JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MGMP PKN SMA KABUPATEN KULONPROGO, 14 MEI 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN KURIKULUM

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

KOMPETENSI DASAR. Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

No membangun kurikulum pendidikan; penting dan mendesak untuk disempurnakan. Selain itu, ide, prinsip dan norma yang terkait dengan kurikulum

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR

BAB II STRUKTUR KURIKULUM

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

KOMPETENSI DASAR. Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

Perbandingan Kurikulum (2004 (KBK), 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013)

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rambu-rambu Pengisian Mapel untuk SMA KTSP

URGENSITAS PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) DALAM MENINGKATKAN KESADARAN KEBANGSAAN (Sebuah Tinjauan Pada Kurikulum 2013)

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

Kurikulum 2013 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Sosialisasi Kurikulum 2013 oleh Wakil Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan

Doc. Abdi Madrasah (

Struktur Kurikulum 2013 MI

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KURIKULUM Prof. Hamid Hasan. Tim Pengembang Kurikulum 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

ANALISIS KETERKAITAN KI - KD DENGAN IPK DAN MATERI PEMBELAJARAN

KURIKULUM

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

Pendidikan Kewarganegaraan (IPB 105) TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KURIKULUM PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN : Dari Politik Rezim ke Politik Negara untuk Membangun Warga Negara Ideal 1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM SMA PATRA MANDIRI 1 PLAJU

MODEL LEADER CLASS SMA MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN CILACAP. Oleh : Duki Iskandar

Seputar Kurikulum 2013 NUR ALAM

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

2016, No Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dan kognitif yang diperlukan, tetapi menekankan perkembangan karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

1. STANDAR ISI. 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

Perspektif Politik Kebijakan Pendidikan Nasional di Indonesia 1

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun Loi em noi cho tinh chung ta, nhu doan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN

LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PKN SD

ANALISIS PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH. Farida Nurhasanah Surakarta 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. kelas dan ruang serbaguna yang memiliki luas 324 m 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

PARADIGMA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM KURIKULUM 2013

Alokasi Waktu. Sumber Belajar

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN dalam. SAMSURI Universitas Negeri Yogyakarta

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

41. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar

Transkripsi:

SAMSURI E-mail: samsuri@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MGMP PKN SMA KABUPATEN KULONPROGO, 14 MEI 2013

Pencapaian tujuan pembentukan warga negara yang baik dalam sistem pendidikan nasional kental dipengaruhi oleh suasana politik. Tiap-tiap rezim politik memiliki iktikad untuk mengaktualisasikan Pancasila dalam segenap kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila rentan ditafsirkan untuk kepentingan masingmasing periode rezim. Kegelisahan umum terhadap kajian Pancasila yang terbatas dalam standar isi (2006) mata pelajaran PKn.

Standar Isi PKn (2006) dinilai Kering dengan kajian Pancasila. Pancasila salah satu dari delapan materi pokok PKn Kondisi saat ini (kenakalan remaja, korupsi) menyalahkan ketiadaan NILAI-NILAI MORAL PANCASILA MODEL P4 dalam PKn sekarang. Pembelajaran PKn masih hapalan dan kesulitan menerjemahkan SK dan KD (temuan di beberapa forum seperti PLPG SD Rayon 111 UNY).

Negara-negara Asia ditandai oleh modernitas ganda yang memberikan kekayaan dan konteks yang komplek bagi perkembangan pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan Asia lebih ditandai oleh konsepsi-konsepsi kebajikan moral dan nilai-nilai personal daripada nilai-nilai publik dan kewargaan. Masyarkat kewargaan (civil society) disusun secara berbeda di Barat dan di negara-negara Asia, namun tak pernah dapat memainkan peran penting. Negara-bangsa menjalankan peran yang sama antara di negara-negara Asia dan Barat berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan. Ada semacam ketegangan antara pendidikan kewarganegaraan, mata-mata pelajaran sekolah, dan kurikulum akademik. Para guru menjadi pemain penting ketika ia hadir untuk mengimplementasikan pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Organisasi kesiswaan dalam menanggapi pendidikan kewarganegaraan perlu dilakukan dalam menentukan pertimbangan (Kennedy & Fairbrother dalam Samsuri, 2012: 50).

