BENTUK FRASA PADA WACANA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS XII SMA KARANGAN DAWUD DKK PENERBIT: ERLANGGA 2004

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

ANALISIS KETERANGAN ASPEK PADA CERPEN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN DESEMBER 2012 (TINJAUAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN)

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

Oktorita Kissanti Rahayu

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

KAJIAN CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI

TRANSFORMASI PELESAPAN PADA TEKS TERJEMAHAN AL-QURAN YANG MENGANDUNG ETIKA BERBAHASA

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012

ANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH

ANALISIS BENTUK KALIMAT TANYA PADA NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM TABLOID SOCCER EDISI DESEMBER Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS CAMPUR KODE DAN GAYA BAHASA SARKASME PADA PEMENTASAN LUDRUK KIRUN CAMPURSARI GOBYOK. Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS FRASE EKSOSENTRIK DAN ENDOSENTRIK RUBRIK BERITA PUAN DALAM SURAT KABAR TRIBUNNEWS EDISI 1-20 FEBRUARI 2016 E-JOURNAL

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

NASKAH PUBLIKASI KELAS KATA DAN BENTUK KALIMAT DALAM KALIMAT MUTIARA BERBAHASA INDONESIA SERTA TATARAN PENGISINYA

MAKNA REFERENSIAL PADA NAMA LAUNDRY DI KELURAHAN GONILAN, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN APOSISI DAN PERLUASAN UNSUR DALAM BERITA KRIMINAL SERGAP DI RCTI NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini merupakan kunci bagi pelaksanaan penelitian yang penulis

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

CAMPUR KODE DALAM BAHASA ANAK TK DHARMA WANITA VIII KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR. NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGHEMATAN KATA PADA KOLOM SURAT PEMBACA SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA EDISI OKTOBER 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci : kesalahan kebahasaan, surat dinas, pemerintahan desa grugu.

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN DAN HADIS

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

ANALISIS JENIS FRASA DAN KLAUSA DALAM RUBRIK OPINI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS EDISI FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL

PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

Transkripsi:

BENTUK FRASA PADA WACANA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS XII SMA KARANGAN DAWUD DKK PENERBIT: ERLANGGA 2004 Artikel Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah NOVIANINGSIH A310080291 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 0

BENTUK FRASA PADA WACANA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS XII SMA KARANGAN DAWUD DKK PENERBIT: ERLANGGA 2004 Novianingsih Universitas Muhammadiyah Surakarta (Nouvic.cute@gmail.com) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi bentuk frasa berdasarkan distribusi dengan unsurnya pada wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004. 2) Mengidentifikasi bentuk frasa berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori kata pada wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah klausa dan kalimat yang mengandung bentuk frasa dalam buku teks bahasa Indonesia karangan Dawud dkk penerbit Erlangga 2004. Sumber data berisi tentang data-data yang dianalisis untuk menjawab permasalahan yang ada pada penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data tertulis yang berupa buku teks bahasa Indonesia karangan Dawud dkk penerbit Erlangga 2004. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi. Jenis teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi teori. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode agih. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diambil kesimpulan bahwa 1). Frasa dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu frasa berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan frasa berdasarkan distribusi dengan kategori kata; 2). Frasa dapat digolongkan berdasarkan distribusi dengan unsurnya yaitu, frasa eksosentrik dan frasa endosentrik. Frasa endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif, dan frasa endosentrik yang apositif. 3). Frasa berdasarkan distribusi dengan kategori kata dapat digolongkan menjadi empat golongan, ialah frasa golongan N atau farasa nominal, frasa golongan V atau frasa verbal, frasa golongan Bil atau frasa bilangan, frasa golongan Ket atau frasa keterangan. Di samping itu, ada frasa yang tidak memiliki persamaan distribusi dengan kategori kata, ialah frasa depan sehingga seluruhnya terdapat lima golongan frasa, ialah frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan, frasa keterangan, dan frasa depan. Kata Kunci: Bentuk Frasa, Wacana, Buku Teks Bahasa Indonesia. 1

