BAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan, yaitu perpindahan harta benda dan hak-hak material dari pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai umatnya. Serta ayat-ayat Al-qur an yang Allah SWT. khaliknya dan mengatur juga hubungan dengan sesamanya.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN Tentang Peradilan Agama Jo Undang-Undang nomor 3 tahun 2006 tentang

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang. menegaskan tentang adanya persamaan hak di muka hukum dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dimaksud adalah tersebut dalam Pasal 25 ayat (3) Undang -Undang

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi 1. Keempat lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

KOMPETENSI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA EKONOMI SYARI AH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

SKRIPSI. Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERKARA WARIS Rahmatullah, SH.,MH Dosen Fakultas Hukum UIT Makassar

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. Agama harus dikukuhkan oleh Peradilan Umum. Ketentuan ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) TESIS

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah, pengatur alam semesta, seluruh isi langit dan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

TINJAUAN PENYELESAIAN SENGKETA TANAH WAKAF SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

GUGATAN WARISAN DAN PEMBAGIANNYA DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA. (Studi Putusan No. 85/pdt.G/1996/PA.Ska)

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB IV ANALISIS. Setelah mempelajari duduk perkara No 709/Pdt.G/2006/PA.Bgl dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam malakukan perekonomian. Ekonomi syariah sendiri merupakan. perbuatan atau kegiatan usaha yang dilakukan menurut prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan

BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat dalam masalah kewarisan dan wasiat rawan terjadi konflik

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Islam merupakan satu kesatuan sistem hukum. Sistem perkawinan menentukan sistem keluarga, sistem keluarga menentukan sistem kewarisan. Bentuk perkawinan menentukan sistem atau bentuk keluarga, bentuk keluarga menentukan pengertian keluarga. Pengertian keluarga menentukan kedudukan dalam sistem kewarisan. Pada dasarnya keluarga Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti (nuclear family), namun adalah keluarga menengah (middle family) dengan anggota terdiri dari orang tua, isteri atau suami, anak atau keturunan dan saudara apabila tidak mempunyai anak. 1 Sistem waris merupakan salah satu sebab atau alasan adanya perpindahan kepemilikan, yaitu perpindahan harta benda dan hak-hak material dari pihak yang mewariskan (pewaris), setelah yang bersangkutan wafat, kepada para penerima warisan (ahli waris) dengan jalan pergantian yang didasarkan pada hukum syara. Terjadinya proses pewarisan ini tentu setelah memenuhi hak-hak yang terkait dengan harta peninggalan orang yang mewariskan. Dewasa ini dalam menyelesaikan kasus perdata keislaman telah menjadi kewenangan Peradilan Agama sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1 http://www.google.com.file:///e:/skripsi TENTANG PERSOALAN PERDATA ISLAM_Weys.Htm Diunduh Kamis 14 Maret 2013 Pukul 19.10 1

2 menentukan dalam Pasal 24 ayat (2) bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan Peradilan umum, lingkungan Peradilan agama, lingkungan Peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Peradilan Agama merupakan salah satu badan peradilan pelaku kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam. Hal ini diatur dalam UU Pasal 49 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 dan diperbaharui dengan Pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006 tentang tugas dan wewenang Pengadilan Agama di bidang: Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Ekonomi Syariah. 2 Dengan penegasan kewenangan peradilan tersebut dimaksudkan untuk memberikan dasar hukum kepada Pengadilan Agama dalam menyelesaikan perkara tertentu tersebut, termasuk pelanggaran atas Undang-Undang tentang perkawinan dan peraturan pelaksanaanya. 3 Di Indonesia, hukum waris yang berlaku secara nasioanal ada tiga macam, yaitu hukum waris yang berdasarkan hukum Islam, hukum barat dan hukim adat. Dalam hukum Islam, hukum waris mempunyai kedudukan yang amat penting. Hal ini dapat dimengerti karena masalah warisan akan dialami oleh setiap orang, selain itu masalah warisan merupakan suatu masalah yang 2 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006, pasal 49, tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 198, Peradilan Agama 3 Https://Www.Google.Com/Search?Q=Latar Belakang Mengenai Perkara Waris&Ie=Utf- 8&Oe=Utf-8& Diunduh Kamis 14 Maret 2013 Pukul 21.45