Sektor PRIMER PRINSIP PENGORGANISASIAN WAJIB atau PILIHAN SEKUNDER MATA PELAJARAN TUNGGAL/ WAJIB (Civics/Civic Education/ Citizenship Education) TERINTEGRASI DENGAN MATA PELAJARAN LAIN (MISAL: SEJARAH, GEOGRAFI, SOCIAL STUDIES) TERINTEGRASI LINTAS MATA PELAJARAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER (Kennedy, 2009:8; Kerr, 1999:15)

SEBELUM ORDE BARU SELAMA ORDE BARU KEWARGANEGARAAN (1957), CIVICS (1961) KEWARGAAN NEGARA (1962) PENDIDIKAN KEWARGAAN NEGARA (1968) PENDIDIKAN MORAL PANCASILA, (1973, 1975, 1984) PENDIDIKAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA, PENDIDIKAN PENDAHULUAN BELA NEGARA, PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (1994), PENDIDIKAN P4 DERIVASI PENDIDIKAN PANCASILA MASYARAKAT SOSIALIS INDONESIA PANCASILA MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA BERMORAL PANCASILA P4 sbg deskriptor Civic Virtues SETELAH ORDE BARU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (KBK 2004, STANDAR ISI 2006) PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (VERSI RANCANGAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013) PANCASILA PANCASILA dan PILAR-PILAR KEBANGSAAN

Pola Pikir KBK 2004 Kerangka Pola Kerja Pikir Penyusunan KTSP 2006 KTSP 2006 TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL KERANGKA DASAR KURIKULUM (Filosofis, Yuridis, Konseptual) STRUKTUR KURIKULUM STANDAR ISI (SKL MAPEL, SK MAPEL, KD MAPEL) STANDAR PROSES RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Oleh Satuan Pendidikan Pola Pikir Kurikulum 2013 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PEDOMAN SILABUS PEMBELAJARAN & PENILAIAN STANDAR PENILAIAN BUKU TEKS SISWA (Sumber: Kemdikbud, 2013)

Pola Pikir KBK 2004 dan KTSP 2006 Kerah Saku Lengan Kiri Lengan Kanan Muka Kiri Belakang Muka Kanan (Sumber: Kemdikbud, 2013)

Pola Pikir Kurikulum 2013 Kemeja Lengan Panjang Warna Biru Ukuran M (Bahu: 38 cm; Dada: 92 cm; Pinggang 86 cm; Panjang 83 cm; Lengan 58 cm) saku kerah Lengan Kiri Muka Kiri 38 cm 92 cm 86 cm Belakang 83 cm Muka Kanan 58 cm Lengan Kanan (Sumber: Kemdikbud, 2013) 10

Pembagian peran Pemerintah dan Satuan Pendidikan/Guru dalam Kurikulum dan Efektivitas Waktu Pembelajaran Peran Guru/Satdik Alokasi waktu persiapan silabus dan review buku Efektivitas waktu pembelajaran Efektivitas waktu pembelajaran Alokasi waktu guru untuk persiapan silabus dan review buku ajar KTSP 2006 KBK 2004 Kurikulum 2013 (Sumber: Kemdikbud, 2013) Peran Pemerintah... Kurikulum 2013 memberikan kesempatan yang lebih besar bagi guru/satuan pendidikan untuk 11

Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum Elemen Ukuran Tata kelola KTSP 2006 Kurikulum 2013 Kewenangan Hampir mutlak Terbatas Kompetensi Harus tinggi Sebaiknya tinggi. Bagi yang rendah masih terbantu dengan adanya buku Guru Beban Berat Ringan Efektivitas waktu untuk kegiatan pembelajaran Rendah [banyak waktu untuk persiapan] Tinggi Peran penerbit Besar Kecil Buku Variasi materi dan proses Tinggi Rendah Variasi harga/beban siswa Tinggi Rendah Siswa Hasil pembelajaran Tergantung sepenuhnya pada guru Tidak sepenuhnya tergantung guru, tetapi juga buku yang disediakan pemerintah Titik Penyimpangan Banyak Sedikit Pemantauan Besar Penyimpangan Tinggi Rendah Pengawasan Sulit, hampir tidak mungkin Mudah (Sumber: Kemdikbud, 2013) 12

Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum Proses Peran KTSP 2006 Kurikulum 2013 Penyusunan Silabus Guru Hampir mutlak [dibatasi hanya oleh SK-KD] Pemerintah Hanya sampai SK-KD Mutlak Pengembangan dari yang sudah disiapkan Pemerintah Daerah Supervisi penyusunan Supervisi pelaksanaan Penerbit Kuat Lemah Penyediaan Buku Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Guru Hampir mutlak Kecil, untuk buku pengayaan Pemerintah Kecil, untuk kelayakan penggunaan di sekolah Mutlak untuk buku teks, kecil untuk buku pengayaan Guru Hampir mutlak Kecil, untuk pengembangan dari yang ada pada buku teks Pemerintah Daerah Supervisi penyusunan dan pemantauan Supervisi pelaksanaan dan pemantauan Guru Mutlak Hampir mutlak Pemerintah Daerah Pemantauan kesesuaian dengan rencana [variatif] Pemantauan kesesuaian dengan buku teks [terkendali] Penjaminan Mutu (Sumber: Kemdikbud, 2013) Pemerintah Sulit, karena variasi terlalu besar Mudah, karena mengarah pada pedoman yang sama 13

Langkah Penguatan Tata Kelola Menyiapkan buku pegangan pembelajaran yang terdiri dari: Buku pegangan siswa Buku pegangan guru Menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Memperkuat peran pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah dalam pelaksanaan pembelajaran. (Sumber: Kemdikbud, 2013) 14

Kompetensi Inti terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Memuat konten /topik materi pelajaran, dan Kompetensi yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan yang bersumber kepada Kompetensi inti (1) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelompok Mata Pelajaran Wajib, (2) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, (3) Kelompok Inti dan Kompetensi Dasar Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, dan Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa.dan Budaya

Kompetensi Inti meliputi: 1. sikap keagamaan (kompetensi inti 1), 2. sikap sosial (kompetensi inti 2), 3. pengetahuan (kompetensi inti 3), dan 4. penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).

Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Wajib Kelompok A Mata Plajaran Kelas X XI XII 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2 3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 Matematika 4 4 4 5 Sejarah Indonesia 2 2 2 6 Bahasa Inggris 2 2 2 Kelompok B 7 Seni Budaya (termasuk muatan lokal) 2 2 2 8 Prakarya dan Kewirausahaan (termasuk muatan lokal) 2 2 2 9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan (termasuk muatan lokal) 3 3 3 Jumlah jam pelajaran Kelompok Wajib 24 24 24 Kelompok Peminatan Matapelajaran peminatan akademik (untuk SMA) 18 20 20 Matapelajaran peminatan akademik dan vokasi (untuk SMK) (Sumber: Kemdikbud, 2013) 26 26 26 18 18

Struktur Kurikulum Peminatan SMA MATA PELAJARAN Kelas X XI XII Kelompok A dan B (Wajib) 24 24 24 Peminatan Matematika dan IPA I 1 Matematika 3 4 4 2 Biologi 3 4 4 3 Fisika 3 4 4 4 Kimia 3 4 4 Peminatan Sosial II 1 Geografi 3 4 4 2 Sejarah 3 4 4 3 Sosiologi & Antropologi 3 4 4 4 Ekonomi 3 4 4 Peminatan Bahasa III 1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4 2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4 3 Bahasa dan Sastra Asing lainnya 3 4 4 4 Antropologi 3 4 4 Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman Pilihan Pendalaman Minat atau Lintas Minat 6 4 4 Jumlah Jam Pelajaran Yang Tersedia per minggu 60 72 72 Jumlah Jam Pelajaran Yang harus Ditempuh per minggu 42 44 44 (Sumber: Kemdikbud, 2013) 19

BELAJAR DARI MASA LAMPAU UNTUK MEMBANGUN WARGA NEGARA HANDAL DI MASA KINI DAN MASA DEPAN SEBUAH PESAN BIJAK: WARGA NEGARA YANG BAIK TIDAK DILAHIRKAN, TAPI DICIPTAKAN DIBENTUK MELALUI PENDIDIKAN