A. Pendahuluan Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa (Ramlan, 2001: 1). Verhaar (2004: 161) sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Tuturan adalah apa yang dituturkan orang. Salah satu tuturan adalah kalimat. Sebuah kalimat dapat terbentuk dari kata, frasa, dan klausa. Dalam kaitan dengan kaidah sintaksis ini, peneliti menganalisis pemakaian bentuk frasa dalam wacana yang terdapat di dalam buku teks. Frasa ialah satuan sintaksis yang dibentuk dari dua buah kata atau lebih dan hanya mengisi satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Ramlan, 2001: 138). Frasa mempunyai beberapa bentuk, sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis frasa juga mempunyai kategori. Frasa dapat digolongkan berdasarkan distribusi dengan unsurnya yaitu, frasa eksosentris dan frasa endosentris. Frasa endosentris dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif, dan frasa endosentrik yang apositif. Berdasarkan distribusi dengan kategori kata frasa dapat digolongkan menjadi empat golongan, ialah frasa golongan N atau frasa nominal, frasa golongan V atau frasa verbal, frasa golongan Bil atau frasa bilangan, frasa golongan Ket atau frasa keterangan. Di samping itu, ada frasa yang tidak memiliki persamaan distribusi dengan kategori kata, ialah frasa depan sehingga seluruhnya terdapat lima golongan frasa, ialah frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan, frasa keterangan, dan frasa depan. Menurut Sumarlam (2003: 1) secara garis besar sarana komunikasi dibedakan menjadi dua macam yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana komunikasi yang berupa bahasa tulis. Dengan demikian, wacana juga dibedakan menjadi dua, yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Menurut Sumarlam (2003: 16) Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis. Untuk dapat menerima atau memahami wacana tulis maka sang penerima harus membacanya. Di dalam wacana tulis terjadi komunikasi secara tidak langsung antara penulis dengan pembaca. Sementara itu wacana lisan adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan. Untuk dapat menerima dan memahami wacana lisan maka sang penerima harus menyimak atau mendengarkannya. Di dalam wacana lisan terjadi komunikasi secara langsung antara pembicara dengan pendengar. Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap hierarki gramatikalnya sehingga dapat direalisasikan dalam bentuk karangan yang berupa paragraf, kalimat, dan katanya membawa amanat lengkap (Kridalaksana, 2001: 231). Sebagai satuan bahasa yang lengkap maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh dan dapat dipahami oleh pemabaca atau pendengar. Salah satunya yaitu wacana yang terdapat pada buku teks bahasa Indonesia. Buckingham (dalam Tarigan 2009:11) menjelaskan bahwa buku teks merupakan buku pelajaran dalam bidang tertentu, yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud-maksud dan tujuan intruksional, yang diperlengkapi di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran. Hall Quest (dalam Tarigan, 2

2009:11) menjelaskan bahwa buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun untuk maksud-maksud dan tujuan-tujuan intruksional. Bacon (dalam Tarigan, 2009: 12) menjelaskan bahwa buku teks adalah buku yang dirancang untuk penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh pakar atau ahli dalam bidang itu dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai. Dari buku pelajaran siswa dapat memperoleh pengetahuan dan informasi secara sistematis. Siswa pun dapat melatih diri dan menguasainya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Buku teks memberi kesempatan kepada siswa untuk menyegarkan kembali ingatannya dan memeriksa pemahamannya sesuai dengan kesempatan yang dimiliki serta kemampuan masing-masing. Buku teks pelajaran merupakan buku teks yang digunakan siswa di sekolah sebagai buku penunjang kegiatan pembelajaran. Buku teks ini pada prosesnya memiliki peranan yang sangat vital bagi siswa karena siswa mengandalkan buku ini sebagai pegangan dan berlatih terhadap sebuah mata pelajaran. Saat ini banyak sekali penerbit buku yang menerbitkan buku teks pelajaran. Hal ini dapat dipahami karena penerbitan buku teks pelajaran memiliki sebuah kepastian konsumen yaitu para siswa. Salah satunya yaitu buku Erlangga. Penerbit Erlangga ini umumnya menghasilkan berbagai macam buku pelajaran. Salah satunya yaitu buku teks bahasa Indonesia. Di dalam buku teks Erlangga tersebut terdapat wacana. Wacana tersebut berupa karangan yang terdiri dari paragraf, kalimat, klausa, frasa, dan kata. Wacana tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan kaidah sintaksis. Kaidah sintaksis adalah kelaziman dan kaidah yang terkait dengan pemakaian kalimat. Secara etimologis kata sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat. Dengan latar belakang masalah di atas dikaji bentuk frasa pada wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004. B. Metode Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di Surakarta. Waktu penelitian dilakukan selama enam bulan dari bulan Desember 2011 sampai dengan Mei 2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang berupa penelitian kualitatif. Moleong (2004: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan, dan lainlain, secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Jenis penelitian ini difokuskan pada bentuk frasa pada wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004. Data yang telah terkumpul berbentuk kalimat-kalimat yang mengandung bentuk frasa. Oleh karena itu, bentuk dasar data yang ditemukan dan disimpulkan melalui informasi bentuk dokumen. 3

