Induk yang mencatat investasi pada Perusahaan Anak, Perusahaan Afiliasi, dan Pengendalian bersama entitas berdasarkan kepemilikan ekuitas langsung, bukan berdasarkan pelaporan hasil dan aset neto investee. 12. Laporan Keuangan konsolidasian adalah Laporan Keuangan suatu kelompok usaha yang disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal. 13. Laporan Publikasi Bulanan adalah Laporan Keuangan yang disusun - 5 -

6 berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum dan dipublikasikan setiap bulan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. 14. Laporan Publikasi Triwulanan adalah Laporan Keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan informasi lain yang dipublikasikan setiap triwulan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. 15. Laporan Publikasi Tahunan adalah Laporan Keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan informasi lain yang dipublikasikan setiap tahun sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. 16. Tahun Buku adalah tahun takwim atau tahun yang dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember. 17. Surat Komentar (Management Letter) adalah komentar tertulis dari Akuntan Publik kepada manajemen Bank mengenai hasil kaji ulang terhadap struktur pengendalian intern, pelaksanaan Standar Akuntansi Keuangan atau masalah lain yang ditemui dalam pelaksanaan audit, beserta dengan saran-saran perbaikannya. Pasal 2 Pasal 2 Dalam rangka transparansi kondisi Bank, Bank wajib menyusun, menyajikan dan menyampaikan Laporan Publikasi. Pasal 3 Pasal 3 (1) Laporan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas: a. Laporan Publikasi Bulanan; b. Laporan Publikasi Triwulanan; c. Laporan Publikasi Tahunan; dan d. Laporan Publikasi Lain. (2) Isi dan kebenaran Laporan Publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tanggung jawab manajemen Bank termasuk Laporan Publikasi Bulanan - 6 -

7 sepenuhnya menjadi tanggung jawab manajemen Bank. dan Triwulanan yang disajikan pada website Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan data dan informasi yang disampaikan oleh Bank kepada Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 4 Pasal 4 Cakupan informasi dalam Laporan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 paling kurang meliputi: a. Laporan Keuangan. b. Informasi kinerja keuangan. c. Informasi lain. Pasal 5 Pasal 5 (1) Cakupan Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a adalah: a. solo. b. konsolidasian. (2) Laporan Keuangan konsolidasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib disusun dalam hal Bank memiliki Perusahaan Anak dan melakukan pengendalian atas Perusahaan Anak tersebut. (3) Cakupan konsolidasi dan prosedur konsolidasian dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. (4) Otoritas Jasa Keuangan berwenang menetapkan cakupan Perusahaan Anak yang Laporan Keuangannya wajib dikonsolidasikan dengan Bank, selain yang telah ditetapkan dalam Standar Akuntansi Keuangan. (5) Penyertaan Bank yang mengakibatkan timbulnya Pengendalian, namun hanya bersifat sementara dikecualikan dari penyusunan Laporan Keuangan konsolidasi. Yang dimaksud dengan bersifat sementara antara lain Pengendalian yang akan dilepaskan dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak posisi Laporan Keuangan pada tahun perolehan Pengendalian atau penyertaan modal sementara dalam rangka restrukturisasi kredit. (6) Cakupan Laporan Keuangan Kantor Cabang Bank Asing adalah gabungan - 7 -

8 Laporan Keuangan KCBA dan seluruh Laporan Keuangan dari setiap kantor di Indonesia. Pasal 6 Pasal 6 (1) Laporan Keuangan posisi akhir bulan Desember yang dipublikasikan secara triwulanan dan tahunan wajib diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di OJK. (2) Bank wajib mencantumkan alamat Alamat website Bank wajib website Bank pada Laporan Publikasi mencerminkan identitas Bank sehingga Triwulanan dan Laporan Publikasi memudahkan publik untuk mencari Tahunan yang dicetak. website dimaksud. Pasal 7 Pasal 7 Laporan Keuangan, informasi kinerja keuangan dan informasi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib disajikan dalam mata uang Rupiah. BAB II LAPORAN PUBLIKASI Bagian Kesatu Laporan Publikasi Bulanan Pasal 8 Pasal 8 (1) Bank wajib menyusun dan Cukup jelas mengumumkan Laporan Publikasi Bulanan. (2) Laporan Publikasi Bulanan mencakup Laporan Keuangan bulanan yang terdiri atas: 1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); 2. Laporan Laba Rugi; dan 3. Laporan Komitmen dan Kontinjensi. Pasal 9 Pasal 9 Laporan Publikasi Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) disajikan secara solo. Pasal 10 Pasal 10 (1) Bank wajib mengumumkan Laporan Publikasi Bulanan pada website Bank. Yang dimaksud dengan website Bank adalah website berdomain Indonesia yang bukan merupakan bagian dari - 8 -

9 website Perusahaan Induk atau kelompok usaha Bank. Publikasi laporan pada website Bank ditempatkan pada halaman yang mudah diakses, misalnya dengan memberikan link khusus untuk laporan publikasi pada halaman depan website Bank. Format laporan publikasi tidak dalam bentuk scancopy. (2) Pengumuman Laporan Publikasi Bulanan pada website Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat akhir bulan berikutnya setelah posisi akhir bulan laporan. Contoh: Untuk Laporan Publikasi Bulanan bulan Maret 2015, wajib diumumkan di website Bank paling lambat akhir bulan April (3) Pengumuman pada website Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dipelihara paling kurang untuk 2 (dua) tahun buku terakhir. Contoh: Pada bulan April 2015, di website Bank wajib dipelihara Laporan Publikasi Bulanan paling kurang sejak periode akhir bulan April Ketentuan ini tidak berlaku bagi Bank yang baru berdiri atau Bank baru yang merupakan hasil merger/konsolidasi. (4) Bank dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan Publikasi Bulanan pada website Bank apabila Bank mengumumkan Laporan Publikasi Bulanan setelah melewati batas akhir waktu pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (5) Bank yang dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan Publikasi Bulanan pada website Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tetap wajib mengumumkan Laporan Publikasi Bulanan. Contoh: Untuk Laporan Publikasi Bulanan bulan Maret 2015, dinyatakan terlambat apabila diumumkan di website Bank sejak tanggal 1 Mei Pasal 11 Pasal 11 (1) Bank wajib menyampaikan Laporan Publikasi Bulanan secara online melalui Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU) selama penyampaian laporan secara online melalui sistem pelaporan - 9 -

