BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB II TINJAUAN UMUM HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM. Hibah secara etimologi adalah bentuk masdar (hubungan antara manusia

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB II WAKAF DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN

BAB IV. Sebagaimana deskripsi pada dua bab terdahulu dapat dipahami. bahwa dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia menjelaskan

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

HIBAH PERSPEKTIF FIKIH, KHI DAN KHES Zakiyatul Ulya

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SELURUH HARTA KEPADA ANAK ANGKAT DI DESA JOGOLOYO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB III KONSEP WADIAH DALAM BISNIS PENITIPAN SEPEDA MOTOR. pemanfaatannya disebut dengan wadi ah. Dalam konsep wadi ah ini, setiap barang

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIBAH. Secara etimologi kata hibah adalah bentuk masdar dari kata wahaba,

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGELOLAAN HARTA WAKAF Emas DI DESA NEROH KECAMATAN MODUNG KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB II PANDANGAN FIQH ISLAM DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM MENGENAI HIBAH HARTA YANG SUDAH DIWASIATKAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM dan UU NO.7 TAHUN 2011 TERHADAP PENUKARAN MATA UANG RUSAK

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB IV ANALISIS DATA

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

MAKALAH FIQIH MUAMALLAH DEFINISI, DASAR HUKUM, RUKUN DAN SYARAT HAWALAH. (diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah fiqih muamallah)

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB II MUD}A<RABAH DALAM HUKUM ISLAM. pihak sesuai dengan kesepakatan. Didalam pembiayaan mud{a>rabah pemilik

Sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Umar ra :

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TAUKIL WALI NIKAH DALAM HUKUM ISLAM

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

Hibah di Bawah Tangan tanpa Sepengetahuan Pemilik Harta Hibah Ditinjau Berdasarkan Hukum Islam (Studi Kasus Putusan Nomor: 1000/Pdt.G/2011/PA.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 3 September 2013 KERJA SAMA (SYIRKAH) DALAM EKONOMI ISLAM. Deny Setiawan

BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA

fiqih muamalah "MusaQoh"

WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II HUBUNGAN KERJA MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. adalah berhimpun atau wata, sedangkan menurut syara artinya adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fitrah manusia adalah adanya perasaan saling suka antara lawan

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB III BONEKA DALAM ISLAM. perempuan. Sedangkan menurut istilah disebutkan al-banat adalah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB II LANDASAN TEORI PEMBIAYAAN EKSPOR IMPOR MELALUI LETTER OF CREDIT (L/C) DALAM HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

HIBAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEWARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB II PENGATURAN HIBAH MENURUT HUKUM DI INDONESIA. Hibah di Indonesia dalam hukum perdata diatur dalam pasal Pasal 1666

Transkripsi:

14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat. Untuk pengertian al mal secara terminology ada dua definisi yang dikemukakan para ulama figih tentang al mal (harta) yaitu Arab. Artinya : segala yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan, atau segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan dapat dimanfaatkan. 1 Menurut sebagian ulama lainnya bahwa yang dimaksud dengan harta ialah..arab Artinya : Segala zat ( ain) yang berharga, bersifat materi yang berputar di antara manusia 2 1 Nasrun Haroen, Figih Muamalah, hal 73 2 Hendi Suhendi, Figih Muamalah, hal 10

15 1. Menurut undang-undang nomor 1 Tahun 1974 Dalam bab VII pasal 35, 36 dan 37 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, tentang harta benda dalam perkawinan di atur sebagai berikut : a. Pasal 35 (1) : Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama b. Pasal 36 (1)1 : Mengenai harta bersama suami dan istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. c. Pasal 37 (1) : Bila perkawinan putus karena perceraian, maka harta bersama diatur menurut hukumnya masingmasing (Wantjik Saleh, 1976:60). 3 2. Harta bersama menurut hukum islam ada dua versi Menurut hukum islam ada dua versi jawaban yang dapat dikemukakan tentang harta bersama tersebut, sebagaimana diuraikan di bawah ini : Tidak dikenal harta bersama, kecuali dengan syirqah. Berbeda dengan sistem hukum perdata (BW), dalam hukum silam tidak dikenal percampuran harta bersama antara suami dan istri karena perkawinan. 4 Harta kekayaan istri dijelaskan dalam al-qur an surat 2 ayat 228. Arab,,,,,,,,,,,,,,,, 3 M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, hal. 230 4 Ibid, hal 231

