PROFIL BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNCP YANG BERKEMAMPUAN LOGIKA TINGGI DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN ENDED

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Yaitu sumber daya yang dapat bersaing dan. menetapkan keputusan dengan daya nalar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN. Abstrak

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

STUDI KUALITATIF GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA INTISARI

Profil Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan Gaya Berpikirnya dalam Memecahkan Masalah Fisika di Universitas Negeri Makassar

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN- ENDED PADA MATERI PECAHAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP BERDASARKAN LANGKAH POLYA

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi Inti ke-2 yaitu melatih diri bersikap konsisten, rasa ingin tahu, bersifat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, salah satu tujuan dari pendidikan agama Islam yaitu untuk menanamkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

OLEH : ANISATUL HIDAYATI NPM: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

DESKRIPSI TRAJEKTORI BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LITERASI MATEMATIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi

Hubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

Pengaruh Model Pembelajaran Take and Give terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta didik

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

Disusun untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh YULIANA ISMAWATI JURNAL

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya, baik pada dimensi intelektual moral maupun

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PERINCIANNYA. Sub Kemampuan. Memfokuskan pertanyaan. Menganalisis argumen

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model

Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VIII SMP NEGERI 22 SURABAYA

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

BAB II. Tinjauan Pustaka

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri. Dimyati (2006:8) mengemukakan secara umum dikatakan bahwa pendidikan

BAB II KAJIAN TEORITIK. Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan)

BAB II KAJIAN TEORITIK

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan selama ini

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa.

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bidang studi matematika secara garis besar memiliki dua arah

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

PROFIL BERPIKIR SISWA SMA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN CHOLERIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

PROFIL KEMAMPUAN KOMUNIKASI VISUAL-VERBAL DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA SMAN 17 MAKASSAR

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

P 1 Proses Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar (SD) Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Pemecahan Masalah Matematika Terbuka

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

ANALISIS KESULITAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA MODERN MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena- fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

KECENDERUNGAN SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 ROWOKELE DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sejak peradaban manusia bermula, memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

PROSIDING ISSN:

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PROFIL BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNCP YANG BERKEMAMPUAN LOGIKA TINGGI DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN ENDED Sukmawati 1 Universitas Cokroaminoto Palopo 1 sukmawati.math@yahoo.com 1 Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan berpikir kritis mahasiswa yang berkemampuan logika tinggi dalam pemecahan masalah open ended. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama yang dipandu oleh tugas pemecahan masalah open ended dan pedoman wawancara yang valid dan reliabel. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berbasis tugas pemecahan masalah. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester IV yang terdiri dari dua orang subjek berkemampuan logika tinggi. Hasil penelitian menunjukkan profil berpikir kritis mahasiswa yang berkemampuan logika tinggi dalam pemecahan masalah open ended, yaitu: dalam hal 1) Memberikan penjekasan sederhana, pada tahap memahami masalah subjek (ST) cenderung melakukan berpikir induktif jenis analogi, tahap merencanakan penyelesaian subjek (ST) cenderung melakukan berpikir induktif jenis generalisasi, tahap melakukan rencana penyelesaian subjek (ST) cenderung melakukan berpikir induktif jenis generalisasi dan deduktif jenis silogisme. 2) Menyimpulkan, pada tahap memahami masalah dan merencanakan penyelesaian subjek (ST) cenderung menyimpulkan secara induktif, tahap melakukan rencana penyelesaian subjek (ST) cenderung menyimpulkan secara induktif dan deduktif. 3) Strategi dan taktik, pada tahap memahami masalah subjek (ST) tidak menggunakan strategi dan taktik, tahap merencanakan penyelesaian dan melakukan rencana penyelesaian subjek (ST) memutuskan suatu tindakan mencari strategi dan taktik yang akan dilakukan kemudian menemukan pola mengenai konsep awal yang digunakan dalam memecahkan masalah tersebut. Pada tahap melihat kembali subjek (ST) hanya menggunakan kemampuan prosedural dalam membayangkan apa yang telah dituliskan. Kata Kunci: Profil berpikir kritis, kemampuan logika, induktif, deduktif 1. Pendahuluan Matematika berperan penting dalam membentuk keterampilan berpikir kritis, logis, kreatif dan mampu bekerjasama. Pembelajaran di kelas harus mempertimbangkan kemampuan berpikir matematis siswa sebagai tujuan hasil belajar. Visi 2025 Kemendiknas sebagaimana disebutkan secara eksplisit menyatakan bahwa berpikir kritis adalah salah satu kata kunci yang harus terwujud dalam visi tersebut. Berpikir kritis merupakan suatu proses dimana mahasiswa dituntut untuk mempresentasikan dan mengevaluasi informasi untuk membentuk sebuah penilaian berdasarkan kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya. Cara yang ditempuh supaya mahasiswa dapat berpikir kritis dimana pendidik memberikan suatu masalah yang mencakup kehidupan konkret kemudian memberikan kesempatan bagi mahasiswa (peserta didik) mengemukakan pendapatnya. Halaman 461 dari 896

