Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado 2) Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 3)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

Hubungan antara Lingkar Pinggang dengan Profil Lipid Pasien Penyakit Jantung Koroner Di RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World


BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR...vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. perempuan ideal adalah model kurus dan langsing, obesitas dipandang sebagai

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN SERAT, INDEKS MASSA TUBUH, DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PEGAWAI DINAS

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

: Perbandingan Kadar Gula Darah Puasa pada Masyarakat Semi Kota dan Desa di Kabupaten Minahasa Selatan

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

I. PENDAHULUAN. traditional lifestyle menjadi sedentary lifestyle (Hadi, 2005). Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Medika Prasetya 1, Fadil Oenzil 2, Yerizal Karani 3

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

Transkripsi:

Hubungan antara Lipid Accumulation Product (LAP) Index dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar High-Density Lipoprotein (HDL) pada masyarakat di Desa dan di Kota Relationship between Lipid Accumulation Product (LAP) Index and Body Mass Index (BMI) with High-Density Lipoprotein (HDL) levels in the village and in the city communities Alan Andi Sondakh 1) B. J. Kepel 2) M. B. Pasorong 3) 1) Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado 2) Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 3) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Abstrak Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi penyakit jantung di Indonesia (nasional) sebesar 7,2% dari data hasil wawancara. Prevalensi penyakit jantung di provinsi Sulawesi Utara lebih tinggi dari angka nasional yaitu 8,2%. Penyakit jantung koroner terus menjadi penyebab utama morbiditas dan kematian. Faktor risiko PJK antara lain tekanan darah, merokok, kolesterol total (TC), LDL, HDL, obesitas, dan diabetes. Faktor risiko yang dapat dikendalikan erat kaitannya dengan gaya hidup masyarakat, seperti pola makan yang salah, kurangnya aktivitas fisik, stres, merokok, dan konsumsi alkohol. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara Lipid Accumulation Product (LAP) Index dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar High-Density Lipoprotein (HDL) pada masyarakat di desa dan di kota. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai IMT dan nilai LAP index serta terdapat perbedaan kadar antara HDL pada masyarakat di Desa Kumelembuai Kecamatan Tomohon Timur dan di Kota Manado Kecamatan Malalayang. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai IMT dengan kadar HDL dan terdapat hubungan yang signifikan antara nilai LAP index dengan kadar HDL pada masyarakat di Desa Kumelembuai Kecamatan Tomohon Timur dan di Kota Manado Kecamatan Malalayang. Kata Kunci : Indeks Massa Tubuh, Lipid Accumulation Product (LAP), High-Density Lipoprotein (HDL). Cardiovascular disease is the number one cause of death in the world. Based on data from the Basic Health Research (RISKESDAS) in 2007, the prevalence of heart disease in Indonesia (national) amounted to 7.2% of the data from interviews. The prevalence of heart disease in the province of North Sulawesi is higher than the national rate is 8.2%. Coronary heart disease continue to be a major cause of morbidity and mortality. CHD risk factors include blood pressure, smoking, total cholesterol (TC), LDL, HDL, obesity, and diabetes. Risk factors that can be controlled closely related to people's lifestyle, such as the wrong diet, lack of physical activity, stress, smoking, and alcohol consumption. The purpose of this study is to analyze the relationship between Lipid Accumulation Product (LAP) Index and Body Mass Index (BMI) with high-density lipoprotein levels (HDL) in the village and in the city communities. Result of this study shows that there is no difference BMI value and the value of the LAP index and there is a difference between the HDL levels of communities in the Kumelembuai village in the East Tomohon District and Malalayang district in Manado City. There is a significant correlation between BMI values with HDL levels and there is a significant relationship between the LAP index with HDL in the Kumelembuai village in the East Tomohon District and Malalayang district in Manado City. Keyword : Body Mass Index, Lipid Accumulation Product (LAP), High-Density Lipoprotein (HDL). Abstract Pendahuluan 381