16 Artinya : 5 3. Harta dalam perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) Adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami atau istri. (pasal 85 KHI) a. Pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan harta istri karena perkawinan. b. Harta istri tetap menjadi harta istri dan dikuasai penuh olehnya, demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasai penuh olehnya. (pasal 86 ayat 2) c. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta yang diperoleh masing-masing sebagia hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaan masing-masing, sepanjang para pihak tidak menentukan lain dalam perjanjian perkawinan. d. Suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum atas harta masing-masing berupa hibah, hadiah, sedekah, atau lainnya. (pasal 87 ayat 2) e. Suami atau istri tanpa persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan menjual atau memindahkan harta bersama. (pasal 92) 6 5 Depag. Al-Qur an dan Terjemah, hal 6 M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, hal 91

17 B. Status harta suami istri Harta benda yang diperoleh selama perkawinan berlangsung menjadi harta bersama. Harta bawaan dari masing-masing suami istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah pengawasan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. 7 Mengenai harta bersama suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak, sedangkan mengenai harta bawaan masing-masing suami istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya. 8 Dalam hal barang atau harta bawaan antara suami istri, pada dasarnya tidak ada percampuran antara keduanya (harta suami dan istri). Karena perkawinan harta istri tetap menjadi hak mutlak istri dan dikuasai penuh olehnya. Demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasai sepenuhnya oleh suami. 9 Menurut KHI pasal 87 (2) suami istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum atas harta masing-masing berupa hibah, hadiah, sedekah atau lainnya. Begitu juga dengan pasal 92 (6) pemilikan harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai istri dari seorang sebagaimana 7 M. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Hukum Perkawinan Islam, hal 188 8 M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, hal. 188 9 Slamet Abidin, Figih Munakahat. hal 182

18 tersebut dalam ayat (1), dihitung pada saat berlangsungnya perkawinan yang kedua, ketiga, dan keempat. 10 Adanya harta bersama dalam perkawinan tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami istri. Harta bersama tersebut dapat meliputi benda tidak bergerak, benda bergerak dan suarat-surat berharga. Sedangkan yang tidak berwujud bisa berupa hak atau kewajiban. Keduanya dapat dijadikan jaminan oleh salah satu pihak atas persetujuan dari pihak lainnya. 11 C. Kedudukan harta hibah Macam-macam kedudukan harta hibah : a. Hibah bersyarat Pada dasarnya hibah adalah pemberian milik yang sebenarnya secara langsung dan sempurna kepada orang yang menerima hibah. Oleh sebab itu bila dalam suatu hibah ditetapkan syarat-syarat tertentu, seperti pembatasan penggunaan barang hibah, maka syarat-syarat yang demikian adalah syarat yang tidak sah, sekalipun hibahnya sendiri adalah sah. Syarat yang demikian mengakibatkan hibah itu adalah hibah yang pasif (rusak). Karena itu kesahan hibah itu ditangguhkan sampai ada kejernihan syarat-syarat tersebut. b. Umri Umri ialah semacam hibah dihibahkan seseorang kepada orang lain yang pemberian itu hanya berlaku selama hidup orang yang diberi hibah. Bila 10 Ibid, hal 91 11 Slamet Abidin, Figih Munakahat. hal 183

