II. TINJAUAN PUSTAKA. tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif metode kualitatif. Penelitian kualitatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merbau pada saat itu disebut Distrik Merbau dengan Ibu Negerinya Teluk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG HARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN_TEORI. aktivitas pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wirawan, dalam bukunya yang berjudul Evaluasi, Teori, Model, Standar,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

BAB II LANDASAN TEORI. Pembuatan kebijakan merupakan semua tahap dalam siklus hidup

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BUPATI LOMBOK TENGAH RANCANGAN PERATURAN BUPATI LOMBOK TENGAH NOMOR... TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga

ANALISIS PROGRAM PNPM MANDIRI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

RENCANA PEMBANGUNAN BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN

BAB IV VISI DAN MISI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

I. PENDAHULUAN. individu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dengan layak. Kemisikinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Efektivitas Efektivitas menurut Kurniawan (2005 :109) adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketengangan diantara pelaksanaanya. Sedarmayanti (2009 :59) mendefinisikan konsep efektivitas sebagai suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat. Makmur (2011: 5) menggungkapkan efektivitas berhubungan dengan tingkat kebenaran atau keberhasilan dan kesalahan. Ia berpendapat bahwa untuk menentukan tingkat efektivitas keberhasilan seseorang, kelompok, organisasi bahkan sampai kepada negara kita harus melakukan perbandingan antara kebenaran atau ketepatan dengan kekeliruan atau yang dilakukan. Semakin rendah tingkat kekeliruan atau kesalahan yang terjadi, tentunya akan semakin mendekati ketepatan dalam pelaksanaan setiap aktivitas atau pekerjaan (tugas) yang dibebankan setiap orang.

17 Handayanigrat dalam skripsi Fajri yang berjudul Efektivitas kegiatan komisi pemilihan umum kabupaten tanggamus dalam penyelenggaraan pemilihan anggota legislatif pada pemilu 2004 (2006 : 13), mengemukakan definisi dari efektivitas adalah suatu pengukuran untuk menilai pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya berhasil dicapai maka hal itu dikatakan efektif. Sebaliknya jika tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya tidak tercapai atau tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan, maka dikatakan tidak efektif. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menilai tingkat efektivitas dapat digunakan perbandingan antara rencana awal dengan hasil kenyataan yang didapat. Semakin efektif jika tingkat kekeliruan atau kesalahan yang terjadi rendah. Begitu pula sebaliknya semakin tinggi tingkat kesalahan daripada rencana yang awal maka semakin tidak efektif. Efektivitas adalah suatu ukuran tentang bagaimana suatu target atau sasaran yang telah ditentukan tercapai yang mengacu pada hasil akhir. Hasil akhir adalah tujuan utama. Semakin mencapai taget yang ditentukan maka efektivitasnya semakin baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahmudi (2005: 92) yang mendefinisikan efektivitas adalah merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Jadi dalam hal ini yang dimaksud dengan output disini adalah hasil dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Target sasaran atau tujuannya adalah untuk memberdayakan

18 masyarakat yang diharapkan setelah mampu bermandiri akhirnya dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Dapat dikatakan efektif apabila program ini hasilnya adalah mampu mengurangi jumlah tingkat kemiskinan masyarakat yang ada sehingga sesuai dengan tujuan awal yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas dapat dilihat dan dinilai dari hasil yang telah dicapai. apabila output atau hasil yang dicapai sesuai atau mencapai target sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, maka hal itu dapat dikatakan efektif. Namun sebaliknya dapat dikatakan tidak efektif apabila hasil yang didapat tidak sesuai dengan target sasaran yang telah ditentukan. Untuk itu diperlukan suatu indikator atau ukuran untuk melihat tingkat efektivitas. Ukuran efektivitas bermacam-macam, antara lain : Menurut pendapat David Krech, Richard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey dalam Danim (2012 : 119 120) menyebutkan indikator efektivitas sebagai berikut : 1. Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan Hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program atau kegiatan. Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input) dengan keluaran (output), usaha dengan hasil, persentase pencapaian program kerja dan sebagainya. 2. Tingkat kepuasan yang diperoleh Ukuran dalam efektivitas ini dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat kualitatif (berdasarkan pada mutu).

