pembelajaran yang seperti ini cenderung bersifat monoton dan kaku. Terkadang, aktivitas belajar mengajar juga kurang divariasikan dengan model

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan syarat perkembangan. Perkembangan pendidikan adalah hal

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan bagian yang sangat penting diera globalisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pranata pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional,

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan yang berguna untuk masa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. didapatkan nilai rata-rata tes formatif materi pokok larutan elektrolit dan redoks kelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. demokratis serta bertanggung jawab (Syaiful Sagala, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 akhirnya resmi diterapkan meskipun belum dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan yang umum bagi setiap manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang membuat suatu Negara menjadi Negara yang maju. Menurut UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Suwarno, 2005), pendidikan adalah usah sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu berkembang setiap tahunnya, hal ini dipengaruhi oleh faktor teknologi, kurikulum, sosial, budaya serta adat dan istiadat oleh suatu daerah namun, di dalam UU RI no. 14 tahun 2005 pasal 6 tetap saja tujuan dari pendidikan itu adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan yang baik dapat dilihat dari pembelajaran yang berkualitas yang diterapkan oleh masing-masing sekolah. Pembelajaran yang berkualitas tersebut terjadi apabila terciptanya interaksi di antara peserta didik dengan pendidik dan juga interaksi antar sesama peserta didik. Pendidikan yang baik juga dapat dilihat dari cara guru yang tidak hanya mempersiapkan peserta didiknya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi juga menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2011). Di dalam proses pembelajaran sering terjadi pembelajaran satu arah, yaitu pembelajaran yang hanya berpusat kepada guru (teacher center), proses

2 pembelajaran yang seperti ini cenderung bersifat monoton dan kaku. Terkadang, aktivitas belajar mengajar juga kurang divariasikan dengan model pembelajaran.. Akibat pembelajaran yang terlalu kaku tersebut, beberapa siswa cenderung bosan dan susah untuk menerima pelajaran yang diberikan, sehingga beberapa siswa cenderung untuk membenci pelajaran tersebut. Supaya tidak terjadi hal tersebut, sebelum melakukan pembelajaran para pendidik perlu mempersiapkan rencana pengajaran. Perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakat. Perencanaan-perencanaan yang dilakukan diantaranya, yaitu menentukan konsep pendekatan dalam pengajaran, menentukan model pembelajaran, menentukan media pengajaran dan menentukan evaluasi pengajaran (Coombs, 1982). Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut. Kimia juga dipenuhi dengan pemahaman materi, perhitungan, dan aplikasi sederhana di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, beberapa siswa tidak menyukai pelajaran kimia karena beranggapan bahwa kimia itu sulit untuk dipelajari. Reaksi redoks merupakan salah satu mata pelajaran kimia yang dipelajari di kelas X semester genap dan merupakan konsep dasar untuk melanjutkan pelajaran di kelas XII. Berdasarkan hasil observasi, nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran kimia di SMA Negeri 1 Bangun Purba adalah 75 dan nilai ketuntasan siswa untuk topik reaksi redoks masih rendah yaitu sebesar 50%. Beberapa siswa sering salah dalam mengisi bilangan oksidasi (biloks) dari suatu unsur. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Pembelajaran kooperatif adalah

3 pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment Division) adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Model pembelajaran Investigasi Berkelompok merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif dengan kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri yang beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih sub topik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempersentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Berdasarkan hasil penelitian dari Rachmayanti dan Amaria (2013) diperoleh hasil bahwa ketuntasan belajar siswa pada materi koloid dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan dari pretest ke posttest yaitu sebesar 35% menjadi 80% dan ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan dari pretest ke posttest yaitu sebesar 21% menjadi 83%. Penelitian dari Sugiharti dkk. (2013) diperoleh hasil bahwa prestasi belajar siswa pada penggunaan media TTS (44,706) lebih tinggi daripada media LKS (40,353) dan prestasi belajar afektif siswa menggunakan media TTS (91,118) lebih tinggi dibanding media LKS (86,147) pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi pokok sistem periodik unsur kelas X. Berdasarkan hasil penelitian dari Rohmawati dan Syarief (2013) diperoleh hasil bahwa ketuntasan klasikal siswa mencapai 88% untuk pertemuan pertama dan 92% untuk pertemuan kedua. Penelitian dari Ulum dan Widayah (2015) dengan