10 Otoritas Jasa Keuangan belum dapat dilakukan. (2) Penyampaian Laporan Publikasi Bulanan secara online melalui LKPBU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan tata cara, format, dan jangka waktu dalam ketentuan mengenai LKPBU. Bagian Kedua Laporan Publikasi Triwulanan Pasal 12 Pasal 12 (1) Bank wajib menyusun dan mengumumkan Laporan Publikasi Triwulanan untuk posisi laporan akhir bulan Maret, bulan Juni, bulan September dan bulan Desember. Laporan Publikasi Triwulanan posisi akhir bulan Maret, bulan Juni dan bulan September menyajikan Laporan Keuangan interim, sedangkan Laporan Publikasi Triwulanan posisi akhir bulan Desember menyajikan Laporan Keuangan akhir tahun. (2) Dalam hal diperlukan, selain mengumumkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta Bank untuk menyusun dan mengumumkan: a. Laporan Publikasi selain periode sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan/atau b. Informasi lain yang akan ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pertimbangan Otoritas Jasa Keuangan untuk meminta Bank mengumumkan Laporan Keuangan publikasi selain periode sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau informasi lain yang ditentukan Otoritas Jasa Keuangan, antara lain pertimbangan transparansi publik dalam rangka tindakan penyehatan Bank, transparansi mengenai produk/jasa tertentu yang diterbitkan/dilaksanakan oleh Bank, serta proses merger, konsolidasi dan akuisisi Bank. Pasal 13 Pasal 13 Laporan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) paling kurang mencakup: a. Laporan Keuangan, yang paling kurang terdiri atas: 1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif; 3. Laporan Komitmen dan Kontinjensi; b. Informasi kinerja keuangan, yang terdiri atas: 1. Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM);

11 2. Jumlah dan kualitas aset produktif serta CKPN, yang paling kurang memberikan informasi pengelompokan: i. Instrumen keuangan; ii. Jumlah penyediaan dana kepada pihak terkait; iii. Kredit kepada debitur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM); dan iv. Kredit yang memerlukan perhatian khusus (antara lain kredit yang direstrukturisasi dan kredit properti); dan v. PPA yang wajib dibentuk berdasarkan instrumen keuangan; 3. Persentase Pelanggaran dan Pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK); 4. Rasio Posisi Devisi Neto (PDN); 5. Transaksi Spot dan Transaksi Derivatif. c. Informasi komposisi pemegang saham dan susunan pengurus. d. Informasi lain yang akan ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan, dalam hal diperlukan. Pasal 14 Pasal 14 Khusus untuk Bank berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU) 3 dan BUKU 4, selain informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, juga ditambahkan dengan informasi mengenai pengungkapan permodalan sesuai dengan kerangka Basel III. Pengungkapan permodalan sesuai dengan kerangka Basel III akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 15 Pasal 15 Khusus untuk Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS), informasi kinerja keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, juga ditambahkan dengan informasi mengenai: a. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS); b. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan; c. Laporan Distribusi Bagi Hasil; dan

12 d. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada; Untuk posisi bulan Juni dan Desember. Pasal 16 Pasal 16 (1) Cakupan penyajian Laporan Keuangan pada Laporan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a adalah: a. Solo; dan b. Konsolidasian (2) Laporan Keuangan pada Laporan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a wajib disajikan paling kurang dalam bentuk perbandingan dengan Laporan Publikasi Triwulanan tahun sebelumnya dan/atau sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pasal 17 Pasal 17 (1) Dalam hal Bank merupakan bagian dari suatu kelompok usaha, selain menyusun dan mengumumkan Laporan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Bank wajib menyusun dan menyajikan pada Laporan Publikasi Triwulanan laporan sebagai berikut: a. Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk di Bidang Keuangan; atau b. Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk. Dalam hal tidak terdapat Laporan Keuangan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan, maka Bank menyajikan Laporan Keuangan Perusahaan Induk. Yang dimaksud dengan Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk di Bidang Keuangan adalah laporan konsolidasian dari Laporan Keuangan seluruh perusahaan di dalam kelompok usaha di bidang keuangan, sesuai dengan standar akuntansi. Yang dimaksud dengan Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk adalah laporan konsolidasian dari seluruh Laporan Keuangan perusahaan di dalam kelompok usaha, sesuai dengan standar akuntansi. (2) Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk di Bidang Keuangan atau Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang terdiri atas:

13 a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); b. Laporan Laba Rugi Komprehensif; c. Laporan Perubahan Ekuitas; dan d. Laporan Komitmen dan Kontinjensi. (3) Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk di Bidang Keuangan atau Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk yang wajib disajikan adalah untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember. (4) Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk di Bidang Keuangan atau Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk untuk posisi akhir bulan Desember wajib diaudit oleh Akuntan Publik. Pasal 18 Pasal 18 (1) Bank wajib mengumumkan Laporan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 17, sebagai berikut: a. paling kurang pada 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran luas di tempat kedudukan kantor pusat Bank atau di tempat kedudukan Kantor Cabang Bank Asing; dan Pengumuman pada surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas dimaksudkan agar informasi dalam Laporan Keuangan dapat diketahui oleh masyarakat luas. Yang dimaksud dengan surat kabar yang memiliki peredaran luas adalah: a. paling kurang surat kabar yang memiliki peredaran secara nasional bagi Bank yang: i. berkantor pusat di Jabodetabek; ii. berkantor pusat di luar Jabodetabek namun memiliki cabang di luar wilayah kantor pusatnya; atau iii. telah melakukan penawaran umum efek bersifat hutang dan/atau efek bersifat ekuitas; b. paling kurang surat kabar lokal yang memiliki peredaran luas di