Dari perkiraan 57 juta kematian global di tahun 2008, 36 juta (63%) disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM). Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Tahun 2008, sekitar 17,8 juta orang meninggal dunia akibat penyakit kardiovaskuler, angka ini menunjukkan 30% kematian di dunia. Kematian tersebut ± 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK). Hal ini memperlihatkan bahwa PJK merupakan masalah serius yang harus segera ditangani. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) menyatakan bahwa 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah PJK. Angka kematian tahunan akibat penyakit kardiovaskuler diproyeksikan akan meningkat dari 17 juta di tahun 2008 menjadi 25 juta di tahun 2030. (WHO, 2012). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi penyakit jantung di Indonesia (nasional) sebesar 7,2% dari data hasil wawancara, sedangkan data berdasarkan riwayat diagnosis tenaga kesehatan hanya ditemukan 0,9%. Riset tersebut menunjukan 16 provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit jantung diatas prevalensi nasional. Prevalensi penyakit jantung menurut provinsi berkisar antara 2,6% (di Lampung) sampai dengan 12,6% (di NAD). Prevalensi penyakit jantung di provinsi Sulawesi Utara lebih tinggi dari angka nasional yaitu 8,2% (Depkes RI, 2007). Prevalensi penyakit jantung cenderung meningkat dengan bertambahnya umur. Prevalensi penyakit jantung dijumpai lebih tinggi pada perempuan 8,1% sedangkan pada laki-laki 6,2%. Menurut tingkat pendidikan, prevalensi jantung paling tinggi pada kelompok tidak sekolah 14,9%. Menurut jenis pekerjaan utama, prevalensi penyakit jantung paling tinggi ditemukan pada kelompok ibu rumah tangga 11,1%, diikuti kelompok petani/nelayan/buruh dan tidak bekerja 10,5%. Prevalensi penyakit jantung lebih tinggi di daerah perdesaan 7,8%, sedangkan perkotaan 6,1% (Depkes RI, 2007). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara 2008 menyatakan prevalensi penyakit jantung koroner pada masyarakat di perkotaan berdasarkan diagnosis sebesar 1,3% sedangkan di wilayah perdesaan sama dengan masyarakat di perkotaan yaitu 1,3%. Untuk kasus penyakit jantung koroner yang di sertai dengan gejala dimana pada masyarakat pedesaan lebih tinggi sebesar 8,8% sedangkan di wilayah perkotaan sebesar 7,7%. Berdasarkan karakteristik responden umur pada kelompok usia 45-54, kasus penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis sebesar 2,1% dan yang disertai gejala 13,9%, untuk karakterisitik jenis kelamin berdasarkan diagnosis laki-laki sebesar 1,1 % dan perempuan 1,2 dan yang disertai gejala lakilaki 7,1%, perempuan 9,4%. Obesitas intra-abdominal atau obesitas sentral menjadi faktor awal terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat dan lipid yaitu terjadi peningkatan konsentrasi trigliserida serum, Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol, kolesterol total dan menurunnya kadar High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner (Weta I. dkk, 2000). Obesitas sentral merupakan penilaian status gizi berdasarkan indikator Lingkar Perut (LP). Obesitas sentral sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif. Sulawesi Utara mempunyai prevalensi obesitas sentral tertinggi di Indonesia yaitu 31,5% sedangkan prevalensi nasional 18,8%. (Depkes RI, 2007). Berdasarkan data Riskesdas 2010, prevalensi tertinggi untuk obesitas adalah di Provinsi Sulawesi Utara (37,1%) sedangkan prevalensi nasional 21,7%. Prevalensi obesitas cenderung mulai meningkat setelah usia 35 tahun keatas, dan kemudian menurun kembali setelah usia 60 tahun keatas, baik pada laki-laki maupun perempuan. Prosentasi 382