GBHN Tujuan Pendidikan Nasional Formulasi Pendidikan Pancasila 1973 untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-pancasila dan untuk membentuk Manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, dapat kurikulum di semua tingkat pendidikan mulai dari Taman Kanakkanak (Tap MPR RI mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh No. IV/MPR/ tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang sampai Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta harus berisikan Pendidikan Moral Pancasila dan unsur-unsur yang cukup untuk 1973) luhur, mencintai Bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945. meneruskan Jiwa dan Nilai-nilai 1945 kepada Generasi Muda. 1978 (Tap MPR RI No. IV/MPR/ 1978) 1983 (Tap MPR RI No. II/MPR/ 1983) 1988 (Tap MPR RI No. II/MPR/ 1988) 1993 (Tap MPR RI No. II/MPR/ 1993) 1998 (Tap MPR RI No. II/MPR/ 1998) untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperku.at kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada Tanah Air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif. mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi ke masa depan. menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan masyarakat terus ditingkatkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju. untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi ke masa depan. menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan masyarakat terus ditingkatkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju. Pendidikan Pancasila termasuk Pendidikan Moral Pancasila dan unsurunsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa dan nilainilai 1945 kepada generasi muda dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai universitas, baik negeri maupun swasta. Pendidikan Pancasila termasuk pendidikan pelakasanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), Pendidikan Moral Pancasila dan unsur-unsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda harus makin ditingkatkan dalam kurikulum sekolah-sekolah dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, dan di lingkungan masyarakat. Pendidikan Pancasila termasuk pendidikan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), Pendidikan Moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa serta unsur-unsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan khususnya nilai-nilai1945 kepada generasi muda, dilanjutkan dan makin ditingkatkan di semua jenis dan jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. pendidikan Pancasila termasuk pendidikan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), pendidikan moral Pancasila, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan sejarah perjuangan bangsa serta unsurunsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai kejuangan, khususnya nilai 1945, dilanjutkan dan ditingkatkan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan termasuk prasekolah. Pendidikan Pancasila termasuk pendidikan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), pendidikan moral Pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan dilanjutkan dan ditingkatkan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan termasuk prasekolah sehingga terbentuk watak bangsa yang kukuh.

Kompetensi Inti (sama untuk semua mata pelajaran?) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. RUANG LINGKUP MATERI 1. PANCASILA 2. UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 3. NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 4. BHINNEKA TUNGGAL IKA

KINI KE DEPAN: memperkokoh identitas nasional (Pancasila) dan tanggung jawab publik kewargaan untuk mencapai tujuan nasional sbgm dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 POLITIK NEGARA KINI dan SEKARANG: KEHARUSAN POLITIK REZIM untuk MENGAKTUALISASIKAN nilai-nilai dasar Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Keutuhan Karakter WNI

Pancasila sebagai dasar negara tidak direduksi dalam berbagai kebijakan (pendidikan) nasional. Meski berganti nomenklatur PKn menjadi PPKn atau apapun namanya, Pancasila tetap harus menjadi great ought pembentukan warga negara yang handal bagi bangsa dan negaranya. Memperkokoh identitas kebangsaan dan tanggung jawab kewargaan ke dalam sebagai warga negara Indonesia. Memperkuat peran dan kemampuan keluar sebagai tanggung jawab menjadi anggota warga dunia.

Objektivikasi Pancasila dalam pembelajaran PPKn tidak sekadar mengkaji dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila sebagai kebenaran sejarah, tetapi menjadikan Pancasila yang fungsional dan bermakna dalam kehidupan seharihari. Penataan PKn menjadi PPKn dalam Kurikulum Nasional jangan sekadar membubuhkan pilar-pilar kebangsaan, namun seyogianya berbasis kepentingan politik negara sebagaimana dimaksud dalam cita dan tujuan bernegara di Pembukaan UUD 1945, bukannya semata-mata bergantung kepada kepentingan politik rezim kekinian. Perlunya objektivikasi Pancasila dalam pengembangan kajian PPKn sebagai bentuk usulan penataan PKn sekarang, dengan mengubah orientasi mitos dan ideologis ke orientasi ilmu (Kuntowijoyo, 1996).

- Penjabaran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar - Sumber Belajar Buku Pegangan Guru, Buku Pegangan Siswa, Buku Babon - Dokumen Kurikulum Profesionalisme Guru, Kultur Sekolah, Birokrasi Pendidikan, Politik Pendidikan Nasional

Terimakasih