DIAN TRI HANDAYANI A

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEGIATAN KEPRAMUKAAN (Studi Kasus Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat. Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM KEGIATAN PRAMUKA

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013)

KONTRUKSI KARAKTER KERJA KERAS DAN RELA BERKORBAN DALAM FILM BIDADARI-BIDADARI SURGA UNTUK KEPERLUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

EDY NOVIYANTO A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

PEMAHAMAN DAN KESIAPAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA. DALAM PEMBELAJARAN PKn TERHADAP SISWA KELAS V SD N WIRUN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLLIKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai. derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta)

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI MEDIA PEMBENTUKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS V SD NEGERI LENCOH SELO BOYOLALI TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

Diajukan Oleh: LUKLUK SALAMAH A

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

PERAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SD NEGERI JETISKARANGPUNG 1 KALIJAMBE TAHUN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

Oleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

ARTIKEL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

HUBUNGAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN MATA PELAJARAN AKHLAK (STUDI KASUS KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan aspek penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI SIKAP TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA. (Studi Kasus Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Pelajaran 2013/2014)

Transkripsi:

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI PADA KEGIATAN KEPRAMUKAAN (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Pramuka di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI DIAN TRI HANDAYANI A 220090170 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 i

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417 Psw. 213 Fax : 715448 Surakarta 57102 Website:http//www.ums.ac.id Email: ums@ums.ac.id Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir: Nama : Drs. Suyahman, M.Si, M.H NIP/NIK : 442 Telah membaca dan mencermati naskah publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa: Nama NIM Program Studi Judul Skripsi : Dian Tri Handayani : A220090170 : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan : PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI PADA KEGIATAN KEPRAMUKAAN (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Pramuka di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013) Naskah artikel tersebut layak, dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya. Surakarta, Februari 2013 Pembimbing, Drs. Suyahman, M.Si., M.H NIK. 442 ii

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI PADA KEGIATAN KEPRAMUKAAN (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Pramuka di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten SukoharjoTahun Pelajaran 2012/2013) Dian Tri Handayani, A220090170, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, xv + 127 halaman (Termasuk lampiran) Abstrak Penelitian ini bertujuan Untuk mendiskripsikan pelaksanaan pendidikan karakter mandiri pada kegiatan kepramukaan di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013, untuk mendiskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan karakter mandiri pada kegiatan kepramukaan di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013, untuk mendiskripsikan solusi/ upaya mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan pendidikan karakter mandiri pada kegiatan kepramukaan di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013. Sumber data dalam penelitian ini meliputi informan, tempat dan peristiwa, serta dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan telaah dokumentasi. Untuk menguji keabsahan/kevalidan data penulis menggunakan trianggulasi sumber data dan trianggulasi teknik/metode pengumpulan data. sedangkan untuk menganalisis data penulis mengunakan analisis dara interaktif. Setelah dilakukannya penelitian ini penulis dapat menyimpulkan bahwa Pelaksanaan pendidikan karakter mandiri di SMP Negeri 2 Kartasura diberikan dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, dan menyenangkan yaitu melalui kegiatan kepramukaan. Semua kegiatan yang dilakukan sudah terjadwal dengan baik hal tersebut bertujuan agar Pembina dapat mengetahui perubahan karakter yang terjadi pada peserta didik. Kegiatan yang membuat peserta didik menjadi mandiri di SMP Negeri 2 Kartasura yaitu pelantikan, persami, PBB, apel pembukaan dan apel penutupan, dll. Kendalakendala yang terjadi dalam pelaksanaan pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan kepramukaan di SMP Negeri 2 Kartasura disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern dalam penelitian ini adalah kurangnya minat, motivasi, semangat dan keinginan peserta didik untuk berubah menjadi mandiri. Faktor ekstern dalam penelitian ini adalah faktor keluarga, lingkungan, media elektronik, dan cuaca. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang terjadi dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan karakter secara terpadu dengan semua mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler yaitu pramuka. Kegiatan kepramukaan yang diwajibkan bagi peserta didik kelas VII merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan pendidikan karakter mandiri. Kata kunci: Pendidikan Karakter Mandiri, dan Kegiatan Kepramukaan. 1

