Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Kekerasan Paduan Aluminum 7075

dokumen-dokumen yang mirip
Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

Penelitian Sifat Fisis dan Mekanis Roda Gigi Transduser merk CE.A Sebelum dan Sesudah Di-Treatment

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

Proses perlakuan panas diklasifikasikan menjadi 3: 1. Thermal Yaitu proses perlakuan panas yang hanya memanfaatkan kombinasi panas dalam mencapai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL. Tgl. Praktikum : 12 Desember : Helal Soekartono, drg., M.Kes

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

Analisis Struktur Mikro (Metalografi)

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

PENGARUH TEMPERATUR DAN HOLDING TIME DENGAN PENDINGIN YAMACOOLANT TERHADAP BAJA ASSAB 760

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE FLAME HARDENING WAKTU TAHAN 30 MENIT 1 JAM DAN 1 ½ JAM

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB III METODE PENELITIAN

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

METALURGI FISIK. Heat Treatment. 10/24/2010 Anrinal - ITP 1

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

Analisa Temperatur Nitridisasi Gas Setelah Perlakuan Annealing pada Baja Perkakas

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

BAB III METODA PENELITIAN DAN ANALISA PENGUJIAN

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

BAB I PENDAHULUAN. pisau egrek masalah yang sering dijumpai yaitu umur yang singkat yang. mengakibatkan cepat patah dan mata pisau yang cepat habis.

MICRO HARDNESS TESTER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB II KERANGKA TEORI

Perlakuan panas (Heat Treatment)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSES THERMAL LOGAM

Karakterisasi Material Sprocket

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH (ST41) DENGAN METODE PACK CARBIRIZING

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

Pembahasan Materi #11

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

Gambar 4. Pemodelan terjadinya proses difusi: (a) Secara Interstisi, (b) Secara Substitusi (Budinski dan Budinski, 1999: 303).

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia teknik dikenal empat jenis material, yaitu : logam,

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PENGARUH HEAT TREATMENT

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

Transkripsi:

Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Kekerasan Paduan Aluminum 7075 Irfan Fadhilah Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung 40132, Indonesia fadhilahirfan48@gmail.com Abstract. Praktikum modul 3 ini bertujuan untuk menghitung kekerasan pada paduan aluminum setelah paduan diberi perlakuan panas dan menganalisis efek dan hubungan antara perlakuan panas dengan kekerasan paduan. Heat treatment adalah suat proses pemanasan dan pendinginan terkontrol, dengan tujuan merubah sifat fisik dan mekani suatu benda. Pada praktikum ini paduan Aluminum diberikan 4 perlakuan yang berbeda, paduan pertama tidak diberi perlakuan panas, paduan kedua dimasukkan ke tanur yang sudah dipanaskan 500 o C ditahan selama beberapa menit, lalu di quenching, paduan ketiga dimasukkan ke tanur tanur yang sudah dipanaskan 500 o C ditahan selama beberapa menit, lalu didinginkan dengan dibiarkan pada temperatur kamar (Air cooling), dan paduan keempat tanur yang sudah dipanaskan 500 o C ditahan selama beberapa menit, lalu diturunkan secara gradien dengan tanur sampai 150 o C lalu di quenching. Setelah diberi perlakuan panas lalu keempat spesimen diuur kekerasannya dengan Vickers Hardness Test Machine. Setelah diukur kekerasannya kita dapat memperoleh hubungan antara perlakuan panas dengan kekerasan paduan yang berkaitan dengan sifat mekanik paduan tersebut. Kata kunci : perlakuan panas, kekerasan 1. Pendahuluan Heat treatment atau perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan suatu logam dengan tujuan merubah sifat fisik dan mekanik tanpa merubah bentuknya [1]. Perlakuan panas merupakan suatu mekanisme untuk menguatkan material, dan membentuk beberapa sifat mekanik seperti meningkatkan kemudahan untuk dibentuk [1]. Proses dari perlakuan panas melibatkan pemanasan dan pendinginan, biasanya digunakan temperatur yang tinggi untuk mencapai hasil yang diinginkan [1]. Beberapa contoh perlakuan panas yang umum adalah hardening, tempering, dan annelaing [1]. Untuk setiap paduan ada kaitannya antara kecepatan pendinginan dengan sifat mekanik [2]. Seperti pada perlakuan panas pada baja, pembentukan struktur martensite pada baja akan membuat baja lebih keras [2]. Pada baja martensite dibentuk dengan cara perlakuan panas quenching (pendinginan cepat dengan media tertentu) dari austenite [2]. Lalu jika didinginkan dengan kecepatan dan cara yang berbeda maka bisa terbentuk pearlite dan bainiteyang mempunyai struktur dan sifat berbeda dari martensite. Dari analogi itu itu bisa simpulkan bahwa perbedaan kecepatan pendinginan menyebabkan perubahan mikrostrruktur lalu perubahan mikrostruktur dapat menyebabkan perubahan sifat mekanik dari material.