Data dalam penelitian ini adalah klausa dan kalimat yang mengandung bentuk frasa dalam buku teks bahasa Indonesia karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004. Sumber data berisi tentang data yang dianalisis untuk menjawab permasalahan yang ada pada penelitian. Arikunto (2006: 129) menyatakan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data penelitian ini berupa sumber data tertulis. Sumber data tertulis ini berupa berupa buku teks bahasa Indonesia karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Arikunto (2006: 231) menjelaskan bahwa teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca dan memahami klausa dan kalimat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004. Dari pembacaan dan pemahaman tersebut diperoleh data penelitian berupa bentuk frasa. Bentuk frase yang telah diperoleh tersebut kemudian dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis bentuknya berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan berdasarkan distribusi dengan kategori kata. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih. Menurut Sudaryanto (1993: 15), metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya berada pada bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Penelitian ini alat penentunya merupakan bahasa itu sendiri. Data yang teranalisis itu berupa aspek-aspek kebahasaan yaitu kalimat-kalimat yang mengandung bentuk frasa. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode agih untuk menganalisis data. Teknik dasar metode agih yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung (teknik BUL). Teknik dasar teknik bagi unsur langsung (teknik BUL) adalah cara yang digunakan pada awal kerja analisis ialah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur, dan unsurunsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 31). Data yang berupa klausa dan kalimat dibagi menjadi beberapa unsur berdasarkan bentuk frasa. Selanjutnya dianalisis berdasarkan bentuk frasa berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan frasa berdasarkan distribusi dengan kategori kata. Proses selanjutnya, data yang berupa bentuk frasa dianalisis menggunakan teknik lanjutan berupa teknik ubah ujud dan teknik lesap. teknik ubah ujud digunakan untuk menganalisis bentuk frasa berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan frasa berdasarkan distribusi dengan kategori kata. Kegunaan yang menonjol teknik ubah ujud itu ada pada tataran sintaksis. setidak-tidaknya ada tiga kegunaan: (1) menentukan satuan makna konstituen sintaksis yang disebut peran (seperti pelaku atau agentif, penderita atau objektif, dsb.); (2) mengetahui pola struktur peran; dan (3) mengetahui tipe tuturan berdasarkan pola strukturalnya (Sudaryanto, 1993: 85). 4

Adapun teknik lesap digunakan untuk menganalisis bentuk frasa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kadar keintian dari unsur inti dan unsur atribut pembentuk frasa. Kegunaan teknik lesap itu adalah untuk mengetahui kadar keintian unsur yang dilesapkan. Jika hasil dari pelesapan itu tidak gramatikal maka berarti unsur yang bersangkutan memiliki kadar keintian yang tinggi atau bersifat inti: artinya, sebagai unsur pembentuk satuan lingual, unsur yang bersangkutan mutlak diperlukan. Demi keutuhan sebagai satuan lingual, unsur itu tidak boleh tidak harus ada (Sudaryanto, 1993: 41). Pengecekan kebenaran atau keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi. Menurut Moleong (2009: 330), trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Keabsahan data penelitian ini menggunakan jenis trianggulasi dengan teori. Trianggulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2009: 331), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain Patton (dalam Moleong, 2009: 331) berpendapat bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation). Peneliti berusaha untuk menguraikan bentuk frasa berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan berdasarkan distribusi dengan kategori kata. Moleong (2009: 331) menjelaskan jika analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing. Keabsahan data penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan beberapa teori tentang frasa. Keabsahan data penelitian ini dilakukan dengan jalan memikirkan kemungkinan logis lainnya dan kemudian melihat kemungkinan-kemungkinan tersebut yang dapat ditunjang oleh data. Hal ini dimaksudkan untuk mencari data yang menunjang alternatif penjelasan itu. Dari hasil penelitian yang disertai penjelasan akan menghasilkan derajat kepercayaan data yang telah diperoleh. C. Gambaran Umum Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Buku teks pelajaran merupakan buku teks yang digunakan siswa di sekolah sebagai buku penunjang kegiatan pembelajaran. Buku teks ini pada prosesnya memiliki peranan yang sangat vital bagi siswa karena siswa mengandalkan buku ini sebagai pegangan dan berlatih terhadap sebuah mata pelajaran. Dari buku pelajaran siswa dapat memperoleh pengetahuan dan informasi secara sistematis. Siswa pun dapat melatih diri dan menguasainya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Buku teks memberi kesempatan kepada siswa untuk menyegarkan kembali ingatannya dan memeriksa pemahamannya sesuai dengan kesempatan yang dimiliki serta kemampuan masing-masing. Saat ini banyak sekali penerbit buku yang menerbitkan buku teks pelajaran. Hal ini dapat dipahami karena penerbitan buku teks pelajaran memiliki sebuah kepastian konsumen yaitu para siswa. Salah satunya yaitu buku Erlangga. Penerbit 5