Pendahuluan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional di atas, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME., diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, dan perasaan, serta perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Gunawan, 2012:3-4). Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan proposional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal. Setiap peserta didik diharapkan selain berprestasi dalam akademis juga mempunyai karakter yang mulia. Seseorang dapat dikatakan berkarakter mulia apabila memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, dan nilai-nilai lainnya; memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan mampu bertindak sesuai potensi serta kesadarannya. Namun pada kenyataannya, pendidikan hanya berbasiskan hard skill yaitu menghasilkan lulusan yang hanya memiliki prestasi dalam akademis yang mengakibatkan semakin memudarnya karakter generasi muda. Banyak lulusan pendidikan di Indonesia termasuk sarjana yang pandai dan mahir dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi tidak memiliki mental yang kuat, bahkan cenderung tidak bermoral. Pembentukan karakter pada generasi 2

muda dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan teknik-teknik menjawabnya, tetapi pendidikan yang memerlukan pembiasaan untuk berbuat baik. Banyak sekali nilai-nilai pendidikan karakter yang perlu ditingkatkan pada peserta didik, salah satunya adalah pendidikan karakter mandiri. Dalam upaya peningkatan nilai pendidikan karakter mandiri di sekolah, sebaiknya pendidik menggunakan suatu media yang menarik agar nilai pendidikan karakter mandiri yang disampaikan dapat diterima oleh siswa dengan baik. Salah satu media yang potensial dalam meningkatan mutu akademik peserta didik adalah dengan kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik. Salah satu kegiatan ekstra kurikuler yang dapat meningkatkan nilai pendidikan karakter peserta didik adalah kegiatan kepramukaan. Melalui kegiatan kepramukaan siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimilikinya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dipandang cukup penting untuk mengadakan penelitian tentang Pelaksanaan Pendidikan Karakter Mandiri pada Kegiatan Kepramukaan (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Pramuka di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013). Landasan Teori a. Menurut Winton dalam Samani dan Hariyanto (2011:43), pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Menurut Gunawan (2012:30) bahwa, pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Menurut Gunawan (2012:33), mandiri adalah suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan 3

tugas-tugas. Selanjutnya, Samani dan Hariyanto (2011:131) mengatakan bahwa mandiri mempunyai makna mampu memenuhi kebutuhan sendiri dengan upaya sendiri dan tidak mudah bergantung pada orang lain. Jadi, yang dimaksud dengan pendidikan karakter mandiri adalah bagian dari pembelajaran yang baik dan fundamental untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya terlihat dari tindakan nyata seseorang yang baik dan bertanggung jawab serta tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator dari pendidikan karakter mandiri adalah sebagai berikut: a) Mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. b) Mampu mengatasi masalah. c) Percaya pada kemampuan diri sendiri. d) Mampu mengatur dirinya sendiri. Gerakan pramuka adalah suatu organisasi yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan untuk mempersiapkan anak-anak dan pemuda-pemuda dalam mengembangkan kepribadian. Dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 3 bahwa: Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka: a. memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani; b. menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan ( Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, 2012:2). Gerakan pramuka mempunyai fungsi sebagaimana dijelaskan dalam anggaran rumah tangga pasal 6 bahwa: (1) Gerakan Pramuka berfungsi sebagai organisasi pendidikan nonformal di luar sistem pendidikan sekolah (formal) dan di luar sistem pendidikan keluarga (informal) dalam pelaksanaannya saling melengkapi dan memperkaya. (2) Gerakan Pramuka berfungsi pula sebagai wadah pembinaan dan pengembangan kaum muda dengan dilandasi Sistem Among, Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan. 4

(3) Pelaksanaan dari fungsi tersebut disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. Kepramukaan dalam Sistem Pendidikan Nasional termasuk dalam jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai gerakan pramuka dalam pembentukan kepribadian. Pada pendidikan formal terdapat jenjang-jenjang pendidikan dari SD, SMP, SMA, begitu juga dalam pendidikan kepramukaan. Menurut UU No. 12 Tahun 2010 pasal 10 yang berbunyi: (1)Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan sistem among. (2)Sistem among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia. (3)Sistem among sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan: a. di depan menjadi teladan; b. di tengah membangun kemauan; dan c. di belakang mendorong dan memberikan motivasi kemandirian. a. Gerakan Kepanduan di dunia dipelopori oleh Stephenson Smith Baden Powell yang kemudian dikenal dengan Lord Baden Powell, bapak pandu dunia (22 Februari 1857-8 Januari 1941). Scouting yang di kenal di Indonesia dikenal dengan istilah Kepramukaan, dikembangkan oleh Lord Baden Powell sebagai cara membina kaum muda di Inggris yang terlibat dalam kekerasan dan tindak kejahatan, beliau menerapkan scouting secara intensif kepada 21 orang pemuda dengan berkemah di pulau Brownsea selama 8 hari pada tahun 1907. Pengalaman keberhasilan Baden Powell sebelum dan sesudah perkemahan di Brownsea ditulis dalam buku yang berjudul Scouting for Boy. Melalui buku Scouting for Boy itulah kepanduan berkembang termasuk di Indonesia. Pada kurun waktu tahun 1950-1960 organisasi kepanduan tumbuh semakin banyak jumlah dan ragamnya, bahkan diantaranya merupakan organisasi kepanduan yang berafiliasi pada partai politik, tentunya hal itu menyalahi prinsip dasar dan metode kepanduan. Keberadaan kepanduan seperti ini dinilai tidak efektif dan tidak dapat mengimbangi perkembangan jaman serta kurang bermanfaat dalam mendukung 5

pembangunan Bangsa dan pembangunan generasi muda yang melestarikan persatuan dan kesatuan Bangsa. Memperhatikan keadaan yang demikian itu dan atas dorongan para tokoh kepanduan saat itu, serta bertolak dari ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960, Presiden Soekarno selaku mandataris MPRS pada tanggal 9 maret 1961 memberikan amanat kepada pimpinan Pandu di Istana Merdeka. Beliau merasa berkewajiban melaksanakan amanat MPRS, untuk lebih mengefektifkan organisasi kepanduan sebagai satu komponen bangsa yang potensial dalam pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu beliau menyatakan pembubaran organsiasi kepanduan di Indonesia dan meleburnya ke dalam suatu organisasi gerakan pendidikan kepanduan yang tunggal bernama Gerakan Pramuka yang diberi tugas melaksanakan pendidikan kepanduan kepada anak-anak dan pemuda Indonesia. Gerakan Pramuka dengan lambang Tunas Kelapa di bentuk dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 (Mertoprawiro, 1992:19-36). Metode Penelitian Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan sejak persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian secara keseluruhan dilakukan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu sejak bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Februari 2013. Strategi penelitian ini adalah kasus tunggal terancang. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Subadi (2005:42), studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat atau satu peristiwa tertentu. Menurut Surakhmad dalam Subadi (2005:43), studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terinci. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Menurut Maryadi dkk. (2010:9) bahwa, Penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan gejala yang dikaji secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data dari latar 6

alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen utama (instrumen kunci). Penelitian kualitatif cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Pemanfaatan teori-teori dan hasil kajian penelitian terdahulu yang relevan sebagai pisau analisis data kualitatif dapat menghasilkan deskripsi yang berbobot dengan makna yang mendalam. Menurut Maryadi dkk. (2010:13), Subjek penelitian mencakup semua pihak yang dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah kakak Pembina pramuka di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013 yaitu bertindak sebagai subjek yang memberikan tindakan. Kepala sekolah SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013 sebagai subjek yang membantu dalam memberikan izin dalam penelitian ini. Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo yang mengikuti kegiatan kepramukaan sebagai subjek yang diberikan tindakan. Peneliti sendiri sebagai subjek yang bertugas merencanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan penelitian. Menurut Maryadi dkk. (2010:13) objek penelitian adalah variable yang diteliti, baik peristiwa, tingkah laku, aktivitas, atau gejala-gejala sosial lainnya. Objek dalam penelitian ini adalah pendidikan karakter mandiri. Menurut Arikunto (2006:129), sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini meliputi informan, tempat dan peristiwa, serta dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan telaah dokumentasi. Menurut Arikunto (2006:156) bahwa observasi adalah meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Menurut Arikunto (2006:156) bahwa observasi adalah meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Menurut Arikunto (2006:168) bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk menguji keabsahan/kevalidan data penulis menggunakan trianggulasi sumber data dan trianggulasi teknik/metode pengumpulan data. sedangkan untuk menganalisis data penulis mengunakan analisis dara interaktif. 7

Pembahasan Setelah dilaksanakannya penelitian dapat dideskripsikan bahwa Menurut Bapak Sutanto Widayat, S.Pd., selaku Kepala Sekolah bahwa, pendidikan karakter sudah terlaksana di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo, misalnya, pelaksanaan upacara bendera setiap hari senin, yang petugasnya adalah siswa siswi SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Selin itu, pendidikan karakter juga terlaksana, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam kegiatan intra maupun ekstra kurikuler. Menurut Bapak Senen Prasetya Hadi, S.Pd., selaku Pembina pramuka di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo bahwa pendidikan karakter mandiri sudah terlaksana di ekstra kurikuler pramuka sejak awal siswa mengikutinya sebab sebelum kegiatan dimulai setiap anggota pramuka harus mengikuti apel pembukaan yang dipandu oleh regu inti (siswa kelas VIII). Pada setiap kegiatan kepramukaan, apel pembukaan selalu berjalan lancer, tidak ada kendala dari peserta didik baik dari kelas VII maupun regu inti kelas VIII. Hal tersebut membuktikan bahwa kemandirian peserta didik sudah terlihat dari sikap dan kesadarannya dalam mengikuti apel pembukaan. Menurut Bapak Senen Prasetya Hadi, S.Pd., bahwa pendidikan karakter mandiri juga diberikan melalui kegiatan-kegiatan yang sudah dijadwalkan, sehingga dapat merubah karakter siswa menjadi mandiri secara perlahan-lahan. Kegiatan yang dilaksanakan setiap hari jumat ini telah memilki jadwal yang tetap yaitu pada minggu pertama sampai minggu ketiga adalah kegiatan rutin yang diisi dengan materi kepramukaan di dalam kelas, PBB, dan permainan; untuk minggu keempat diisi dengan wide game. Wide game adalah kegiatan penjelajahan tetapi di lingkungan sekitar sekolah dengan prosedur setiap regu yang menjelajah mencari beberapa pos dan setiap pos sudah dijaga oleh regu inti akan diberikan pertanyaan baik tentang sandi-sandi, baris berbaris, maupun permainan. Menurutnya, siswa yang mengikuti kegiatan kepramukaan mempunyai karakter yang berbeda dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan kepramukaan. Siswa yang mengikuti ekstra kurikuler pramuka biasanya mempunyai karakter lebih mandiri, disiplin, saling menghargai, saling menghormati, dan pemberani. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik 8

kelas VIII bahwa kegiatan kepramukaan telah banyak memberikan manfaat, salah satunya adalah dapat membuat peserta didik menjadi lebih mandiri. Dari hasil penelitian yang dilakukan di lokasi dapat ditemukan beberapa temuan studi yaitu: 1. Pelaksanaan pendidikan karakter mandiri di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo sudah terlaksana walaupun belum maksimal terlihat dari usaha-usaha guru yang sudah menanamkan pendidikan karakter ketika proses pembelajaran berlangsung. Pendidikan karakter mandiri dalam ektra kurikuler pramuka sebenarnya sudah ada dalam setiap kegiatan namun, terkadang siswa kurang menyadari bahwa hal yang dilakukan itu merupakan pelatihan kemandirian, sehingga pelaksanaan pendidikan karakter belum terwujud secara maksimal. Menurut Gunawan (2012:33), mandiri adalah suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Dalam penelitian ini, banyak kegiatan yang sesuai dengan teori tersebut. Misalnya, ketika siswa mengikuti kegiatan wide game dalam ekstra kurikuler pramuka, walaupun cara kerjanya secara kelompok tetapi kemandirian siswa sangat diperlukan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan Pembina. Pembagian tugas sangat diutamakan untuk menyelesaikan tugas dengan waktu yang singkat. Selain itu, ketika PBB setiap anggota harus menguasai gerakan baris berbaris. Walaupun dalam kegiatan PBB ini yang diutamakan adalah kekompakan dari pasukan, tetapi untuk menjaga kekompakan tersebut sangat diperlukan kemandirian/kemampuan dari individu. 2. Pada kegiatan kepramukaan, regu inti diberikan kebebasan untuk melatih dan memberikan materi kepada anggota kelas VII, jika ada anggota yang kurang baik maka regu inti juga boleh menghukum tetapi dengan hukuman yang mendidik, namun sebelumnya regu inti dibimbing mengenai materi apa yang hendak diberikan. Setelah selesai kegiatan kepramukaan, regu inti dikumpulkan kemudian di evaluasi oleh Pembina. Jadi, selama kegiatan kepramukaan berlangsung Pembina hanya sebagai fasilitator saja, sedangkan regu inti sebagai pelaksana kegiatan. Setiap anggota regu inti diberikan 9