Sukmawati Mahasiswa berkemampuan tinggi memiliki keadaan awal lebih baik daripada mahasiswa berkemampuan awal rendah. Hal ini menyebabkan mahasiswa berkemampuan tinggi memiliki rasa percaya diri yang lebih dibandingkan dengan mahasiswa yang berkemampuan rendah. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik harus dimiliki sebagai standar yang harus dikembangkan. Namun kenyataannya kemampuan berpikir kritis mahasiswa khususnya di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Cokroaminoto masih dirasakan sangat kurang, hal ini disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan masih terfokus pada hasil, sementara aspek-aspek pengembangan kemampuan berpikir mahasiswa tidak dikembangkan. Hal lain yang ditemukan, terkadang siswa yang mempunyai kemampuan matematis yang tinggi terkadang tidak mampu menyelesaikan persoalan yang non rutin. Ini disebabkan kebiasaan mahasiswa dalam memecahkan masalah yang terfokus pada solusi yang tunggal, sehingga ketika diberikan permasalahan yang bersifat non rutin, mahasiswa tidak mampu mengkonstruk pemahamannya tersebut. Selain itu, berdasarkan hasil observasi awal penulis bahwa terdapat beberapa mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika yang memiliki kemampuan awal yang tinggi. Mahasiswa tersebut lebih aktif, lebih mampu berkomunikasi dan memiliki rasa percaya diri, serta mampu memahami soal yang diberikan. Sehingga dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kritis yang akan dikaji adalah kemampuan mahasiswa yang tergolong tinggi dan mempunyai konsep awal trigonometri yang baik. Masalah open-ended diyakini lebih mendorong dan memotivasi berpikir matematika secara lebih bermakna untuk berpikir lebih kritis, terbuka dan mampu bekerja sama dan berkompeten dalam pemecahan masalah dan berkomunikasi secara logis dan argumentatif. Hal ini yang mendukung peneliti menjadikan masalah open ended sebagai wahana dalam mengkaji profil berpikir kritis mahasiswa dengan memberikan masalah non-rutin, sehingga membutuhkan pemikiran dalam pemecahannya, bukan sekadar mengingat kembali soal yang telah dikerjakan sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang profil berpikir kritis mahasiswa program studi pendidikan matematika FKIP Halaman 462 dari 896

Profil Berpikir Kritis Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNCP Universitas Cokroaminoto Palopo yang berkemampuan logika tinggi dalam pemecahan masalah open ended a. Masalah Matematika Cooney (dalam Ramdhani, 2012) menyampaikan bahwa adalah suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui mahasiswa. Menurut polya (dalam Nuraeni, 2011) masalah terbagi menjadi dua: a. Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkret, termasuk teka-teki. b. Masalah membuktikan adalah untuk menunjukkan pertanyaan itu benar atau salah, tidak keduanya. b. Pemecahan Masalah Krulik dan Rudnik (dalam Alimuddin, 2012) mendefinisikan pemecahan masalah adalah suatu usaha individu menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahamannya untuk menemukan solusi dari suatu masalah. Dengan demikian, pemecahan masalah matematika adalah usaha individu menggunakan konsep-konsep, sifat-sifat, prinsip-prinsip, teorema-teorema, dan dalil-dalil matematika untuk menemukan solusi dari masalah matematika. Polya (1973) mengembangkan model, prosedur, atau heuristic pemecahan masalah yang terdiri atas tahapan-tahapan pemecahan masalah, yaitu (1) memahami masalah (understanding the problem); (2) membuat rencana penyelesaian (devising a plan); (3) melaksanakan rencana pemecahan masalah (carrying out the plan); dan (4) menelaah kembali (looking back). Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan di atas, pemecahan masalah dalam penelitian ini sebagai usaha mahasiswa secara sadar dalam mencari solusi dari masalah trigonometri yang diberikan. c. Masalah Opend-Ended Menurut Takahashi (2006), soal terbuka (open-ended) adalah soal yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian. Sedangkan Syaban (Mahmudi, 2008), dipandang dari strategi bagaimana materi pelajaran disampaikan, pada prinsipnya pembelajaran dengan memanfaatkan soal terbuka dapat dipandang sebagai pembelajaran berbasis masalah, yaitu suatu pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada peserta didik. Halaman 463 dari 896