Erlangga ini umumnya menghasilkan berbagai macam buku pelajaran. Salah satunya yaitu buku teks bahasa Indonesia. Di dalam buku teks Erlangga tersebut terdapat wacana. Wacana tersebut berupa karangan yang terdiri dari paragraf, kalimat, klausa, frasa, dan kata. Wacana yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia tersebut dapat berupa wacana narasi dan wacana deskripsi. D. Temuan dan Pembahasan Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramlan, 2001: 138). Frasa dibentuk dari dua buah kata atau lebih; dan mengisi salah satu fungsi sintaksis (Chaer, 2009:39). Menurut Ramlan (2001: 121-148) bentuk frasa dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan berdasarkan distribusi dengan kategori kata. 1. Berdasarkan distribusi dengan unsurnya Berdasarkan distribusi dengan unsurnya, menurut Ramlan (2001: 121-125) dapat dibagi menjadi dua, yaitu frasa eksosentrik dan frasa endosentrik. Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya, dengan kata lain frasa yang salah satu unsurnya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Atau, bila salah satu unsurnya ditanggalkan kedudukannya sebagai pengisi fungsi sintaksis masih bisa diterima. Chaer (2009: 39-41) menjelaskan bahwa dilihat dari keutuhannya dapat dibedakan adanya frasa eksosentris dan frasa endosentris. Penelitian terdahulu yang dilakukan Rokhamah (2003) menemukan deskripsi frasa sebagai gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Gabungan itu dapat renggang dapat rapat. Tipe- tipe frasa menurut tataran linguistik dalam ilmu sintaksis dapat disebutkan diantaranya adalah frasa adverbial, adjectiva, dan apositif. Frasa endosentrik dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu, frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif, dan frasa endosentrik yang apositif. Adapun penjelasannya sebagai berikut. a. Frasa Eksosentrik Frasa eksosentrik tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Karena hubungan kedua unsurnya sangat erat, sehingga kedua unsurnya tidak bisa dipisahkan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Berikut beberapa hasil analisis. (1.a) (1.b) (1.c) Kapal dapat meluncur dengan mulus sekalipun di laut. Kapal dapat meluncur dengan mulus sekalipun di Kapal dapat meluncur dengan mulus sekalipun laut. Sambil beranjak dari pembaringan. Sambil beranjak dari Sambil beranjak pembaringan. Assegaf, pengacara terkenal dari Jakarta. 6

Assegaf, pengacara terkenal dari Assegaf, pengacara terkenal Jakarta. (1.d) Atik dan Bu Ananta bersepakat untuk berbakti di desa. Atik dan Bu Ananta bersepakat untuk berbakti di Atik dan Bu Ananta bersepakat untuk berbakti desa. (1.e) Memenuhi kebutuhan anaknya sebatas leher ke bawah. Memenuhi kebutuhan anaknya sebatas leher ke Memenuhi kebutuhan anaknya sebatas leher bawah. (1.f) Suamiku beranjak ke dapur. Suamiku beranjak ke Suamiku beranjak dapur. (1.g) Padahal hidup di penjara merupakan siksaan tersendiri. Padahal hidup di merupakan siksaan tersendiri. Padahal hidup penjara merupakan siksaan tersendiri. (1.h) Kedua sosok tubuh manusia yang berjalan menuju arah ke laut. Kedua sosok tubuh manusia yang berjalan menuju arah ke Kedua sosok tubuh manusia yang berjalan menuju arah laut. Berdasarkan hasil analisis frasa eksosentrik yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 134. b. Frasa Endosentrik yang Koordinatif Frasa endosentrik yang koordinatif terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Berikut beberapa hasil analisis. (2.a) (2.b) (2.c) Jika tujuannya untuk menolong pasangan suami istri. Jika tujuannya untuk menolong pasangan suami (dan) istri. Jika tujuannya untuk menolong pasangan suami (atau) istri. Perbedaan juga tampak saat anak menginjak usia remaja dewasa. Perbedaan juga tampak saat anak menginjak usia remaja (dan) dewasa. Perbedaan juga tampak saat anak menginjak usia remaja (atau) dewasa. Aku hanya bisa menangis menjerit dengan keras melengking. Aku hanya bisa menangis (dan) menjerit dengan keras melengking. Aku hanya bisa menangis (atau) menjerit dengan keras melengking. (2.d) Dengan memperhatikan masalah-masalah, pertama, stelsel pidana merupakan refleksi nilai sosial budaya. Dengan memperhatikan masalah-masalah, pertama, stelsel pidana merupakan refleksi nilai sosial (dan) budaya. Dengan memperhatikan masalah-masalah, pertama, stelsel pidana merupakan refleksi nilai sosial (atau) budaya. (2.e) (2.f) Jangan kau rusakkan dirimu yang muda remaja ini dengan duka cita. Jangan kau rusakkan dirimu yang muda (dan) remaja ini dengan duka cita. Jangan kau rusakkan dirimu yang muda (atau) remaja ini dengan duka cita. Ah, di sinilah lagi, manusia dilihat dengan istilah pukul rata: para pemberontak yang punya ide ini itu. 7