Alat yang digunakan untuk memanaskan paduan adalah furnace (tanur). Tanur yang digunakan adalah jenis electric arc furnace (EAF). EAF terbagi jadi 2 jenis berdasarkan sumber energi listrknya yaitu DC EAF dan AC EAF [3]. Prinsip timbulnya panas pada tanur busur api adalah panas timbul akibat adanya tahanan (resistansi) saat arus listrik mengalir[3]. Dalam hal ini, logam yang dimuatkan dalam tanur yang akan memberikan tahanan terhadap arus listrik[3]. Saat logam mencair, terak akan memberikan tahanan pada aliran arus listrik[3]. Untuk mempertahankan pemberian panas saat logam telah mencair, elektroda harus diangkat sehinnga elektroda tersebut hanya menyentuh permukaan lapisan terak[3]. Panas dihasilkan oleh loncatan electron (busur api) dengan aliran listrik dengan adanya aliran listrik ini maka, akan menimbulkan aliran induksi dalam cairan yang akan menyebabkan terjadinya gerak cairan,sehingga homogenisasi cairan dapat terjadi [3]. Setelah mengalami heat treatment paduan akan diuji sifat mekaniknya. Kekerasan merupakan salah satu sifat mekanik dari material. Kekerasan adalah ketahanan material terhadap localized plastic deformation seperti goresan [2]. Pada awalnya tes kekerasan berdasarkan pada kemampuan suatu material untuk dapat menggores material lain yang lebih lunak, spserti pada skala Mohs [2]. Sebuah teknik kuantitatif baru unutk mengukur kekerasan telah dikembangkan, dengan membuat indentor kecil pada material yang akan diuji dengan laju dan pembebanan yang dapat dikontrol [2]. Kedalaman dan ukuran dari hasil indentor kecil tersebut diukur dan dapat dikonversi menjadi kekerasan [2]. Salah satu alat yang memakai teknik ini adalah Vickers Hardness Test. Alat tersebut bekerja dengan cara menekankan indentor intan yang memiliki geometri belah ketupat ke permukaan dari spesimen [2]. Hasil indentasi tersebut adalah sebuah lubang berbentuk belah ketupat atau layang layang, yang akan diamati di bawah mikroskop dan diukur lalu dikonversi menjadi kekerasan (HV) [2]. 2. Metode Percobaan 2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat 2.1.2 Bahan 1. Furnace 1. Spesimen Uji (Al Alloy 7075 4 buah) 2. Vickers Hardness Test 2. Amplas 3. Crucible 4. Ember berisi air 5. Pencapit 2.2 Prosedur Percobaan 2.2.1 Preparasi sampel Spesimen yang telah diber diamplas terlebih dahulu dari grid yang paling kecil (kasar) sampai ke grid yang paling besar (halus). Pengamplasan bertujuan untuk agar spesimen dapat berdiri tegak dan menghaluskan permukaan spesimen sehingga mudah diamati ketika tes kekerasan. 2.2.2 Heat Treatment Pertama tama tanur dunyalakan, lalu masukkan C1;t1,C2;t2 dan seterusnya untuk mengatur waktu dan panas yang diinginkan. Ingat saat mengeset suhu dan waktu sesuaikan dengan spesifikasi tanur, karena setiap tanur memiliki suhu maksimum dan kecepatan kenaikan suhu maksimum. Beri nama 3 sampel dengan A,B dan C, lalu setelah suhu tanur sudah mencapai 500 o C masukkan ketiga spesimen dan tunggu hingga 45 menit. Lalu setelah 45 menit sampel A dan B dikeluarkan, dan sampel C dilakukan furnace cooling sampai 150 o C lalu diquenching. Sementara sampel A setelah dikeluarkan langsung diquenching dengan dimasukkan ke dalam air, dan sampel B dibiarkan dingin (Air cooling).

