BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

BAB II KAJIAN TEORI. A. Efektivitas Pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII A SMP N 15 YOGYAKARTA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk mata pelajaran matematika. Bagi siswa matematika masih dianggap suatu

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh: BIVIKA PURNAMI A

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang ada untuk pembentukan kepribadian yang utuh, memiliki rasa

SUATU MODEL DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat untuk perkembangan teknologi modern. Tidak hanya sebagai penghubung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pendapat (Sabandar, 2010: 168) bahwa matematika adalah sebagai human

BAB II KAJIAN TEORITIK. Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) bahwa

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang. kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Setiap orang berhak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koneksi Matematika Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang berarti hubungan atau kaitan. Kemampuan koneksi matematika dapat diartikan sebagai kemampuan menghubungkan atau mengaitkan matematika. Koneksi matematis (mathematical Connection) (Utari: 2010) merupakan salah satu dari lima jenis kemampuan berfikir tingkat tinggi matematik yaitu :a). Pemahaman matematika (mathematical understanding).b). Pemecahan masalah matematik (mathematical problem solving).c). Penalaran matematik (mathematical reasoning).d). Koneksi matematik (mathematical conection).e). Komunikasi matematik (mathematical communication). Menurut NCTM (1989) ada dua tipe umum koneksi matematika yaitu modeling connection dan mathematical conections. Modeling connection merupakan hubungan antar situasi dengan masalah yang muncul didunia nyata atau dalam disiplin ilmu yang lain dengan representasi matematikanya. Sedangkan mathematical conections adalah hubungan antara dua representasi ekuivalen dan antara proses penyelesaiannya dari masing-masing representasi. Koneksi matematika juga memfasilitasi siswa untuk tidak hanya mengetahui kemampuan matematika tetapi juga dapat menghitung, mengetahui simbolsimbol matematika, prosedur matematika, sebagai alat hitung dan melalui cara 7

8 ini siswa akan dapat lebih mengetahui prosedur pengerjaan matematika (Lappan,2002). Menurut (Lappan,2002) proses pembelajaran matematika memiliki sebelas kunci salah satunya adalah connecting mathematical yang dideskripsikan sebagai berikut : Identifying ways in which problems, situations, and mathematical ideas are interrelated and applying knowladge gained in solving one problem to other problems. Dideskripsikan bahwa connecting mathematical yaitu suatu kegiatan pembelajaran dimana siswa dapat mendefinisikan bagaimana cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan sehari-hari, situasi-situasi, dan ide matematika yang saling berhubungan kedalam bentuk model matematika. Serta siswa dapat menerapkan pengetahuan yang didapatkan untuk menyelesaikan satu masalah ke masalah yang lain, sehingga siswa akan lebih mengetahui mengenai prosedur dalam pengerjaan matematika. Menurut Heruman (2007) pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Karena dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Siswa akan lebih bisa mempelajari materi yang sedang dipelajarinya jika siswa tersebut sudah mengetahui konsep konsep yang ada dalam materi tersebut. Terkadang sebagian siswa tidak bisa menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan itu diterapkan untuk

9 menyelesaikan masalah dalam situasi yang berbeda, baik untuk mengerjakan soal soal maupun menerapkan konsep dalam kehidupan sehari hari. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang itu, karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut (Herman,1999). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah salah satu komponen kemampuan berfikir tingkat tinggi melalui kegiatan yang meliputi mendefinisikan bagaimana cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan sehari-hari, situasi-situasi, dan ide-ide matematika yang saling berhubungan kedalam bentuk model matematika. Serta siswa dapat menerapkan pengetahuan yang didapatkan untuk menyelesaikan satu masalah ke masalah yang lain sehingga siswa lebih mengetahui mengenai prosedur dalam pengerjaan matematika. Kemampuan koneksi matematika dapat dimunculkan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) (2000), kegiatan yang tergolong kemampuan koneksi matematika yaitu: a) Mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika.b) Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu

10 keutuhan koheren.c) Mengenali dan menerapkan matematika dalam kontekkonteks di luar matematika. Menurut Utari (2003) kegiatan yang tergolong koneksi matematika yaitu : a). mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, b). Memahami hubungan antar topik matematika.c). Menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari.d). Memahami representasi ekuivalen suatu konsep.e). Mencari hubungan suatu prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen.f). Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antar topik matematika dengan topik diluar matematika. Berdasarkan kajian teori di atas, secara umum terdapat indikator indikator untuk pengukuran koneksi matematika siswa, yaitu : a) koneksi antar topik matematika. Adanya aspek koneksi antar topik matematika akan membantu siswa menghubungkan konsep-konsep matematika untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematika, artinya bahwa pelajaran matematikayang tersebar kedalam topic-topik aljabar, pengukuran dan geometri, peluang dan statistika, dalam pembelajarannya akan dikaitkan satu sama lainnya. b) koneksi dengan disiplin ilmu lain Koneksi matematika dengan dengan pelajaran yang lain. c) koneksi dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari. Koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari.

11 B. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration, Evaluation ) Pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis. Model pembelajaran siklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Scien Curriculum Improvement Study/SCIS (Trowbridge & Bybee, 1996). Siklus pembelajaran pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis pada mulanya terdiri dari 3 fase, fase-fase tersebut adalah eksplorasi (exploration), pengenalan konsep ( concept introduction), dan penerapan konsep ( concept introduction), dan penerapan konsep (concept application) (Wena,2009:171). Kemudian Learning Cycle 3 fase dikembangkan menjadi Learning Cycle 5 fase oleh Lorsbach. Pada Learning Cycle 3 fase ditambahkan fase engagement sebelum fase exploration dan pada fase terakhir ditambahkan fase evaluation. Fase concept introduction dan concept application pada Learning Cycle 3 fase, masing-masing dalam Learning Cycle 5E fase disebut explanation dan elaboration. Sehingga Learning Cycle 5 fase lebih dikenal dengan Learning Cycle 5E yang terdiri atas: 1. Fase Engagement ( Pembangkitan Minat ) Fase engagement yaitu fase dimana siswa dan guru akan saling memberikan informasi dan pengalaman tentang pertanyaanpertanyaan awal tadi, memberi tahu siswa tentang ide dan rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase

12 ini dapat dilakukan dengan melakukan demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melibatkan siswa secara aktif dalam suatu aktifitas yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar. Disamping itu kegiatan pada fase ini memungkinkan siswa untuk menyadari konsep yang telah dimilikinya. 2. Fase Exploration ( Eksplorasi ) Fase exploration yaitu fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalamannya langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya. Pada tahap eksplorasi, siswa diberikan kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara berdiskusi, melakukan pengamatan, dan kegiatan lainnya yang hasilnya akan menjadi dasar pengembangan konsep tertentu. 3. Fase Explanation ( Penjelasan ) Fase explanation yaitu fase yang didalamnya berisi ajakan siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka dapatkan ketika fase exploration. Dari definisi dan konsep

13 yang telah ada kemudian nantinya akan didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi formal. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban atau gagasan yang diungkapkan siswa. Selain itu, guru mengenalkan istilah-istilah, penjelasan, pengkontrasan, mengusulkan alternative pemecahan, atau memperbaiki miskonsepsi siswa. Siswa dengan bimbingan guru mengorganisasikan datanya untuk menemukan keteraturan atau hubungan antar konsep. 4. Fase Elaboration ( Perluasan ) Fase elaboratiom yaitu fase yang bertujuan untuk mengembangkan apa yang siswa telah peroleh pada fase exploration sekaligus membawa siswa untuk membuat keputusan sekaligus menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan sehingga menghasilkan istilah-istilah, konsep-konsep, dan definisi-definisi umum. Siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari pada situasi baru, baik memahami konsep lebih jauh atau dalam konteks kehidupan sehari-hari. Guru membantu menginterpretasikan dan menggeneralisasi hasil pengalaman siswa. Siswa memperoleh penguatan dan pengembangan struktur mental yang baru.