4 diperoleh hasil bahwa nilai keterampilan berfikir kritis siswa pada keterampilan interpretasi sebesar 81% siswa termasuk dalam kriteria sangat baik; pada keterampilan analisis sebesar 85% siswa termasuk dalam kriteria sangat baik; pada keterampilan evaluasi sebesar 81% siswa termasuk dalam kriteria sangat baik; pada keterampilan inferensi sebesar 54% siswa termasuk dalam kriteria sangat baik; dan pada keterampila eksplanasi sebesar 88% termasuk dalam kriteria sangat baik. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Dibelajarkan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok dan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Reaksi Redoks". 1.2 Identifikasi Masalah 1. Suasana belajar mengajar yang terlalu kaku karena kurang divariasikannya model pembelajaran. 2. Pembelajaran yang masih berpusat kepada guru (teacher center) 3. Beberapa siswa tidak menyukai mata pelajaran kimia karena beranggapan kimia itu sulit. 4. Nilai ketuntasan siswa pada materi reaksi redoks masih rendah. 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini mempunyai tujuan yang jelas, maka dibuatlah suatu batasan masalah. Batasan masalah penelitian ini adalah: 1. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Reaksi Redoks kelas X. 2. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model kooperatif tipe Investigasi Kelompok pada kelas eksperimen 1 dan model kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen 2. 3. Target yang diharapkan adalah adanya perbedaan hasil belajar siswa setelah

5 digunakan model kooperatif tipe Investigasi Berkelompok dan STAD. 4. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas X semester genap di SMA Negeri 1 Bangun Purba 5. Menggunakan lembar observasi untuk mengukur kerjasama yang terjadi diantara siswa didalam proses pembelajaran. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe Investigasi Kelompok dan model kooperatif tipe STAD pada materi reaksi redoks kelas X? 2. Apakah terdapat perbedaan sikap kerjasama siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe Investigasi Kelompok dan kooperatif tipe STAD pada materi reaksi redoks kelas X? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Investigasi Kelompok dengan model kooperatif tipe STAD pada materi reaksi redoks kelas X. 2. Mengetahui perbedaan sikap kerjasama siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe Investigasi Kelompok dan model kooperatif tipe STAD pada materi reaksi redoks kelas X.

6 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi guru: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi/masukan bagi guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi reaksi redoks sesuai tuntutan kurikulum. 2. Bagi siswa: penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan kerjasama siswa didalam proses pembelajaran. 3. Bagi peneliti selanjutnya: sebagai bahan rujukan untuk melakukan pengembangan ilmu yang berhubungan dengan penelitian ini bagi yang tertarik dengan penelitian sejenis. 1.7 Definisi Operasional 1. STAD (Student Team Achievment Division) Tipe STAD digunakan untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (Sanjaya, 2008). 2. GI (Group Investigation) Dibandingkan dengan tipe STAD dan Jigsaw, tipe GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skill). Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen (Sanjaya, 2008).

7 3. Reaksi Oksidasi dan Reduksi (Reaksi Redoks) Reaksi oksidasi merupakan suatu reaksi penambahan atom oksigen, pelepasan elektron dan penambahan bilangan oksidasi dari suatu unsur. Reaksi reduksi merupakan suatu reaksi pengurangan atom oksigen, penangkapan elektron dan pengurangan bilangan oksidasi dari suatu unsur (Justiana, 2009). 4. Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Perubahan hasil belajar juga dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Aunurrahman, 2011).