2.2.3 Uji Kekerasan Sampel D akan diuji kekerasannya terlebih dahulu, karena sampel D merupakan sampel yang tidak diberi perlakuan panas. Mula mula nyalakan alat Vickers Hardeness Test. Lalu nyalakan lampu alat dan letakkan sampel pada meja. Lalu atur posisi spesimen agar permukaan sampel terlihat jelas di lensa. Setelah terlihat permukaannya maka ganti lensa dengan indentor intan, lalu klik run untuk mulai mengindentasi, setelah indentasi selesai maka carilah dengan lensan bentuk layang layang atau belak ketupat. Lalu ada 2 garis pada lensa atur posisi kedua garis tersebut agar sesuai dnegan panjang diagonal belah ketupat tersebut, lakukan secara horizontal dan vertikal. Setelah diukur lalu klik save dan alat akan mengukur kekerasan sampel, dan bandungkan antara hasil di alat dan hasil secara perhitungan. Cara yangb sama juga untuk spesimen A,b dan C. 3. Hasil dan Pembahasan Dari hasil percobaan modul 3 didapat data dan hasil sebagai berikut : Sampel HV HV rata-rata d1 d2 HV teoritis HV teoritis rata-rata 34,9 101,37 104,69 34,95 A 50,6 48,27 83,17 88 50,67 48,31 59,3 81,02 77,2 59,30 52 88,25 80,63 52,12 B 53,9 53,47 80,7 85,2 53,94 53,63 54,5 88,88 76,11 54,83 46,3 89,45 89,53 46,31 C 60,06 49,99 78,28 78,38 60,45 50,11 43,6 93,43 91,08 43,58 51,6 87,59 82,01 51,63 D 49,8 50,23 83,88 88,65 49,88 50,28 49,3 86,66 86,77 49,32 Contoh perhitungan Untuk sampel A pada pengamatan pertama Mencari HV Teoritis HV = 1,8544F d1. d2 1,8544.0,2 kgforce = 101,37. 104,69.10 6 = 34,95 Mencari HV Teoritis Rata-Rata HV Teoritis Rata-Rata = 34,95+50,67+59,30 3 Tabel 1. Data hasil pengamatan dan perhtungan HV = 48,31