14 suatu daerah, khususnya bagi Bank yang berkantor pusat di luar Jabodetabek dan tidak memiliki cabang di luar wilayah kantor pusatnya. b. website Bank. Yang dimaksud dengan website Bank adalah website berdomain Indonesia yang bukan merupakan bagian dari website Perusahaan Induk atau kelompok usaha Bank. Publikasi laporan pada website Bank ditempatkan pada halaman yang mudah diakses, misalnya dengan memberikan link khusus untuk laporan publikasi pada halaman depan website Bank. Format laporan publikasi tidak dalam bentuk scancopy. (2) Pengumuman Laporan Publikasi Triwulanan pada surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib ditandatangani oleh paling kurang 2 (dua) orang anggota Direksi Bank. (3) Pengumuman Laporan Publikasi Triwulanan pada website Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib dipelihara paling kurang selama 2 (dua) tahun buku terakhir. Penandatanganan oleh Direksi Bank dilakukan dengan mencantumkan namanya secara jelas. Contoh: Pada tanggal 15 April 2015, di website Bank wajib dipelihara Laporan Publikasi Triwulanan paling kurang sejak periode akhir bulan Maret Ketentuan ini tidak berlaku bagi Bank yang baru berdiri atau Bank baru yang merupakan hasil merger/konsolidasi. (4) Pengumuman Laporan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk posisi akhir bulan Desember wajib mencantumkan nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit Laporan Keuangan Tahunan berikut nama Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam audit (partner in charge) disertai dengan opini yang diberikan. Pasal 19 Pasal 19 (1) Pengumuman Laporan Publikasi

15 Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dilakukan paling lambat : a. Tanggal 15 bulan kedua setelah berakhirnya bulan laporan, untuk laporan posisi akhir bulan Maret, Juni dan September; b. Akhir bulan Maret tahun berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan, untuk laporan posisi akhir bulan Desember. Contoh: a. Untuk Laporan Publikasi Triwulanan bulan Maret 2015, wajib diumumkan di surat kabar dan website Bank paling lambat tanggal 15 Mei b. Untuk Laporan Publikasi Triwulanan bulan Desember 2015, wajib diumumkan di surat kabar dan website Bank paling lambat tanggal 31 Maret (2) Bank dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan Publikasi Triwulanan apabila Bank mengumumkan Laporan Publikasi Triwulanan setelah batas akhir waktu pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan paling lambat: a. akhir bulan kedua setelah berakhirnya bulan laporan, untuk laporan posisi akhir bulan Maret, Juni dan September; dan b. Tanggal 15 bulan April tahun berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan, untuk laporan posisi akhir bulan Desember. Contoh: a. Untuk Laporan Publikasi Triwulanan bulan Maret 2015, dinyatakan terlambat apabila diumumkan di surat kabar dan website Bank sejak tanggal 16 Mei 2015 sampai dengan 31 Mei b. Untuk Laporan Publikasi Triwulanan bulan Desember 2015, dinyatakan terlambat apabila diumumkan di surat kabar dan website Bank sejak tanggal 1 April 2016 sampai dengan 15 April (3) Bank dinyatakan tidak mengumumkan Laporan Publikasi Triwulanan apabila Laporan Publikasi Triwulanan belum diumumkan sampai dengan berakhirnya batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Contoh: a. Untuk Laporan Publikasi Triwulanan bulan Maret 2015, dinyatakan tidak mengumumkan apabila diumumkan di surat kabar dan website Bank sejak tanggal 1 Juni b. Untuk Laporan Publikasi Triwulanan bulan Desember 2015, dinyatakan tidak mengumumkan apabila diumumkan di surat kabar dan website Bank sejak tanggal 16 April (4) Bank yang dinyatakan tidak mengumumkan Laporan Publikasi

16 Triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tetap wajib mengumumkan Laporan Publikasi Triwulanan. Pasal 20 Pasal 20 (1) Bank wajib menyampaikan Laporan Publikasi Triwulanan secara online melalui Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU) selama penyampaian laporan secara online melalui sistem pelaporan Otoritas Jasa Keuangan belum dapat dilakukan. (2) Penyampaian Laporan Publikasi Triwulanan secara online melalui LKPBU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai tata cara, format, dan jangka waktu dalam ketentuan mengenai LKPBU. Pasal 21 Pasal 21 (1) Bank wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan bukti pengumuman berupa fotokopi atau guntingan surat kabar yang memuat pengumuman Laporan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman di surat kabar. (2) Bank dinyatakan terlambat menyampaikan bukti pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila bukti pengumuman disampaikan setelah batas akhir waktu penyampaian bukti pengumuman. Pasal 22 Pasal 22 (1) Di samping kewajiban untuk mengumumkan Laporan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bank wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan secara triwulanan, Laporan Tertentu yang mencakup: a. Transaksi antara Bank dengan Pihak- Pihak Berelasi. Yang dimaksud dengan Bank dalam ayat ini adalah seluruh Bank, baik Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha dan/atau Bank yang mempunyai Perusahaan Anak maupun Bank yang