status gizi penduduk dewasa (>18 tahun) menurut kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) dan jenis kelamin, Sulawesi Utara memiliki persentasi kategori IMT pada laki-laki yaitu kurus 5.6%, normal 66.3%, berat badan lebih, 13.7% dan obes 14.3% sedangkan pada perempuan kurus 6.4%, normal 47.3%, berat badan lebih 16.8% dan obes 29.5% (Depkes RI, 2010). Ioachimescu (2010) menyatakan bahwa lipid accumulation product (LAP) index memprediksi mortalitas pada pasien non diabetes berisiko tinggi untuk penyakit kardiovaskular. LAP index merupakan indeks alternatif yang mudah dihitung untuk tingkat risiko kematian lebih baik dari IMT. LAP dapat menjadi pengukuran yang berguna dalam praktek klinis untuk menilai tingkat risiko terkait dengan obesitas (Ioachimescu A, 2010). Bertambahnya usia dapat meningkatkan lemak perut dan kadar trigliserida dalam tubuh, yang kemudaian akan mengindikasikan kelebihan akumulasi lipid. Pembesaran pinggang (Enlarged waist) dengan kadar trigliserida yang tinggi dapat mengidentifikasi orang dewasa pada risiko gangguan metabolik. Pembesaran pinggang dan kadar trigliserida yang tinggi mengidentifikasi kelebihan akumulasi lipid terkait dengan risiko sindrom metabolik dan dapat meningkatkan resiko kematian. Kahn (2003) menyatakan LAP lebih sederhana dari Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk memprediksi metabolisme glukosa serta jauh lebih unggul untuk mengidentifikasi orang dewasa dengan diabetes. Chiang (2012) menyatakan bahwa LAP index merupakan metode yang akurat dan sederhana untuk memprediksi risiko sindrom metabolik pada orang Taiwan (Chiang J.K., and Malcolm K., 2012). Sindrom metabolik adalah kelompok kelainan metabolik terkait erat dengan risiko penyakit jantung koroner (PJK). Setiap komponen dari sindrom metabolik merupakan faktor risiko yang utama pada penyakit kardiovaskular. LAP memiliki hubungan dengan kadar kolesterol HDL sebagai komponen dari sindrom metabolik (Taverna et al, 2011). Diagnosis obesitas dan kelebihan berat badan sering digunakan pemeriksaan antropometri untuk menilai status gizi. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu pemeriksaan antropometri yang dapat menjadi dasar dari sistem klasifikasi untuk obesitas dan banyak dimanfaatkan dalam berbagai disiplin ilmu. Namun, seperti pengukuran antropometri lainnya, IMT hanya sebagai pengukuran pengganti untuk kegemukan tubuh (Prentice, 2001). Selain sebagai pertanda obesitas, IMT merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner (Wahyuniari dkk, 2010). Penelitian di Inggris menyatakan bahwa IMT sangat berhubungan dengan ketiga komponen lipid darah, yakni kolesterol, HDL dan trigliserida. Peningkatan kolesterol total serum, disebabkan oleh meningkatnya IMT. Adapun hubungan IMT dan HDL adalah negatif dan linier, yakni peningkatan IMT dapat menyebabkan penurunan progresif dari konsentrasi kolesterol-hdl dalam serum (Pietrobelli et al., 1999). Penelitian Sabuncu et al (1999) menunjukan bahwa IMT berkolerasi positif cukup kuat dengan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida dan berkolerasi negatif dengan kadar HDL. Berdasarkan latar berlakang di atas maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara Lipid Accumulation Product (LAP) index dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar High-Density Lipoprotein (HDL) yang ada di Desa Kumelembuai Kecamatan Tomohon Timur dan di Kota Manado Kecamatan Malalayang. Metode Dalam rangka mencapai tujuan penelitian dan berdasarkan permasalahan yang diajukan, metode penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian dilaksanakan di Desa Kumelembuai Kecamatan Tomohon Timur dan di Kota 383

