BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

dokumen-dokumen yang mirip
NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB I PENDAHULUAN. lapar dia akan menangis, dan ketika disuapin ia akan diam, hal ini menunjukan bahwa

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri Malang tepatnya di Jl. Gajayana No. 50 Malang. 1. Sejarah Singkat Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan merupakan sesuatu yang akan menjadi pengalaman individu masingmasing.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemandirian. 1. Pengertian Kemandirian. Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN. dapat menjadi otonom dalam masa remaja. Steinberg (dalam Patriana, 2007:20)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Proses pencarian jati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

PENDAHULUAN. terhadap efisiensi dan efektifitas organisasi (Simamora, 2006). Mesin-mesin atau

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB II. Tinjauan Pustaka

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. konsisten dan kehadiran orang tua untuk mendukung dan mendampingi

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Berwirausaha

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan

MODAL DASAR KEWIRAUSAHAAN PERTEMUAN 4 KEWIRAUSAHAAN MUHAMMAD WADUD

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika lapar dia akan menangis dan ketika disuapin ia akan diam, hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak bisa lepas dari bantuan orang tua atau orang disekitarnya. Seorang anak akan belajar melakukan sesuatu dengan sendiri dan secara perlahan akan melepaskan diri dari ketergantungan orang tua atau orang disekitar lingkungannya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan proses alamiah yang dialami oleh setiap manusia tidak terkecuali remaja. Remaja dituntut untuk dapat bertanggungjawab atas segala tingkah laku, mampu mencari jalan keluar atas permasalahannya di dalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan kemandirian remaja sangat penting karena remaja banyak dihadapkan pada keputusan keputusan yang sukar terhadap gaya hidup mereka (Mahmud, 2009:65). Erickson (dalam Desmita, 2012: 185) menyatakan bahwa kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif, inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggungjawab, mampu menahan diri, membuat 1

2 keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Parker (2005: 233) mengemukakan tiga aspek kemandirian, yaitu: tanggungjawab, otonomi dan kebebasan untuk menentukan keputusan sendiri, dan independensi. Individu tumbuh dengan pengalaman tanggungjawab yang sesuai dan terus meningkat. Sekali seseorang bisa meyakinkan dirinya sendiri maka orang tersebut akan bisa meyakinkan orang lain akan bersandar kepadanya. Karenanya individu harus diberi tanggungjawab, bermula dari mengurus diri sendiri. Otonomi dan kebebasan untuk menentukan keputusan sendiri yaitu kemampuan menentukan arah sendiri, berarti mampu mengendalikan atau mempengaruhi apa yang akan terjadi kepada dirinya sendiri. Independensi merupakan kondisi dimana seseorang tidak tergantung kepada otoritas dan tidak membutuhkan arahan dari orang lain, independensi juga mencakup ide adanya kemampuan mengurus diri sendiri. Kemandirian muncul pada diri individu karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Ada empat faktor yang mempengaruhinya, yaitu, 1) Gen atau keturunan orangtua. Orangtua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga, 2) Pola asuh orangtua, cara orangtua mengasuh dan mendidik anak akan mempengruhi perkembangan kemandirian anak. 3) Sistem pendidikan disekolah, proses pendidikan disekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indroktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan

3 kemandirian remaja. 4) Sistem kehidupan di masyarakat, sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja (Ali & Asrori, 2008:118). Brammer dan Shostrom mengatakan bahwa kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Roger disebut dengan istilah self karena diri itu merupakan inti dari kemandirian (dalam Ali & Asrori, 2008:109). Sebuah kemampuan, dukungan, dorongan dari keluarga serta lingkungan sekitar yang dibutuhkan oleh seorang anak untuk membuatnya mandiri, dengan demikian seseorang tersebut dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Sehingga dengan otonomi tersebut remaja, khususnya remaja akhir yang mulai dituntut untuk mandiri dimana dengan kemandirian itu nantinya akan menjadikan remaja akhir tersebut lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Karena inilah pentingnya penanaman kemandirian pada anak sejak dini. Hal ini juga berhubungan dengan perkembangannya ketika remaja memasuki masa dewasa. Sehingga ketika remaja memasuki masa dewasa tidak akan terlalu sulit untuk menjadi lebih mandiri.

4 Berdasarkan tingkat perkembangannya, masa remaja tingkat kemandiriannya ditandai dengan bertambahnya kestabilan dalam pemilihan minat, pemilihan jabatan, persahabatan dan lawan jenis, selain itu lebih matang dalam menghadapi masalah, lebih pandai dalam menyesuaikan diri dengan orang lain, bertambahnya rasa tertarik yang begitu dalam terhadap lawan jenis, mengejar prestasi dan menentukan pekerjaan yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki (Widayawatie, 2009: 17). Dengan demikian kemandirian merupakan masalah utama bagi remaja, karena kemandirian merupakan salah satu tugas perkembangan bagi remaja. Seorang anak akan bergerak meninggalkan ketergantungannya yang menjadi karakteristik pada masa kanak kanak menuju kemandirian yang menjadi ciri orang dewasa. Pada zaman sekarang ini perkembangan kemandirian menjadi isu yang sangat penting karena remaja dihadapkan pada keputusan keputusan yang sukar tentang gaya hidup, nilai nilai dan perilaku. Pada masa remaja perubahan-perubahan jasmani, kognitif, peranan dan aktifitas sosial remaja juga tidak dapat lepas dari kemandirian. Hal ini disebabkan karena remaja mulai memasuki posisi baru terlebih utama masa remaja akhir yang mulai menuntut tanggungjawab seperti mulai menetapkan masa depan, karir, menyiapkan diri untuk hidup berkeluarga dan serangkaian tugas perkembangan remaja yang lebih menuntut kemampuan untuk bertanggungjawab diluar campur tangan orangtua (Dimyati, 1990: 65-68). Mandiri merupakan suatu tugas bagi remaja karena dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam

5 membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dilakukannya (Mapppiare, 1987:107). Dengan demikian remaja akan berangsur angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orangtua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal. Menurut Monks dkk (2002: 262), secara global seseorang dikatakan memasuki masa remaja saat ia memasuki antara 12 21 tahun, dimana remaja awal pada usia 12 15 tahun, remaja tengah 15 18 tahun dan remaja akhir 18 22 tahun. Hal senada juga dikemukakan oleh Hurlock bahwa masa remaja akhir berada pada rentang usia 18/19 22/23 tahun. Ajzen menjelaskan munculnya intensi dengan teori tingkah laku terencana (planned behavior) yang menyebutkan bahwa munculnya intensi ditentukan tiga hal yaitu sikap individu terhadap perilaku, norma subjektifnya, dan aspek kontrol perilaku yang dihayati (perceived behavior control). Ketiga komponen ini berinteraksi menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan menentukan apakah perilaku pada orang yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak (Azwar, 2002:12). Menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009: 97) mendefinisikan intensi sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Menurutnya, intensi lebih bersifat spesifik dan memiliki kesegaran atau kesiapan, dalam arti sebagai predisposisi seseorang yang lebih mengarah pada terwujudnya perilaku yang tertentu pula.

6 Ancok (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009: 98) menyatakan bahwa pada dasarnya intensi berkaitan erat dengan pengetahuan (belief) seseorang terhadap sesuatu hal, sikap (attitude) nya pada hal itu, serta dengan perilaku itu sendiri sebagai perwujudan nyata dari intensinya. Ilardo (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009: 98) antara sikap ke tahap perilaku tertentu, terdapat komponen sebagai mediatornya yaitu intensi. Intensi merupakan bagian penting Theory of Planned Behavior, yang merupakan prediktor sukses dari perilaku, dimana ia menjembatani sikap dan perilaku. Machfoedz (Machfoedz, 2005:9) mengartikan wirausaha adalah mandiri dalam mengejar prestasi, berani mengambil resiko untuk mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba. Untuk itu seorang wirausaha harus memiliki kepercayaan diri yang kuat dan mempertahankan diri ketika menghadapi tantangan pada saat merintis usaha. Penelitian Erna Noor Widayawatie (2009) tentang Perbedaan Tingkat Kemandirian Mahasiswa Berdasarkan Tempat Tinggal di Rumah bersama dengan orangtua dengan tempat tinggal di asrama pada mahasiswa angkatan 2008 dan 2007 Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kemandirian mahasiswa yang tinggal bersama orangtua dengan mahasiswa yang tinggal di asrama. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 8-12 Desember 2014 ditemukan permasalahan dalam diri mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang terkait dengan

7 masalah intensi berwirausaha, sebagian mahasiswa menunjukkan pada intensi berwirausaha yang rendah diantaranya adalah mereka merasa kurang dalam mempercayai kemampuan sendiri, pesimis terhadap diri sendiri, dan sebagian mahasiswa merasa enggan untuk berwirausaha karena merasa kurang berani mengambil resiko akan hal hal yang akan dikerjakan. Seperti halnya yang terjadi pada zuni (nama samaran), ia merasa kurang optimis terhadap kemampuannya untuk berwirausaha padahal teman temannya banyak yang meyakini bahwa ia mempunyai kemampuan untuk berwirausaha, ia dalam kehidupan sehari-hari terlihat begitu sederhana, penuh tanggungjawab, dia juga mampu mengambil keputusan dengan baik. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa ia mempunyai intensi berwirausaha yang negatif dan memiliki kemandirian yang baik. Dari hasil wawancara awal penulis terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang, diketahui bahwa tidak sedikit dari mereka yang memiliki kemandirian yang tinggi bahwa sebagian mahasiswa mandiri dalam kesehariannya. Banyak yang mampu memikul tanggungjawab, sebagian ada yang memiliki indepedensi ditunjukkan dengan mampu mengurus diri sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri, serta memiliki otonomi yang baik ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengendalikan apa yang akan terjadi pada dirinya sendiri. Berdasarkan hasil wawancara didapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat kemandirian pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

8 Malang seperti tingkat kematangan dan kemandirian secara emosional, faktor pola asuh dari keluarga dan orangtua, serta pengaruh dari interaksi dengan teman sebaya karena melalui hubungan individu dengan teman sebaya dimana mahasiswa berfikir mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima bahkan juga menilai pandangan yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima dalam kelompoknya. Kelompok teman sebaya dalam lingkungan kampus merupakan lingkungan sosial dimana seorang mahasiswa belajar hidup bersama dengan oran lain yang bukan anggota keluarganya. Dari hasil wawancara awal didapat bahwa intensi berwirausaha mahasiswa fakultas psikologi rendah. Bahkan ada beberapa dari mereka yang mengatakan bahwa meskipun mereka pernah mengikuti pelatihan entrepreneurship hal ini tidak menjamin mereka untuk melakukan perilaku wirausaha. Namun ada juga beberapa yang menyatakan tentang ragunya ia dalam berwirausaha dan menyatakan bahwa ia belum siap untuk berwirausaha dengan keadaannya yang sebelumnya memang belum berwirausaha. Dan ada juga yang menyatakan bahwa takut dalam hal berwirausaha. Sebagian besar mahasiswa menghadapi masalah untuk mencari pekerjaan. Kebanyakan dari mereka berkeinginan mendapatkan pekerjaan yang memberi income yang memadai dan status sosial yang terhormat sebagai pegawai negeri dibandingkan memulai usaha sebagai seorang wirausahawan. Padahal dunia wirausaha adalah pilihan yang paling rasional dalam segala kondisi perekonomian apalagi dalam situasi krisis.

9 Berdasarkan wawancara yang diperoleh, bahwasannya beberapa dari subjek penelitian kurang tertarik dengan wirausaha dikarenakan ada beberapa faktor yaitu kurang berani mengambil resiko, dimana didapat bahwasannya mahasiswa takut untuk menjalani pekerjaan yang disertai resiko dengan memperhitungkan besar kecilnya resiko. Jika dilihat bahwasannya seorang wirausahawan bila ada tugas yang dirasa ringan maka ia akan merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan yang rendah Karena seorang wirausahawan tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. Wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dalam ketidakpastian. Yang kedua yaitu kurang percaya diri dalam berwirausaha, subjek merasa belum mempunyai kepercayaan diri dan pengendalian diri ketika akan berwirausaha. Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Yang ketiga yaitu kurang bersedia untuk berkorban. Dimana subjek ketika berwirausaha maka ia akan bekerja keras, terutama pada tahun tahun yang merupakan masa pertumbuhan bisnis mereka. Mereka kurang bersedia untuk bekerja dengan jam kerja melebihi jam kerja rata rata yang dilakukan oleh orang lain. Hasil penelitian Cut Metia (2004) tentang Intensi berwirausaha pada mahasiswa ditinjau dari kemandirian dan kematangan vokasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kemandirian dan kematangan vokasional dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa (F = 10,383; R = 0,408; p<0,01); ada

10 hubungan positif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa (r = 0,348, dan p<0,01); ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan vokasional dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa (r = 0,327; p<0,01). Peneliti melihat kemandirian yang baik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Tingkat persaingan yang semakin tinggi dan sempitnya lapangan pekerjaan merupakan tantangan yang harus dihadapi mahasiswa yang masih duduk dibangku kuliah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan empat mahasiswa fakultas psikologi pada tanggal 9 Februari 2015, diketahui beberapa dari mereka mengaku tidak ada niat untuk berwirausaha setelah lulus kuliah nanti, meskipun melihat kondisi saat ini dimana lapangan pekerjaan yang semakin terbatas, meningkatnya jumlah pengangguran, serta persaingan yang semakin ketat di dunia kerja. Tinggi rendahnya tingkat intensi berwirausaha mahasiswa berbeda beda karena adanya perbedaan individu atau individual differences. Berdasarkan uraian tersebut, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah dunia wirausaha belum menjadi pilihan sebagai karir masa depan para mahasiswa, diperkirakan karena berkaitan dengan kemandirian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu ditelaah tentang kemandirian yang berhubungan dengan intensi untuk berwirausaha.

11 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kemandirian pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang? 2. Bagaiman tingkat intensi berwirausaha pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang? 3. Adakah hubungan antara kemandirian dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang? C. Tujuan Penelitian Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui tingkat kemandirian pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2. Mengetahui tingkat intensi berwirausaha pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 3. Mengetahui hubungan antara kemandirian dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

12 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan pengembangan keilmuan terutama pada bidang psikologi industri dan organisasi dalam memahami permasalahan yang berkaitan dengan dunia kerja dan intensi berwirausaha. 2. Manfaat Praktis Bagi para mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kondisi psikologis yang berkaitan dengan intensi berwirausaha seperti mampu memahami diri sendiri, mampu mengembangkan gagasan sendiri, dan memiliki kebebasan berusaha. Sehingga mahasiswa dapat merencanakan masa depannya secara lebih tepat dan bijaksana, serta mulai memikirkan langkah langkah yang dibutuhkan dalam berwirausaha.