Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

SEMINAR NASIONAL SAINSTEK KE-2 UNDANA TAHUN 2014 Hotel Aston, Kupang Oktober 2014

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

STUDI PERBANDINGAN RESPON SPEKTRA PADA PERMUKAAN TANAH MENGGUNAKAN EDUSHAKE DAN PLAXIS DENGAN SNI 2012 UNTUK DAERAH JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. tembok bangunan maupun atap bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti

PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik, 36 (1), 2015, PERSEPSI PENGEMBANGAN PETA RAWAN GEMPA KOTA SEMARANG MELALUI PENELITIAN HAZARD GEMPA DETERMINISTIK

TUGAS AKHIR (SG ) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

Aplikasi Metode HVSR pada Perhitungan Faktor Amplifikasi Tanah di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

RESPON SPEKTRA GEMPA DESAIN BERDASARKAN SNI UNTUK WILAYAH KOTA PALEMBANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

RASIO MODEL Vs30 BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DAN USGS DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL

Timur dan kedalaman 48 kilometer. Berdasarkan peta isoseismal yang

Zonasi Hazard Gempa Bumi untuk Wilayah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

Penentuan Kedalaman Batuan Dasar Menggunakan Microtremor Array Di Tapak RDE Serpong

ZONASI GEMPA INDONESIA BERDASARKAN FUNGSI FUNGSI ATENUASI TERBARU

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia mengalami serangkaian bencana

ANALISA RESIKO GEMPA DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL UNTUK KOTA-KOTA DI INDONESIA YANG AKTIFITAS SEISMIKNYA TINGGI

Identifikasi Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Gelombang Geser Di Kecamatan Palu Barat

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS RISIKO GEMPA DI KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE GUMBEL

PENGEMBANGAN PETA KECEPATAN GELOMBANG GESER DAN PETA TAHANAN PENETRASI STANDAR DI SEMARANG

Reinardi NRP : Theodore F. Najoan., Ir.,M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

SEISMIC HAZARD UNTUK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

PERBANDINGAN SPEKTRA DESAIN BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA DALAM SNI GEMPA 2012 DAN SNI GEMPA 2002 (233S)

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali

8/22/2016. : S-2 : Earthquake Engineering, GRIPS-Tokyo

ANALISA RESPON SPEKTRA GEMPA DI PERMUKAAN BERDASARKAN PENDEKATAN SITE SPECIFIC ANALYSIS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Kepulauan Indonesia

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

Pengaruh Faktor Gempa terhadap Stabilitas Timbunan dengan Analisis Numerik

ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS

Pada ujung bawah kaki timbunan terlihat kelongsoran material disposal yang menutup pesawahan penduduk seperti terlihat pada Gambar III.27.

Dampak Persyaratan Geser Dasar Seismik Minimum pada RSNI X terhadap Gedung Tinggi Terbangun

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

RESEARCH ARTICLE. Randi Adzin Murdiantoro 1*, Sismanto 1 dan Marjiyono 2

PENYUSUNAN PETA KATEGORI DESAIN SEISMIK BERDASARKAN RSNI X

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji)

SIMULASI PERHITUNGAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG DENGAN METODA EIKONAL : SUATU CONTOH APLIKASI DALAM ESTIMASI KETELITIAN HIPOSENTER GEMPA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu

Gambar 1. Peta Seismisitas Indonesia (Irsyam et al., 2010 dalam Daryono, 2011))

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa. digunakan untuk perencanaan struktur terhadap pengaruh gempa.

BAB I PENDAHULUAN. Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya

Sulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa

Imam A. Sadisun Pusat Mitigasi Bencana - Institut Teknologi Bandung (PMB ITB) KK Geologi Terapan - Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - ITB

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI ANALISIS RESIKO GEMPA DAN MIKROZONASI KOTA JAKARTA TESIS MAGISTER. Oleh: HENDRIYAWAN

KAJIAN AWAL KONDISI KEGEMPAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBAGAI CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistika adalah suatu ilmu yang mempelajari data, mulai dari

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Grafik One Earthquake cycle fase interseismic postseismic[andreas, 2005]

STUDI PENGEMBANGAN PETA ZONA GEMPA UNTUK WILAYAH PULAU KALIMANTAN, NUSA TENGGARA, MALUKU, SULAWESI DAN IRIAN JAYA (INDONESIA BAGIAN TIMUR)

MENAMBAH KUALITAS INVESTIGASI GEOTEKNIK LAPANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE GELOMBANG PERMUKAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMA PERNYATAAN KATAPENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I.