17 b. Bagi Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha, selain wajib menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a, juga wajib menyampaikan laporan pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan yang berada dalam satu kelompok usaha dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh penyediaan dana dari Bank. c. Khusus untuk Kantor Cabang Bank Asing, wajib menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi Bank Asing tidak merupakan bagian dari kelompok usaha dan/atau tidak mempunyai Perusahaan Anak. Pengertian pihak berelasi dan transaksi dengan pihak berelasi sesuai dengan standar akuntasi yang berlaku. Contoh transaksi dengan Pihak-pihak Berelasi meliputi: 1. Kepemilikan silang (cross shareholdings); 2. Transaksi dimana suatu kelompok usaha bertindak untuk kepentingan kelompok usaha yang lain; 3. Pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha; 4. Penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh perusahaan lain dalam satu kelompok usaha; 5. Eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara lain dalam bentuk pinjaman, komitmen dan kontinjensi; dan 6. Pembelian, penjualan dan penyewaan aset dengan perusahaan lain dalam suatu kelompok usaha, termasuk yang dilakukan dengan repurchase agreement. Yang dimaksud dengan Laporan Keuangan Konsolidasi Bank Asing adalah laporan konsolidasian kantor

18 tersebut. pusat Bank Asing dengan seluruh kantor cabang dan anak perusahaan di dalam kelompok usaha, sesuai dengan standar akuntansi. (2) Jangka waktu penyampaian/ keterlambatan/tidak menyampaikan Laporan Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada jangka waktu pengumuman Laporan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19. Bagian Ketiga Laporan Publikasi Tahunan Pasal 23 Pasal 23 Bank wajib menyusun dan mengumumkan Laporan Publikasi Tahunan untuk posisi laporan akhir bulan Desember. Pasal 24 Pasal 24 Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 paling kurang mencakup : a. Informasi umum yang meliputi: 1. Kepengurusan; 2. Kepemilikan; 3. Perkembangan usaha Bank dan kelompok usaha Bank termasuk pengembangan usaha Unit Usaha Syariah (UUS); 4. Strategi dan kebijakan manajemen termasuk strategi dan kebijakan manajemen UUS; dan 5. Laporan manajemen termasuk laporan manajemen UUS. b. Laporan Keuangan yang terdiri atas: 1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif; 3. Laporan Perubahan Ekuitas;

19 4. Laporan Arus Kas; 5. Laporan Komitmen dan Kontinjensi; dan 6. Catatan atas Laporan Keuangan. c. Informasi kinerja keuangan yang terdiri atas: 1. Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM); 2. Jumlah dan kualitas aset produktif serta CKPN, yang paling kurang memberikan informasi pengelompokan: i. Instrumen keuangan; ii. Jumlah penyediaan dana pihak terkait; iii. Kredit kepada debitur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM); iv. Kredit yang memerlukan perhatian khusus (antara lain kredit yang direstrukturisasi dan kredit properti); dan v. PPA yang wajib dibentuk berdasarkan instrumen keuangan. 3. Persentase Pelanggaran dan Pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK); 4. Rasio Posisi Devisi Neto (PDN); 5. Transaksi Spot dan Transaksi Derivatif. d. Praktek manajemen risiko yang diterapkan Bank, paling kurang mencakup uraian jenis risiko dan potensi kerugian (risk exposures) yang dihadapi Bank, sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai manajemen risiko. e. Khusus untuk Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS), informasi kinerja keuangan sebagaimana dimaksud dalam huruf c, juga ditambah dengan informasi mengenai: 1. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS); 2. Laporan Sumber dan Penggunaan

20 Dana Kebajikan; 3. Laporan Distribusi Bagi Hasil; dan 4. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada. f. Pengungkapan khusus bagi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan/atau memiliki Perusahaan Anak, yang paling kurang terdiri dari informasi sebagai berikut: i. Struktur kelompok usaha Bank; ii. Transaksi antara Bank dengan Pihak-pihak Berelasi; Struktur kelompok usaha Bank disajikan sebagai berikut: - Mulai dari Bank, Perusahaan Anak, Perusahaan Afiliasi, Perusahaan Induk di Bidang Keuangan, dan/atau Perusahaan Induk sampai dengan pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholder). - Struktur keterkaitan kepengurusan dan pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang saham lain (shareholder acting in concert). Pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang saham lain adalah pemegang saham perorangan atau perusahaan yang memiliki tujuan bersama untuk mengendalikan Bank yang didasarkan atau tidak didasarkan pada suatu perjanjian. Pengertian Pihak Berelasi dan transaksi dengan Pihak Berelasi sesuai dengan standar akuntasi yang berlaku. Contoh transaksi dengan Pihak-pihak Berelasi meliputi: 1. Kepemilikan silang (cross shareholdings); 2. Transaksi dimana suatu kelompok usaha bertindak untuk kepentingan kelompok usaha yang lain; 3. Pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha; 4. Penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh perusahaan

21 iii. Transaksi dengan Pihak-Pihak Berelasi yang dilakukan oleh setiap perusahaan di dalam kelompok usaha Bank yang bergerak di bidang keuangan; iv. Penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan yang berada dalam satu kelompok usaha dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh penyediaan dana dari Bank; dan v. Pengungkapan mengenai permodalan, jenis risiko, potensi kerugian dan manajemen risiko secara konsolidasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku. g. Aspek pengungkapan (disclosure) lain sebagaimana diwajibkan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, dalam hal belum tercakup dalam huruf a sampai dengan huruf f di atas. h. Informasi lain yang akan ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan, dalam hal diperlukan. lain dalam satu kelompok usaha; 5. Eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara lain dalam bentuk pinjaman, komitmen dan kontinjensi; dan 6. Pembelian, penjualan dan penyewaan aset dengan perusahaan lain dalam suatu kelompok usaha, termasuk yang dilakukan dengan repurchase agreement. Penjelasan sama dengan butir ii. Pasal 25 Pasal 25 (1) Cakupan penyajian Laporan Keuangan pada Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b adalah: a. Solo; dan b. Konsolidasian