3 sangat mudah untuk menimbulkan sengketa atau perselisihan diantara ahli waris atau dengan pihak ketiga. Masalah-masalah yang menyangkut warisan seperti halnya masalah-masalah lain yang dihadapi manusia ada yang sudah dijelaskan permasalahannya dalam Al-Qur an dan Al-Sunnah dengan keterangan yang kongkrit, sehingga tidak timbul macam-macam interpretasi, bahkan mencapai ijma (konsesus) dikalangan ulama dan umat Islam. Dalam pandangan Islam Allah telah menetapkan aturan main bagi kehidupan manusia di atas dunia ini. Aturan ini dituangkan dalam bentuk titah atau kehendak Allah tentang perbuatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia. Aturan Allah tentang tingkah laku manusia secara sederhana adalah syariah atau hukum syara yang sekarang disebut hukum islam. Dalam kamus hukum, Hukum Islam adalah hukum yang berhubungan dengan kehidupan berdasarkan Al-qur an dan Hadist. 4 Salah satu syariat yang diatur dalam ajaran Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan harta warisan kepada ahli waris yang berhak menerimanya. Masalah waris ini sering menimbulkan sengketa atau masalah bagi ahli waris, karena langsung menyangkut harta benda seseorang, karena harta oleh manusia dianggap sebagai barang yang berharga. Sehingga sering menimbulkan sengketa ataupun perselisihan karena berebut untuk menguasai harta waris tersebut. Sengketa dalam masalah pembagian waris ini bisa juga disebabkan karena harta warisan itu baru dibagi setelah sekian lama orang 4 M.Marwan, 2009, Kamus Hukum, Surabaya : Reality Publisher, Hal. 264

4 yang diwarisi itu wafat. Ada juga karena kedudukan harta yang tidak jelas, bisa juga disebabkan karena diantara ahli waris ada yang memanipulasi harta peninggalan tersebut. Sengketa perselisihan pembagian waris ini bisa membawa dampak buruk bagi ahli waris yang ditinggalkan, karena berebut harta waris hubungan kekeluargaan di antara ahli waris ini bisa rusak atau memutuskan hubungan kekeluargaan di antara ahli waris. Maka dari itu masalah waris ini tidak bisa dianggap remeh. Allah telah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 7 yang artinya :.Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibubapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwa Allah telah memberikan bagian sendiri-sendiri kepada setiap laki-laki dan perempuan dari harta peninggalan orang tuanya maupun kerabatnya. Selain itu juga Hadist Riwayat Al Jama ah kecuali Muslim dan Nasai, mengajarkan bahwa :..Orang muslim tidak berhak waris atas harta orang kafir dan orang kafir tidak berhak atas harta orang muslim. 5 Menurut Effendi Perangain hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para ahli warisnya. 6 Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 171 ayat (a) dijelaskan bahwa yang di maksud dengan hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pemindahan hak kepemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan 5 Ahmad Azhar Basyir, 2001, Hukum Waris Islam, Yogyakarta : UII Perss, Hal.8 6 Efendi Perangin, 2011, Hukum Waris, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, Hal. 3

5 siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagian masingmasingnya. 7 Pembagian warisan dalam agama islam merupakan suatu kemestian (infaq ijbary). Penetapan dan pembagian warisan yang telah tercantum dalam Al-Qur an tidak boleh ditolak oleh ahli waris yang berhak menerimanya, sebelum dilakukan pembagian warisan. Salah satu proses penegak hukum adalah melalui badan peradilan yang merupakan sarana/wadah yang berfungsi untuk menyelesaikan persoalan hukum yang timbul dalam kehidupan manusia baik perseorangan maupun kelompok. Para penegak hukum khususnya para Hakim dalam menerapkan hukum tersebut, tentu berpijak pada hukum yang berlaku dan tidak meninggalkan asas hukum, mengingat asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum. Dalam bahasa Inggris, kata asas diformatkan sebagai Principle sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, asas diartikan dalam tiga pengertian, pertama yaitu dasar yakni sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat, kedua yaitu dasar cita-cita, dan yang ketiga yaitu hukum dasar. 8 Aturan tentang waris tersebut ditetapkan oleh Allah melalui firman-nya yang terdapat dalam Al-qur an, terutama Surah An-Nissa ayat 7,8,11,12 dan 176, pada dasarnya ketentuan Allah yang berkenaan dengan warisan telah jelas maksud, arah dan tujuannya. Hal-hal yang memerlukan penjelasan, baik 7 Amin Husein Nasution, 2012, Hukum Kewarisan, Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada, Hal.35 8 Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Jakarta : Balai Pustaka, Hal.60