IV. METODE PENELITIAN

MIKROZONASI GEMPA KOTA BONTANG KALIMANTAN TIMUR TESIS MAGISTER. Oleh: MOHAMAD WAHYONO

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

PENGARUH PENGGUNAAN SEISMIC BASE ISOLATION SYSTEM TERHADAP RESPONS STRUKTUR GEDUNG HOTEL IBIS PADANG ABSTRAK

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

!"#$%&!'()'*+$()$(&,(#%-".#,/($0&#$,(#&1!2,#3&

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT

Metodologi Penelitian

Transkripsi:

Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array M. Asrurifak, Masyhur Irsyam, Bigman M Hutapea Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB-ITB) M. Ridwan Puslitbang Kementrian Pekerjaan Umum Aldiar Vidi Pramatatya, Dedy Dharmawansyah Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB ABSTRACT: Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh peta klasifikasi berdasarkan data bor dangkal (kedalam 30 m) dan peta kedalaman batuan dasar di Jakarta berdasarkan data interpretasi Microtremor array. Studi ini merupakan bagian dari penelitian mahasiswa S2, S3 dan program mikrozonasi Jakarta, dimana metodologi yang digunakan untuk analisis bawah permukaan meliputi: 1) review dan studi literatur mengenai kondisi geologi, 2) pengumpulan data-data bor sekunder dan pengambilan data mikrotremor array, 3) Pengolahan data mikrotremor dengan metode Spatial Autocorrelation (SPAC), 4) Pemodelan struktur kecepatan gelombang-s 1D dan 2D 5) Pembuatan peta klasifikasi site dan kedalaman batuan dasar. Hasil dari studi ini berupa peta klasifikasi tanah dan peta kedalaman batuan dasar di lokasi penelitian yang akan digunakan sebagai data dan parameter dalam penyusunan peta mikrozonasi gempa, dimana peta mikrozonasi gempa ini diperlukan sebagai masukan dalam proses lanjutan kajian risiko bencana gempabumi agar langkah-langkah mitigasi bencana gempa selanjutnya dapat diformulasikan dan diimplementasikan. Keywords: klasifikasi tanah, batuan dasar, microtremor array 1 PENDAHULUAN Wilayah kepulauan Indonesia merupakan daerah rawan gempa karena secara geografis berada di daerah konvergensi beberapa lempeng tektonik aktif. Dilihat dari data sejarah kegempaan yang pernah terjadi, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah dengan tingkat kejadian gempa yang cukup tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir ini seringkali terjadi gempa dengan kekuatan yang beragam, dimana gempa-gempa dengan kekuatan sedang-besar seringkali menimbulkan dampak yang cukup besar di daerah yang terkena gempa seperti kerusakan pada bangunan gedung, infrastruktur dan korban jiwa. Untuk mengurangi tingkat risiko terhadap gempa, pemerintah telah memprogramkan penyusunan peta mikrozonasi dengan prioritas DKI Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Khusus untuk DKI Jakarta rencananya peta mikrozonasi dibuat sampai level 4 yang dibuat secara rinci dalam skala 1:25.000, dengan memperhitungkan hasil analisis respons tanah berdasarkan hasil penyelidikan geoteknik lengkap, hasil studi seismologi terapan, analisis vulnerability, perhitungan kerugian, dan evaluasi risiko. Untuk mengetahui kedalaman batuan dasar dan menambah kelengkapan data tanah di Jakarta terkait dengan penyusunan peta mikrozonasi, maka dalam kegiatan ini akan dilakukan penyelidikan tanah dengan melakukan pengeboran dangkal untuk mendapatkan data site class (kedalaman 30 m) dan dengan menggunakan metode microtremor array. Metode Spatial Autocorrelation (SPAC) akan digunakan untuk analisis data microtremor untuk memperoleh kurva dispersi dan pemodelan struktur kecepatan gelombang S. Interpretasi model struktur kecepatan gelombang S 1D hasil uji mikrotremor array ditujukan untuk penentuan kedalaman batuan dasar dan klasifikasi tanah. Studi ini merupakan bagian dari penelitian S3 dan program mikrozonasi Jakarta, dimana metodologi yang digunakan untuk analisis bawah permukaan meliputi: 1) review dan studi literatur mengenai kondisi geologi, 2) pengumpulan data-data bor sekunder dan pengambilan data mikrotremor array, 3) Pengolahan data mikrotremor dengan metode 67

