KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN SELAMA PENDINGINAN MENGGUNAKAN PENGENCER CEP-2 DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SANTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA PENGENCER YANG BERBEDA SELAMA PENDINGINAN

KUALITAS SEMEN CAIR SAPI LIMOUSIN SELAMA PENDINGINAN MENGGUNAKAN PENGENCER CEP-2 DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SARI KEDELAI

KUALITAS SEMEN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN SELAMA PENDINGINAN MENGGUNAKAN PENGENCER CEP 2 DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI KUNING TELUR

Yulianto Nugroho 1), Trinil Susilawati 2), dan Sri Wahjuningsih 2)

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

PENGARUH AIR KELAPA MERAH YANG MUDA DAN TUA SEBAGAI PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA PENYIMPANAN DINGIN

Motility of Spermatozoa Brahman Bull in CEP-D Diluent with Egg Yolk Suplementation of Gallus sp. of Hisex Brown Strain during Refrigerator Storage

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

Dedi Muhammad 1), Trinil Susilawati 2), Sri Wahjuningsih 2) ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN

KUALITAS DAN PROPORSI SPERMATOZOA X DAN Y SAPI Limousin SETELAH PROSES SEXING MENGGUNAKAN GRADIEN DENSITAS ALBUMIN PUTIH TELUR ABSTRACT

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

Motilitas Spermatozoa Sapi Brahman dengan Berbagai Konsentrasi dalam Pengencer CEP-D yang Disimpan dalamrefrigerator

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI PEJANTAN PADA PENYIMPANAN DAN LAMA SIMPAN YANG BERBEDA

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

ABSTRAK. Kata kunci : Sentrifugasi, Sexing Gradien Densitas Percoll, Kualitas Spermatozoa, Proporsi Spermatozoa, CEP-2+10%KT ABSTRACT

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

PENDAHULUAN Latar Belakang

Nisa us Sholikah, Nurul Isnaini, Aulia Puspita Anugra Yekti, Trinil Susilawati

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK. Kata kunci: kualitas spermatozoa, semen cair, penyimpanan suhu dingin.

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

Keberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sedimentasi putih telur pada sapi PO cross

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 10 No. 2, September 2016 P-ISSN : X; E-ISSN :

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

PENGARUH PENGGUNAAN PENGENCER SKIM MILK

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. DAYA TAHAN SPERMATOZOA SAPI FRISIEN HOLSTEIN DALAM BERBAGAI BAHAN PENGENCER PADA SUHU 5 o C BIDANG KEGIATAN : PKM-AI

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA

LAPORAN AKHIR TAHUN I PROGRAM VUCER MULTITAHUN

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1:

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

KEBERHASILAN IB MENGGUNAKAN SEMEN SEXING SETELAH DIBEKUKAN

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

Pengaruh Pengencer Sintetis dan Alami Terhadap Motilitas Spermatozoa Sapi Brahman Selama Penyimpanan dalam Suhu Dingin

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Keywords : liquid semen, boer goat, green coconut water, CEP-2, cold storage.

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

Penambahan Fruktosa Mempertahankan Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Kalkun yang Disimpan pada Suhu 4 C

Proporsi X dan Y, Viabilitas dan Motilitas Spermatozoa Domba Sesudah Pemisahan dengan Albumin Putih Telur

Mahasiswa Pascasarjana PS Peternakan Universitas Diponegoro

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

PROPORSI X DAN Y, VIABILITAS DAN MOTILITAS SPERMATOZOA DOMBA SESUDAH PEMISAHAN DENGAN PUTIH TELUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PADA PENGENCER SKIM KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BALI

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Transkripsi:

KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN SELAMA PENDINGINAN MENGGUNAKAN PENGENCER CEP-2 DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SANTAN Pramudya Annisa Firdausi, Trinil Susilawati dan Sri Wahyuningsih Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang Email : trinil_susilawati@yahoo.com ABSTRAK Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai tanggal 8 Mei 2014 sampai dengan 27 Mei 2014, kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai konsentrasi santan pada pengencer dasar CEP-2 terhadap kualitas semen Sapi Limousin selama pendinginan. Penelitian terbagi menjadi 4 perlakuan yaitu CEP- 2 dengan penambahan 10% kuning telur, 5%, 10%, dan 15% santan (P0=CEP-2+10% KT, P1=CEP-2+5% S, P2=CEP-2+10% S, dan P3=CEP-2+15% S), P0 memperoleh hasil yang terbaik dan berbeda sangat nyata (P<0,01) dibandingkan perlakuan yang lain, bila diurutkan dari nilai tertinggi didapatkan P2, P1 dan P3. Pengencer yang mampu mempertahankan spermatozoa dan total spermatozoa motil yang paling baik yaitu CEP-2+ kuning telur 10% yang telah dianalisis menggunakan Pearson s Chi- Square dengan nilai harapan 40 juta sel spermatozoa/ml. Persentase motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa selama pendinginan pada CEP-2+ Santan memiliki perbedaan sangat nyata (P<0,01) lebih rendah daripada perlakuan dengan penambahan kuning telur. Penambahan berbagai konsentrasi santan pada CEP-2 tidak dapat mempertahankan kualitas spermatozoa sebaik kuning telur pada P0, tetapi P2 menunjukkan kemampuan terbaik dari berbagai konsentrasi santan dalam menjaga kualitas spermatozoa dan total spermatozoa yang motil. ABSTRACT This research was carried out at Laboratory of Balai Besar Inseminasi Buatan, Singosari, Malang start from 8 th May until 27 th May 2014. Research was to find the effect of liquid semen of Limousin during chilled preservation. Semen divided into four with 5%, 10%, 15%, coconut milk (P1=CEP-2+5% S, P2=CEP-2+10% S, P3=CEP-2+15% S) and 10% egg yolk (P0=CEP-2+10% KT), gave the best result in P0 and has highly significant different (P<0,01) than others treatments, listed from higher to the lower from P2, P1, and P3 then motility after 24h were analysis with Pearson s Chi- Square and used to compare total motile sperm count with expected value 40 million cells/ml showed that egg Yolk gave the superior effect on sperm quality after 24h preservation. The motiity, viability, and abnormalitas in CEP-2+ Coconut Milk has highly significant different (P<0,01) lower compared to CEP-2+ 10% KT. The various level extender of coconut Milk in CEP-2 can t maintain the sperm quality as well as egg yolk, but P2 had shown best ability of maintain sperm quality and total motile sperm Key Words : Semen, extender, preservation, coconut Milk, and egg yolk J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 21

PENDAHULUAN Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia dengan kesadaran masyarakat akan konsumsi protein hewani, menyebabkan tingginya permintaan daging nasional. Hal tersebut belum diimbangi dengan produktifitas sapi yang berakibat pada impor daging beku yang semakin tinggi. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam meningkatkan produktifitas sapi yaitu dengan memanfaatkan tekhnologi Inseminasi Buatan (IB) (Alawiyah dan Hartono, 2006). Salah satu faktor keberhasilan IB yaitu kualitas semen yang digunakan. Menjaga kualitas semen saat pendinginan atau pembekuan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan pengencer yang dapat memberikan nutrisi secara optimum sebagai sumber energi, mencegah cold shock saat preservasi maupun kriopreservasi dan dapat menjaga ph dan tekanan osmotik bagi spermatozoa (Ihsan, 2011; Suharyati dan Hartono, 2011). Salah satu pengencer yang dapat digunakan pada suhu rendah yaitu Cauda Epididymal Plasma (CEP-2) yang telah dikembangkan oleh Verberckmous, Soom, Dewulf, Pauw, dan Kruif (2004) yang komposisinya mirip dengan cairan kauda epididimis sapi. Kerusakan spermatozoa menjadi kendala dalam upaya mempertahankan semen pada suhu rendah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut yaitu dengan memberikan penambahan senyawa krioprotektan, pada umumnya krioprotektan yang dipakai untuk proses preservasi yaitu krioprotektan ekstraseluler kuning telur. Penggunaan kuning telur beresiko dalam kontaminasi mikroba patogen. Cemaran pathogen dapat terjadi saat proses pengenceran semen berlangsung. Nugroho (2006) menyatakan bahwa prevalensi cemaran Salmonella sp. pada peternakan sebesar 11,4% dan pada telur sebesar 1,4%. Alternatifnya yaitu dengan penambahan santan. Santan pernah diaplikasikan dalam preservasi spermatozoa sapi (Vishwanath dan Shannon., 2000). Santan mengandung fosfolipid (Oktarini, 2005). Susilawati (2002) menambahkan senyawa lipoprotein yang memiliki makromolekul yang besar tidak dapat menembus membran spermatozoa dan berfungsi untuk melindungi dan mempertahankan integritas selubung lipoprotein penyusun membran spermatozoa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai konsentrasi santan pada pengencer dasar CEP- 2 terhadap kualitas semen Sapi Limousin selama pendinginan pada suhu rendah MATERI DAN METODE Penelitian dimulai 8 Mei 2014 sampai dengan 27 Mei 2014, dilakukan di Laboratorium Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Kabupaten Malang. Materi penelitian yang digunakan yaitu semen Sapi Limousin dari BBIB Singosari Malang, berumur 6-11 tahun yang dikoleksi setiap seminggu dua kali menggunakan vagina buatan. Semen segar dikoleksi dengan bantuan vagina buatan, selanjutnya dilakukan uji makroskopis yang meliputi volume, warna, bau, dan ph, sedangkan uji mikroskopis meliputi motilitas massa, motilitas individu, viabilitas, abnormalitas, dan konsentrasi. Santan didapatkan dari kelapa yang berasal dari Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STTP) Singosari Malang, dilarutkan dengan aquadest. Rasio santan dengan pelarut aquadest sebesar 1:1. Berbagai konsentrasi santan yang digunakan yaitu 5%; 10%; dan 15%. Semen yang digunakan memiliki kriteria motilitas massa ++ dan motilitas individu 55%, dengan frekuensi penampungan semen dua kali dalam seminggu yakni pada hari Senin dan Kamis. Kuning telur yang digunakan adalah kuning telur (KT) fresh yang berasal dari ayam ras petelur (layer) berumur <4 hari yang diperoleh J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 22