Manado Kecamatan Malalayang yang dilaksanakan pada bulan Oktober November 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh individu dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan di lokasi penelitian yang berumur antara 30 50 tahun di Desa Kumelembuai Kecamatan Tomohon Timur dengan penduduk ±1.180 dan di Kota Manado Kelurahan Malalayang 1 barat Kecamatan Malalayang dengan penduduk ±1.213. Besar sampel yang dibutuhkan adalah 43 orang, tetapi diperkirakan hanya 85% yang berpartisipasi dalam penelitian (response rate = 90%) sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan adalah : 43 0,85 = 50,6 = 51 x 2 (desa dan kota) = 102. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu Kadar HDL. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi LAP Index, IMT. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer diperoleh dengan melakukan penilaian LAP Index dengan melakukan pengukuran lingkar pinggang dan kadar trigliserida, pengukuran IMT dilakukan dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pemeriksaan kadar HDL dengan cara pengambilan darah pada pembuluh darah perifer responden. menganalisis dilakukan test normalitas terlebih dahulu untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil dari analisis Kolmogorov Smirnov menunjukan bahwa data tidak berdistribusi normal dengan begitu peneliti menggunakan analisa non-parametrik yaitu memakai uji Mann Whithey U untuk menentukan apakah ada perbedaan antara variabel LAP, IMT, dan HDL di desa dan di kota. Kemudian dilakukan analisis uji Korelasi Spearman untuk menentukan hubungan antara LAP dan IMT dengan kadar HDL di desa dan di kota. Uji regresi linier tidak dilanjutkan pada penelitian ini karena dalam uji normalitas menunjukan tidak berdistribusi normal. Hasil dan Pembahasan 1. Perbedaan IMT, LAP, dan HDL di desa dan di kota Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara setiap variabel berdasarkan lokasi penelitian yaitu di desa dan di kota dengan menggunakan uji Mann- Whitney U. Analisis menggunakan uji Mann- Whitney U dilakukan karena data tidak berdistribusi normal pada uji normalitas Kolmogorov-smirnov. Perbedaan nilai IMT, nilai LAP, dan kadar HDL pada subjek penelitian di kota dan di desa seperti pada tabel berikut : Tabel 1 : Perbedaan nilai IMT, LAP, HDL di kota dan di desa dengan menggunakan uji Mann-Whitney U Variabel Mean Rank Kota Desa Z p IMT 50,92 52,08-0,197 0,843 LAP 47,97 55,03-1,205 0,228 HDL 43,14 59,86-2,855 0,004 Berdasarkan tabel di atas dengan menggunakan uji Mann-Whitney U untuk mengetahui perbedaan nilai IMT pada subjek penelitian di kota dan di desa, didapatkan nilai p=0,843 atau p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai IMT pada subjek penelitian di kota dan di desa (tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai IMT pada subjek penelitian di kota dan di desa). Tidak ada perbedaan nilai IMT pada subjek penelitian di Kota Manado dan di Desa Kumelembuai ini dapat disebabkan oleh kebiasaan makan yang dipengaruhi oleh faktor budaya, adat istiadat, agama dan 384

kepercayaan yang cenderung sama antara subjek penelitian di Desa Kumelembuai dan subjek penelitian di Kota Manado. Kehidupan subjek penelitian desa yang menggantungkan kehidupan pada hasil alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sudah terpengaruh dengan kehidupan di kota yang mengkonsumsi makanan fast food. Hal tersebut kemungkinan menyebabkan tidak terdapatnya perbedaan nilai IMT di desa dan di kota. Individu yang bekerja sebagai pegawai kantoran di kota biasanya memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik di bidang ekonomi. Individu di kota memiliki penghasilan yang tertentu setiap bulan, sehingga pekerja kantoran di kota dapat merencanakan kehidupannya dengan baik. Namun, pekerjaan yang monoton dalam ruangan, membuat individu itu tidak banyak melakukan aktivitas fisik. Keadaan ini membuat metabolisme tubuh berjalan lambat. Selain itu, tuntutan pekerjaan yang selalu mendesak, membuat masyarakat di kota pada umumnya memilih gaya hidup praktis, antara lain masalah pola makan yang tidak sehat dapat meningkatkan nilai IMT. Untuk masyarakat di desa tingkat aktifitas fisik cenderung lebih berat namun konsumsi makanan yang berlebih dapat mengakibatkan tingginya asupan energi yang masuk sehingga tidak seimbang dengan energi yang keluar. Perbedaan nilai LAP Index pada subjek penelitian di kota dan di desa, didapatkan nilai p=0,228 atau p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai LAP Index pada subjek penelitian di kota dan di desa (tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai LAP Index pada subjek penelitian di kota dan di desa) Adanya lemak dalam rongga perut dapat diketahui dari hasil pengukuran lingkar pinggang. Lingkar pinggang adalah ukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan obesitas sentral. Lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks yang berguna untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolik yang terkait. Lingkar pinggang berkorelasi kuat dengan obesitas sentral dan risiko kardiovaskular. Masyarakat yang ada di Kota Manado dan di Desa Kumelembuai yang cenderung memiliki etnik yang sama yaitu sebagian besar memiliki etnik minahasa yang umumnya beragama Kristiani dan dikenal dengan pola konsumsi makanan dengan asam lemak jenut tinggi. Begitu pula dengan pola aktifitas yang sudah terpengaruh dengan teknologi modern seperti perkembangan alat transportasi yang memudahkan masyarakat untuk melakukan mobilisasi dengan menggunakan sepeda motor atau mobil. Perbedaan kadar HDL pada subjek penelitian di kota dan di desa, didapatkan nilai p=0,004 atau p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara signifikan ada perbedaan kadar HDL pada subjek penelitian di kota dan di desa. Hal ini menunjukkan bahwa kadar HDL subjek penelitian di kota dan di desa ada perbedaan dimana kadar HDL di desa lebih baik dilihat dari mean rank yang mencapai 59,86. Masyarakat di Desa Kumelembuai mempunyai aktivitas yang berat, sehingga memungkinkan terjadi peningkatan kadar kolesteroh HDL. Aktivitas yang rendah pada masyarakat di Kota Manado diduga berperan dalam menurunkan kadar kolesterol HDL. Aktifitas fisik yang cukup dapat membakar sejumlah kalori dan lemak dalam tubuh. Penumpukkan lemak disebabkan karena ketidakseimbangan masukan dan keluaran energi. Di wilayah kota, dapat disebabkan oleh kemajuan transportasi dan kemajuan teknologi pada perlatan rumah tangga. 2. Hubungan IMT dan LAP dengan HDL di desa dan di kota Hubungan nilai IMT, dan LAP dengan kadar HDL di kota dan di desa menggunakan analisis korelasi Spearman dapat dilihat pada tabel berikut: 385

Tabel 2 : Hubungan nilai LAP, IMT dengan Kadar high-density lipoprotein (HDL) di kota Variabel HDL kota r p IMT kota -0,495** 0,000 LAP kota -0,462** 0,001 **Nilai korelasi signifikan Hasil Analisis menggunakan uji korelasi Spearman di kota didapat nilai p= 0,000 atau p < 0,05, yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan high-density lipoprotein (HDL) di kota. Selain itu diperoleh nilai koefisien korelasi yaitu r = -0,495 menunjukan ada korelasi negatif antara IMT dengan HDL di kota. Terdapat hubungan yang bermakna antara LAP index dengan high-density lipoprotein (HDL) di kota, dengan nilai p= 0,001 atau p< 0,05 sedangkan nilai koefisien korelasi yaitu r = -0,462 menunjukan ada korelasi negatif antara LAP index dengan HDL di kota Rader (2003) menyatakan bahwa kelebihan berat badan menyebabkan penurunan kadar kolesterol HDL, dan menurut Waspardji (2003) apabila berat badan berlebih dapat diturunkan akan diikuti dengan peningkatan kadar kolesterol HDL. Lemieux L et al (2000) yang menyatakan bahwa IMT yang semakin meningkat berhubungan dengan meningkatnya kadar kolesterol dan tyrigliserid, menurunkan kadar HDL kolesterol serta meningkatkan kadar LDL kolesterol. Howard et al, (2003) menyatakan perbedaan sekitar 10 mg/dl pada HDL telah ditemukan terjadi antara laki-laki dengan berat badan normal dan gemuk, dan bahkan penurunan lebih besar HDL telah ditemukan pada wanita dengan obesitas. Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian Tabel 3 : Hubungan nilai LAP, IMT dengan Kadar high-density lipoprotein (HDL) di desa Variabel r HDL desa p IMT desa -0,520** 0,000 LAP desa -0,499** 0,000 **Nilai korelasi signifikan Hasil analisis korelasi Spearman di desa didapat nilai p= 0.000 atau p< 0,05, yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan high-density lipoprotein (HDL) di desa. Selain itu didapat nilai koefisien korelasi yaitu r = -0,520 menunjukan ada korelasi negatif antara IMT dengan HDL di desa. Selain itu, diperoleh nilai p= 0,000 atau p< 0,05, menunjukan ada hubungan yang bermakna antara LAP index dengan high- 386

density lipoprotein (HDL) di desa sedangkan nilai koefisien korelasi yaitu r = -0,499 menunjukan ada korelasi negatif antara LAP index dengan HDL di desa. Trigliserida, kolesterol dan fosfolipid merupakan tiga kelas utama dari lipid kompleks. Trigliserida terdiri dari tiga molekul asam lemak yang mengalami esterifikasi menjadi satu molekul gliserol. Lipid kompleks yang paling banyak terdapat di dalam tubuh ini bertindak sebagai bentuk simpanan utama asam lemak. Fosfolipid merupakan modifikasi dari trigliserida, tetapi memiliki basa nitrogen dan fosfat pada residu asam lemaknya. Fosfolipid bersifat amfipatik yang terutama berperan sebagai penyelubung permukaan lipoprotein plasma dan juga sebagai komponen utama membrane sel. Karena bersifat tidak larut dalam air, lipid memerlukan sistem pengangkutan spesifik agar bisa bersirkulasi di dalam darah yaitu lipoprotein yang salah satunya yaitu Highdensity lipoprotein HDL. HDL sebagai alat angkut utama kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel pembersih (scavenger cells). HDL seperti kantong kosong yang dalam perjalananya dapat diisi dengan kelebihan kolesterol yang ada dalam darah maupun jaringan tubuh dan diangkut oleh hati untuk diproses lebih lanjut untuk kemudian dikeluarkan melalui empedu. Dengan kata lain HDL berperan dalam mencegah penimbunan kolesterol dalam pembuluh darah dan jantung (American Heart Association. 2013). Kesimpulan Dari hasil penelitian ini kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1. Tidak terdapat perbedaan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan nilai Lipid Accumulation Product (LAP) index pada masyarakat di Desa Kumelembuai Kecamatan Tomohon Timur dan di Kota Manado Kecamatan Malalayang. 2. Terdapat perbedaan kadar antara highdensity lipoprotein (HDL) pada masyarakat di Desa Kumelembuai Kecamatan Tomohon Timur dan di Kota Manado Kecamatan Malalayang. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kadar high-density lipoprotein (HDL) pada masyarakat di Desa Kumelembuai Kecamatan Tomohon Timur dan di Kota Manado Kecamatan Malalayang. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai Lipid Accumulation Product (LAP) index dan kadar high-density lipoprotein (HDL) pada masyarakat di Desa Kumelembuai Kecamatan Tomohon Timur dan di Kota Manado Kecamatan Malalayang. Saran Saran yang dapat diberikan dengan melihat hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi pemerintah khususnya dinas kesehatan yang ada di Kota Manado maupun yang ada di Desa Kumelembuai dapat merencanakan suatu kebijakan di bidang kesehatan yang bersifat promotif terutama dalam mencegah terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung melalui sosialisasi dengan media informasi seperti leaflet, brosur, spanduk, surat kabar dan media elektronik melalui dialog interaktif tentang cara meningkatkan peran faktor protektif yaitu kolesterol HDL dengan mempertahankan status gizi yang normal. 2. Bagi masyarakat di Kota Manado dan di Desa Kumelembuai agar dapat melaksanakan pola hidup sehat melalui pengaturan pola makan serta mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, berolahraga secara teratur, menjaga berat badan yang ideal, serta melakukan deteksi dini penyakit jantung terutama bagi mereka yang berisiko. 3. Bagi penelitian lanjut perlu dilakukan untuk mendukung temuan dalam 387

penelitian ini dengan sampel penelitian yang lebih besar dan kontrol terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol misalnya aktifitas fisik, pola makan, konsumsi alkohol dan merokok. Daftar Pustaka American Heart Association. 2013. What Your Cholesterol Levels Mean. Available online at: http://www.heart.org/heartorg/condi tions/cholesterol/aboutcholesterol/what- Your-Cholesterol-Levels- Mean_UCM_305562_Article.jsp (6 september 2013) Chiang, J.K., and Malcolm K. 2012. Lipid accumulation product: a simple and accurate index for predicting metabolic syndrome in Taiwanese people aged 50 and over. BMC Cardiovascular Disorders. 2012;12:78 DEPKES RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia DEPKES RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Laporan Nasional 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia DINKES SULUT, 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara 2008. Balai Data, Surveilans dan Sistem Informasi Kesehatan Howard, B. V., G.Ruotolo, D.C. and Robbins. 2003. Obesity and dyslipidemia. Endocrinol Metab Clin N Am. 32:855 867. Ioachimescu, A.G., D.M. Brennan, B.M. Hoar and B.J. Hoogwerf. 2010. The Lipid Accumulation Product and All-cause Mortality in Patients at High Cardiovascular Risk: A PreCIS Database Study. Obesity. 2010: 18, 1836 1844 Kahn, H.S. and Rodolfo V. 2003. Metabolic risks identified by the combination of enlarged waist and elevated triacylglycerol concentration. Am J Clin Nutr. 2003;78:928 34. Lemieux I., Pascot A., Couillard, et al. 2000. Hypertriglyceridemic Waist: a Marker of the Atherogenic Metabolic Triad Men.? Circulation. 102:179-184. Pietrobelli, A., R.C. Lee, E. Capristo, R. J Deckelbaum, and S.B. Heymsfield. 1999. An independent, inverse association of high-density-lipoproteincholesterol concentration with nonadipose body mass. Am J Clin Nutr. 1999;69:614 20. Prentice, A. M., and S. A. Jebb. 2001. Beyond body mass index. The International Association for the Study of Obesity. obesity reviews 2, 000 000. Rader, D.J. 2003. Regulation of Reverse Cholesterol Transport and Clinical Implications. Am J Cardiol. 2003;92:42J 49J Sabuncu, T., Arikan, E., Tasan, E., Hatemi, H. 1999. Comparison of The Association of Body Mass Index, Percentage Body Fat, Waist Circumference and Waist/Hip Ratio With Hypertension and Other Cardiovascular Risk Factors. Turkish J Endocrinol and Metabol. 1999:3:137-142 Taverna M., Martınez-Larrad MT, Frechtel GD, and Serrano-Rıos M. 2011. Lipid accumulation product: a powerful marker of metabolic syndrome in healthy population. European Journal of Endocrinology. 164 559 567 Toth, P.P. 2005. The Good Cholesterol: High- Density Lipoprotein. Circulation journal of the American Heart Association. 2005;111:e89-e91 388

Wahyuniari, I., Dewi Ratnayanti, Mayun, Sri Wiryawan, Linawati, dan Sugiritama. 2010. Deteksi dini dan penanganan faktor risiko penyakit kardiovaskular pada penduduk usia 45 tahun ke atas di desa pegayaman buleleng. Udayana Mengabdi. 9 (2): 72 74. Waspadji, S., S. Suyono, K. Sukardji, B. Hartati. 2003. Pengkajian status gizi studi epidemiologi. Balai penerbit FKUI. Jakarta WHO Media Centre. 2012. Cardiovascular diseases (CVDs) Fact sheet N 317. Available online at: http://www.who.int/mediacentre/factsheet s/fs317/en/index.html. (6 september 2013) 389