Sukmawati Aspek keterbukaan dalam soal terbuka dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yaitu: (1) terbuka proses penyelesaiannya, yakni soal itu memiliki beragam cara penyelesaian, (2) terbuka hasil akhirnya, yakni soal itu memiliki banyak jawaban yang benar dan (3) terbuka pengembangan lanjutannya, yakni ketika peserta didik telah menyelesaikan suatu masalah, selanjutnya mereka dapat mengembangkan soal baru dengan mengubah syarat atau kondisi pada soal yang telah diselesaikan. d. Berpikir Menurut Solso (Alimuddin, 2012) mendefinisikan berpikir sebagai proses yang membentuk representasi mental baru (original) melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas dan kecerdasan. Aktivitas berpikir yang terarah atau berpikir untuk memecahkan masalah dianggap sebagai jenis berpikir yang paling tinggi. Pemikiran akan terarah, apabila kita merencanakan apa tindakan yang akan dilakukan. Pemecahan masalah akan terjadi manakala secara nyata ditemukan hal yang dirasakan mengganggu, baik secara fisik maupun mental. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dalam penelitian ini berpikir diartikan sebagai aktivitas mental yang dilakukan seseorang dalam mengolah informasi yang masuk dalam pikirannya kemudian mentransformasikan dalam wujud keputusan perilaku. e. Proses Berpikir Kritis Menurut Purwanto (Zulmaulida, 2012) berpikir merupakan daya yang paling utama. Kemampuan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya sangat tergantung pada kemampuan berpikirnya. Selama berpikir manusia mengkaji dan mengolah berbagai gagasan, konsep, pengalaman dan peristiwa yang dialamainya agar sampai pada suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut diharapkan dapat mengantarkannya pada kebenaran. Ennis juga memberikan definisi berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus diyakini dan dilakukan. Berdasarkan definisi tersebut indikator berpikir kritis dapat dibagi menjadi: Halaman 464 dari 896

Profil Berpikir Kritis Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNCP Berpikir Kritis Sub Berpikir Kritis Penjelasan 1. Memfokuskan a. Mengidentifikasi atau pertanyaan merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi kriteria-kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang 1. Elementary Clarification (Memberikan penjelasan sederhana) 2. Menyimpulkan (inference) 2. Menganalisis Argumen 1. Menyimpulkan secara deduktif dan mempertimbangkan hasilnya 2. Menyimpulkan secara induktif dan mempertimbangkan hasilnya 1. Memutuskan suatu tindakan mungkin a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi alasan (sebab) yang dinyatakan (eksplisit) c. Mengidentifikasi alasan (sebab) yang tidak dinyatakan (implisit) d. Mengidentifikasi ketidakrelevanan dan kerelevanan e. Mencari persamaan dan perbedaan f. Mencari struktur dari suatu argument g. Merangkum a. Kelompok yang logis b. Kondisi yang logis c. Interpretasi pertanyaan a. Membuat generalisasi b. Membuat kesimpulan dan hipotesis 3. Strategi dan taktik a. Mendefinisikan (strategies and masalah tactics) b. Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi c. Merumuskan alternatif yang memungkinkan d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan secara tentative e. Mereview f. Memonitor implementasi Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka proses berpikir kritis diartikan sebagai tahapan/rangkaian aktivitas mental/pikiran individu yang terjadi dalam Halaman 465 dari 896

