BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB 5 PENUTUP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Amin (dapat dipercaya). Rasulullah mewajibkan kepada kita untuk dapat selalu

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ZIS PADA BAZ DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. disebut didalam Al-Quran, salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 43 : yang rukuk. (QS. Al-Baqarah Ayat 43)

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. itu bertugas untuk mengelola dana sebagaimana mestinya. Zakat merupakan

Optimalisasi Pengelolaan Zakat di BAZNAS Tulungagung dilaksanakan. dengan beberapa langkah. Adapun langkah langkah pengoptimalan diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban dan tanggung jawab moral umat Islam dalam upaya menghapus

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

tidak dapat memilih untuk membayar atau tidak. (Nurhayati, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

EVALUASI PENERAPAN PSAK NO.109 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI ZAKAT, INFAQ/SHADAQAH PADA BAZNAS KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

Indra Pratama Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN. zakat sebagai salah satu rukun Islam (Al-Ba'ly, 2006:1). Hakzakat di berikan

Implementasi Akuntansi Zakat Infaq dan Shadaqah Berdasarkan PSAK 109 Implementation of Accounting Zakat, Infaq and Shadaqah Based on PSAK 109

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

AKUNTANSI ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH (PSAK 109): Upaya Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu)

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada QS At Taubah : 60

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan persoalan-persoalan ritual saja tapi juga menyentuh aspek-aspek. kehidupan yang lain, seperti ekonomi, politik, dan hukum.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN BAZIS PROVINSI PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN ACUAN PSAK 109

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sekarang bentuk pendapatan yang paling menonjol adalah

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

kewajiban zakat adalah urusan dengan Allah (vertical ),namun dalam menunaikan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, hal ini diperkuat dengan diterbitkannya Undang-Undang No.38 Tahun 1999

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH PADA BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA GORONTALO. Imran Danial Akuntansi/S1 Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh makhluk. Menurut (Wijaya, 2014) Al-quran meyakinkan bahwa sumber daya itu tersedia dalam kadar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia dan seluruh makhluk non-manusia seperti yang dimaksud dalam tafsir QS. Ibrahim (14:32-33). Namun sumber daya itu tidak dapat mencukupi keinginan-keinginan manusia yang rakus dan tanpa batas. Arti Surat Ibrahim (14: 32-33) sebagai berikut : Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buahbuahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai (14: 32). Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang (14: 33.) Apabila terdapat banyak ketimpangan maka, yang perlu dibenahi adalah sistem distribusi kekayaan. Islam juga telah mengatur distribusi kekayaan ini dengan sistem zakat. Jika saat ini masyarakat muslim dalam keadaan ekonomi yang sangat timpang, maka yang diperlukan adalah sistem distribusi zakat yang baik. Hal ini telah dibuktikan keberhasilannya di zaman Khalifah Umar Bin Abdul 1

Aziz, dengan ekonomi Islam masyarakat menjadi sejahtera, sampai sulit dicari para mustahiq untuk diberi zakat (Gusfahmi, 2007). Zakat adalah salah satu bagian ibadah dalam agama Islam. Bagi setiap muslim yang masuk kriteria yang mampu membayar zakat, hukum melaksanakan zakat adalah wajib. Melihat sangat pentingnya zakat, zakat tergolong sebagai salah satu rukun dalam Islam, yang mana bila zakat ini tidak ada, akan membuat pondasi Islam tidak berdiri kokoh. Islam memandang pemerataan harta dengan zakat ini sangat penting sehingga harus di kelola dengan baik. Di dalam Alquran terdapat 32 kata zakat dan terdapat pengulangan 82 kali dengan sinonim kata zakat yaitu kata shodaqoh dan infaq. Al-quran mengatur perintah zakat ini disandingkan dengan sholat. Dari 32 ayat dalam Al-quran yang memuat ketentuan zakat tersebut, 29 ayat diantaranya menghubungkan ketentuan zakat dengan shalat. (Mhd. Ali, 2006). Berbeda dengan shodaqoh dan infaq, zakat hanya boleh diberikan kepada golongan-golongan tertentu. Zakat harus disalurkan kepada orang-orang yang benar-benar berhak menerima zakat atau disebut sebagai mustahiq. Islam telah mengatur seluruh aturan yang berhubungan dengan zakat. Mulai dari harta apa yang wajib dizakati, lengkap dengan periode waktunya (haul) dan batas minimal harta yang harus dizakati (nishab) serta siapa saja yang berhak menerima zakat. Apabila setiap muslim memahami dan menjalankan zakat secara benar, harta dapat didistribusikan kepada golongan yang berhak menerima. Sehingga ketimpangan akan berkurang bahkan tidak ada lagi ketimpangan yang signifikan. 2

Indonesia sebagai negara muslim terbesar tentu memiliki potensi pengelolaan zakat yang besar. Dari (www.republika.co.id, 2010) berdasarkan kajian Bank Pembangunan Asia Asian Development Bank (ADB) potensi zakat di Indonesia mencapai Rp 100 Triliun, sementara zakat yang terkumpul oleh Baznas masih sangat kecil. Pada 2007 dana zakat yang terkumpul di Baznas mencapai Rp 450 Miliar, 2008 meningkat menjadi Rp 920 Miliar, dan pada 2009 tumbuh menjadi Rp 1,2 Triliun. Menurut (bogor.antaranews.com: 2015) pada tahun 2014 penerimaan dari seluruh Baznas dan LAZ di Indonesia mencapai lebih dari 3 Triliun. Potensi yang besar ini harus digali demi kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, lembaga pengelola zakat haruslah lebih professional lagi dalam menjalankan operasinya. Pemerintah telah mengatur pengelolaan zakat dengan UU Nomor. 23 Tahun 2011. Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan zakat oleh Organisasi Pengelola zakat (OPZ). OPZ yang disebut dalam undang-undang tersebut adalah Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga amil zakat (LAZ). Badan Amil Zakat merupakan lembaga pengumpul dan pendayagunaan dana zakat yang dibentuk oleh Pemerintah. Sedangkan LAZ merupakan OPZ yang dibentuk oleh organisasi kemasyarakatan Islam yang telah mendapatkan izin dari pemerintah (Keputusan Mentri Agama, 2011). Saat ini pemerintah Indonesia melakukan pengumpulan dan penyaluran zakat di Indonesia melalui Baznas (Badan amil zakat nasional), dibantu Bazda (Badan amil zakat daerah), dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) serta UPZ (Unit Penyalur Zakat). Menurut Penelitian yang dilakukan (Wijatmoko, 2014) sebagian 3

OPZ belum sepenuhnya menerapkan sistem manajemen keuangan dan akuntansi yang seharusnya. Hal tersebut bisa berasal dari berbagai faktor, salah satunya dari ketidaktahuan pengelola atau amil. Di sisi lain, beberapa Badan amil zakat sudah melaporkan dana yang dikelolanya dengan baik. Baznas dan Dompet Dhuafa bahkan sudah diaudit oleh akuntan publik dengan opini wajar tanpa pengecualian. Tentunya hal ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga amil zakat tersebut. Lembaga amil zakat digolongkan sebagai lembaga yang mengelola dana publik. Sebuah lembaga yang mengelola dana publik memiliki tanggungjawab untuk menyampaikan laporan kegiatan operasi serta laporan keuangan kepada publik. Lembaga zakat harus menggunakan pembukuan yang benar dan siap diaudit oleh akuntan publik. Lembaga amil zakat sebagaimana lembaga nirlaba yang tidak berorientasi pada profit laba operasionalnya. Namun, hal ini tidak berarti tidak ada pencatatan yang baik. Justru lembaga amil zakat harus mendapatkan kepercayaan masyarakat khususnya muzakki. Oleh karena itu penting bagi lembaga amil zakat memiliki laporan keuangan yang accountable dan transparan. Inilah pentingnya laporan keuangan sebagai alat komunikasi bagi manajemen untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya pada pihak-pihak yang berkepentingan (Nainggolan, 2005). Pada tahun 2011 telah disahkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) syariah untuk pelaporan lembaga zakat infak dan sedekah. Pada tahun 2012 PSAK ini baru resmi digunakan. Mengingat bahwa laporan keuangan adalah komponen penting, terlebih dalam pengelolaan dana masyarakat. 4

Salah satu lembaga amil zakat di Yogyakarta adalah Rumah Zakat Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada atau disebut (R-ZIS UGM). R-ZIS adalah lembaga independen yang berada di bawah pengelolaan Universitas Gadjah Mada. Sejak berdiri pada 2008 hingga 2015, R-ZIS belum pernah diaudit oleh akuntan publik. Sementara R-ZIS rata-rata setiap tahunnya mengelola dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh sekitar Rp500.000.000,00. Sebagai lembaga independen yang mengelola dana publik, R-ZIS sebaiknya melaporkan dana yang dikelolanya sesuai dengan standar akuntansi pada organisasi pengelola zakat yaitu Peryataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109 dan PSAK No. 45 mengenai organisasi nirlaba. Menurut penelitian (Mazzola, 2006), untuk membangun reputasi perusahaan dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan dana yang masuk maka perlu untuk membuat tingkat kepercayaan yang tinggi pada investor. Tingkat kepercayaan investor (dalam hal ini muzakki atau donatur) pada organisasi nirlaba justru harus lebih tinggi dari organisasi profit oriented. Pada organisasi nirlaba seperti pada Lembaga Amil Zakat, instrument yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan tersebut adalah Laporan keuangan. Dengan pelaporan yang lebih akuntanbel, harapannya lembaga pengelola zakat seperti Rumah Zakat Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada (R-ZIS UGM) akan lebih dipercaya. Sehingga penerimaan zakat akan semakin besar karena kepercayaan masyarakat yang meningkat. Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penerapan standar akuntansi keuangan 5

khususnya mengenai zakat, infak dan sedekah pada Rumah Zakat, Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada. Penulis memilih organisasi ini karena Universitas Gadjah Mada adalah tempat penulis menempuh pendidikan. Adapun judul yang dipilih adalah: Analisis Penerapan Peryataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 45 (Organisasi Nirlaba) dan No 109 (Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah) Studi Kasus Pada Rumah Zakat, Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada (R-ZIS UGM). 1.2 Rumusan Masalah Apakah laporan keuangan Rumah Zakat Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 dan 109? 1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui apakah laporan keuangan Rumah Zakat Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 dan 109. 1.4 Manfaat Penulisan a) Manfaat Akademis Dengan penelitian ini penulis dapat membandingkan teori dalam perkuliahan dengan realitas yang ada di masyarakat. Khususnya membandingkan Pernyataan 6

Standar Akuntansi Keuangan No. 45 dan 109 dengan penerapan yang dilakukan oleh Rumah Zakat, Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada. b) Manfaat Praktis Penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai penerapan akuntansi zakat, infak dan sedekah dalam penyusunan laporan keuangan pada organisasi pengelolaan zakat, khususnya Rumah Zakat, Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada. Selain itu, harapannya penelitian ini mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat baik R-ZIS. c) Manfaat bagi Regulator Penelitian ini dapat memberikan masukan pada regulator terkait pengaturan terhadap organisasi pengelola zakat, infaq maupun sedekah. 1.5 Sistematika Penulisan Agar pembaca lebih mudah memahami tulisan ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1 Pendahuluan Bab ini berisi mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat dilakukannya penelitian ini, serta sistematika penulisan dalam skripsi ini. BAB 2 Landasan Teori Bab kedua berisi penjelasan mengenai teori dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. BAB 3 Metodologi Penelitian 7

Pada bab ini akan membahas mengenai objek penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian dan teknik analisa data penelitian ini. BAB 4 Pembahasan Bab ini akan menguraikan mengenai gambaran umum objek penelitian dan membahas mengenali analisis data yang telah di dapat dengan metode di Bab 3 untuk menarik kesimpulan. BAB 5 Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan keterbatasan penelitian ini serta saran yang dapat berguna untuk penelitian selanjutnya. 8