BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Timur dan Tenggara. Negara-negara dengan sebutan Newly Industrializing Countries

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun Sektor / Kegiatan UKM Usaha Kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN. omzet, namun karena jumlahnya cukup besar, maka peranan UMKM cukup

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Indonesia Periode

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diketahui sebagai kekuatan strategis

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

1. COOPERATIVE FAIR KE-1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. sajikan data-data yang terkait dengan sektor - sektor yang akan di teliti,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS RELATIF DAN ANALISIS TINGKAT UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Saat ini peran Koperasi dan Usaha Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam pembentukan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat sangat besar, Jawa Bara sendiri memberikan kontribusi sebesar 14,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2012 dimana lebih dari setengah atau tepatnya 54,55% dihasilkan dari kegiatan bisnis UMKM. Untuk kota Bandung sendiri pada tahun 2011 menyumbang sekitar 95.61 triliun rupiah dan pada tahun 2010 menyumbang 82 triliun rupiah (Pusdalisbang, 2012). Seperti yang dijelaskan pada pada tabel 1.1 sebagai berikut : Tabel 1.1 Jumlah PDRB Kota bandung 2011 95.61 Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012) Jumlah Unit usaha dalam kategori kecil dan menengah untuk provinsi Jawa Barat sendiri selama 3 tahun yaitu 2009,2010,dan 2011 tidak menunjukan pertumbuhan yang baik seperti yang di tunjukan pada tabel 1.2 di bawah berikut. Tabel 1.2 Perkembangan Unit Usaha Industri Kecil dan Menengah di JawaBarat Unit Usaha (unit) Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 Kab. Bogor 14,333 14,502 14,505 Kab. Sukabumi 15,329 15,417 15,417 Kab. Cianjur 1,211 1,236 1,236 Kab. Bandung 12,269 12,273 12,283 Kab. Garut 9,763 9,801 9,801 Kab. Tasikmalaya 1,382 1,401 1,467 Kab. Ciamis 1,313 1,364 1,364 (Bersambung) (sambungan) Tahun 2009 70.28 2010 82.00 Nilai PDRB (dalam Triliun)

Kab. Kuningan 2,169 2,340 2,340 Kab. Cirebon 10,427 10,466 10,488 Kab. Majalengka 7,366 7,373 7,373 Kab. Sumedang 5,030 5,052 5,052 Kab. Indramayu 2,329 2,352 2,352 Kab. Subang 3,380 3,380 3,380 Kab. Purwakarta 10,704 10,762 10,762 Kab. Karawang 9,242 9,269 9,269 Kab. Bekasi 10,580 10,583 10,583 Kab. Bandung Barat 16 16 50 Kota Bogor 7,761 7,794 7,832 Kota Sukabumi 9,363 9,364 9,364 Kota Bandung 10,701 10,701 10,701 Kota Cirebon 9,324 9,351 9,351 Kota Bekasi 9,775 9,782 9,782 Kota Depok 9,949 10,055 10,055 Kota Cimahi 6,028 6,048 6,061 Kota Tasikmalaya 9,591 9,650 9,650 Kota Banjar 9,143 9,205 9,205 Total 198,478 199,537 199,723 Sumber : Pusdalisbang(2012) Tetapi jumlah pelaku usaha menunjukan pertumbuhan walaupun belum termasuk kategori signifikan, seperti yang di tunjukan pada tabel 1.3 S u m b e Tahun Tabel 1.3 Jumlah Pelaku Usaha UMKM Kota Bandung 2009 4121 2010 4221 2011 4425 r : Data pelaku usaha UMKM Dinas Koperasi UMKM (2012) Menurut Pemerintah kota Bandung terdapat 30 sentra industri di kota bandung tetapi hanya 7 sentra industri yang berpotensial yaitu sentra industri sepatu Cibaduyut, sentra industri Rajut Binong, sentra industri kaos Suci, sentra industri perdagangan jeans Cihampelas, sentra industri tekstil Cigonewa, sentra industri tahu tempe Cibuntu, dan sentra industri boneka Sukamulya Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2012). Jumlah pelaku usaha (Dinas Koperasi UMKM dan 1.1.1 Profil Sentra Industri Jeans Cihampelas