dari peternak ayam petelur di Dusun Manggisari, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan yaitu P 0 = CEP-2+10% KT; P 1 = CEP-2+ 5% Santan; P 2 = CEP-2+ 10% Santan; P 3 = CEP-2+ 15% Santan dengan 10 ulangan. Variabel yang diukur yaitu makroskopis: ph, warna, bau, konsistensi, volume, dan mikroskopis: motilitas massa, motilitas individu, viabilitas, abnormalitas, konsentrasi spermatozoa, kemudian data yang diperoleh selanjutnya diuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Perlakuan pengencer terbaik antara CEP-2 Kuning Telur dan CEP-2 Santan kemudian diuji menggunakan Pearson s Chi Square dengan nilai harapan 40%. Total spermatozoa motil dihitung dengan nilai harapan 40 juta/ml sesuai dengan SNI. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Semen Segar Semen segar setelah ditampung dilakukan pemeriksaan kualitas secara makroskopis yang meliputi volume, warna, konsistensi, dan ph. Pemeriksaan secara mikroskopis meliputi motilitas massa, motilitas individu, viabilitas, abnormalitas, dan konsentrasi. Hasil rataan pemeriksaan semen segar Sapi Limousin dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil evaluasi volume semen segar dalam penelitian ini berkisar antara 5,4-8 ml dengan rataan 6,72 ± 1,14. Semen segar menunjukkan warna putih susu dengan ph 6,4 ± 0,14 dan konsistensi sedang. Warna dan ph semen segar yang diperoleh termasuk dalam kategori normal. Rata- rata ph semen yang normal adalah 6,4-7,8 dengan warna putih kekuningan (Garner dan Hafez, 2008). Variasi warna semen sapi dimulai dari warna putih kekuningan sampai hampir menyerupai warna susu, hal ini disebabkan karena adanya riboflavin pada semen (Susilawati, 2011). Konsistensi semen segar dalam kategori sedang. Konsistensi berkolerasi dengan banyaknya spermatozoa yang ada pada semen, konsistensi dapat dikatakan sedang bila konsentrasi 1000.10 6-1500.10 6 spermatozoa/ml semen (Susilawati, 2011). Tabel 1. Hasil Rataan Pemeriksaan Semen Segar Sapi Limousin Variabel (n=5) Rataan ±SD Kondisi Umum Umur (tahun) 7,6 ± 2,30 BB(kg) 986 ± 113,46 Makroskopis Volume (ml) 6,72 ± 1,14 Warna Putih Susu ph 6,4 ± 0,14 Konsistensi Sedang Mikroskopis Motilitas Massa ++ Motilitas Individu (%) 57 ± 2,74 Viabilitas (%) 80,13 ± 0,36 Abnormalitas (%) 10,71 ±2,09 Konsentrasi (10 6 /ml) 1152 ± 407,38 J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 23