19 3. Produk kreatif Penciptaan hubungan kondisi yang kondusif dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan. 4. Intensitas yang akan dicapai Memiliki ketaatan yang tinggi dalam suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling memiliki dengan kadar yang tinggi. Pendapat di atas dijelaskan bahwa ukuran efektivitas harus dilihat dari perbandingan antara masukan dan keluaran, tingkat kepuasan yang diperoleh, Penciptaan hubungan kerja yang kondusif serta adanya rasa saling memiliki yang tinggi. Rasa memiliki yang tinggi tersebut bukan berarti berlebihan. Makmur (2011:7-9) mengungkapkan indikator efektivitas dilihat dari beberapa segi kriteria efektivitas, sebagai berikut : 1. Ketepatan waktu Waktu adalah sesuatu yang dapat menentukan keberhasilan sesuatu kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi tapi juga dapat berakibat terhadap kegagalan suatu aktivitas organisasi. Penggunaan waktu yang tepat akan menciptakan efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Ketepatan perhitungan biaya Berkaitan dengan ketepatan dalam pemanfaatan biaya, dalam arti tidak mengalami kekurangan juga sebaliknya tidak mengalami kelebihan pembiayaan sampai suatu kegiatan dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik. Ketepatan dalam menetapkan satuan satuan biaya merupakan bagian daripada efektivitas.

20 3. Ketepatan dalam pengukuran Dengan ketepatan ukuran sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya sebenarnya merupakan gambaran daripada efektivitas kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam sebuah organisasi. 4. Ketepatan dalam menentukan pilihan. Menentukan pilihan bukanlah suatu persoalan yang gampang dan juga bukan hanya tebakan tetapi melalui suatu proses, sehingga dapat menemukan yang terbaik diantara yang baik atau yang terjujur diantara yang jujur atau kedua-duanya yang terbaik dan terjujur diantara yang baik dan jujur. 5. Ketepatan berpikir Ketepatan berfikir akan melahirkan keefektifan sehingga kesuksesan yang senantiasa diharapkan itu dalam melakukan suatu bentuk kerjasama dapat memberikan hasil yang maksimal. 6. Ketepatan dalam melakukan perintah. Keberhasilan aktivitas suatu organisasi sangat banyak dipengaruhi oleh kemampuan seorang pemimpin, salah satunya kemampuan memberikan perintah yang jelasa dan mudah dipahami oleh bawahan. Jika perintah yang diberikan tidak dapat dimengeri dan dipahami maka akan mengalami kegagalan yang akan merugikan organisasi. 7. Ketepatan dalam menentukan tujuan Ketepatan dalam menentukan tujuan merupakan aktivitas organisasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan yang

21 ditetapkan secara tepat akan sangat menunjang efektivitas pelaksanaan kegiatan terutama yang berorientasi kepada jangka panjang. 8. Ketepatan ketepatan sasaran Penentuan sasaran yang tepat baik yang ditetapkan secara individu maupun secara organisasi sangat menentukan keberhasilan aktivitas organisasi. Demikian pula sebaliknya, jika sasaran yang ditetapkan itu kurang tepat, maka akan menghambat pelaksanaan berbagai kegiatan itu sendiri. Berdasarkan uraian indikator efektivitas oleh Makmur di atas intinya dapat dilihat bahwa efektivitas merupakan suatu pengukuran dalam tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan ukuran-ukuran ketepatan efektivitas dimana suatu target atau sasaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Sedangkan Richard M. Steers dalam Tangkilisan (2005) menggungkapkan ada 3 indikator dalam efektivitas. Ia mengatakan indikator efektivitas sebagai berikut : 1. Pencapaian tujuan Pencapaian tujuan adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari 2 sub-indikator, yaitu : kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkret.

22 2. Integrasi Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi atau komunikasi dan pengembangan konsensus. Integrasi menyangkut proses sosialisasi. 3. Adaptasi Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Berkaitan dengan kesesuaian pelaksanaan program dengan keadaan di lapangan. Berdasarkan beberapa indikator efektivitas yang diungkapkan menurut beberapa ahli diatas, bahwa teori yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah indikator efektivitas menurut Richard M. Steers. Alasan peneliti menggunakan teori ini adalah karena keseluruhan indikator efektivitas dalam teori ini sesuai dengan fokus penelitian yang peneliti lakukan yaitu fokus pembangunan jalan Lapen dibandingkan dengan teori-teori lain yang peneliti jabarkan pada skripsi ini dimana peneliti nilai lebih cocok apabila digunakan untuk mengukur efektivitas PNPM Mandiri Perdesaan secara umum atau keseluruhan. Pertama, indikator pecapaian tujuan. Steers menggungkapkan pencapaian tujuan terdiri dari 2 subindikator, yaitu kurun waktu dan sasaran. Dalam penelitian ini PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan setiap 1 periode yaitu 1 tahun. Rencana awal adalah target awal atau tujuan telah disusun untuk satu tahun kedepan. Apabila program tidak berjalan dengan sesuai atau melebihi batas waktu satu tahun namun program yang telah dibuat belum terselesaikan maka ini dapat menimbulkan kegagalan atau kemudian apabila program telah diselesaikan semua sesuai dengan kurun waktu

23 satu tahun namun target sasaran atau tujuan awal tidak tercapai sama dengan akan menimbulkan kegegalan atau kedua-duanya tidak efektif. Kemudian yang kedua, indikator Integrasi. Dalam penelitian ini ingin melihat bentuk sosialisasi yang telah dilakukan. Apakah sosialisasi kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2013 ini telah dilakukan dengan baik atau telah dilakukan sosialisasi tapi tidak maksimal atau juga telah dilakukan sosialisasi dengan maksimal tapi masyarakatnya yang masih kurang tanggap atau tertarik. Indikator yang terakhir, yaitu indikator adaptasi. Alasan mengapa digunakan teori ini adalah selain menggunakan indikator pencapaian tujuan dan Integrasi, teori M. Steers juga menggunakan indikator adaptasi yang dapat digunakan untuk melihat kesesuaian antara program organisasi dengan keadaaan di lapangan. Organisasi yang dimaksud dalam teori ini adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (PMPD) Kabuapten Lampung Timur yang bertanggung jawab terhadap program PNPM Mandiri Perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan harus mampu menyesuaikan diri dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan atau masyarakat di Desa Sukadana. Program ini bertujuan ingin memandirikan masyarakat miskin dengan cara pemberdayaan, maka pemerintah harus mampu melihat dan memenuhi kebutuhan apa yang dibutuhkan sebenarnya oleh masyarakat. B. Tinjauan Pemberdayaan Makmur (2011: 227-228) mengungkapkan arti dari pemberdayaan sebagai suatu usaha perubahan dalam mengatasi kegagalan individu atau manusia dalam bidang

24 keterampilan dan ilmu pengetahuan serta ketidakmampuan manusia untuk berkembang karena adanya tekanan dari pihak tertentu. Pemberdayaan merupakan usaha untuk menciptakan perubahan pada lingkungan hidup manusia dengan menggunakan usaha dan kemampuan diri sendiri. Pemberdayaan dapat dikatakan suatu kemampuan untuk lebih berkembang dalam rangka memenuhi kebutuhan dan bisa juga sebagai suatu kemampuan memanfaatkan sumberdaya atau kekuatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Pemberdayaan menurut Suharto (2005: 58) pengertian pemberdayaan yaitu : Pemberdayaan menunjuk kepada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan hanya bebas menegemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebasa dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan -keputusan yang mempengaruhi mereka. Berikut adalah beberapa definisi pemberdayaan menurut para ahli : 1. Menurut Ife dalam Suharto (2005: 58) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang orang yang lemah atau tidak beruntung. 2. Menurut Parsons dalam Suharto (2005: 58) yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhinya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.

25 3. Menurut Swift dan Levin dalam Suharto (2005: 59) konsep pemberdayaan adalah menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. 4. Menurut Rappaport dalam Suharto (2005: 59) yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984). Berdasarkan uraian definisi definisi pemberdayaan di atas konsep dari pemberdayaan bukan hanya dilihat dari satu aspek pemberdayaan saja. Selama ini persepsi yang ada dimasyarakat tentang pemberdayaan adalah memandirikan masyarakat yang miskin secara ekonomi saja, tapi sebenarnya pemberdayaan yang lebih luas. Bukan hanya membebaskan masyarakat dari masalah kemiskinan namun juga bebas dari kelaparan, kebodohan, kesakitan serta bebas mengeluarkan pendapat. Melalui pemberdayaan kelompok masyarakat yang masuk kedalam kelompok lemah secara ekonomi maupun pengetahuannya diharapkan mampu unjuk diri untuk dapat lebih turut berperan. Sumodiningrat dalam Mardikanto dan Soebianto (2012 : 47) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Mereka tidak hanya diam pasif namun juga aktif dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut kepentingan mereka. Mereka diharapkan mampu mengatasi dan bertahan dari tekanan tekanan pihak luar. Dengan pemberdayaan kelompok masyarakat tersebut diharapkan mereka

26 lebih berpengetahuan, terampil dan mandiri untuk mempengaruhi dan memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri. C. Tinjauan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Pedesaan adalah daerah pemukiman penduduk yang sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, iklim dan air sebagai syarat penting bagi terwujudnya pola kehidupan agraris penduduk di tempat itu. Sedangkan Perdesaan adalah daerah atau kawasan desa. (hhtp://kamusbahasaindonesia.org, diakses tanggal 07-06-2014 pukul 19:00) Mulai tahun 2007 pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan adalah program nasional pemerintah yang bertujuan mengurangi angka kemiskinan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri perdesaan merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PKK) yang telah dilaksanakan sejak 1998. (hhtp://id.wikipedia.org/wiki/pnpm_mandiri_perdesaan, diakses pada tanggal 25-03-2014 pukul 14:00).

27 Menurut Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan Tujuan umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin diperdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. 2. Tujuan Khusus PNPM Mandiri Perdesaan a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin atau kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif. c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif. d. Menyediakan prasarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat. e. Melembagakan pengelolaan dana bergilir. f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa. g. Mengembangkan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan. Berdasarkan tujuan umum dan khusus di atas, kesimpulannya adalah bahwa tujuan utama dari PNPM Mandiri Perdesaan ini yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dengan lebih memandirikan masyarakat dan mengikutsertakan peran aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan.

28 Pemerintah sebagai pelayan yang bertugas melayani dan mengawasi sedangkan masyarakat perdesaan sendiri yang menentukan bagaimana kemudian program ini akan dijalankan. 3. Visi PNPM Mandiri Perdesaan Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, serta mengelola sumberdaya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. 4. Misi PNPM Mandiri Perdesaan Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya a. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif b. Pengefektifan fungsi dan peran c. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat d. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan 5. Prinsip dasar PNPM Mandiri Perdesaan : a. Bertumpu pada pembangunan manusia Masyarakat hendaknya memilih pembangunan yang berdampak langsung kepada masyarakat daripada pembangunan fisik semata b. Otonomi Masyarakat memiliki hak kewenangan mengatur diri secara mandiri tanpa adanya intervensi dari luar.

29 c. Desentralisasi Memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat. d. Berorientasi pada masyarakat miskin Segala keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin. e. Partisipasi Masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran atau dalam bentuk materiil. f. Kesetaraan dan keadilan gender Masyarakat baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam peran disetiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik. g. Demokratis Masyarakat mengambil keputusan pembangunan secara musyawarah dan mufakat. h. Transparansi dan akuntabel Masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal maupun administratif.

30 i. Prioritas Masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemandesakan dan kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan. j. Keberlanjutan Dalam setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya. 6. Mekanisme Alur Dana PNPM Mandiri Perdesaan Keseluruhan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program Pemerintah Pusat bersama dengan Pemerintah Daerah, artinya program ini direncanakan, dilaksanakan dan didanai bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. Mekanisme alur dana PNPM Mandiri Perdesaan berdasarkan PTO PNPM Mandiri Perdesaan secara umum adalah sebagai berikut :

31 APBN APBD KPPN Kas Daerah Rekening Kolektif BLM ( UPK ) TPK Masyarakat Gambar 1. Mekanisme Alur Dana PNPM Mandiri Perdesaan PNPM Mandiri Perdesaan didanai bersama oleh APBN dan APBD. Dana APBN dan APBN, mekanisme pencairan dana nya selanjutnya menuju rekening kolektif Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) atau Kas Daerah. Dana PNPM kemudian disalurkan kepada Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di desa untuk selanjutnya digunakan untuk mendanai pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat.

32 D. Tinjauan Kemiskinan Kemiskinan adalah salah satu masalah sosial yang sering muncul dan selalu ada di kehidupan masyarakat. Masalah kemiskinan selalu ada di setiap negara di dunia, khususnya di negara-negara berkembang. Secara umum kemiskinan merupakan keadaan dimana ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Angka kemiskinan dapat dikurangi namun sulit untuk dihilangkan karena kemampuan tiap-tiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak semua berbeda-beda. Menurut Badan Pusat Statistik dan Departemen Sosial dalam Suharto (2005 :133) definisi kemiskinan adalah suatu kondisi dimana adanya ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan minimum baik untuk kebutuhan makanan maupun non makanan, atau yang disebut garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang dibutuhkan setiap individu untuk membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per individu per hari maupun kebutuhan non makanan seperti perumahan, kesehatan pendidikan, barang dan sebagainya. 1. Ciri-Ciri Kemiskinan Menurut SMERU dalam Suharto (2005 : 132) menunjukkan bahwa kemiskinan memiliki beberapa ciri sebagai berikut : a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar. b. Ketidakmampuan dan ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup lainnya. c. Ketiadaan jaminan masa depan. d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal. e. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam.

33 f. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat. g. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan pekerjaan. h. Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental. i. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan. Berdasarkan beberapa definisi dan konsep kemiskinan di atas, yang disebut dengan kemiskinan adalah ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak hanya berdasarkan kebutuhan ekonomi tapi juga berdasarkan aspek kebutuhan hidup lainnya. Individu yang tidak ada jaminan masa depan yang layak karena rendahnya pengetahuan bisa dikategorikan miskin. Begitu pula individu yang tidak memiliki keterlibatan atau kemampuan untuk turut serta dalam suatu pengambilan keputusan yang menyangkut hidupnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ellis dalam Suharto (2005 : 133), yang menyatakan bahwa kemiskinan tidak hanya menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga politik dan sosial-psikologis. Kemiskinan secara politik ada kaitannya dengan tidak adanya kesempatan maupun ketidakmampuan untuk turut serta aktif dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama baik itu di dunia pekerjaan, organisasi maupun masyarakat. Kemiskinan secara sosial-psikologis menunjuk pada tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan atau meningkatkan produktivitas hidup. Hal ini biasanya disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor dari dalam dapat seperti rendahnya pendidikan dan kurangnya keterampilan. Berbeda dengan individu yang pendidikannya kurang, seorang individu yang memiliki ilmu pengetahuan

34 tinggi, memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan layak, yang secara otomatis peluang untuk mengembangkan produktivitas (penghasilan) lebih besar. Selain itu faktor internal yang ikut menyebabkan kemiskinan adalah budaya. Budaya kemiskinan seperti yang diungkapkan oleh Oscar lewis, bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat budaya yang berasal dari orang-orang miskin itu sendiri. Malas, mudah menyerah dan kurang memiliki etos kerja sudah menjadi suatu kebudayaan. Sehingga yang seharusnya lebih termotivasi, sebagian besar menjadi pasrah mengikuti budaya yang ada tadi. Selanjutnya faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal ini biasanya berhubungan dengan birokrasi atau peraturanperaturan resmi yang dapat menghambat individu dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada. Contohnya dalam PNPM Mandiri Perdesaan, salah satu bentuk program nya adalah Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP). SPP diperuntukkan kepada kelompok perempuan untuk membantu membuka usaha melalui simpan pinjam yang berbentuk modal. Tujuannya dengan adanya SPP ini, masyarakat diberikan pinjaman modal untuk membantu mereka membuka usaha melalui kelompok perempuan. Namun, kemungkinan karena proses administrasi peminjaman yang resmi dan legal memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi dan dipatuhi, masyarakat menjadi kurang tertarik karena sudah malas terlebih dahulu dengan proses administrasi yang mereka anggap begitu rumit.

35 2. Indikator Kemiskinan Selanjutnya, untuk melihat suatu tingkat kemiskinan dibutuhkan indikator atau ukuran. Berikut adalah 14 indikator dalam menentukan kriteria keluarga miskin menurut Badan Pusat Statistik dalam Laporan Akhir Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat Miskin. Direktorat Kependudukan,Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Bappenas (2010) : a. Hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari. b. Jenis lantai tempat tinggak terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. c. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. d. Jenis atap bangunan tempat tinggal terluas adalah sirap,gentang/seng/asbes kondisi jelek/kualitas rendah atau ijuk, rumbia. e. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan dan puskesmas/poliklinik. f. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. g. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. h. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8m 2. i. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500m 2, buruh tani,nelayan,buruh bangunan,buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp.600.000,00 per bulan. j. Pendidikan tertinggi Kepala keluarga: tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD. k. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

36 l. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. m. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindungi/sungai/air hujan. n. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. o. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah di jual dengan nilai minimal Rp.500.000,00 seperti sepeda motor kredit/non kredit. p. Sering berhutang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. E. Kerangka Pikir Berdasarkan penelitian ini, penulis mencoba untuk menjelaskan mengenai efektivitas yang dimaksud dalam penelitan ini sesunguhnya yaitu suatu konsep pengukuran yang memberikan gambaran hasil antara tujuan yang ditelah ditetapkan dengan hasil yang dicapai. Tingkat efektivitas dapat dinilai dari input (masukan) dan output (keluaran). Semakin hasil yang didapat mencapai target tujuan awal yang telah ditetapkan maka semakin efektif. Sedangkan tidak efektif apabila keluaran atau hasil yang dicapai jauh dari masukan atau tujuan awal. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan pemerintah dan adalah bagian dari PNPM Mandiri selain PNPM Mandiri Perkotaan dan PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan bertujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat desa. Berbeda dengan Program pengentasan kemiskinan pemerintah sebelumnya yang berbasis

37 bantuan atau subsidi, PNPM Mandiri Perdesaan bertujuan memandirikan masyarakat dengan cara menempatkan masyarakat sebagai subyeknya. Masyarakat dituntut untuk berperan lebih aktif dalam proses pemberdayaan dengan tujuan khususnya meliputi : 1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin atau kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. 2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif. 3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif. 4. Menyediakan prasarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat. 5. Melembagakan pengelolaan dana bergilir. 6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa. 7. Mengembangkan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan. Efektivitas pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013 dalam penelitian ini diukur dengan indikator efektivitas menurut M. Steers dimana dalam indikator pencapaian tujuan didalam nya dielaborasi dengan 7 tujuan khusus PNPM Mandiri Perdesaan. Adapun M.Steers dalam Tangkilisan (2005) mengungkapkan 3 indikator untuk mengukur efektivitas yaitu sebagai berikut :

38 1. Pencapaian tujuan, yaitu keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Pencapaian tujuan terdiri dari 2 faktor, yaitu : kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkret. 2. Integrasi, yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi atau komunikasi dan pengembangan konsensus. Integrasi menyangkut proses sosialisasi. 3. Adaptasi, yaitu kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Berkaitan dengan kesesuaian antara program dengan keadaan di lapangan. Berdasarkan beberapa point diatas maka akan dapat dilihat efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sukadana Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013. Efektif jika pembangunan Jalan Lapen memenuhi indikator Pencapaian tujuan, Integrasi dan Adaptasi. Dinilai tidak efektif apabila pembangunan Jalan Lapen tidak memenuhi indikator Pencapaian tujuan, Integrasi dan Adaptasi. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut

39 Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Desa Sukadana Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013 Indikator efektivitas M. Steers 1. Pencapaian tujuan a. Kurun waktu b. Sasaran c. Tujuan khusus PNPM Mandiri Perdesaan 2. Integrasi 3. Adaptasi Efektif Tidak Efektif Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Penelitian