14 5. Fase Evaluation ( Evaluasi ) Fase evaluation yaitu fase untuk menilai dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Guru dapat mengevaluasi tingkat pemikiran siswa untuk melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya melalui laporan diskusi mengenai suatu topik. Selain itu, pada fase ini dapat dilakukan berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru diharapkan secara terus-menerus mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilannya untuk menilai tingkat pengetahuan dan kemampuannya. Pada fase ini, dilakukan pengoreksian bersama terhadap hasil pekerjaan siswa yang telah dikerjakan siswa pada fase elaboration. Pengoreksian hasil pekerjaan siswa dilakukan agar siswa melakukan evaluasi diri dan menganalisis kekurangan/kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Guru bersama siswa juga melakukan pengambilan kesimpulan untuk kompetensi yang telah dipelajari. Dilihat dari dimensi guru atau pengajar penerapan model pembelajaran Learning Cycle ini dapat memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan, ditinjau dari dimensi siswa, penerapan model ini memberi keuntungan sebagai berikut (Ngalimun,2013): a. Meningkatkan motivasi hasil belajar karena dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

15 b. Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa, karena dengan model pembelajaran ini siswa juga diajak berfikir secara ilmiah melalui diskusi. c. Pembelajaran menjadi lebih bermakna, karena dengan model pembelajaran ini siswa dan guru bersama-sama aktif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. d. Membiasakan siswa berfikir dengan menganalisis beberapa pendapat dan akhirnya menemukan suatu solusi terbaik, sehingga siswa dapat menguasai pelajaran secara tuntas. Adapun kekurangan penerapan model pembelajaran ini yang adalah sebagai berikut (Ngalimun,2013): 1 Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran,sehingga guru sangat dituntut menguasai model pembelajaran ini. 2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. 3 Memerlukan pengolahan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru harus bisa mengolah kondisi siswa didalam kelas sehingga waktu KBM tetap kondusif. 4 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

16 Tabel II.1 Sintaks model Pembelajaran Learning Cycle 5E No Tahapan Pembelajaran 1 Engagement (pembangkit an minat ) 2 Exploration (eksplorasi) 3 Explaination ( penjelasan) 4 Elaboration ( elaborasi ) 5 Evaluation ( evaluasi ) Kegiatan Guru Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa Membentuk kelompok,memberikan kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil secara mandiri. Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri Guru mengingatkan siswa pada penjelasan alternatif dan menguatkan penguasaan materi pada situasi baru.memberi tindak lanjut kepada siswa Mengamati pengetahuan siswa dalam hal penerapan konsep baru. Melaksanakan penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan Siswa Mengembangkan minat/rasa ingin tahu terhadap topik bahasan Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok. Siswa berdiskusi dalam kelompok masingmasing kemudian memberikan penjelasan terhadap konsep yang ditemukan. Menerapkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru dan mengaplikasikan dalam soal. Mengevaluasi belajarnya sendiri lewat tes, lembar kerja siswa atau soal yang diberikan guru. C. Pokok Bahasan SPLDV Sesuai dengan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Pokok bahasan SPLDV diajarkan dikelas VIII SMP Semester 1. Pokok bahasan SPLDV meliputi : Standar Kompetensi :

17 Memahami sistem persamaan linier dua variable dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : - Menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel. - Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. - Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel dan penafsirannya. Indikator : - Menyebutkan perbedaan PLDV dan SPLDV. - Mengenal SPLDV dalam berbagai bentuk dan variabel. - Menentukan himpunan penyelesaian SPLDV dengan subsitusi dan eliminasi. - Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan sistem persamaan linier dua variabel. - Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persaman linier dua variabel dan penafsirannya.