(2.g) Ah, di sinilah lagi, manusia dilihat dengan istilah pukul rata: para pemberontak yang punya ide ini dan itu. Ah, di sinilah lagi, manusia dilihat dengan istilah pukul rata: para pemberontak yang punya ide ini atau itu. Aku hanya bisa menangis menjerit dengan keras melengking. Aku hanya bisa menangis (dan) menjerit dengan keras melengking. Aku hanya bisa menangis (atau) menjerit dengan keras melengking. Berdasarkan hasil analisis frasa endosentrik yang koordinatif terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 16. c. Frasa Endosentrik yang Atributif Frasa endosentrik yang atributif terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Berikut beberapa hasil analisis. (3.a) (3.b) (3.c) (3.d) (3.e) (3.f) Bukan warna cat atau cat baru yang mengguyur sekujur tubuh dinding yang membuatnya tersipu malu, melainkan usapan kuas. Bukan warna cat atau cat (dan) baru yang mengguyur sekujur tubuh dinding yang membuatnya tersipu malu, melainkan usapan kuas. Bukan warna cat atau cat (atau) baru yang mengguyur sekujur tubuh dinding yang membuatnya tersipu malu, melainkan usapan kuas. Kukatakan kalau aku memang sedang sakit. Kukatakan kalau aku memang sedang (dan) sakit. Kukatakan kalau aku memang sedang (atau) sakit. Bisa dibayangkan, jika seseorang telah kita kirim ke akhirat, tetapi belakangan ketahuan bahwa orang itu sebenarnya belum punya hak di alam akhirat. Bisa dibayangkan, jika seseorang telah kita kirim ke akhirat, tetapi belakangan ketahuan bahwa orang (dan) itu sebenarnya belum punya hak di alam akhirat. Bisa dibayangkan, jika seseorang telah kita kirim ke akhirat, tetapi belakangan ketahuan bahwa orang (atau) itu sebenarnya belum punya hak di alam akhirat. Hal ini sangat menarik karena mengandung masalah yang kontroversial di masyarakat. Hal ini sangat (dan) menarik karena mengandung masalah yang kontroversial di masyarakat. Hal ini sangat (atau) menarik karena mengandung masalah yang kontroversial di masyarakat. Kupilih mobil biru di pojok kanan dan mulai mengendarainya. Kupilih mobil (dan) biru di pojok kanan dan mulai mengendarainya. Kupilih mobil (atau) biru di pojok kanan dan mulai mengendarainya. Selama berjalan aku berpikir mengapa tiba-tiba kuputuskan untuk mengejarnya, dan aku tetap tak tahu jawabannya sambil terus mengikuti gadis itu. 8