19 yang diberi hibah meninggal dunia, maka harta hibah itu kembali milik penghibah. 12 Sebenarnya dalam umri ini terdapat syarat yang fasid, yaitu terjadi pemilikan terbatas wakunya. Lebih tepat hal ini termasuk ariyah, karena yang diberikan berupa pemilikan manfaat. Umri juga termasuk hukum adat orang arab dahulu, kemudian dibolehkan berlaku bagi kaum muslimin berdasarkan hadits: 13 Artinya : Dari Abu Huraiah sesungguhnya Nabi SAW. bersabda : umri itu boleh (dilakukan). (HR. bukhori & muslim & Ahmad daud &An Maasaiy). 14 c. Ruqbi Ruqbi semacam pemberian bersyarat, jika syarat itu ada, maka barang dihibahkan menjadi milik yang menerima hibah, tetapi jika syarat itu tidak ada maka barang itu tetap menjadi milik penghibah. Misalnya ; Aku serahkan rumahku ini kepadamu, untuk dimanfaatkan selama hidup, jika engkau meninggal lebih dulu, maka rumah itu kembali milikku, dan jika aku meninggal lebih dulu maka rumah itu milikmu atau ahli warisnya. 15 12 Tolchah Mansoer, Ilmu Fiqih III, h. 240 13 Ibid, hal 205 14 Imam Abi Abdillah bin Ismail bin Ibrahim, Shohih Bukhori,hal.143 15 Tolchah Mansoer, Ilmu Fiqih III, h. 206

20 Ruqbi termasuk adat jahiliyah yang kemudian ditetapkan berlakunya oleh Rasulullah SAW, sebagaimana diterangkan dalam hadisnya : Artinya : Dari Jabir RA. Nabi SAW. bersabda : Umri itu boleh dilakukan oleh yang sanggup melakukannya, dan rubqi boleh (pula) (HR. Abu Daud & An Nasaiy & Ibn Majah & Tamuziy berkata, bahwa hadis Hasan). 16 d. Hibah Maradul Maut Hibah maradul maut boleh dilakukan apabila orang yang maradhul maut itu dalam keadaan mukallaf dan sempurna mukallaflnya. Artinya, bahwa ia berbuat sesuai dengan iradah dan ikhtiarnya. Dasar dari ketetapan hibah adalah tetapnya barang yang dihibahkan bagi mauhublah (penerima hibah) tanpa adanya pengganti. 17 D. Rukun dan Syarat Hibah Hibah itu sah apabila melalui ijab dan qabul, bagaimanapun bentuk ijab qabul yang ditunjukkan oleh pemberian harta tanpa imbalan. Misalnya penghibah berkata : aku hibahkan kepadamu; aku hadiahkan kepadamu; aku berikan 16 Abu Dawud Sulaiman bin As ast sijistani, Sunan Abu Dawud Juz 2, hal. 161 17 Tolchah Mansoer, Ilmu Fiqih III, hal. 206

21 kepadamu; sedangkan yang lain berkata; ya, aku terima. Malik dan Asy-Syafi I berpendapat, dipegangnya qabul di dalam hibah. 18 Sedangkan orang-orang Hanafi berpendapat bahwa ijab itu saja sudah cukup, dan itulah yang paling sahih. Sedang orang-orang Hambali berpendapat; Hibah itu sah dengan pemberian yang menunjukkan kepadanya; karena Nabi saw. diberi dan memberikan hadiah. Begitu pula dilakukan oleh para sahabat. Serta tidak dinukil dari mereka bahwa mereka mensyaratkan ijab qabul, dan yang serupa itu. 19 Menurut ulama Hanafiyah, rukun hibah adalah ijab dan qabul sebab keduanya termasuk akad seperti halnya jual beli. Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun hibah ada empat macam : a. Wahib (pemberi) Wahib adalah pemberi hibah, yang menghibahkan barang miliknya, Jumhur ulama berpendapat, jika orang yang sakit memberikan hibah, kemudian ia meninggal maka hibah yang dikeluarkan adalah sepertiga dari harta peninggalan (tirkah). b. Mauhub lah (penerima) Penerima hibah adalah seluruh manusia Ulama Fuqaha sepakat bahwa seseorang dibolehkan menghibahkan seluruh harta. c. Mauhub 18 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, 14, h. 178 19 Ibid, hal 178