22 (2) Opini Akuntan Publik atas Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disertakan sebagai cakupan dalam Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24. (3) Laporan Keuangan pada Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disusun untuk 1 (satu) Tahun Buku dan disajikan paling kurang dalam bentuk perbandingan dengan 1 (satu) Tahun Buku sebelumnya dan/atau sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pasal 26 Pasal 26 (1) Dalam hal Bank merupakan bagian dari suatu kelompok usaha, selain menyusun Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Bank wajib menyusun dan menyajikan pada Laporan Publikasi Tahunan laporan sebagai berikut: a. Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk di Bidang Keuangan; atau b. Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk. (2) Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk di Bidang Keuangan atau Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang terdiri atas: a. Laporan Posisi Keuangan (neraca); b. Laporan Laba Rugi Komprehensif; c. Laporan Perubahan Ekuitas; dan d. Laporan Komitmen dan Kontinjensi. (3) Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk di Bidang Keuangan atau Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diaudit oleh Akuntan Publik. (4) Dalam hal audit Laporan Keuangan Tahunan perusahaan lain di luar Bank dilakukan oleh Akuntan Publik yang berbeda dengan Akuntan Publik yang Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki Perusahaan Induk di Bidang Keuangan maka cukup disajikan Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk

23 mengaudit Laporan Keuangan Tahunan Bank, maka Bank dalam menyajikan Laporan Keuangan Tahunan secara konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit Laporan Keuangan Tahunan berikut nama Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam audit (partner in charge) serta opini yang diberikan. Pasal 27 Pasal 27 (1) Bank wajib mengumumkan Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 26 pada website Bank. Yang dimaksud dengan website Bank adalah website berdomain Indonesia yang bukan merupakan bagian dari website Perusahaan Induk atau kelompok usaha Bank. Publikasi laporan pada website Bank ditempatkan pada halaman yang mudah diakses, misalnya dengan memberikan link khusus untuk laporan publikasi pada halaman depan website Bank. (2) Pengumuman pada website Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipelihara paling kurang untuk 5 (lima) tahun buku terakhir. Contoh: Pada bulan April 2015, di website Bank wajib dipelihara Laporan Publikasi Tahunan paling kurang sejak periode Desember Ketentuan ini tidak berlaku bagi Bank yang baru berdiri atau Bank baru yang merupakan hasil merger/konsolidasi. Pasal 28 Pasal 28 (1) Bank wajib menyampaikan Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 26 kepada Otoritas Jasa Keuangan. (2) Penyampaian Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disertai dengan Management Letter atas audit Laporan Keuangan Tahunan Bank. Pasal 29 Pasal 29 (1) Pengumuman Laporan Publikasi Tahunan pada website Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Contoh: Untuk Laporan Publikasi Tahunan akhir bulan Desember 2015, wajib

24 penyampaian Laporan Publikasi Tahunan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 wajib dilakukan paling lambat 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Buku. (2) Bank dinyatakan terlambat mengumumkan dan/atau menyampaikan Laporan Publikasi Tahunan apabila Bank mengumumkan dan/atau menyampaikan Laporan Publikasi Tahunan setelah batas akhir waktu pengumuman dan/atau penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan paling lambat 1 (satu) bulan setelah batas akhir pengumuman dan/atau penyampaian Laporan Publikasi Tahunan. (3) Bank dinyatakan tidak mengumumkan dan/atau menyampaikan Laporan Publikasi Tahunan apabila: a. Laporan Publikasi Tahunan belum diumumkan dan/atau disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sampai dengan berakhirnya batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2); atau b. Bank belum mengumumkan di website Bank dan/atau menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b yang diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. (4) Bank yang dinyatakan tidak mengumumkan dan/atau menyampaikan Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tetap wajib mengumumkan dan/atau menyampaikan Laporan Publikasi Tahunan. diumumkan di website Bank dan disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat tanggal 30 April Contoh: Untuk Laporan Publikasi Tahunan akhir bulan Desember 2015, dinyatakan terlambat apabila diumumkan di website Bank dan disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sejak tanggal 1 Mei 2016 sampai dengan 31 Mei Contoh: a. Untuk Laporan Publikasi Tahunan akhir bulan Desember 2015, dinyatakan tidak mengumumkan/ menyampaikan apabila diumumkan di website Bank dan disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sejak tanggal 1 Juni Pasal 30 Pasal 30 (1) Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan/atau Bank yang memiliki Perusahaan Anak, selain menyusun dan mengumumkan Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 26, Bank wajib menyampaikan kepada

25 Otoritas Jasa Keuangan secara tahunan, Laporan Tertentu yang mencakup: a. Laporan Tahunan Perusahaan Induk di bidang keuangan atau Laporan Tahunan Perusahaan Induk; b. Laporan Tahunan Pemegang Saham langsung yang memiliki saham mayoritas atau Laporan Tahunan perusahaan yang melakukan Pengendalian langsung kepada Bank; c. Laporan Tahunan Perusahaan Anak; dan d. Khusus untuk Kantor Cabang Bank Asing, wajib menyampaikan Laporan Tahunan Bank Asing tersebut. (2) Apabila kelompok usaha tidak memiliki Laporan Tahunan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan atau Laporan Tahunan Perusahaan Induk, maka Laporan Tertentu sebagai dimaksud pada ayat (1) huruf a yang wajib disajikan oleh Bank adalah Laporan Keuangan Konsolidasi Tahunan Perusahaan Induk di bidang keuangan atau Laporan Keuangan Konsolidasi Tahunan Perusahaan Induk. (3) Dalam hal Perusahaan Anak tidak memiliki Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, maka laporan yang wajib disajikan adalah Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Anak. (3) Jangka waktu penyampaian/ keterlambatan/tidak menyampaikan Laporan Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada jangka waktu pengumuman/penyampaian Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29. Bagian Keempat Laporan Publikasi Lain Pasal 31 (1) Laporan Publikasi Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d meliputi: a. Laporan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK); dan Dalam hal tidak terdapat Laporan Tahunan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan, maka Bank menyajikan Laporan Tahunan Perusahaan Induk. Dalam hal tidak terdapat Laporan Keuangan Konsolidasi Tahunan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan, maka Bank menyajikan Laporan Keuangan Konsolidasi Tahunan Perusahaan Induk. Huruf a Yang dimaksud dengan Laporan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) adalah laporan yang menyajikan perhitungan suku bunga dasar kredit yang antara