Hasil pemeriksaan secara mikroskopis menunjukkan motilitas massa ++,sedangkan motilitas individu menunjukkan rataan 57 ± 2,74% dengan viabilitas 80,13 ± 0,36% dan abnormalitas sebesar 10,71 ± 2,09%. Kualitas semen segar yang diperoleh sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk IB yaitu motilitas massa minimal 2+ dan abnormalitas kurang dari 20% (Hafez, 2000) dengan viabilitas 70% yang dapat dikategorikan masih baik, karena memiliki kisaran persentase antara 50-69% (Lopes, 2002). Rataan konsentrasi semen segar yang didapat yaitu 1152 ± 407,38. Konsentrasi tersebut sudah sesuai dengan standar yaitu berjumlah 1000juta/ml (Susilawati, 2000). Hasil evaluasi semen segar yang telah diperoleh menunjukkan bahwa kualitas semen segar dapat dipakai sebagai bahan penelitian semen cair. Persentase Motilitas Spermatozoa selama Pendinginan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa keempat perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap motilitas spermatozoa baik pada saat awal penyimpanan suhu dingin sampai pada jam ke 24 (Tabel 2). P 0 (CEP-2+10% KT) merupakan perlakuan dengan motilitas paling baik, disusul dengan P 2 (CEP- 2+10% Santan), lalu P 1 (CEP-2+5% Santan) dan P 3 (CEP-2+15% Santan). Motilitas pada P 1, P 2 dan P 3 berada di bawah standar SNI namun masih dapat digunakan untuk IB, sesuai dengan Susilawati (2011) yang melaporkan bahwa semen dengan PTM 20-30%, 30-40%, dan 40% menunjukkan tingkat kebuntingan yang tinggi antara 90-100%. BSA dan kuning telur yang terkandung di dalam CEP-2 mempunyai peran sebagai pelindung dan pertahanan permeabilitas dan integritas lipoprotein yang menyusun membran spermatozoa (Yamashiro et al., 2006; Susilawati, 2002). Tabel 2. Rataan ±SD Persentase Motilitas pada Berbagai Perlakuan Pengencer Selama Proses Pendinginan (%) Perlakuan Jam ke 0 Jam ke 1 Jam ke 2 Jam ke 3 Jam ke 24 P3 54 ± 2,69 b 51 ± 1,75 b 47,5 ± 4,25 b 43 ± 1,97 b 28 ± 1,58 c P1 54,25 ± 2,9 b 51,75 ± 2,9 b 48,5 ± 4,12 b 43,5 ± 2,69 b 29 ± 1,75 c P2 55,75 ± 1,21 a 55 ± 1,67 a 53 ± 1,58 a 48 ± 3,07 a 36,25 ± 2,43 b P0 56 ± 1,29 a 55,5 ± 1,97 a 53,75 ± 1,32 a 50,25 ± 2,75 a 42 ± 3,07 a Taraf Nyata ** ** ** ** ** Keterangan : *: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). **: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Hasil uji Pearson s Chi Square dengan nilai harapan persentase motilitas sebesar 40% menunjukkan terdapat perbedaan antara P 0 dan P 2 dalam mempertahankan motilitas spermatozoa selama 24 jam penyimpanan suhu dingin. J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 26