(3.g) (3.h) Selama berjalan aku berpikir mengapa tiba-tiba kuputuskan untuk mengejarnya, dan aku tetap tak tahu jawabannya sambil terus mengikuti gadis (dan) itu. Selama berjalan aku berpikir mengapa tiba-tiba kuputuskan untuk mengejarnya, dan aku tetap tak tahu jawabannya sambil terus mengikuti gadis (atau) itu. Hal ini sangat penting ditinjau dari segi ilmu pengetahuan karena membuktikan teori bahwa DNA itu stabil dan dapat bereplikasi. Hal ini sangat (dan) penting ditinjau dari segi ilmu pengetahuan karena membuktikan teori bahwa DNA itu stabil dan dapat bereplikasi. Hal ini sangat (atau) penting ditinjau dari segi ilmu pengetahuan karena membuktikan teori bahwa DNA itu stabil dan dapat bereplikasi. Bahwa aku bisa mati malam ini dia tidak perduli, rasa Guru Isa dengan pahit dan kurang adil karena Fatimah tidak tahu apa yang hendak mereka kerjakan. Bahwa aku bisa mati malam (dan) ini dia tidak perduli, rasa Guru Isa dengan pahit dan kurang adil karena Fatimah tidak tahu apa yang hendak mereka kerjakan. Bahwa aku bisa mati malam (atau) ini dia tidak perduli, rasa Guru Isa dengan pahit dan kurang adil karena Fatimah tidak tahu apa yang hendak mereka kerjakan. Berdasarkan hasil analisis frasa endosentrik yang atributif terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 217. d. Frasa Endosentrik yang Apositif Frasa endosentrik yang apositif unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu, sama dengan unsur yang lain. Dengan kata lain, frasa endosentrik yang apositif ialah frasa yang atributnya berupa aposisi atau keterangan tambahan. Berikut beberapa hasil analisis. (4.a) (4.b) (4.c) Itu kutahu dari Joko, teman mengajar Esti. Itu kutahu dari Joko Itu kutahu dari teman mengajar Esti. Keprihatinan tersebut diontarkan Kak Seto Mulyadi, dokter spesialis jiwa, dan dialamatkan pada orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Keprihatinan tersebut diontarkan Kak Seto Mulyadi dan dialamatkan pada orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Keprihatinan tersebut diontarkan dokter spesialis jiwa, dan dialamatkan pada orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Hipotesis tentang perbedaan itu pertama kali diusulkan oleh Simon Leavy, ahli saraf dari Salk Institut, ketika ia menemukan perbedaan struktur otak pria dan wanita. Hipotesis tentang perbedaan itu pertama kali diusulkan oleh Simon Leavy ketika ia menemukan perbedaan struktur otak pria dan wanita. 9

Jumlah Hipotesis tentang perbedaan itu pertama kali diusulkan oleh ahli saraf dari Salk Institut, ketika ia menemukan perbedaan struktur otak pria dan wanita. (4.d) Dari pihak lain, apakah suaminya yang seluhur budinya itu, yang halus penuh tenggang rasa dapat disamakan dengan Teto, serdadu KNIL, yang dicap penghianat dan penjual bangsa? Dari pihak lain, apakah suaminya yang seluhur budinya itu, yang halus penuh tenggang rasa dapat disamakan dengan Teto, yang dicap penghianat dan penjual bangsa? Dari pihak lain, apakah suaminya yang seluhur budinya itu, yang halus penuh tenggang rasa dapat disamakan dengan serdadu KNIL, yang dicap penghianat dan penjual bangsa? (4.e) Demikian dikatakan Dr. Robert Nussbaum, Kepala The Genetic Disease Research Branch yang dikutip jurnal Nature Medicine Edisi Mei 2002. Demikian dikatakan Dr. Robert Nussbaum, yang dikutip jurnal Nature Medicine Edisi Mei 2002. Demikian dikatakan Kepala The Genetic Disease Research Branch yang dikutip jurnal Nature Medicine Edisi Mei 2002. Berdasarkan hasil analisis frasa endosentrik yang apositif terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 11. Grafik Frasa Berdasarkan Unsurnya 60 40 20 0 57,4 35,4 4,2 2,9 EAtr Eksosentrik EK EA Distribusi Unsurnya Gambar 4.1 Grafik Frasa Berdasarkan Unsurnya 2. Berdasarkan distribusi dengan kategori kata Berdasarkan distribusi dengan kategori kata, menurut Ramlan (2001: 126-148) dapat dibagi menjadi empat, yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan, dan frasa keterangan. Di samping itu ada frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan kategori kata yaitu frasa depan. Adapun penjelasannya sebagai berikut. a. Frasa Nominal Frasa nominal atau frasa golongan N memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal atau golongan N. Berikut beberapa hasil analisis. 10