22 Mauhub adalah barang yang dihibahkan. d. Sigat (ijab dan qabul) Sigat hibah adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan ijab dan kabul, seperti dengan lafaz hibah, athiyah (pemberian) dan sebagainya. 20 Malikiyah dan Syafi iyah berpendapat bahwa setiap hibah harus ada ijab dan qabulnya. Tidak sah suatu hibah tanpa ada kedua macam shighat hibah itu. Dasarnya ialah perbuatan Rasulullah Saw. dan para sahabat. Sedangkan sebagian pengikut Hanafiyah memandang sah suatu hibah tanpa qabul, cukup dengan ijab saja. 21 Ijab dapat dilakukan secarah sarih, seperti seorang berkata saya hibahkan benda ini kepadamu, atau tidak jelas, yang tidak akan lepas dari syarat, waktu, atau manfaat. 22 Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu hibah sah adalah ; 1. Syarat-syarat bagi penghibah (wahib) Adapun syarat-syarat penghibah (wahib) dapat dibagi sebagai berikut : a) Penghibah memiliki apa yang dihibahkan b) Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya karena suatu alas an c) Penghibah itu orang dewasa, sebab anak-anak kurang kemampuannya 20 Tolchah Mansoer, Ilmu Fiqih III, h. 201 21 Rahmad Syafi ie, Figih Muamalah, hal 244 22 Ibid, hal 245

23 d) Penghibah itu tidak dipaksa, sebab hibah itu akad yang mempersyaratkan keridhaan dan keabsahannya. 2. Syarat-syarat bagi orang yang diberi hibah (mauhub lah) Adapun orang yang diberi hibah disyaratkan: Benar-benar ada di waktu diberi hibah. Bila tidak benar-benar ada, atau diperkirakan adanya, misalnya dalam bentuk janin, maka tidak sah. 23 Jika penerima hibah itu orang yang tidak atau belum mukallaf, maka yang bertindak sebagai penerima itu adalah wakil atau walinya atau orang yang bertanggung jawab memelihara dan mendidiknya. 24 3. Syarat barang yang dihibahkan (mauhub) Terdapat macam-macam syarat mauhub (barang) di bawah ini : a) Harus ada waktu hibah b) Harus berupa harta yang kuat dan bermaanfaat c) Milik sendiri d) Menyendiri : menurut ulama Hanafiyah, hibah tidak dibolehkan terdahap barang bercampur dengan milik orang lain, sedangkan menurut ulama Malikiyah, Hanafiyah, dan Syafi iyah, hal itu di bolehkan. e) Mauhub terpisah dari yang lain: barang yang dihibahkan tidak boleh bersatu dengan barang yang tidak dihibahkan, sebab akan menyulitkan untuk memanfaatkan mauhub 23 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, 14, h. 179 24 Tolchah Mansoer, Ilmu Fiqih III, h. 203

24 f) Mauhub telah diterima atau dipegang oleh penerima. g) Penerima memegang hibah atas seizin wahib. 25 E. Hukum hibah suami kepada istri Dalam pasal 171 huruf g KHI, hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki. 26 Pengertian ini sama dengan definisi yang banyak disebut dalam kitab-kitab fiqih tradisonal bahwa yang dimaksud dengan hibah adalah pemilikan sesuatu melalui akad tanpa mengharapkan imbalan yang telah diketahui dengan jelas ketika si pemberi hibah masih hidup. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kerelaan dalam melakukan perbuatan hukum tanpa ada paksaan dari pihak lain merupakan unsur yang harus ada dalam pelaksanaan hibah, jadi asasnya adalah suka rela. - Hukum (Ketetapan) Hibah a. Hukum hibah Dasar dari ketetapan hibah adalah tetapnya barang yang dihibahkan bagi mauhublah (penerima hibah) tanpa adanya pengganti. b. Sifat Hukum Hibah Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa sifat kepemilikan pada hibah adalah tidak lazim. 27 25 Rahmad Syafi ie, Figih Muamalah, hal 247 26 Depag. KHI, hal 239 27 Rahmad Syafi ie, Figih Muamalah, hal. 247