Sekitar tahun 1987, seorang pengusaha mencoba untuk mendirikan sebuah toko jeans, dan ternyata usaha itu memiliki prospek yang bagus. Pada era 1990-an, kawasan ini pun semakin terkenal sebagai sentra jeans di Kota Bandung. Saat harihari libur maupun hari kerja, kawasan ini ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia dan mancanegara. (Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata kota Bandung, 2015) Cihampelas sendiri sudah berkembang menjadi daerah pariwisata dan perdagangan yang sudah dikenal untuk kondisi jeans Cihampelas sendiri akan diterangkan pada tabel 1.4 dibawah berikut. Tabel 1.4 Profil Sentra Industri Jeans Cihampelas Tahun 2012 Nama industri Sentra industri perdagangan jeans Cihampelas Daerah Jalan Cihampelas kecamatan bolong Unit usaha 59 Nilai investasi Omzet 227,5 jt per hari Jumlah tenaga kerja 352 Keunggulan Model model jeans selalu up to date Sumber: Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung (2012) Bukan hanya sebagai sentra UMKM di kota Bandung tetapi juga sudah menjadi land mark kota Bandung dengan arsitektur toko yang sangat menarik untuk dilihat seperti yang terlihat di bawah berikut (Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata kota Bandung, 2015) Gambar 1.1 Kumpulan Gambar Daerah Industri Jeans Cihampelas

Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata kota Bandung (2015) 1.2 Latar Belakang Penelitian Pada akhir tahun 2015 tepatnya pada tanggal 31 Desember 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mulai diberlakukan. MEA sendiri adalah bentuk Integrasi Ekonomi ASEAN. Untuk mewujudkan MEA tersebut, para pemimpin negara ASEAN pada KTT ASEAN ke-13 pada bulan November 2007 di Singapura, mengahsilkan ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint, sebagai acuan seluruh negara anggota dalam mengimplementasikan komitmen MEA. Melalui cetak biru MEA, ASEAN telah melaksanakan berbagai pembangunan. Antara lain adalah dengan pelaksanaan pembangunan fasilitas perdagangan pada sektor informasi, teknologi, dan transportasi. Pengimplementasian ASEAN Single window atau pengintegrasian sistem kargo di masing-masing negara, serta harmonisasi kebijakan seperti adanya standar atau sertifikasi produk buatan ASEAN dengan Mutual Recognation Arrangement (MRA) juga merupakan bagian dari agenda ASEAN untuk mencapai MEA 2015 (Kementerian Luar Negeri, 2014). MEA yang akan segera berjalan akan membawa peluang dan ancaman bagi ekonomi Indonesia dimana bisa menambah atau mengurangi pendapatan negara, untuk Indonesia sendiri UMKM memberi sumbangan PDB yang cukup besar dimana menyumbang sebesar 54,55% pada 2012 yang berarti peranan UMKM cukup signifikan dalam pembangunan ekonomi Indonesia Syarief Hasan (2012), menyatakan Pembenahan UMKM dibutuhkan agar penuntasan kemiskinan melalui pertambahan kesempatan kerja dan menciptakan industri dengan orientasi ekspor. UMKM di Indonesia juga telah terbukti tangguh dalam menghadapi krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1998 lalu. Karena itu, Kemenkop dan UMKM sudah membuat rencana strategis sampai tahun 2014.

Diantaranya dengan meningkatkan iklim usaha, meningkatkan akses pada sumber daya produktif, mengembangkan produk dan pemasaran, serta meningkatkan daya saing.(www.rakyatmerdekaonline.com,2012) MS Hidayat (2010), mengungkapkan terjadinya kenaikan posisi Indonesia di dalam World Economic Forum (WEF) dari nomor 52 naik ke peringkat 38. Indonesia hanya berada di bawah Singapura dan Malaysia tetapi sejajar dengan Thailand dengan indeks 4.1. Tetapi menurut beliau Indonesia mempunyai potensi untuk memperbaiki posisi dalam waktu 2 tahun dan dapat mengungguli Singapura dan Malaysia. Sementara itu, dari pihak Kementerian Perindustrian telah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM. Dalam menghadapi MEA 2015, masih banyak peluang UMKM untuk meraih pangsa pasar dan peluang investasi, maka dari itulah dibutuhkan strategi yang tepat guna (finance.detik.com, 2010) Ragimun (2012) menerangkan terdapat beberapa kendala UMKM yang harus diwaspadai untuk pengembangan UMKM di Indonesia, salah satu yang sering dialami negara-negara berkembang termasuk Indonesia antara lain adalah masalah kurangnya bahan baku yang harus diimpor dari negara lain untuk proses produksi. Disamping itu pemasaran barang, permodalan, ketersediaan energi, infrastruktur dan informasi juga merupakan permasalahan yang sering muncul kemudian, termasuk masalah-masalah non fisik seperti tingginya inflasi, skill, aturan perburuhan dan lain sebagainya. Menurut Tambunan (2010), Indonesia sendiri masih mempunyai hambatan yang tidak jauh berbeda seperti negara ASEAN lainnya, seperti yang di jelaskan pada tabel 1.5 dibawah berikut. Tabel 1.5 Kendala UMKM Negara ASEAN