18 D. Kerangka Berfikir Dari landasan teori diatas,kerangka berfikir penelitian ini yaitu : Kondisi Siswa dalam proses KBM : 1. siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal terkait menuliskan masalah kehidupan sehari-hari kedalam bentuk model matematika. 2. Siswa juga masih kesulitan dalam menghubungkan antar obyek dan konsep dalam matematika. 3. siswa juga masih kesulitan dalam menentukan rumus apa yang akan dipakai jika dihadapkan pada soal-soal yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari Kemampuan koneksi matematika siswa masih rendah. Diberikan perlakuan pembelajaran Learning Cycle 5E, adapun langkah-langkahnya yaitu : 1. Fase Engagement Pada fase ini koneksi siswa dibangkitkan dengan memprediksi fenomena yang akan terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan mengkoneksikan masalah tersebut dengan matematika 2. Fase Exploration Koneksi siswa dimunculkan dengan melakukan pengujian prediksi dari fase engagement dengan bekerjasama mendiskusikan tentang kaitan antar topik matematika dengan teman kelompok. 3. Fase Explaination Koneksi matematika dimunculkan dengan siswa menjelaskan konsep yang telah didapatkan baik hal kaitan antar topic matematika dan juga penyelesaian dengan menggunakan matematika. 4. Fase Elaboration Dimunculkan pada saat pemberian soal kemampuan koneksi, dan menungkinkan untuk siswa mengkaitkan konsep yang telah diketahui untuk menyelesaikannya. 5. Fase Evaluation Pengoreksian hasil pekerjaan siswa dilakukan agar siswa melakukan evaluasi diri dan menganalisis kekurangan/kelebihan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya perlakuan dengan menngunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E diharapkan kemampuan koneksi matematika siswa meningkat

19 Dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, guru akan menemukan berbagai masalah, baik permasalahan siswa, metodologis, akademis maupun nonakademis lainnya. Dilihat dari perilaku belajar siswa, juga akan ditemui berbagai permasalahan. Misalnya ada siswa yang lambat memahami isi pembelajaran, ada siswa yang tidak bisa bekerja secara kelompok, ada siswa yang tidak mampu membuat suatu kesimpulan terhadap permasalahan dan berbagai permasalahan lainnya. Berdasarkan hasil observasi di kelas VIII G SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto melalui wawancara dan pengamatan, baik terhadap siswa maupun guru mata pelajaran matematika bahwa permasalahan yang ditemukan adalah kemampuan koneksi matematis siswa masih sangat rendah. Dimana siswa masih belum bisa menuliskan masalah kehidupan sehari-hari kedalam bentuk model matematika, siswa juga masih bingung dalam menentukan rumus yang digunakan dalam menjawab soal, dan siswa masih belum dapat memahami hubungan antara konsep dan prosedur dalam menjawab soal. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki terobosan baru yaitu melalui model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini sehingga kemampuan koneksi siswa dapat meningkat. Salah satu alternatif yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan koneksi siswa diantaranya adalah dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E (engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation ). Model pembelajaran Learning Cycle 5E memiliki beberapa fase yaitu : 1) Fase engagement.2) Fase exploration.3) Fase

20 explanation.4) Fase elaboration.5) Fase evaluation. Pada fase engagement siswa dapat mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika, pada fase exploration siswa akan dapat memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari jawaban satu sama lain untuk menghasilkan keutuhan koheren. Pada fase elaboration siswa dapat mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks-konteks diluar matematika. Pada konteks ekternal matematika ini berkaitan dengan hubungan matematika dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mampu mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan sehari-hari kedalam model matematika. Keuntungan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E (engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation) secara berkelompok adalah siswa akan merasa lebih senang, tertarik, serta antusias dalam mengikuti pembelajaran. Disamping itu dengan diterapkannya model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan ada peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa melalui model pembelajaran Learning Cycle 5E.