6 yang sifatnya menegaskan ataupun merinci, telah disampaikan oleh Rasullullah SAW melalui Hadistnya. Namum demikian penerapannya masih menimbulkan wacana pemikiran dan pembahasan dikalangan para pakar hukum islam yang kemudian dirumuskan dalam ajaran yang bersifat normatif. Aturan tersebut yang kemudian diabadikan dalam lembaran kitab fiqh serta menjadi pedoman bagi umat muslim dalam menyelesaikan permasalahan tentang kewarisan. 9 Timbulnya kebutuhan untuk mengetahui kejelasan ketentuan hukum kewarisan tersebut tidak harus menunggu karena adanya sengketa diperkara waris, tetapi seyogyanya karena ingin agar dapat melaksanakan ketentuan hukum Islam, mengingat sebagian besar bangsa Indonesia adalah penganut agama Islam. Hukum kewarisan Islam telah merombak secara mendasar sistem kewarisan yang berlaku pada masa sebelum Islam yang pada pokoknya tidak memberikan hak kewarisan kepada wanita dan anak-anak. Dengan demikian, hukum kewarisan islam telah meletakkan suatu dasar keadilan hukum yang sesuai denagn hak asasi dan martabat manusia. Berkaitan dengan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat hal tersebut sebagai bahan menyusun skripsi yang diberi judul TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN WARISAN OLEH PENGADILAN AGAMA SURAKARTA. 9 Moh.Muhibbin & Abdul Wahid, 2009/2011, Hukum Kewarisan Islam,Jakarta : Sinar Grafika, Hal.2

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas yang dapat dijadikan rumusan masalah dalam menyusun skripsi ini adalah: 1. Faktor apa saja yang mendorong terjadi sengketa warisan antara penggugat dan tergugat dalam putusan No : 0016/Pdt.G/2009/PA.Ska dipengadilan Agama Surakarta? 2. Bagaimana tinjauan hakim Pengadilan Agama Surakarta dalam memutus perkara warisan No : 0016/Pdt.G/2009/PA.Ska? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Suatu tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas dan singkat, karena hal ini yang akan dapat memberikan arah pada penelitian yang dilakukan. 10 Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini yaitu: a. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendorong terjadi sengketa warisan antara penggugat dan tergugat dalam putusan No: 0016/Pdt.G/2009/PA.Ska di Pengadilan Agama Surakarta b. Untuk memperoleh gambaran tinjauan hakim Pengadilan Agama Surakarta dalam memutus perkara warisan No : 0016Pdt.G/2009/PA.Ska. 10 Bambang sugono. 1997. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Hal 11.

8 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi si penulis sendiri, tetapi juga memberikan manfaat bagi orang lain yang membaca penelitian ini. Adapun manfaat ini meliputi : a. Manfaat Secara Teoritis Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan ilmu hukum terkait dengan warisan. Dan dapat memberikan sumbangan khasanah terhadap ilmu umum lainnya sehingga menambah wawasan bagi masyarakat mengenai perkara warisan b. Manfaat Secara Praktis Sebagai wacana baru, sekaligus memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkara warisan menurut hukum Islam. D. Kerangka Pemikiran Islam sebagai agama yang universal telah mengajarkan dan mengatur berbagai macam peraturan termasuk di dalamnya tentang tata cara pemilikan harta. Harta menurut pandangan hukum Islam, mempunyai fungsi dan nilai yang tinggi dalam kehidupan manusia, karena harta disamping sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, harta juga diperlukan manusia untuk bekal hidup di akhirat yang direalisasikan dalam bentuk amal shaleh. Agama Islam telah menetapkan aturan kewarisan dengan sebaikbaiknya dan seadil-adilnya. Prinsip-prinsip hukum kewarisan Islam yang

9 diambil dari satu-satunya sumber tertinggi yaitu Al-Qur an dan Al-Sunnah sebagai pelengkap dalam penjabaran Al-Qur an adalah hasil-hasil ijtihad atau upaya para kualifikasi hukum Islam, telah menetapkan ketentuan-ketentuan untuk menyelesaikan pembagian harta warisan secara jelas dan terperinci sehingga tidak mungkin untuk memilih interpretasi lain. Peradilan Agama adalah proses pemberian keadilan berdasarkan hukum islam kepada orang islam yang mencari keadilan di Pengadilan Agama dan Peradilan Tinggi Agama, dalam sistem Peradilan Nasional di Indonesia. 11 Peradilan Agama yang merupakan salah satu dari Peradilan Khusus yang mengatur tentang Perdata Islam diharapkan mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dilingkungannya. Peraturan hukum yang mengatur tentang Waris akan dijadikan pijakan dalam menganalisis yaitu: 1. Kompilasi Hukum Islam 2. Undang-Undang No 3 tahun 2006 jo Undang-Undang No 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama 3. Undang-Undang No.4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman 11 Zainudin Ali, 2006, Hukum Islam, Pengantar Hukum Islam, Jakarta: Sinar Grafika, Hal.92

