I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk menumbuhkembangkan potensi dalam. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

I. PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan diri seseorang dalam memecahkan masalah di kehidupan

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. Selain sebagai pengajar, guru dituntut berlaku sebagai pembimbing dan pendidik siswa.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat universal dan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensi diri dan keterampilan. makhluk beragama dan makhluk sosial dengan baik.

I. PENDAHULUAN. siswa memiliki kemampuan matematis yang baik. Adapun tujuan pembelajaran

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. pemerintah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi perkembangan zaman, siswa dituntut menjadi individu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS)

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

I. PENDAHULUAN. keterampilan, dan nilai-nilai serta norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mencapai tujuan. yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, mandiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mictra Gustiasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MAKALAH SIMPOSIUM GURU 2015

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena pendidikan dapat mengembangkan potensi diri seseorang untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Pendidikan yang baik tentunya akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas baik pula dari segi spiritual maupun intelegensi serta mampu menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan YME, berilmu, kreatif, sehat dan kepribadian yang mantap dan mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia saat ini telah banyak dilakukan oleh guru, masyarakat dan pemerintah tidak terkecuali di Lampung. Peningkatan mutu pendidikan ini dilakukan di segala bidang pelajaran tidak terkecuali bidang matematika. Sebagai salah satu bidang ilmu yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, matematika perlu dipelajari dan dipahami dengan baik. Pada kenyataannya sampai saat ini matematika masih dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit, hal ini menyebabkan pelajaran matematika tidak favorit dibandingkan dengan pelajaran lain.

2 Salah satu penyebab pelajaran matematika menjadi tidak favorit di sekolah karena matematika berhubungan dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudoyo (1988:3) yang menyatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide dan konsep yang abstrak dan tersusun secara hierarki dan penalaran deduktif. Berdasarkan pendapat di atas maka seharusnya matematika diajarkan secara sistematis dan berkelanjutan sehingga usaha yang sedemikian itu diharapkan dapat membantu siswa dalam belajar matematika. Salah satu hal yang sangat penting dikuasai oleh siswa dalam belajar matematika yaitu pemahaman konsep, karena dengan memahami konsep siswa akan lebih mudah untuk mempelajari matematika. Guru juga dituntut untuk mampu lebih kreatif dalam mengajar agar ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak itu dapat disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami oleh siswa. Pentingnya pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika sesuai dengan tujuan utama pembelajaran matematika yang dinyatakan dalam (Permendiknas no 22 tahun 2006) yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan dari pembelajaran matematika maka diharapkan setelah mengikuti pembelajaran siswa mampu menguasai konsep matematika sehingga kemampuan tersebut dapat mempermudah siswa dalam memecahkan berbagai masalah pada pelajaran matematika. Namun pada kenyataanya pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika merupakan bentuk kesulitan lain yang dihadapi sebagian besar siswa di Indonesia.

3 Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 dinyatakan bahwa prestasi matematika siswa Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 42 negara dengan skor rata-rata 386 (Mullis dkk, 2012). Hal yang tidak jauh berbeda juga terlihat pada hasil studi Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2013, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dalam mata pelajaran matematika (OECD, 2013). Hasil survey tersebut mengindikasikan siswa di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam belajar diduga salah satu penyebabnya karena rendahnya kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Sebagai salah satu kemampuan dasar dalam pembelajaran matematika yaitu pemahaman konsep, harusnya dikuasai dengan baik oleh siswa. Namun berdasarkan survey tersebut kuat dugaan bahwa rendahnya posisi Indonesia disebabkan karena rendahnya pemahaman konsep matematis siswa. Salah satu sekolah di Indonesia yang memiliki pemahaman konsep seperti sekolah di Indonesia pada umumnya yaitu SMP Negeri 8 Bandarlampung. Berdasarkan hasil ujian mid semester ganjil tahun pelajaran 2013/ 2014 kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung yang diikuti oleh 258 siswa diperoleh informasi bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih sangat rendah yaitu hanya memiliki rata-rata nilai 40,63. Hal ini menyebabkan banyaknya siswa kelas VII di SMP Negeri 8 Bandarlampung tidak tuntas belajar atau memiliki nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan yaitu. Rendahnya pemahaman konsep matematis siswa disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya faktor dari diri siswa itu sendiri, guru, model pembelajaran yang digunakan guru, maupun lingkungan belajar.

4 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika di SMP Negeri 8 Bandarlampung, diketahui pula bahwa pada proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Proses pembelajarannya dimulai dari guru menjelaskan materi dan contoh soal, setelah itu memberikan latihan soal kepada siswa. Pada proses belajar seperti ini, siswa hanya aktif sebagai penerima ilmu pengetahuan. Meskipun ada kegiatan diskusi, biasanya hanya melibatkan siswa tertentu. Siswa banyak duduk diam mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan dan sedikit peluang untuk bertanya, sehingga siswa kurang aktif selama proses pembelajaran. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran mengakibatkan rendahnya pemahaman konsep matematis siswa. Faktor lain yang dapat mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep matematis siswa adalah adanya paradigma yang keliru dari guru yang menganggap bahwa pengetahuan itu dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru bertugas menyampaikan suatu pengetahuan dan tugas siswa hanya menerimanya. Pembelajaran yang seperti ini tidak membuat siswa terlibat secara maksimal dalam pembelajaran. Sehingga siswa tidak kreatif dalam belajar dan juga siswa cenderung acuh dengan apa yang disampaikan oleh guru. Model pembelajaran yang dipilih oleh guru juga berperan dalam menentukan tingkat pemahaman konsep matematis yang diperoleh siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang akan diajarkan menyebabkan tujuan yang ingin dicapai dari suatu pembelajaran tidak tercapai. Pemilihan model pembelajaran yang salah biasanya juga membuat siswa kurang semangat

5 dalam belajar dan motivasi, hal ini menyebabkan pembelajaran tidak efektif sehingga berdampak pada rendahnya pemahaman konsep matematis. Ada banyak alternatif yang bisa dilakukan dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Salah satu alternatif yang cocok digunakan untuk siswa yang memiliki karaktristik seperti itu adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe di antaranya TGT (teams games tournament). Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperati tipe TGT seperti yang diungkapkan oleh Slavin (2005: 166) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 tahapan yaitu : presentasi kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition). Tahapan pertama siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok diberikan lembar latihan soal yang dikerjakan dengan cara diskusi. Setelah diskusi dan latihan soal selesai dikerjakan, diadakan permainan (games) yang dimaksudkan agar dapat memperkuat pemahaman kosep matematis yang diperoleh selama diskusi dan mengerjakan latihan soal. Kemudian turnamen (tournament) dilaksanakan pada pertemuan ke 4 dan ke 8 bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep matematis yang diperoleh siswa selama pembelajaran berlangsung. Turnamen dilakukan dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan

6 kemampuan yang dimilikinya. Tiap kelompok diberikan soal berdasarkan tingkat kemampuan mereka masing-masing. Salah satu ciri dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah belajar dalam kelompok yang heterogen. Melalui kelompok itu siswa diberikan lembar latihan soal yang dikerjakan secara berdiskusi. Dalam kelompok yang heterogen ini masing-masing siswa akan saling bertukar pikiran sehingga hal ini dapat membantu proses pemahaman konsep matematis yang merupakan elemen penting dalam pembelajaran matematika. Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT tahapan permainan (games) dilakukan setelah siswa selesai mengerjakan latihan soal, permainan bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep yang di dapat siswa pada tahap diskusi. Permainan juga berfungsi membuat suasana belajar kondusif, memotivasi siswa dan menimbulkan daya saing antar sesama siswa, adanya motivasi dan daya saing antar sesama siswa akan mendorong siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Tahapan turnamen (tournament) di laksanakan setelah siswa selesai mengerjakan latihan soal, turnamen bertujuan untuk menguatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Turnamen juga berfungsi memotivasi siswa, meningkatkan daya saing, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektivitas Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT Ditinjau dari

7 Pemahaman Konsep Matematis Siswa di SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun pelajaran 2013-2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung Dari rumusan masalah di atas, maka dapat dijabarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Apakah pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional? 2. Apakah persentase siswa tuntas belajar yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih dari atau sama dengan 75% dari jumlah siswa? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TGT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa VII SMP Negeri 8 Bandarlampung. D. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini diantaranya: 1. Manfaat teoritis

8 Setelah dilaksanakan penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait dengan pemahaman konsep matematis siswa dan pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2. Manfaat praktis a. Manfaat bagi sekolah Sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. b. Guru dan calon guru Bagi guru dan calon guru penelitian ini sebagai tambahan informasi tentang salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini dilihat dari beberapa aspek yaitu: a. Aspek pemahaman konsep matematis siswa. Dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif apabila pemahaman konsep matematis siswa mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. b. Aspek ketuntasan belajar siswa. Dikatakan tuntas apabila minimal 75% siswa tuntas belajar. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam penelitian ini diawali dengan guru memberikan informasi mengenai materi yang akan dibahas, kemudian

9 siswa dikelompokkan yang terdiri dari 4-5 orang siswa, siswa melakukan diskusi kelompok, pelaksanaan permainan dilakukan setiap pertemuan, dan pertandingan atau turnamen dilakukan di pertemuan ke 4 dan pertemuan ke 8. 3. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami isi materi pelajaran matematika berupa ide abstrak yang dapat dilihat melalui hasil tes. Pemahaman konsep yang dimaksudkan adalah kemampuan siswa dalam (a) Menyatakan ulang suatu konsep (b) Menggolongkan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (c) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep (d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representatif matematika (e) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu dan (f) Mengaplikasikan konsep