Perlakuan panas suatu ogam dapat mengubah sifat mekaniknya. Hal itu terjadi karena ketika dipanaskan atom atom terurai, dan ketika didinginkan dngan kecepatan tertentu maka atom akan menyusun kembali dan jika waktu menyusun kembalinya tidak cukup maka akan terbentuk struktur baru. Salah satu jenis perlakuan panas adalah annealing. Annealing adalah perlakuan panas yang dilakukan setelah paduan dilakukan cold work. Annealing bertujuan untuk menghilangkan residual stress dan kepadatan diskolasi hasil dari cold work strain hardening, melunakkan logam hasil cold working, meningkatkan ukuran butiran, merapihkan struktur butiran dan meningkatkan keuletan. Material hasil annealing biasanya bersifat ulet, kurang keras dan kuat. Quenching adalah proses meng=dinginkan dengan cepat dengan menggunakan media tertentu. Quenching bertujuan untuk mengeraskan material, namun material hasil quenching cenderung getas. Karburisasi merupakan perlakuan panas pada besi yang dipanaskan sampai temperatur lelehnya, lalu karbon akan dimasukkan melalui difusi. Karburisasi berguna untuk pengerasan pemukaan (case hardening) biasanya untuk aplikasi gir motor. Sehingga bagian case nya akan bersifat keras dan bagian dalamnya akan tetap kuat dan lebih lunak daripada bagian luar. Paduan Al 7075 merupakan salah satu paduan seri Al 7xxx yang dikenal sebagi seri terkuan dari padual Aluminum. Paduan antara Aluminum dan 5,6% Zinc (dominan) sisanya mengandung 2,5% Magnesium, 1,6% Tembaga dan 0,2% Kromium. Paduan ini adalah jenis peduan terkuat diantara semua paduan Al. Karena kekuatannya dan ketahanan terhadap korosi, maka paduan ini banyak dipakai di bagian pesawat terbang., terutama pada bagian yang membutuhkan beban lebih. Salah satu teknik dari perlakuan panas adalah annealing dan tempering.annealing adalah perlakuan panas setelah logam mengalami cold work, annealing dapat melunakkan logam hasil cold work, dan meningkatkan keuletan dengan cara memanaskannya sampaitemperatur tertentu lalu menahannya pada temperatur tersebut agar kristal menyusun kembali, lalu didinginkan dengan kecepatan yang lambat. Annealing merupakan tahap primer dari treatment sementara tempering merupakan tahap sekunder. Selain itu pada tempering dilakukan pendinginan secara bertahap dengan tujuan untuk menambah kepadatan, kekuatan dan kelenturan. Pada annealing dilakukan 3 tahap. Yang pertama yaitu tahap pemulihan atau recovery. Pada tahap ini logam dipanaskan sampai temperatur dibawah temperatur rekristalisasinya, lalu atom atom yang semula menyusun tidak teratur mulai menyusun kembali dan membentuk kristal, kepadatan dislokasi menurun, kekerasan menurun dan residual stress juga menurun. Proses elanjutnya adalah proses rekristalisasi. Proses ini adalah proses dimana pembentukan kembali struktur-struktur butiran. Proses ini berlangsung pada temperatur rekristalisasi dan mengakibatkan terbentuknya butiran baru yang lebih teratur. Proses terakhir adalah proses pertumbuhan butiran. Proses ini terjadi diatas temperatur rekristalisasi, dan pada proses ini butiran butiran yang sudah menyusun rapih akan tumbuh dan membesar. Salah satu alat yang memakai teknik ini adalah Vickers Hardness Test (VHT). Alat tersebut bekerja dengan cara menekankan indentor intan yang memiliki geometri belah ketupat ke permukaan dari spesimen [2]. Hasil indentasi tersebut adalah sebuah lubang berbentuk belah ketupat atau layang layang, yang akan diamati di bawah mikroskop dan diukur diagonal diagonal lubang tersebut, lalu dikonversi menjadi kekerasan (HV) dengan alat maupun secara teoritis [2]. Dari hasil praktikum tersebut, didapat data data kekerasan dari spesimen yang i=diukur menggunakan alat dan diukur secara teoritis. Hasil teoritis dengan hasil yang ditampilkan oleh VHT tidak berbeda jauh. Perbedaan tersebut mungkin diakibatkan oleh permukaan sampel yang tidak rata/kurang diamplas sehingga indentor intan tidak bisa mengindensi sampel dengan baik, selain itu faktor kesalahan pengukuran dan pengelihatan juga bisa mempengaruhi hasil. Jika diurutkan, material yang paling keras adalah sampel B, sampel D, sampel C dan sampel A. Dari hasil percobaan yang paling keras adalah sampe hasil Air Cooling. Namun secara teoritis material yang paling keras seharusnya adalah sampel A, sampel C, sampel B dan sampel D. Perbedaan hasil tersebut mungkin diakibatkan oleh perbedaan komposisi dan perlakuan padun sebelumnya.

4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Simpulan Sampel yang memiliki tingkat kekerasan (HV) tertinggi adalah sampel B yang didinginkan dengan cara air cooling, sampel D yang tidak diberi perlakuan panas, sampel C yang didinginkan dengan cara furnace cooling sampai 150 o lalu di quenching dan sampel A yang didinginkan dengan cara quenching. Hubungan antara perlakuan panas dengan kekerasan berkaitan dengan hubungan perlakuan panas dnegan sifat mekanik. Karena perlakuan panas dapat menyebabkan perubahan mikrostruktur, dengan berubahnya mikrostruktur maka sifat mekanik pun dapat berubah. 4.2. Saran 1. Sebaiknya tanur diperbaiki, agar praktikum berjalan dengan lancar 2. Sebaiknya tanur diganti dengan tanur yang mampu menaikkan suhu dengan cepat agar praktikum lebih cepat 3. Sebaiknya alat VHT diperbanyak unitnya agar mempersingkat waktu 5. References [1] http://www.brighthubengineering.com/manufacturing-technology/30476-what-is-heat-treatment/ diakses pada Rabu, 26 April 2017 pukul 22:32 WIB [2] Callister, William D. Rethwisch, David G. 2010. Material Science and Engineering An Introduction, Eigth Edition. New York : John Wiley & Sons, Inc. [3] https://www.electrical4u.com/electric-furnace/ diakses pada Selasa, 25 April 2017 pukul 21:00 WIB 6. Lampiran Gambar 1. Tanur Listrik Gambar 2. Vickers Hardness Test

Gambar 3. Hasil lubang indetor intan Pada alat VHT Gambar 4. Proses pengambilan sampel yang telah dipanaskan Gambar 5. Hasil pengukuran VHT Gambar 6. Hasil simulasi dari steeluniversity Untuk baja HSLA