kepercayaan untuk mengisi materi maupun melatih baris berbaris dengan tujuan untuk melatih kemampuan dan meningkatkan rasa percaya diri. Temuan studi di atas sangat sesuai dengan beberapa indikator sebagai berikut: mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab, mampu mengatasi masalah, percaya pada kemampuan diri sendiri, mampu mengatur dirinya sendiri. 3. Selain melatih kemandirian peserta didik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, kepramukaan di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo juga mengajarkan kemandirian peserta didik dalam menjalankan kewajibannya untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut terbukti ketika selesai apel pembukaan semua peserta didik diberikan waktu untuk menjalankan sholat terlebih dahulu, selain itu ketika sebelum dan sesudah kegiatan selalu diutamakan untuk berdoa. Dari temuan studi tersebut sangat sesuai dengan tujuan gerakan pramuka untuk membentuk setiap pramuka: c. memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani; d. menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan ( Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, 2012:2). Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pendidikan karakter mandiri di SMP Negeri 2 kartasura diberikan dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, dan menyenangkan yaitu melalui kegiatan kepramukaan. Semua kegiatan yang dilakukan sudah terjadwal dengan baik hal tersebut bertujuan agar Pembina dapat mengetahui perubahan karakter yang terjadi pada peserta didik. Kegiatan yang membuat peserta didik menjadi mandiri di SMP Negeri 2 Kartasura yaitu pelantikan, persami, PBB, apel pembukaan dan apel penutupan, dll. 10

2. Kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan kepramukaan di SMP Negeri 2 Kartasura disebabkan oleh 2 faktor, yaitu factor intern dan factor ekstern. Factor intern dalam penelitian ini adalah kurangnya minat, motivasi, semangat dan keinginan peserta didik untuk berubah menjadi mandiri. Factor ekstern dalam penelitian ini adalah factor keluarga, lingkungan, media elektronik, dan cuaca. 3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang terjadi dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan karakter secara terpadu dengan semua mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler yaitu pramuka. Kegiatan kepramukaan yang diwajibkan bagi peserta didik kelas VII merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan pendidikan karakter mandiri. Berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada kegiatan kepramukaan di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Terhadap Kepala Sekolah a. Kepala sekolah harus meningkatkan pelaksanaan pendidikan karakter pada kegiatan kepramukaan khususnya di sekolah tingkat SMP. Sebab siswa SMP masih dalam proses pencarian jati diri dan itulah waktu yang tepat untuk melaksanaka pendidikan karakter. b. Kepala sekolah dapat melakukan pemantauan pada proses kegiatan kepramukaan. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kendalakendala yang terjadi dan dapat diselesaikan dengan pembina pramuka. 2. Terhadap Siswa Siswa harus lebih aktif dalam mengikuti kegiatan kepramukaan, sebab banyak sekali manfaat yang dapat diambil salah satunya adalah dapat merubah siswa menjadi mandiri. 3. Terhadap orang tua Orang tua harus mendukung adanya kegiatan kepramukaan sebagai ekstra kurikuler di sekolah, sebab kegiatan kepramukaan merupakan pendidikan nonformal yang bertujuan untuk mendidik generasi muda agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, 11

menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani, serta menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila. 4. Terhadap peneliti berikutnya Penelitian sejenis hendaknya dilakukan tetapi dalam karakter tertentu, sehingga akan mampu memberikan masukan kepada dunia pendidikan Indonesia secara umum bahwa kegiatan kepramukaan dapat membantu terlaksananya pendidikan karakter. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Bumi Aksara. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan karakter Konsep dan Implementasi. Banung: Alfabeta. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. 2012. Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Hasil Munaslub Gerakan Pramuka Tahun 2012. Http://Pramuka.Or.Id. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. 2012. Anggaran Rumah Tangga Pramuka Hasil Munaslub Gerakan Pramuka Tahun 2012. Http://Pramuka.Or.Id. Maryadi. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta: BP-FKIP UMS. Mertoprawiro, Soedarsono. 1992. Pembinaan Gerakan Pramuka dalam Membangun Watak dan Bangsa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Putra, Nusa. 2012. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT. Indeks. Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Subadi, Tjipto. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: FKIP UMS. Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara. 12