26 b. Laporan Publikasi Lainnya. lain mencakup harga pokok dana untuk kredit (HPDK), biaya overhead, dan marjin keuntungan (profit margin) yang ditetapkan Bank dalam kegiatan perkreditan. (2) Apabila diperlukan, Otoritas Jasa Keuangan berwenang untuk meminta Bank menyampaikan Laporan Publikasi Lainnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan industri perbankan, di luar Laporan Publikasi Bulanan, Laporan Publikasi Triwulanan dan Laporan Publikasi Tahunan. (3) Bank wajib mengumumkan Laporan Publikasi Lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara berkala sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 32 (1) Laporan SBDK sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 ayat (1) huruf a wajib diumumkan di surat kabar yang memiliki peredaran luas paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah akhir bulan Maret, bulan Juni, bulan September dan bulan Desember. (2) Bank dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan SBDK apabila Bank mengumumkan Laporan SBDK setelah batas akhir waktu pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan paling lambat 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu pengumuman Laporan. (3) Bank dinyatakan tidak mengumumkan Laporan SBDK apabila Laporan SBDK belum diumumkan sampai dengan berakhirnya batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Huruf b Laporan Publikasi Lainnya yang wajib disampaikan oleh Bank akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Contoh: Untuk Laporan SBDK akhir bulan Maret 2015, wajib diumumkan di surat kabar paling lambat tanggal 9 April Contoh: Untuk Laporan SBDK akhir bulan Maret 2015, dinyatakan terlambat apabila diumumkan di surat kabar sejak tanggal 10 April 2015 sampai dengan 8 Mei Contoh: Untuk Laporan SBDK akhir bulan Maret 2015, dinyatakan tidak mengumumkan apabila diumumkan di surat kabar sejak tanggal 9 Mei (4) Format, cakupan, dan tata cara

27 penyampaian serta persyaratan Bank yang wajib mengumumkan Laporan SBDK berpedoman pada ketentuan mengenai transparansi informasi suku bunga dasar kredit. BAB III LAIN-LAIN Pasal 33 Pasal 33 Khusus untuk Laporan yang disampaikan tidak melalui sistem pelaporan secara online, dalam hal batas waktu penyampaiannya jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur lainnya, maka batas waktu penyampaian Laporan menjadi hari kerja berikutnya. BAB IV SANKSI Bagian Kesatu Sanksi Laporan Publikasi Bulanan Pasal 34 Pasal 34 (1) Bank yang dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan Publikasi Bulanan pada website Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) dikenakan sanksi berupa teguran tertulis. (2) Sanksi atas keterlambatan penyampaian Laporan Publikasi Bulanan secara online melalui LKPBU berpedoman pada ketentuan mengenai LKPBU. (3) Apabila menurut penilaian Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Publikasi Bulanan secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan/atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan/atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, Bank dikenakan sanksi berupa teguran tertulis. Penerapan sanksi tidak diberlakukan dalam hal terjadi kerusakan sistem teknologi informasi Bank yang disertai dengan bukti dan dokumen pendukung yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan. (4) Bank diwajibkan memperbaiki dan mengumumkan kembali Laporan

28 Publikasi Bulanan yang telah diperbaiki pada website Bank, paling lambat bersamaan dengan pengumuman Laporan Publikasi Bulanan periode berikutnya setelah dikenakan sanksi teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Bagian Kedua Sanksi Laporan Publikasi Triwulanan Pasal 35 Pasal 35 (1) Bank yang dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dikenakan: a. sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah) per hari untuk setiap laporan bagi Bank yang terlambat mengumumkan di surat kabar; b. sanksi berupa teguran tertulis bagi Bank yang terlambat mengumumkan di website Bank. (2) Bank yang dinyatakan tidak mengumumkan Laporan Publikasi Triwulanan pada surat kabar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). (3) Sanksi atas keterlambatan penyampaian Laporan Publikasi Triwulanan secara online melalui LKPBU berpedoman pada ketentuan mengenai LKPBU. Huruf a Huruf b Penerapan sanksi tidak diberlakukan dalam hal terjadi kerusakan sistem teknologi informasi Bank yang disertai dengan bukti dan dokumen pendukung yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan. (4) Bank yang dinyatakan terlambat menyampaikan bukti pengumuman di surat kabar kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2), dikenakan sanksi berupa teguran tertulis. Pasal 36 Pasal 36 (1) Apabila menurut penilaian Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Publikasi Triwulanan

29 secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan/atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan/atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, atau surat komentar (management letter) dari Akuntan Publik menyatakan adanya kelemahan mendasar dari sistem pelaporan data Bank ke Otoritas Jasa Keuangan, dikenakan: a. sanksi berupa teguran tertulis; b. kewajiban membayar paling sedikit sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp ,00 (lima ratus juta rupiah), apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah teguran tertulis diterima oleh Bank, Bank tidak memperbaiki dan mengumumkan kembali laporan dimaksud. (2) Bank yang telah dikenakan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tetap diwajibkan memperbaiki dan mengumumkan kembali Laporan Publikasi Triwulanan pada surat kabar dan website Bank, serta menyampaikan kembali bukti pengumuman di surat kabar kepada Otoritas Jasa Keuangan. (3) Dalam hal Bank tidak memperbaiki dan mengumumkan kembali Laporan Publikasi Triwulanan pada surat kabar dan website Bank/menyampaikan bukti pengumuman di surat kabar setelah dikenakan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, maka Bank dikenakan sanksi administratif lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, antara lain berupa: a. penurunan tingkat kesehatan Bank; b. pencantuman anggota pengurus,