Persentase Viabilitas Spermatozoa selama Pendinginan Perlakuan P 0 (Tabel 3) menunjukkan nilai viabilitas tertinggi daripada perlakuan yang lain, baik pada jam ke 0,1,2,3, maupun 24, terjadi perbedaan sangat nyata (P<0,01) jika dibandingkan dengan perlakuan menggunakan pengencer santan. Pada saat jam ke 24 terjadi penurunan nilai viabilitas yang tajam pada perlakuan dengan menggunakan berbagai konsentrasi santan, perlakuan dengan menggunakan kuning telur memberikan nilai yang terbaik yaitu 70,09± 0,78%. Ketengikan yang diakibatkan karena tingginya kadar lemak akan mempengaruhi kestabilan ph dan menyebakan cepatnya kematian sperma yang berimbas pada rendahnya nilai viabilitas santan (Solihati, 2008), sedangkan kuning telur yang ditambahkan pada pengencer CEP-2 memiliki kandungan lesitin dan lipoprotein dengan molekul- molekul besar sehingga membran sel tidak dapat ditembus dan dapat melindungi integritas lipoprotein penyusun membran spermatozoa (Susilawati, 2002). Tabel 3. Rataan ±SD Persentase Viabilitas pada Berbagai Perlakuan Pengencer Selama Proses Pendinginan (%). Perlakuan Jam ke 0 Jam ke 1 Jam ke 2 Jam ke 3 Jam ke 24 P3 74,37± 0,42 d 73,49± 0,55 d 72,38± 1,10 c 72,06± 1,09 c 47,63± 2,41 d P1 75,45± 0,38 c 74,25± 0,55 c 73,87± 0,61 b 73,5± 0,85 b 54,49± 2,54 c P2 77,41± 0,66 b 75,56± 0,49 b 75,41± 0,74 a 75,02± 0,39 a 60,07± 0,79 b P0 78,14± 0,40 a 76,52± 0,52 a 76,18± 0,55 a 75,91± 0,73 a 70,09± 0,78 a Taraf nyata ** ** ** ** ** Keterangan: **: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Persentase Abnormalitas Spermatozoa selama Pendinginan Nilai abnormalitas terbaik ada pada P 0 dengan analisis ragam menunjukkan bahwa keempat perlakuan berbeda sangat nyata (P<0,01). Namun, pada jam ke 24 semua perlakuan menunjukkan nilai abnormalitas di bawah 20% (Tabel 4), maka semen masih dapat digunakan untuk IB (Alawiyah dan Hartono, 2006). Tabel 4. Rataan ±SD Persentase Abnormalitas pada Berbagai Perlakuan Pengencer Selama Proses Pendinginan (%). Perlakuan Jam ke 0 Jam ke 1 Jam ke 2 Jam ke 3 Jam ke 24 P3 13,97± 0,34 b 14,06± 0,81 c 14,72± 0,97 b 15,02± 0,38 b 17,63± 1,02 b P1 13,38± 0,71 b 13,26± 0,70 b 14,07± 1,04 b 14,56± 0,82 b 17,24± 1,02 ab P2 12,5± 0,95 ab 12,88± 0,59 a 13,14± 0,98 a 13,9± 0,58 a 17,01± 0,70 ab P0 12,14± 0,90 a 12,38± 1,10 a 12,76± 1,22 a 13,31± 0,66 a 16,59± 0,76 a Taraf nyata ** ** ** ** ** Keterangan : *: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). **: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 27

Rusaknya membran plasma spermatozoa karena membran spermatozoa banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang rentan terhadap kerusakan peroksidase. Hal ini sering terjadi saat preservasi semen (Maxwell dan Wakson., 1996 dalam Fitria dkk.,2013). Selain itu kerusakan juga dapat diakibatkan saat pembuatan ulasan pada object glass, sehingga abnormalitas yang terbentuk yaitu sperma dengan ekor yang patah atau kepala tanpa ekor. Pada pengencer CEP-2+10% KT memiliki nilai abnormalitas paling rendah karena pengencer tersebut dapat meminimalisir abnormalitas spermatozoa, adanya lesitin dan kuning telur yang berfungsi sebagai pelindung dalam mepertahankan integritas selubung lipoprotein dari sel spermatozoa (Susilawati, 2002). Total Spermatozoa Motil pada Pendinginan Selama 24 Jam Efektivitas fertilitas tergantung pada kualitas semen, yang dinilai dari jumlah spermatozoa yang motil. Jumlah spermatozoa motil dapat dihitung dengan mengalikan konsentrasi spermatozoa dengan spermatozoa yang motil progresif (Nikbakht and Saharkhiz, 2011). ). Rataan hasil penghitungan total spermatozoa yang motil pada berbagai perlakuan pada penyimpanan suhu dingin jam ke 24 tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Total Spermatozoa Motil pada Pendinginan Jam ke 24 Perlakuan Total Spermatozoa Motil (juta/ml) SD P0 81,36 18,35 P1 58,28 14,36 P2 67,79 16,32 P3 53,29 10,67 Nilai Harapan 40,00 Penambahan kuning telur dalam pengencer CEP-2 lebih baik dalam mempertahankan spermatozoa yang motil dibandingkan dengan perlakuan dengan penambahan santan. Penambahan berbagai konsentrasi santan pada pengencer CEP-2 menunjukkan hasil yang lebih besar dari standar yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu 40 juta/ml spermatozoa yang motil, sehingga dapat diaplikasikan untuk IB. Hasil analisis menggunakan Pearson s Chi Square dengan nilai harapan 40 juta spermatozoa motil menunjukkan perbedaan sangat nyata pada semua perlakuan selama pendinginan jam ke 24 (P<0,01). Konsentrasi santan pada P2(CEP-2+ 10% Santan) merupakan konsentrasi yang optimal dalam mempertahankan total spermatozoa motil. KESIMPULAN DAN SARAN Pengencer CEP-2 dengan penambahan kuning telur 10% (P 0 ) lebih baik dari pengencer CEP-2+ santan 5% (P 1 ) dan CEP-2+ santan 10% (P 2 ), perlakuan yang memiliki kualitas penyimpanan spermatozoa paling rendah yaitu CEP-2+ santan 15% (P3)rendahnya J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 28

nilai NRR dapat memberikan implikasi rendahnya keberhasilan IB. Saran untuk penelitian ini, Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan penambahan lama waktu simpan sampai motilitas menunjukkan tidak ada pergerakan sama sekali (0%) untuk mengetahui lamanya kemampuan pengencer CEP-2 dengan penambahan kuning telur dan santan dalam mempertahankan kualitas spermatozoa. DAFTAR PUSTAKA Alawiyah, D., dan M. Hartono. 2006. Pengaruh penambahan vitamin E dalam bahan pengencer sitrat kuning telur terhadap kualitas semen beku kambing boer. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 31 (1): 8-14. Fitria, R,. T. Susilawati, dan S. Rahayu. 2013. Kualitas spermatozoa hasil sexing menggunakan pengencer andromed dan Cauda Epididymal Plasma-2 (CEP-2) ditambah kuning telur 10%. 7(2) : 116-119. Garner, D. L., and E. S. E. Hafez. 2008. Spermatozoa and Seminal Plasma in Reproduction in Farm Animals. 7 th ed. Lippincott Williams and Wikins, Philadelphia : 96-110. Hafez, E. S. E. 2000. Artificial Insemination In Reproduction In Farm Animals. Hafez ESE and B Hafez (editors) 7 th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Marryland, USA: 82-95. Ihsan, M. N. 2011. Penggunaan telur itik sebagai pengencer semen kambing. J.Ternak Tropika. 12(1) : 10-14. Lopes, P. 2002. Semen Collection and evaluation in Ram. ANS 33161. University of Florida. Nikbakht, R. And N. Saharkhiz. The Influence of sperm morphology, total motile sperm count of semen and the number of motile sperm inseminated in sperm samples on the success of intrauterine insemination. International Journal of Fertility and Sterility. Vol. 5 (3): 168-173. Nugroho, W.S. 2006. Tingkat cemaran Salmonella sp. pada telur ayam di peternakan ayam petelur komersial kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jurnal Veteriner FKH UNUD 7(2): 160-165. Oktarini, D. 2005. Identifikasi Kandungan Fosfolipid Santan Kelapa yang Diperoleh Melalui Metode Degumming. Skripsi Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam. Universitas Diponegoro. Semarang. 2005. Solihati, N. 2008. Studi terhadap kualitas dan daya tahan hidup spermatozoa cauda epididimis domba Garut menggunakan berbagai jenis pengencer. Seminar nasional teknologi peternakan dan veteriner 2008. Suharyati, S., dan M. Hartono. 2011. Preservasi dan kriopreservasi semen sapi Limousin dalam berbagai bahan pengencer. Jurnal Kedokteran Hewan. 5(2): 53-58. Susilawati, T. 2000. Analisa Membran Spermatozoa Sapi Hasil Filtrasi Sephadex G-200 dan Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll pada Proses Seleksi Jenis Kelamin. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya. Susilawati, T. 2002. Sexing spermatozoa kambing peranakan etawah menggunakan gradien putih telur. Widya Agrika 10(2): 97-105. Susilawati, T. 2011. Spermatologi. Universitas Brawijaya (UB) Press. Malang. Verberckmoes, S., A. Van Soom, J. Dewulf., I. De Pauw, and A. de Kruif. 2004. Storage of fresh bovine semen in diluent based on the ionic composition of Cauda J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 29

Epydidimal Plasma. J Reprod Domestic Anim. 39(6): 1 7. Vishwanath, R., And P. Shannon. 2000. Storage of bovine semen in liquid and frozen State. Animal Reproduction Science 62(2000) 23-53. Yamashiro, H., H. Wang, Y. Yamashita, K. Kumamoto, and T. Terada. 2006. Enhanced freezability of got spermatozoa collected Tinto tube containing extender suplementer Alt bovine serum albumin (BSA). Journal of Reproduction and Development 52(3): 407-414. J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 30