(5.a) (5.b) (5.c) (5.d) (5.e) (5.f) (5.g) (5.h) Puisi itu mula-mula mengemukakan sisi-sisi menarik sang sahabat, dari pandangan hingga tutur bicaranya. Mas Fachri kenal guru desa di tempat Mas tugas dulu? Orangnya cantik, anggun, dan berjilbab. Namanya Esti Fachri mengerutkan dahi. Suamiku, Mas Fachri yang kupercaya dan kubanggakan cinta dan kesetiaannya, tak lebih hanya musang berbulu domba. Segera aku terjaga, kupandangi jam dinding yang menunjukkan pukul tiga. Remaja putri dan wanita dewasa lebih tertarik pada hal-hal seperti rumah yang indah, tempat makan yang enak, dan toko barang-barang murah. Namaku Fauzi tapi aku bukan orang Sunda. Aku berjalan ke arah pintu gerbang. Hanya ratusan meter dari Vatikan ada klinik fertilisas yang sudah sudah lama menjadi tujuan pasangan-pasangan tak subur dari berbagai belahan dunia yang sangat mengharapkan anak, sekaligus tempat paling tak berkenan di hati pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Johannes Paulus II. Berdasarkan hasil analisis frasa nominal yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 144. b. Frasa Verbal Frasa verbal atau frasa golongan V mempunyai distribusi yang sama dengan kata golongan V. Berikut beberapa hasil analisis. (6.a) (6.b) (6.c) (6.d) (6.e) (6.f) (6.g) (6.h) Kukatakan kalau aku memang sedang sakit. Sisa tim PBB yang lain telah mengunjungi sejumlah provinsi. Namun, pada waktu meluncur dengan kecepatan tinggi, air akan membelok dari permukaan bagian atas foil, seperti udara membelok dari permukaan bagian atas foil. Kelihatannya mahal, tapi lebih mahal lagi kalau harus pergi berobat setelah keracunan. Sejarah juga mencatat bahwa di Inggris, ketika anestesi pertama kali digunakanbagi perempuan yang hendak melahirkan untuk mengurangi rasa sakit, muncul reaksi yang menyatakan hal itu menentang kodrat. Lama-lama Salim menjadi takut melihatnya demikian, bibirnya gemetar hendak menangis kembali, dan Guru Isa insaf. Oleh karena itu, hidrofoil dapat melaju 2 atau 3 kali lebih cepat daripada kendaraan permukaan laut yang konvensional pada ukuran dan kekuatan tenaga kuda yang sebanding. Jadi, hendaknya disadari pula bahwa persaingan acara TV perlu memperhatikan tanggung jawab sosial. Berdasarkan hasil analisis frasa verbal yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 195. 11

c. Frasa Bilangan Frasa bilangan atau frasa golongan Bil mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan. Berikut beberapa hasil analisis. (7.a) (7.b) (7.c) (7.d) (7.e) Menjelang tahun 1945 sembilan jenis hidrofoil yang berbeda dengan bobot antara kurang dari 1 sampai 55 metrik ton telah dibangun dan diujicobakan. Saat percobaan kloning Dolly pun, dari 277 sel telur yang diisi dengan inti sel donor, yang berhasil membentuk blastosis yang hanya beberapa saja. Dengan biaya sekitar 300.000 dollar AS, proyek ini didukung saudagarsaudagar kaya raya Asia dan Arab. Mc Hugh menganjurkan pasiennya untuk mengonsumsi beberapa buahbuahan dan sayuran segar setiap hari, dan dia juga memberikan vitamin prenatal yang berisi 100 miligram vitamin C. Misalnya buah kiwi yang sudah diakui mengandung vitamin C dalam jumlah besar (sekitar 74 miligram untuk buah ukuran sedang) akan kehilangan kandungan vitamin C jika disimpan di tempat yang dingin. (7.f) Bagi orang dewasa sebaiknya mengonsumsi vitamin C-nya sebanyak 60 miligram setiap harinya. (7.g) Bagi orang yang tidak hidup dengan stress atau tekanan tinggi, jumlah 500 miligram sebenarnya terlalu besar. (7.h) Para ahli gizi menyarakan agar 10-25 persen makanan yang dikonsumsi mengandung vitamin C. Berdasarkan hasil analisis frasa bilangan yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 9. d. Frasa Keterangan Frasa keterangan atau frasa golongan Ket mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan, ialah kata yang mempunyai kecenderungan menduduki fungsi KET dalam klausa. Sejumlah kata keterangan, antara lain: kemarin, tadi, nanti, besok, sekarang. Jumlah frasa keterangan tidak banyak karena jumlah kata keterangan juga terbatas. Dari pengamatan terhadap bahasa Indonesia hanya diperoleh enam kata keterangan, ialah kemarin, tadi, nanti, besok, lusa, dan sekarang. Berikut beberapa hasil analisis. (8.a) Tadi siang aku memang kedatangan tamu sahabat lama suamiku, Ali, waktu bertugas di daerah lereng gunung, sebelum dia pindah di kota kabupaten ini. Berdasarkan hasil analisis frasa keterangan yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 1. e. Frasa Depan Frasa depan diawali oleh kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frasa golongan N, V, Bil, atau Ket sebagai petanda atau aksinya. Kata depan menandai berbagai hubungan makna. Berikut beberapa hasil analisis. 12

Jumlah (9.a) Sampai malam, aku lebih memilih tidur sendiri di kamar depan. (9.b) Karya-karya ilmiahnya di bidang reproduksi manusia yang mencapai 40 publikasi jurnal membuahkan gelar Guru Besar Reproduksi Manusia di Universitas Roma. (9.c) Bukannya individualis, aku malah sering menyumbang dana untuk korban bencana alam dan pernah satu kali turun langsung ke lapangan, waktu itu di daerah Pandeglang. (9.d) Telingaku terus-menerus mendengar tawa dan teriakan orang-orang yang sedang berada dalam arena permainan di Dufan ini. (9.e) Sejak itu, Ibu dan putri bekerja bakti di dapur umum para gerilyawan di suatu desa di seberang jurang Juranggede yang bernama Grojogan. (9.f) Bu Ananta tidak mungkin menempatkan diri duduk di kursi hakim. (9.g) Layang-layang putri-putri bangsawan berbentuk segitiga, terbuat dari sutra dan dari tiga ujung itu terikat dua belas saputangan berwarna-warni. (9.h) Semua orang ribut membicarakan pelemparan granat tangan di depan bioskop. Berdasarkan hasil analisis frasa depan yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 16. Frasa Berdasarkan Distribusi dengan Kategori Kata 60 40 20 0 53,4 39,4 4,3 2,4 0,2 FV FN FD Fbil Fket Distribusi dengan Kategori Kata Gambar 4.2 Grafik Frasa Berdasarkan Distribusi dengan Kategori Kata E. Simpulan Berdasarkan analisis yang telah diuraikan, penelitian yang berjudul Bentuk Frasa pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud dkk Penerbit: Erlangga 2004 dapat disimpulkan bahwa bentuk frasa dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu frasa berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan frasa berdasarkan distribusi dengan kategori kata. Frasa dapat digolongkan berdasarkan distribusi dengan unsurnya yaitu (1) frasa eksosentrik, (2) frasa endosentrik. Frasa endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif, dan frasa endosentrik yang apositif. Frasa eksosentrik yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk 13

penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 134. Frasa endosentrik yang koordinatif terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 16. Frasa endosentrik yang atributif terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 217. Frasa endosentrik yang apositif terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 11. Frasa berdasarkan distribusi dengan kategori kata dapat digolongkan menjadi empat golongan, ialah frasa golongan N atau farasa nominal, frasa golongan V atau frasa verbal, frasa golongan Bil atau frasa bilangan, frasa golongan Ket atau frasa keterangan. Di samping itu, ada frasa yang tidak memiliki persamaan distribusi dengan kategori kata ialah frasa depan sehingga seluruhnya terdapat lima golongan frasa, ialah frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan, frasa keterangan, dan frasa depan. Frasa nominal yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 144. Frasa verbal yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 195. Frasa bilangan yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 9. Frasa keterangan yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 1. Frasa depan yang terdapat dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas XII SMA karangan Dawud dkk penerbit: Erlangga 2004 berjumlah 16. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Baryadi, T. Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondosuli. Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan dan Proses). Jakarta: Rineka Cipta. Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa Kelas XII. Jakarta: Erlangga. Dian Wahyuningrum, Erma. 2006. Verba Benefaktif dalam Bahasa Indonesia. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Khusnul Khotimah, Tarti. 2005. Kalimat bersubjek Verbal dalam Bahasa Indonesia: Tipe-tipe Subjek Verbal. Widyapurwa Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan, 2005 (2): 171-190. 14

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Markhamah. 2009. Ragam dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Markamah, dkk. 2010. Sintaksis: Keselarasan Fungsi, Kategori, dan Peran dalam Klausa. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasucha, Yakub, dkk. 2009. Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa. Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV.Karyono. Rokhamah. 2003. Analisis Frase pada Terjemahan Surat Yusuf. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Setiyawan. 2009. Verba Taktransitif Berpelengkap Wajib dalam Bahasa Indonesia. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Subroto, Edy. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana. Sumarlam, dkk. 2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra. Sutana, Dwi. 1999. Penggolongan Idiom Frase Bahasa Jawa Berdasarkan Kategori Kata. Widyapurwa Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra, 1999 (52): 16-28. Tarigan, Henry Guntur. 2001. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Wahyuni, Tutik. 2000. Verba me(n)-d, me(n)-d-i dan me(n)-d-kan dan Korelasinya dengan Nomina pe(n)-d, pe(n)-d-an, dan D-an dalam Bahasa Indonesia. Kajian Linguistik dan Sastra, 2000 (22): 56-59. 15