Sumber : Tulus Tambunan (2010) Saat ini, struktur ekspor produk UMKM Indonesia banyak berasal dari industri pengolahan seperti furniture, makanan dan minuman, pakaian jadi atau garmen, industri kayu dan rotan, hasil pertanian terutama perkebunan dan perikanan, sedangkan di sektor pertambangan masih sangat kecil (hanya yang berhubungan dengan yang batu- batuan, tanah liat dan pasir). Secara rinci barang ekspor UMKM antara lain alat-alat rumah tangga, pakaian jadi atau garmen, batik, barang jadi lainnya dari kulit, kerajinan dari kayu, perhiasan emas atau perak, mainan anak, anyaman, barang dari rotan, pengolahan ikan, mebel, sepatu atau alas kaki kulit, arang kayu/tempurung, makanan ringan dan produk bordir. Sedangkan bahan baku utama produksi UMKM yang digunakan adalah bahan baku lokal sisanya dari impor seperti plastik, kulit dan beberapa zat kimia (Kementerian Keuangan, 2013). Menurut Abidin (2011) UMKM mempunyai kekuatan strategis dan penting dalam mempercepat pembangunan baik nasional dan daerah, dibuktikan dengan besarnya jumlah UMKM di Indonesia yaitu tercatat 48,9 Juta unit dan memberikan kontribusi 53,28% PDB, dan 96,18% tenaga kerja Indonesia terserap kedalamnya selain itu pertumbuhan PDB UMKM dengan minyak dan gas (Migas) dan tanpa migas ternyata tidak berbeda jauh, hanya pada PDB tanpa migas tumbuh sedikit lebih besar. Tabel 1.6 Laju Pertumbuhan UMKM Indonesia No. Indikator Satuan 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah UMKM Unit 52 764 603 53 823 732 55 206 444 56 534 592 2 Pertumbuhan Jumlah UMKM Persen 2,64 2,01 2,57 2,41 3 Jumlah Tenaga Kerja UMKM Orang 96 211 332 99 401 775 101 722 458 107 657 509 4 Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja UMKM Persen 2,33 3,32 2,33 5,83 5 Sumbangan PDB UMKM (harga konstan) Rp. Miliar 1 212 599,30 1 282 571,80 1 369 326,00 1 504 928,20 Pertumbuhan sumbangan PDB 6 UMKM Persen 4,02 5,77 6,76 9,90 Rp. 7 Nilai Ekspor UMKM Miliar 162 254,52 175 894,89 187 441,82 208 067,00 8 Pertumbuhan Nilai Ekspor UMKM Persen -8,85 8,41 6,56 11,00

Sumber : Badan pusat statistik (2012) Data pertumbuhan UMKM selama 4 (empat) tahun di atas, tampak bahwa UMKM berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja dan juga menyumbang pemasukan negara dimana dari tabel di atas sumbangan yang diberikan terus bertumbuh. Peran UMKM dalam perekonomian nasional dinilai sangat strategis. Sektor ini juga dianggap sebagai penyelamat krisis yang dihadapi Indonesia sejak tahun 1997 karena fleksibilitasnya dalam menyiasati perubahan dan kemampuannya menyerap tenaga kerja sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Ketahanan UMKM dalam menghadapi krisis ekonomi diharapkan dapat menolong perekonomian Indonesia menghadapi krisis global yang bermula dari krisis keuangan di Amerika (news.okezone.com, 2010). Pada tahun 2011 UMKM mampu berandil besar terhadap penerimaan negara dengan menyumbang 57,4 % pemasukan PDB melalui pembayaran pajak, yang diuraikan sebagai berikut : sektor usaha mikro menyumbang 36,28 % PDB, sektor usaha kecil 10,9 %, dan sektor usaha menengah 14,7 % melalui pembayaran pajak. Sementara itu, sektor usaha besar hanya menyumbang 38,1 % PDB melalui pembayaran pajak. Sebagian besar (hampir 99 %), UMKM di Indonesia adalah usaha mikro di sektor informal dan pada umumnya menggunakan bahan baku lokal dengan pasar lokal. Itulah sebabnya tidak terpengaruh secara langsung oleh krisis global. Laporan WEF 2010 menempatkan pasar Indonesia pada ranking ke-15. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai pasar yang potensial bagi negara lain. Potensi ini yang belum dimanfaatkan oleh UMKM secara maksimal. (Kementerian Keuangan, 2013). Bagi Indonesia yang mempunyai 56.534.592 unit UMKM pada 2012 dengan pertumbuhan sekitar 2,41 % dari tahun 2011, UMKM berperan besar terhadap perekonomian Indonesia dengan memberikan sumbangan 57,4% dari total PDB Indonesia tahun 2012. Tetapi pada Global Competitive Index oleh WEF menempatkan Indonesia pada urutan ke 34, di bawah sebagian negara ASEAN (Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand) menjadikan UMKM dan Pemerintah harus banyak berbenah untuk menaikan posisi Indonesia dalam perekonomian (www.weforum.org, 2014). Dalam rangka menuju Pasar Bebas ASEAN 2015, dengan berjalannya MEA 2015 akan memberikan beberapa tantangan yang tidak hanya bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan sesama negara

ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India. Persaingan yang ketat ini akan berdampak pada harga yang kompetitif pula, bukan hanya komoditi/produk/jasa unggulan industri besar (UB), tetapi juga sektor UMKM karena kesamaan karakteristik produk. Menyadari peran UMKM sebagai kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan cukup dominan dalam perekonomian, maka pencapaian kesuksesan MEA 2015 mendatang juga akan dipengaruhi oleh kesiapan UMKM. UMKM sendiri di kota Bandung mempunyai peran vital dalam penyerapan tenaga kerja dan juga peningkatan kesehjahteraan masyarakat kota Bandung. Di kota Bandung sendiri terdapat 30 sentra industri dimana menurut pemerintah kota bandung hanya terdapat 7 sentra industri yang berpotensial yaitu sentra industri sepatu Cibaduyut, sentra industri Rajut Binong, sentra industri kaos Suci, sentra industri perdagangan jeans Cihampelas, sentra industri tekstil Cigonewa, sentra industri tahu tempe Cibuntu, dan sentra industri boneka Sukamulya, tetapi terdapat keunikan pada Sentra Industri Jeans Cihampelas dimana selain menjadi tempat penjualan tetapi pada perkembangannya juga menjadi landmark kota Bandung yang menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Pada observasi awal, menurut bapak Daniel Roat yang merupakan kepala toko Spiderman Cihampelas. Masalah yang sekarang dihadapi oleh Sentra Industri Jeans Cihampelas adalah kebijakan pemerintah yang kurang memihak dan kurangnya dukungan pemerintah seperti menyediakan tempat parkir dan banyaknya pedagang kaki lima yang memperpadat daerah Cihampelas yang bisa mengurangi lahan parkir yang secara langsung mempersulit datangnya turis dan pembeli. Jeans Cihampelas saat ini sangatlah penting untuk dipertahankan dan dikembangkan diaman emiliki posisi penting, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dirasa perlu dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan strategi agar dapat mengidentifikasi faktor internal dan juga eksternal yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan strategi untuk UMKM Sentra Industri Jeans Cihampelas agar mampu memanfaatkan peluang yang ada dan mampu bertahan dari banyaknya pesaing.

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian serta penjelasan yang telah dikemukakan pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi lingkungan internal UMKM di sentra industri jeans Cihampelas Kota Bandung? 2. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal UMKM di sentra industri jeans Cihampelas Kota Bandung? 3. Bagaimana strategi daya saing UMKM di sentra industri jeans Cihampelas Kota Bandung dengan menggunakan analisis SWOT? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kondisi lingkungan internal UMKM di sentra industri jeans Cihampelas kota Bandung? 2. Mengetahui kondisi lingkungan eksternal UMKM di sentra industri jeans Cihampelas kota Bandung? 3. Mengetahui strategi daya saing UMKM di sentra industri jeans Kota Bandung dengan menggunakan analisis SWOT? 1.5 Kegunaan Penelitian 1) Aspek Praktis Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka dapat memberi suatu masukan dari berbagai keadaan dan faktor penting agar Jeans Cihampelas dapat menerapkan strategi yang baik. 2) Aspek Akademis Penelitian ini memberikan kontribusi secara Akademis untuk studi manajemen strategi khususnya strategi daya saing UMKM. Sehingga dapat membuka Ruang dalam penelitian selanjutnya (Research Gap). 1.6 Sistematika Penulisan Laporan Penelitian

Pada laporan penelitian Strategi Pengembangan Daya Saing Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM): Studi Kasus Pada Sentra Industri Jeans Cihampelas memiliki sistematika sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Bab ini berisikan tentang uraian gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian Bab ini menguraikan tentang hasil kajian kepustakaan yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian. BAB III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang mampu menjawab atau menjelaskan masalah penelitian. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab yang menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari data yang telah diperoleh. BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran yang diberikan penulis terhadap masalah yang terjadi di dalam penelitian.