10 E. Metode penelitian Penelitian adalah suatu metode ilmiah yang dilakukan melalui penyelidikan dengan seksama dan lengkap terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh mengenai suatu permasalahan tertentu sehingga dapat diperoleh melalui suatu permasalahan itu. Sedangkan metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya 12. Adapun metodemetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi : 1. Metode pendekatan Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doctrinal yang bersifat Normatif 13, yakni data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan pada hukum yang berlaku di Indonesia berupa undang-undang yang berhubungan dengan skripsi ini yang berdasarkan pada Hukum Islam dari Al-Qur an, Hadist, dan pandangan Para Ulama. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan jenis penelitian untuk menemukan hukum in-concreto, karena dalam penelitian ini memeliki tujuan untuk mengetahui/menguji apakah yang menjadi norma hukumnya dari suatu peristiwa konkret tertentu 12 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: FakultasHukum UMS, Hal.1 13 Kelik Wardiono, 2005. Metodologi penelitian hukum (Pendekatan Doktrinal), Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, Hal. 6.

11 artinya untuk menguji sesuai tidaknya peristiwa konkrit yang diteliti dengan norma/yurisprudensi/doktrin yang ada. 14 Penelitian ini merupakan lapangan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan berupa data yang berwujud kasus-kasus. 15 1. Lokasi Penelitian Dalam hal ini penyusun melakukan penelitian di Pengadilan Agama Surakarta guna mengkaji putusan perkara warisan di Pengadilan Agama Surakarta. 2. Jenis Data Dalam melakukan penelitian ini jenis data yang digunakan oleh penulis yaitu : a. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama yang diteliti dipengadilan Agama Surakarta. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh oleh sipenulis yang terdiri dari : 1) Bahan hukum primer yang meliputi : a) Al-Qur an b) Hadist c) Kompilasi Hukum Islam 14 Ibid, hal. 27. 15 Rianto Adi, 2004, Metodelogi social dan Hukum, Jakarta : Granit, Hal. 47

12 d) Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 jo Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama 2) Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang terdiri dari literatureliteratur dan hasil karya ilmiah para sarjana serta hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai perkara warisan. 3. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data skunder, yang dilakukan dengan cara mencari, menginvestarisasikan, mencatat, mempelajari dan mengutip data yang diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan objek yang diteliti. b. Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul dan telah diolah akan dibahas dengan menggunakan kualitatif dimaksudkan sebagai analistis data yang bertitik tolak pada usaha-usaha pemuan asas-asas hukum dan informasi masing-masing data. 16 Dengan demikian akan diketahui masalah dan pemecahan masalah tersebut, serta hasil dari penelitian dan hasil akhir dari penelitian yang berupa kesimpulan. c. Wawancara Metode ini dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada beberapa pegawai di Pengadilan Agama atau pihak terkait yang mengetahui mengenai warisan. 16 Ibid, hal. 116

13 F. Sistematika Skripsi Skripsi ini terdiri dari empat bab yang disusun secara sistematis. Untuk mempermudah dalam melakukan analisis, pembahasan serta penjabaran dari penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis menyusun sistematika penulisannya sebagai berikut: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Kerangka Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Skripsi. BAB II Tinjauan Pustaka A. Pengertian Hukum Waris B. Rukun dan Syarat Kewarisan C. Dasar dan Sumber kewarisan Islam D. Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam E. Sebab-Sebab Pewarisan Dalam Islam F. Penghalang Pewarisan/Hilangnya Hak Waris-Mewarisi G. Ahli Waris dan Bagiannya

14 BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Faktor-faktor yang mendorong terjadi sengketa warisan antara penggugat dan tergugat dalam Putusan No: 0016/Pdt.G/2009/PA.Ska di Pengadilan Agama Surakarta. 2. Tinjauan hakim Pengadilan Agama Surakarta dalam memutus perkara warisan No : 0016/Pdt.G/2009/PA.Ska. B. Pembahasan 1. Faktor-faktor yang mendorong terjadi sengketa warisan antara penggugat dan tergugat dalam Putusan No: 0016/Pdt.G/2009/PA.Ska di Pengadilan Agama Surakarta. 2. Tinjauan hakim Pengadilan Agama Surakarta dalam memutus perkara warisan No : 0016/Pdt.G/2009/PA.Ska. BAB IV Penutup A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN