BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

4.3 Pengaruh Ketimpangan Wilayah Terhadap Kondisi Hunian BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

Oleh : Sumiawati A

I. PENDAHULUAN. pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Keadaan geografis suatu wilayah

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang penting yaitu sebagian besar penggunaan lahan. Pertanian di Indonesia dapat berjalan dengan baik karena didukung adanya

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

T E S I S. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

ANALISIS POTENSI SEKTOR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) SKRIPSI. Oleh : EVA SULISTYOWATI

ISSN DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat dan sangat pesat. Masyarakat berbondong-bondong datang ke kota

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

PROFIL PEMBANGUNAN DI.YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. waktu. Kota tidak bersifat statis, akan tetapi selalu bergerak, berkembang dan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENGANTAR. peran strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Namun, di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa tahun belakangan ini menimbulkan dampak positif yang cukup besar terutama meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi lebih kearah ekonomi industri terutama manufaktur dan sektor jasa. Perubahan struktur ekonomi tersebut secara langsung berdampak pada sektor lain terutama sektor pertanian. Sektor industri dan jasa yang berkembang pesat tentu saja akan memicu terjadinya permintaan kebutuhan lahan yang semakin bertambah. Sehingga mengakibatkan terjadi banyak alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke sektor industri, perumahan, perdagangan dan jasa. Masalah alih fungsi lahan pertanian dapat mengurangi jumlah lahan pertanian terutama lahan sawah. Semakin banyak lahan yang berubah fungsinya dari sektor pertanian ke sektor industri, perumahan, perdagangan dan jasa maka sektor pertanian semakin menurun. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di sektor pertanian. Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta menyebabkan semakin meningkatnya masyarakat yang membutuhkan pemukiman, hal tersebut memicu terjadinya pembukaan lahan untuk pemukiman baru. Banyaknya lahan pertanian yang digunakan untuk pemukiman menyebabkan luas lahan pertanian semakin berkurang. 1

Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Peningkatan alih fungsi lahan dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga menyebabkan kebutuhan lahan semakin meningkat. Peningkatan pembangunan menyebabkan kebutuhan lahan semakin meningkat sementara ketersediaan lahan relatif tetap. Hal ini dapat menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan lahan untuk pembangunan. Perubahan spesifik dari penggunaan untuk pertanian ke pemanfaatan bagi nonpertanian dikenal dengan istilah alih fungsi (konversi) lahan dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan, dan bahkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian sosial (Iqbal dan Sumaryanto, 2007). 2

Tabel 1.1 Luas Lahan Persawahan menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2004 2013 Kabupaten/Kota Luas Lahan Sawah 2011 2012 2013 Kulon Progo 10.304 10.299 10.297 Bantul 15.453 15.482 15.471 Gunung Kidul 7.865 7.865 7.865 Sleman 22.786 22.642 22.835 Yogyakarta 83 76 71 DIY 56.491 56.364 56.539 Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta Dari tabel di atas dapat dilihat luas lahan persawahan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011-2013. Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luas lahan persawahan terluas terletak di Kabupaten Sleman. Hal ini dapat dilihat dari luas lahan sawah di Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2013. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan luasnya lahan persawahan di Kabupaten Sleman menyebabkan banyak masyarakat yang memilih untuk menjalankan kegiatan perekonomian di Lahan merupakan salah satu yang menjadi penunjang kegiatan perekonomian di Kabupaten Sleman, maka dari itu banyak masyarakat yang mengalih fungsikan lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian. Terkait dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi penggunaan untuk sektor lain terutama sektor industri, perumahan, perdagangan dan jasa, pemerintah Kabupaten Sleman dapat mengambil peran penting dalam upaya memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan akibat alih fungsi lahan pertanian terutama mengantisipasi penurunan hasil pertanian. 3

Gambar 1.1 Persentase sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto ADHK 2000 di Kabupaten Sleman Tahun 2010 2013 15.71% 14.60% 14.41% 13.84% 2010 2011 2012 2013 Sumber: BPS Kabupaten Sleman Provinsi DIY mempunyai empat kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kota Yogyakarta. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten dengan tingkat PDRB tertinggi di Provinsi DIY. Hal ini dapat dibuktikan bahwa PDRB Kabupaten Sleman mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan ini juga ditandai dengan peningkatan pada seluruh sektor pendukungnya, kecuali sektor pertanian yang mengalami penurunan setiap tahunnya. Tabel di atas menunjukkan ada penurunan kontribusi/share persentase sektor pertanian terhadap PDRB ADHK 2000 Kabupaten Sleman dari tahun 2010-2013. Pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa PDRB sektor pertanian mengalami penurunan setiap tahun. Hal ini terjadi karena banyak lahan yang mengalami alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Peningkatan alih fungsi lahan disebabkan adanya peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan lahan. Selain itu peningkatan pembangunan 4

juga menjadi salah satu pemicu terjadinya alih fungsi lahan sementara ketersediaan lahan relatif tetap. Tabel 1.2 Luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman Tahun Luas lahan sawah Luas lahan bukan sawah Total luas pertanian (%) 2011 22.786 16.624 39.410 68.56% 2012 22.642 16.699 39.341 68.44% 2013 22.835 15.449 38.284 66.60% Sumber: BPS Kabupaten Sleman Dari tabel di atas menunjukkan bahwa luas pertanian di Kabupaten Sleman mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari luas pertanian tahun 2011 sebesar 39.410 ha atau 68.56 persen, jumlah tersebut mengalami penurunan hingga 38.284 ha atau 66.60 persen pada tahun 2013. Penurunan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman terjadi akibat terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian di Alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Sleman dipicu dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya jumlah industri di Dengan uraian latar belakang di atas maka penelitian ini berjudul Analisis hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita dan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman tahun 2004-2013. 1.2 Rumusan Masalah Provinsi DIY mempunyai empat kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kota Yogyakarta. Kabupaten/Kota di Provinsi DIY yang memiliki luas lahan persawahan terluas terletak di Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.1 Luas Lahan Persawahan menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa 5

Yogyakarta tahun 2004 2013. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman menyebabkan adanya peningkatan pembangunan seperti pembangunan hotel, restoran dan perumahan. Maka dari itu permintaan lahan untuk kegiatan non pertanian semakin meningkat, sehingga banyak lahan pertanian di Kabupaten Sleman yang mengalami alih fungsi lahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kontribusi/share persentase sektor pertanian terhadap PDRB ADHK 2000 Kabupaten Sleman mengalami penurunan dari tahun 2010-2013. Dari uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perbandingan pertumbuhan jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian di 2. Perbandingan pertumbuhan PDRB per kapita dengan luas lahan pertanian di 3. Perbandingan pertumbuhan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di 4. Mengetahui hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita, dan jumlah industri terhadap luas lahan pertanian di 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah: 1. Membandingkan pertumbuhan jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian di 6

2. Membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita dengan luas lahan pertanian di 3. Membandingkan pertumbuhan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di 4. Mengetahui hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita dan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di 1.4 Manfaat Penulisan Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang terkait: a. Bagi Penulis 1. Sebagai tambahan ilmu bagi penulis tentang hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita dan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman tahun 2004-2013. b. Bagi Pembaca 1. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian yang akan datang. 2. Memberikan pengetahuan tentang hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita dan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman tahun 2004-2013. c. Bagi Universitas 1. Memberikan pengalaman dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pemahaman mahasiswa. 7

2. Menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa mampu memahami dengan baik ilmu yang telah didapatkan selama mengikuti proses pembelajaran di universitas. 1.5 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 1.2 Kerangka pemikiran Latar Belakang: Kabupaten/Kota di Provinsi DIY yang memiliki luas lahan persawahan terluas terletak di Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman menyebabkan adanya peningkatan pembangunan seperti pembangunan hotel, restoran dan perumahan. Maka dari itu permintaan lahan untuk kegiatan non pertanian semakin meningkat, sehingga banyak lahan pertanian di Kabupaten Sleman yang mengalami alih fungsi lahan. Dengan adanya konversi lahan setiap tahunnya, sehingga luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman semakin berkurang. Pengurangan jumlah lahan pertanian ini dapat dibuktikan dengan kontribusi/share persentase sektor pertanian terhadap PDRB ADHK 2000 Kabupaten Sleman yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Rumusan Masalah: 1. Perbandingan pertumbuhan jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian di 2. Perbandingan pertumbuhan PDRB per kapita dengan luas lahan pertanian di 3. Perbandingan pertumbuhan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 4. Mengetahui hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita, dan jumlah industri terhdap luas lahan pertanian di Tujuan Penelitian: 1. Membandingkan pertumbuhan jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian di 2. Membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita dengan luas lahan pertanian di 3. Membandingkan pertumbuhan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di 4. Mengetahui hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita dan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di 8

Data Penelitian: Jumlah penduduk, PDRB per kapita, jumlah industri dan luas lahan pertanian Alat Analisis: - Statistika deskriptif - Korelasi pearson. 9