Sukmawati mengambil keputusan yang menuju suatu kesimpulan dengan dilandasi bukti-bukti, sumber-sumber informasi yang valid, serta penjelasan yang masuk akal dengan indikator: (1) memberikan penjelasan sederhana; (2) menarik kesimpulan;(3) strategi dan taktik. f. Kemampuan Logika Kemampuan berpikir secara logika sangat erat hubungannnya dengan kemampuan logika, berpikir yang dimaksudkan adalah bentuk aktivitas mental mahasiswa melalui bernalar. Chairhany (Jatri, 2013) berpendapat bahwa kemampuan berpikir secara logika merupakan suatu proses mental dengan menggunakan seperangkat pernyataan untuk menyokong pertanyaan yang lain karena logika merupakan proses verbal sadar. Menurut Akhadiah (dalam Jalaluddin, 2013) mengungkapkan bahwa jika penalaran lebih mengacu pada proses dan alur berpikir, maka logika lebih kepada produk pemikiran itu sendiri, logika mengkaji kriteria untuk menentukan kebenaran pernyataan atau argumen. Jadi dalam penelitian ini, kemampuan logika yang akan dikaji adalah proses penarikan kesimpulan baik secara induktif maupun secara deduktif yang dijadikan acuan dalam melihat profil berpikir kritis mahasiswa dalam memecahkan masalah open-ended. Kemampuan logika adalah kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa yang mencakup: negasi suatu pernyataan, pernyataan berkuantor, pernyataan majemuk, dan penarikan kesimpulan. Skor kemampuan logika diukur melalui tes pilihan ganda. 2. Metode Penelitian a. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Adapun lokasi penelitian yaitu Universitas Cokroaminoto Palopo. b. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah Mahasiswa semester IV telah mengikuti serangkaian materi trigonometri pada proses perkuliahan semester sebelumnya. Jumlah mahasiswa yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah sebanyak dua orang. c. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kemampuan Berpikir Logika, Pedoman Wawancara, dan Tugas Pemecahan Masalah Matematika Open-Ended. d. Teknik Pengumpulan Data Halaman 466 dari 896

Profil Berpikir Kritis Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNCP Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tugas pemecahan masalah open ended, observasi dan wawancara. e. Teknik Analisis Data Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2006) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.dalam analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: reduksi data, penyajian data, keabsahan data, menarik kesimpulan. 3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Profil Berpikir Kritis Subjek Berkemampuan Logika Tinggi (ST) dalam Pemecahan Masalah Open-Ended a. Subjek pertama: 1) tahap memahami masalah yaitu melakukan berpikir induktif jenis analogi. Indikator berpikir kritis subjek berkemampuan logika tinggi yang terlihat pada tahap ini adalah elementary clarification (memberikan penjelasan sederhana) yakni memfokuskan pertanyaan. 2) tahap merencanakan penyelesaian yaitu melakukan berpikir induktif jenis generalisasi. Indikator berpikir yang terlihat pada tahap ini adalah menyimpulkan (inference) yakni menyimpulkan secara induktif dan mempertimbangkan hasilnya, serta strategi dan taktik (strategies and tactics). 3) tahap melakukan rencana penyelesaian yaitu melakukan berpikir secara deduktif jenis silogisme dan induktif jenis generalisasi. Indikator berpikir kritis yang terlihat pada tahap melakukan rencana penyelesaian adalah menyimpulkan (inferences) baik secara deduktif maupun induktif, dan strategi dan taktik (strategies dan tactics). 4) tahap melihat kembali yaitu tidak melakukan berpikir, tetapi hanya menggunakan kemampuan prosedural dalam membayangkan apa yang telah dituliskan. b. Subjek kedua: 1) tahap memahami masalah yaitu melakukan berpikir induktif jenis analogi. Indikator berpikir kritis subjek berkemampuan logika tinggi (ST) 2 yang terlihat pada tahap ini adalah elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) yakni Memfokuskan pertanyaan dan menganalisis argument, serta menyimpulkan (Inference) yakni menyimpulkan secara induktif dan mempertimbangkan hasilnya. 2) tahap merencanakan penyelesaian yaitu melakukan berpikir induktif jenis generalisasi. Indikator berpikir kritis subjek berkemampuan logika tinggi (ST) 2 yang terlihat pada tahap ini adalah elementary Clarification (Memberikan Penjelasan Sederhana) yakni Memfokuskan Halaman 467 dari 896