25 Dengan demikian, dapat dibatalkan oleh pemberi sebagaimana disebutkan dalam sabda Rosulullah SAW. dari Abu Hurairah : Artinya : Pemberi hibah lebih berhak atas barang yang dihibahkan selama tidak ada pengganti. (HR. Ibnu Majah dan Daruqthni) 28 Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 22 jika suami atau istri, tatkala masih dalam ikatan pernikahannya, saling memberi hibah pada yang lain, mereka tidak berhak menarik kembali hibahnya masing-masing setelah penyerahan harta. Secara pendekatan yuridis, bahwa Kompilasi Hukum Islam (KHI) sangat menekankan tidak bolehnya penarikan kembali harta yang sudah diserahkan sebagai hibah dalam ikatan pernikahan yang sah. Tetapi pada kasus yang berbeda, terdapat beberapa alasan yang diperbolehkan dalam syara untuk menarik hibahnya, baik melalui pernyataan langsung atau melalui proses persidangan di Pengadilan Agama. F. Hubungan hibah dan harta waris Kata Hibah berasal dari istilah bahasa Arab yang secara etimologis berarti melewatkan atau menyalurkan, Dengan demikian berarti telah disalurkan dari tangan orang yang memberi kepada orang yang diberi. 29 28 Al-Hafid Abi Abdillah Muhammad bin Yasid, al-qazwiyani, Sunan Ibnu Majah Juz 1, hal 752 29 Suhrawardi K. Lubis, Chairuman Pasaribu, Hukum perjanjian dalam Islam, hal.113

26 Apabila diperhatikan ketentuan-ketentuan hukum islam tentang pelaksanaan hibah ini, maka hibah tersebut harus dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : 1. Penghibahan dilaksanakan semasa hidup, demikian juga penyerahan barang yang dihibahkan. 2. Beralihnya hak atas barang yang dihibahkan pada saat penghibahan dilakukan, dan kalau si penerima hibah dalam keadaan tidak cakap bertindak dalam hukum (misalnya belum dewasa atau kurang sehat akalnya), maka penerimaan dilakukan oleh walinya. 3. Dalam melaksanakan penghibahan harulah ada pernyataan, terutama sekali oleh pemberi hibah. 4. Penghibahan hendaknya dilaksanakan dihadapan beberapa orang saksi (hukumnya sunnah), hal ini dimaksudkan untuk menhindari silang sengketa di belakang hari. Dengan demikian, apabila penghibahan telah dilakukan semasa hidupnya (si mati) dan pada ketika itu belum sempat dilakukan penyerahan barang, maka sebelum harta dibagikan kepada ahli waris, terlebih dahulu harus dikeluarkan hibah tersebut. 30 Harta warisan menurut hukum islam ialah segala sesuatu yang ditinggalkan oleh pewaris yang secara hukum dapat beralih kepada ahli warisnya. Dalam pengertian ini dapat dibedakan antara harta warisan dengan harta peniggalan. Harta peninggalan adalah semua yang ditinggalkan oleh si mayit atau 30 Suhrawardi K. Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam. Hal 40

27 dalam arti apa-apa yang ada pada seseorang saat kematiannya. Sedangkan harta warisan ialah harta peninggalan yang secara hukum syara berhak diterima oleh ahli warisnya. 31 31 Amir Sarifuddin, Hukum Kewarisan Islam.hal 206