30 pegawai Bank, pemegang saham dalam daftar orang-orang yang dilarang menjadi pemilik dan pengurus Bank; dan/atau c. pembekuan kegiatan usaha tertentu. Pasal 37 (1) Bank yang dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Tertentu kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah) per hari kerja. (2) Bank yang dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tertentu kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (tiga puluh juta rupiah). Bagian Ketiga Sanksi Laporan Publikasi Tahunan Pasal 38 Pasal 38 (1) Bank yang dinyatakan terlambat mengumumkan dan/atau menyampaikan Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah) per hari kerja. (2) Bank yang dinyatakan tidak mengumumkan dan/atau menyampaikan Laporan Publikasi Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). Penerapan sanksi tidak diberlakukan dalam hal terjadi kerusakan sistem teknologi informasi Bank yang disertai dengan bukti dan dokumen pendukung yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 39 Pasal 39 (1) Apabila menurut penilaian Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Publikasi Tahunan secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan/atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan/atau Pernyataan Standar Akuntansi

31 Keuangan yang berlaku, atau surat komentar (management letter) dari Akuntan Publik menyatakan adanya kelemahan mendasar dari sistem pelaporan data Bank ke Otoritas Jasa Keuangan, dikenakan: a. sanksi teguran tertulis; b. sanksi kewajiban membayar paling sedikit sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah diberi teguran tertulis, Bank tidak memperbaiki dan mengumumkan/ menyampaikan kembali laporan dimaksud. (2) Bank yang telah dikenakan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tetap diwajibkan memperbaiki dan mengumumkan kembali Laporan Publikasi Tahunan pada website Bank dan menyampaikan kembali kepada Otoritas Jasa Keuangan. (3) Dalam hal Bank tidak memperbaiki dan mengumumkan/menyampaikan kembali Laporan Publikasi Tahunan setelah dikenakan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, maka Bank dikenakan sanksi administratif lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, antara lain berupa: a. penurunan tingkat kesehatan Bank; b. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, pemegang saham dalam daftar orang-orang yang dilarang menjadi pemilik dan pengurus Bank; dan/atau c. pembekuan kegiatan usaha tertentu. Pasal 40 Pasal

32 (1) Bank yang dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Tertentu kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (5) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah) per hari kerja. (2) Bank yang dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tertentu kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (5) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (tiga puluh juta rupiah). Bagian Keempat Sanksi Laporan Publikasi Lain Pasal 41 Pasal 41 (1) Bank yang dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan SBDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah) per hari. (2) Bank yang dinyatakan tidak mengumumkan Laporan SBDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). Bagian Kelima Sanksi Lainnya Pasal 42 Pasal 42 (1) Bagi Bank yang tidak memelihara Laporan Publikasi Bulanan, Triwulanan dan Tahunan pada website Bank sesuai jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3), Pasal 18 ayat (3), dan Pasal 27 ayat (2), dikenakan sanksi berupa teguran tertulis. (2) Bagi Bank yang belum memiliki website Bank pada saat ketentuan ini berlaku,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.199, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Laporan Bank. Transparansi. Publikasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5353) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan disiplin

Lebih terperinci

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar No.74, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Laporan Bank. Transparansi. Publikasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5687) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14 /PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14 /PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK - 34 - PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14 /PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK I. UMUM Tuntutan untuk meningkatkan transparansi kondisi keuangan dan kinerja Bank

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5353 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Laporan Bank. Transparansi. Publikasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 199) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI

Lebih terperinci

2 mengelola risiko; dan (iv) mengurangi ketidakpastian pasar (market uncertainty) serta kesenjangan informasi (asymmetric information). Di sisi lain,

2 mengelola risiko; dan (iv) mengurangi ketidakpastian pasar (market uncertainty) serta kesenjangan informasi (asymmetric information). Di sisi lain, TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. OJK. Laporan Bank. Transparansi. Publikasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 74) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.03/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI

Lebih terperinci

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat. Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI

Lebih terperinci

2016, No tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2

2016, No tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2 No.170, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Laporan. Transparansi. Publikasi. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5917) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/22/PBI/2001 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/22/PBI/2001 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/22/PBI/2001 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan disiplin pasar (market discipline) perlu diupayakan

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No.7/56/DPbS Jakarta, 9 Desember 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan,

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA KONSOLIDASI BAGI BANK YANG MELAKUKAN PENGENDALIAN TERHADAP PERUSAHAAN ANAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban No.144, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Perusahaan Anak. Manajemen Risiko. Pengendalian. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6087)

Lebih terperinci

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/6/PBI/2006 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA KONSOLIDASI BAGI BANK YANG MELAKUKAN PENGENDALIAN TERHADAP PERUSAHAAN ANAK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember 2001 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia

Lebih terperinci

2017, No sektor perbankan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan diperlukan pengaturan kembali transparansi kondisi keuangan Bank Perkre

2017, No sektor perbankan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan diperlukan pengaturan kembali transparansi kondisi keuangan Bank Perkre LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.154, 2017 KEUANGAN OJK. BPR. Kondisi Keuangan. Transparansi. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6097) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL Sehubungan dengan berlakunya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.03/2017 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.03/2017 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.03/2017 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/PBI/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/PBI/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/PBI/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat. Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat. RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG TRANSPARANSI

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan L

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan L No.159, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Pendanaan Stabil Bersih. Rasio. Kewajiban. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6099) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2016 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2016 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2016 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL Sehubungan dengan berlakunya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan

Lebih terperinci

No. 3/30/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 3/30/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 3/30/DPNP Jakarta, 14 Desember 2001 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan tertentu yang disampaikan

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan No.142, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Penyertaan Modal. Prinsip Kehatihatian. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6085) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/11/PBI/2013 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/11/PBI/2013 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/11/PBI/2013 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

No Angka 2 Pasal 11 Kewajiban penyampaian Laporan Publikasi Bulanan secara online melalui sistem pelaporan Otoritas Jasa Keuangan dilaksanakan

No Angka 2 Pasal 11 Kewajiban penyampaian Laporan Publikasi Bulanan secara online melalui sistem pelaporan Otoritas Jasa Keuangan dilaksanakan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5917 KEUANGAN OJK. Bank. Laporan. Transparansi. Publikasi. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 170). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 19 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 19 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 19 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.17, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Rencana Bisnis. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5841) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Penyertaan Modal. Prinsip Kehatihatian. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 142) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 25 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang No.349, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Tata Kelola. Terintegrasi. Konglomerasi. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5627) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/10 /PBI/2003 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/10 /PBI/2003 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/10 /PBI/2003 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa dalam menjalankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penetapan kebijakan moneter, pemantauan stabilitas sistem keuangan,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mengarahkan kegiatan operasional

Lebih terperinci

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.348, 2014 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5626) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Ringkasan Eksekutif Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 1. Latar belakang penerbitan POJK ini adalah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/16/PBI/2006 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/16/PBI/2006 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/16/PBI/2006 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa untuk mewujudkan struktur perbankan Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.284, 2012 PERBANKAN. BI. Kepemilikan. Tunggal. Struktur. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5382) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan good corporate governance, bank perlu

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2016 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2016 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2016 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL Sehubungan dengan berlakunya

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.307, 2016 KEUANGAN OJK. PT. Peleburan. Penggabungan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5997). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat Syariah No.7/52/DPbS Jakarta, 22 November 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2014 OJK. Perusahaan Pembiyaan. Kelembagaan. Perizinan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5637) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 NSFR dihitung dengan formula sebagai berikut:. Konversi mata uang asing menjadi rupiah dilakukan dengan mengg

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 NSFR dihitung dengan formula sebagai berikut:. Konversi mata uang asing menjadi rupiah dilakukan dengan mengg TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank. Pendanaan Stabil Bersih. Rasio. Kewajiban. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 159) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

No.8/27/DPNP Jakarta, 27 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.8/27/DPNP Jakarta, 27 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.8/27/DPNP Jakarta, 27 November 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Prinsip Kehati-hatian dan Laporan dalam rangka Penerapan Manajemen Risiko secara Konsolidasi bagi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/17/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/17/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/17/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 15/1/DPNP Jakarta, 15 Januari 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/4/PBI/2013 TENTANG LAPORAN STABILITAS MONETER DAN SISTEM KEUANGAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/4/PBI/2013 TENTANG LAPORAN STABILITAS MONETER DAN SISTEM KEUANGAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/4/PBI/2013 TENTANG LAPORAN STABILITAS MONETER DAN SISTEM KEUANGAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116 KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I No. COM/002/00/0116 Tanggal Efektif 4 Januari 2016 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri keuangan merupakan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 TENTANG LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mendorong terciptanya sistem perbankan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.E.2 : TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA UTAMA

PERATURAN NOMOR IX.E.2 : TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA UTAMA PERATURAN NOMOR IX.E.2 : TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA UTAMA 1. KETENTUAN UMUM a. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1) Perusahaan adalah Emiten yang telah melakukan Penawaran

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas No.64, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank Sistemik. Recovery Plan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6038) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5841 KEUANGAN OJK. Bank. Rencana Bisnis. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 17) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.274, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Kredit. Pembiayaan. Bank Umum. Pengembangan Usaha. Mikro. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5378) PERATURAN

Lebih terperinci

No. 13/5/DPNP Jakarta, 8 Februari Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 13/5/DPNP Jakarta, 8 Februari Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 13/5/DPNP Jakarta, 8 Februari 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/ 17 /PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/ 17 /PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/ 17 /PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penetapan kebijakan moneter serta pemantauan kondisi bank secara

Lebih terperinci

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain No.62, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Akuntan Publik. Jasa Keuangan. Penggunaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6036) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM Sehubungan dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DAN LAPORAN DALAM

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN DENGAN

Lebih terperinci

-2- mengingat hal ini merupakan salah satu pemenuhan tingkat kepatuhan Bank terhadap standar internasional. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pener

-2- mengingat hal ini merupakan salah satu pemenuhan tingkat kepatuhan Bank terhadap standar internasional. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pener TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank. Perusahaan Anak. Manajemen Risiko. Pengendalian. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 144) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-614/BL/2011 TENTANG TRANSAKSI

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM Sehubungan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong terciptanya

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQs) PERATURAN BANK INDONESIA NO.15/3/DKBU/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQs) PERATURAN BANK INDONESIA NO.15/3/DKBU/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQs) PERATURAN BANK INDONESIA NO.15/3/DKBU/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT 1. Apa latar belakang penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/22/PBI/2014 TENTANG PELAPORAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA DAN PELAPORAN KEGIATAN PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/2/PBI/2013 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM KONVENSIONAL

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/2/PBI/2013 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM KONVENSIONAL - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/2/PBI/2013 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2016 Yth. Direksi Bank di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI CALON PEMEGANG SAHAM PENGENDALI, CALON ANGGOTA DIREKSI, DAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mengarahkan kegiatan operasional

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 September 2016 dan 31 Desember 2015 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS 30 Sep 2016 31 Dec 2015 ASET 1. Kas 9,570 12,320 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,212,969 1,228,564

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2017 TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci