BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA 3.1. Alasan Pemilihan Tema Tema yang ditetapkan dalam Perancangan dan Pengembangan Kawasan Museum Ciliwung Jakarta adalah Memory at Place. Tema ini dipilih sebagai solusi atas upaya pelestarian terhadap Sungai Ciliwung. Karena itu, si arsitek ingin melibatkan upaya pelestarian pada kawasan museum yang akan dirancang dan dikembangkan dengan cara menghidupkan kembali hal-hal yang pernah ada di sepanjang Sungai Ciliwung, baik perancangan fisik (hardware) maupun non fisik (software), dengan menciptakan suasana pada masa lalu namun disesuaikan dengan kondisi saat ini berdasarkan bentuk dan fungsinya. (lihat Gambar 3.1) KONDISI CILIWUNG MASA LALU Jernih Bening Bersih Tidak berbau MASA KONDISI LALU CILIWUNG SAAT INI Kotor Hitam pekat Berbau Beracun Sampah Perlu adanya upaya yang mendukung pelestarian Sungai Ciliwung. BAGAIMANA KONDISI CILIWUNG MASA MENDATANG???? MEMORY AT PLACE Gambar 3.1 Elaborasi Tema 3.2. Deskripsi Tema Memory at Place mengacu pada dua point dalam teori pelestarian, yaitu Geographic Setting and Historic Setting. Geographic Setting (The Javanese Perceptions of Landscape 2010: 19-28) adalah pengaturan lokasi/area terhadap suatu 20
cagar alam yang memiliki nilai sejarah pada masa lampau, dalam hal ini Sungai Ciliwung yang masuk dalam koleksi in-situ pada Museum Ciliwung. Sedangkan Historic Setting (The Javanese Perceptions of Landscape 2010: 28-33) adalah pengaturan suasana/kondisi yang pernah ada suatu cagar alam yang memiliki nilai sejarah pada masa lampau, dalam konteks ini ialah upaya menghidupkan kembali suasana/kondisi yang pernah ada baik itu kondisi air Sungai Ciliwung maupun aktivitas di sekitar Sungai Ciliwung yang pernah ada. Pada dasarnya, Memory at Place merupakan bagian dalam konteks pelestarian, khususnya terhadap Sungai Ciliwung, namun terdapat unsur revitalisasi 12 atau pengembangan dalam konsep perancangan pada Kawasan Museum Ciliwung. Karena pada substansinya, tujuan dari Perancangan dan Pengembangan Kawasan Museum Ciliwung ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Jakarta dan sekitarnya terhadap upaya pelestarian dan pemanfaatan Sungai Ciliwung melalui pendekatan terhadap sejarah sungai itu sendiri. Jadi, tidak harus terpaku dengan desain bangunan, ruang luar, dan menciptakan kondisi sungai seperti kondisi pada masa lampau, tetapi lebih disesuaikan dengan kondisi masa kini. 3.3. Studi Banding mengenai Sungai Cheonggyecheon di Seoul, Korea Selatan Di Kota Seoul terdapat sebuah sungai yang bernama Cheonggyecheon, dimana dulunya merupakan sungai yang tercemar dan sangat kumuh di Seoul, sekitar 5 tahun lalu. Sungai ini, dulunya adalah tempat berkumpulnya warga setelah Perang Korea tahun 1950-1953 dan menjadi tempat bagi pendatang baru guna mengadu nasib di Seoul. (lihat Gambar 3.2) Gambar 3.2 Kondisi Sungai Cheonggyecheon, 5 tahun lalu 12 Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat penting (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya: 6). 21
Namun, sekarang sungai ini berubah menjadi salah satu tempat wisata terkemuka di Seoul sekaligus tempat melepas bersantai bagi warga Seoul dan para wisatawan yang ingin menikmati indahnya suasana sungai ini tanpa mengeluarkan biaya. (lihat Gambar 3.3) Gambar 3.3 Kondisi Sungai Cheonggyecheon, saat ini menjadi Aktivitas Publik dan menjadi daya tarik wisatawan mancanegara Dan tahun 2003, pemerintah kota Seoul, membuat konsep untuk mendesain kota yang ramah lingkungan dengan membuat tempat-tempat tinggal untuk penduduk di bantaran sungai dan mulai melakukan renovasi 13 serta revitalisasi sungai Cheonggyecheon, walaupun awalnya warga disana berkeberatan untuk pindah ke apartemen-apartemen murah yang disediakan oleh pemerintah kota. Sekarang sungai ini menawarkan suatu keindahan arsitektur kota yang menjadikan kota Seoul merupakan salah satu kota terindah di asia, membuat warga dan wisatawan kota Seoul merasakan keajaiban kehidupan sungai di tengah kota. Beberapa titik di sepanjang sungai ini, dijadikan tempat untuk memancing ikan, arena bermain air, aktivitas pejalan kaki, tempat untuk duduk dan bersantai, hingga berbagai festival yang diadakan oleh pemerintah setempat. (lihat Gambar 3.4 s/d Gambar 3.8) Gambar 3.4 Aktivitas memancing Gambar 3.5 Aktivitas bermain air 13 Renovasi adalah perbaikan Aset Tetap yang rusak atau mengganti yang baik dengan maksud meningkatkan kualitas atau kapasitas. Sumber diperoleh dari http://dzaky-syaifulbloggerdzaky.blogspot.com/2009/02/penger tian-rehabilitasi-renovasi-dan_25.html. 22
Gambar 3.6 Aktivitas pejalan kaki Gambar 3.7 Tempat bersantai Gambar 3.8 Tempat menyelenggarakan festival Untuk malam hari, special lighting memegang peranan penting. Tata lampu yang artistik membuat sungai ini sangat indah dan bisa menyihir masyarakat dengan dibuat dancing fountain, yaitu air mancur menari dangan musik tradisional sampai disco. (lihat Gambar 3.9 dan Gambar 3.10) Gambar 3.9 Special lighting di malam hari Gambar 3.10 Detail lampu disco Kini, sungai ini menjadi simbol, bukan hanya simbol modernisasi saja tetapi simbol ramah lingkungan. Dan ternyata, kelahiran kembali sungai ini dapat menurunkan tingkat polusi udara dan kian menyejukkan udara di tengah kota. Kini Sungai Cheonggyecheon menjadi kebanggaan warga dan pemerintah Kota Seoul. 23
Sumber diperoleh dari http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/07/05/sungaicheonggyecheon-seoul-simbol-%e2%80%98modernisasi%e2%80%99-dan-%e2% 80%98green-living%E2%80%99/ dan http://www.vdshared.com/wisata-a-kuliner/45- perjalanan/146-perjalanan-sungai-cheonggyecheon-dari-kumuh-menjadi-modern. html. 3.4. Kesimpulan Studi Banding Dari studi banding yang telah diuraikan pada sub judul sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan, sebagai berikut: Upaya pelestarian sungai dapat dilakukan dengan merancang ruang luar sebagai aktivitas publik, di sepanjang sungai, yang disesuaikan dengan aktivitas masyarakat perkotaan saat ini. Desain dan detail arsitektur pada perancangan ruang luar menggunakan bahan dan teknologi yang menyesuaikan dengan kondisi sekarang sehingga menarik perhatian pengunjung. Tidak semua perancangan ruang luar diterapkan di sepanjang sungai, ada beberapa lokasi di sepanjang sungai yang kondisi lingkungannya tetap dilestarikan seperti kondisi aslinya, sehingga keasriannya tetap terjaga. 24