Spatial Autocorrelation (SPAC), 4) Pemodelan struktur kecepatan gelombang-s 1D dan 2D 5) Pembuatan peta klasifikasi site dan kedalaman batuan dasar. Hasil dari studi ini berupa peta klasifikasi tanah dan kedalaman batuan dasar di lokasi penelitian sebagai bahan masukkan untuk penyusunan peta mikrozonasi gempa. 2 METODOLOGI Metodologi dan proses analisis untuk mendapatkan peta klasifikasi tanah ini meliputi: a. Studi literatur dan pengumpulan data sekunder hasil penyelidikan tanah yang ada di wilayah Jakarta dari Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta khususnya dan Dinas atau instansi lain yang mempunyai data geoteknik wilayah Jakarta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan datanya; b. Mensortir data geoteknik agar bisa digunakan untuk analisis perambatan gelombang dari batuan dasar ke permukaan tanah dengan ketentuan informasi data minimal yang harus ada adalah sebagai berikut: Ada informasi lokasi titik bor (ada koordinat longitude dan latitude). Ada informasi deskripsi lapisan tanah hingga kedalaman 30-40 m. Ada informasi hasil uji N-SPT tiap-tiap lapisan tanah. Ada informasi nilai specific gravity tiap-tiap lapisan tanah. Informasi lokasi titik bor bila tidak ada di data, maka apabila memungkinkan bisa dilakukan survey lapangan untuk mendapatkan koordinat titik bor tersebut dengan GPS; c. Mengembangkan suatu sitem basis data yang berisi informasi data geoteknik hasil penyelidikan tanah tersebut dalam format Graphycal Information System (GIS); d. Melakukan pengolahan data tanah untuk selanjutnya supaya bisa ditentukan klasifikasi tanah (site class); Metodologi survey mikrotremor array dilakukan dengan konfigurasi dibuat berbentuk segitiga dengan tujuan untuk memperoleh memperoleh kurva dispersi mikrotremor dengan metode SPAC. Ukuran segitiga array dirancang sesuai dengan target kedalaman yang diperlukan. Pengukuran pada satu lokasi pengamatan dilakukan dengan memasang 4 buah sensor pada tiap segitiga array dimana 1 buah diletakkan dipusat lingkaran dan 3 buah menyebar diluar lingkaran, Durasi pengukuran yang diperlukan untuk setiap segitiga array adalah sekitar 45 menit 1.5 jam untuk array besar dan 30-45 menit untuk array kecil. Prosesing data mikrotremor array dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut: a. Estimasi kecepatan fase dilakukan dengan metode Spatial Autokorelasi (SPAC) dengan menggunakan persamaan berikut : 1 2 ( r, ) ( r,, ) d 2. 0, 0 dimana, 0 adalah fungsi SPAC pada titik pusat array melingkar. Dengan integral dari persamaan diatas diperoleh : Jo(x) adalah Bessel function dari x, c(ω) adalah kecepatan fase pada tiap frekuensi ω. Kecepatan fase c(ω) dihitung dengan mencocokan (fitting) koefisien SPAC pada frekuensi f terhadap fungsi Bessel. b. Estimasi Kecepatan Gelombang Geser (V s) c. Profil kecepatan gelombang geser 1-D diperoleh dari hasil inversi dari kurva dispersi mikrotremor pada setiap lokasi pengukuran dengan menggunakan algoritma genetika. Pada dasarnya cara ini dilakukan untuk mendapatkan model yang paling baik (mendekati kondisi sebenarnya) dengan misfit paling minimum. 3 HASIL ANALISIS Data yang diambil dari data borlog adalah N-SPT, dari nilai tersebut ditentukan site class disetiap titik yang ditinjau, yaitu dengan merata-ratakan N-SPT untuk 30 m lapisan teratas sesuai dengan aturan yang ada di SNI 1726-2012. Penentuan site class berdasarkan nilai N rata-rata yang dimaksud adalah seperti yang terlihat pada Tabel-1. r ( r, ) J 0 c 68

Tabel-1. Klasifikasi tanah (SNI 1726-2012) 17 th Annual Scientific Meeting Klasifikasi Situs Deskripsi Umum V (m/dt) N S (KPa) s u SA Batuan Keras Vs 1500 N/A N/A SB Batuan 750 V s 1500 N/A N/A SC Tanah sangat Padat dan Batuan Lunak 350 V s 750 N 50 S 100 SD Tanah Sedang 175 V s 350 15 N 50 50 100 SE Tanah Lunak V 175 N 15 S 50 s Setiap profil lapisan tanah dengan ketebalan lebih dari 3m dengan karakteristik sebagai berikut : 1. PI >20 2. Kadar air 40% 3. Kuat geser tak terdrainase Su 25KPa SF Tanah Khusus Membutuhkan evaluasi khusus u u S u Gambar-1. Sebaran lokasi dan klasifikasi tanah dari 218 data bor yang digunakan untuk studi. 69

Dalam penelitian ini didapat data tanah sebanyak 218 titik yang menyebar di Jakarta. Selanjutnya akan dibuat peta kontur site class dengan menggunakan 218 data tersebut. Adapun lokasi dan hasil dari perhitungan site class untuk 218 titik tersebut dapat dilihat pada Gambar-1. Dari peta diatas kemudian dibuat peta kontur N-SPT. Adapun peta kontur N_SPT dapat dilihat pada Gambar-2. Jika dikelompokkan berdasarkan klasifikasi tanahnya menurut Tabel-1 diatas, maka site class Jakarta maka dapat dilihat pet kelas situs seperti Gambar 3. Hasil pengukuran Microtremor array yang sudah dilakukan hingga bulan September 2013 adalah sebanyak 16 titik yang tersebar sebagian besar wilayah Jakarta Utara dan Timur. Jadi data Microtremor array ini masih bersifat sementara karena akan dilakukan pengukuran lanjutan sehingga kerapatan titik pengamatan menjadi lebih baik hingga mengasilkan peta kontur yang lebih representative. Peta kontur kedalaman batuan dasar dari 16 data pengukuran Microtremor array ini seperti yang terlihat pada Gambar-4. 4 DISKUSI DAN KESIMPULAN Studi ini menampilkan peta klasifikasi berdasarkan 218 data bor dangkal (kedalam 30 m) dan peta kedalaman batuan dasar di Jakarta berdasarkan 16 data interpretasi Microtremor array. Peta sebaran site class di wilayah DKI Jakarta didominasi oleh tanah lunak dan tanah sedang. Untuk wilayah Jakarta Utara sebagian besar merupakan tanah lunak. Gambar-2. Peta kontur nilai N-SPT rata-rata hingga kedalaman 30 m dari 218 data titik bor. 70

Gambar-3. Peta sebaran klasifikasi tanah wilayah Jakarta dari 218 data titik bor. Data yang digunakan untuk pembuatan peta klasifikasi tanah ini adalah 218 data bor yang sebarannya relatif belum merata, oleh karena itu peta klasifikasi tanah ini akan lebih representative bila data bor yang digunakan lebih banyak yang merata di seluruh wilayah Jakarta. Data yang digunakan untuk pembuatan peta kedalaman batuan dasar ini adalah sebanyak 16 data microtremor array yang sebarannya sebagian besar di wilayah Jakarta Timur, oleh karena itu peta kedalaman batuan dasar ini masih bersifat sementara dan akan lebih representatif bila pekerjaan survey microtremor array ini sudah dilakukan lebih banyak dan merata di seluruh wilayah Jakarta. Hasil dari studi ini akan digunakan sebagai data dan parameter dalam penyusunan peta mikrozonasi gempa, dimana peta mikrozonasi gempa ini diperlukan sebagai masukan dalam proses lanjutan kajian risiko bencana gempabumi agar langkah-langkah mitigasi bencana gempa selanjutnya dapat diformulasikan dan diimplementasikan. 71

Gambar-4. Peta kontur kedalaman batuan dasar di wilayah DKI Jakarta berdasarkan 16 data Microtremor array. DAFTAR PUSTAKA Atilla Ansal, Recents Advances in Earthquake Geotechnical engineering and Microzonation, Geotechniccal, Geologycal, Earthquake Engineering, Kluwer Academic Publisher, 2004. Irsyam M., dkk, 2010, Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, Laporan Studi. Sitharam, Microzonation Studies in India: Experiments and Experiences, Department of Civil Engineering, Indian Institute of Science, Bangalore, India. SNI-1726-2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Badan Standarisasi Nasional, 2012 Nath, S.K. and Thingbaijam,K.K.S., Seismic Hazard Assessment a Holistic Microzonastion Approach, Dept. Geology and Geophysics, Indian Institute of Technology, Kharagpur, India, Nat. Hazards Earth Syst. Sci, 9, 1445-1459, 2009. 72