Sukmawati pertanyaan dan menganalisis argument, serta Menyimpulakn (Inference) menyimpulkan secara induktif dan mempertimbangkan hasilnya. 3) tahap melakukan rencana penyelesaian yaitu melakukan berpikir deduktif jenis silogisme dan induktif jenis generalisasi. Indikator berpikir kritis yang terlihat pada tahap ini adalah Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) yakni menganalisis argumen, serta Menyimpulkan (Inference) menyimpulkan secara induktif dan deduktif. 4) tahap memeriksa kembali yaitu tidak melakukan berpikir, tetapi hanya menggunakan kemampuan prosedural dalam memeriksan kembali apa yang telah dituliskan. 4. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan Profil Berpikir Kritis Subjek Berkemampuan Logika Tinggi (ST) dalam Pemecahan Masalah Open Ended dalam hal: 1) Memberikan penjekasan sederhana, pada tahap memahami masalah subjek (ST) cenderung melakukan berpikir induktif jenis analogi, tahap merencanakan penyelesaian subjek (ST) cenderung melakukan berpikir induktif jenis generalisasi, tahap melakukan rencana penyelesaian subjek (ST) cenderung melakukan berpikir induktif jenis generalisasi dan deduktif jenis silogisme. 2) Menyimpulkan, pada tahap memahami masalah dan merencanakan penyelesaian subjek (ST) cenderung menyimpulkan secara induktif, tahap melakukan rencana penyelesaian subjek (ST) cenderung menyimpulkan secara induktif dan deduktif. 3) Strategi dan taktik, pada tahap memahami masalah subjek (ST) tidak menggunakan strategi dan taktik, tahap merencanakan penyelesaian dan melakukan rencana penyelesaian subjek (ST) memutuskan suatu tindakan mencari strategi dan taktik yang akan dilakukan kemudian menemukan pola mengenai konsep awal yang digunakan dalam memecahkan masalah tersebut. Pada tahap melihat kembali subjek (ST) hanya menggunakan kemampuan prosedural dalam membayangkan apa yang telah dituliskan. b. Saran 1. Bagi mahasiswa diharapkan mampu memecahkan masalah open-ended khususnya pada materi trigonometri dengan menggunakan kemampuan berpikirnya dan solusi penyelesaian dalam memecahkan masalah open-ended melalui kemampuan prosedural dan manipulasi matematika. 2. Bagi dosen diharapkan mampu memberikan pengajaran yang membuat mahasiswa tidak hanya menghapal rumus-rumus khususnya trigonometri, Halaman 468 dari 896

Profil Berpikir Kritis Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNCP melainkan mampu memikirkan konsep-konsep trigonometri dengan menyajikan soal-soal open-ended yang mengungkapkan berpikir kritis setiap mahasiswa. Daftar Pustaka [1] Alimuddin. 2012. Proses Berpikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Gender. Disertasi. Tidak Diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya [2] Ennis. 1993. Critical Thinking Assessment. Journal Volume 32 number 3. College of Education Ohio State University [3] Jalahuddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Rajawali Pers: Jakarta [4] Jatri, Fauzan. 2013. Penerapan Problem Possing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis Siswa. Disertasi. Tidak Diterbitkan. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Jakarta [5] Nuraeni, 2011. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah SPLDV Berdasarkan Gaya Kognitif Siswa MTs Muallimin Makassar. Tesis Tidak Diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNM [6] Polya, George. 1973. How To Solve It (2 nd Ed). Priceton: Priceton Univercity Press [7] Ramdhani, Sendi. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Possing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Tesis. Tidak Diterbitkan. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Jakarta [8] Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta [9] Takahashi, Akihiko. 2006. Communication as Process for Students to Learn Mathematical. Online. Tersedia: http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec2014/papers/pdf/14.akihiho_ Takahashi_USA.pdf. [diakses pada 31 mei 2014] [10] Zulmaulida, Rahmy. 2012. Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Proses Berpikir Reflektif terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis. Tesis. Tidak Diterbitkan. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Jakarta Halaman 469 dari 896