I. PENDAHULUAN. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional yang turut. maupun tidak langsung. Tujuan pembangunan nasional khususnya pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur

I. PENDAHULUAN. berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia. merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kepadanya dengan baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dipahami dengan cara yang berbeda-beda, tetapi secara umum

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. yang adil, makmur dan sejahtera. Salah satu strateginya adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

III. METODELOGI PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kegiatannya berlandaskan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dikategorikan sebagai provinsi yang sedang berkembang.

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah

PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 32,26 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 15,00 RIBU TON, DAN BAWANG MERAH SEBESAR 943 TON

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR APRIL 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 57,97% DAN AKOMODASI LAINNYA 41,87%

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BABl PENDAHULUAN. Proses pembangunan Indonesia mempunyai sifat dan cita-cita khas yang

BAB1 PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan dimasa global saat ini banyak: menghadapi

BPS PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN. juga bisa membantu membuka lapangan pekerjaan. Di Indonesia, koperasi

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim. pengembangan dan pemberdayaan Koperasi yang memiliki peran strategis

Perkembangan harga Pangan Tingkat Pedagang Eceran

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan dari pembangunan terdahulu, yaitu pembangunan nasional yang

Koperasi 1

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 42,95% DAN AKOMODASI LAINNYA 36,06%

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

Fikri Syahputra NPM

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

Koperasi. By :

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Posisi dan letak kepulauan Indonesia bersifat archipelagickarena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26%

BAB IV GAMBARAN UMUM

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97%

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

URAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional yang turut membangun perekonomian di negara Indonesia. Koperasi berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan nasional di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan pembangunan nasional khususnya pada pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai kemakmuran masyarakat. Ketentuan dasar dalam melaksanakan kegiatan ini diatur oleh Undang Undang Dasar tahun 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi, Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi sebagai usaha bersama yang memiliki asas kekeluargaan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan golongan ekonomi lemah agar mampu bersaing dalam perekonomian Indonesia. Lembaga ini didukung dengan adanya Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Undang undang tersebut menjelaskan bahwa koperasi memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi, karena bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pemberdayaan koperasi berkelanjutan yang didasarkan pada komitmen untuk mengembangkan ekonomi rakyat diharapkan dapat mendukung pertumbuhan

2 ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat. Koperasi menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan sehingga diharapkan mampu mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, serta sejahtera. Kondisi tersebut akan sulit terwujud apabila masyarakat masih hidup dalam kemiskinan dan tingkat pengangguran yang tinggi, serta adanya ketimpangan ekonomi dan ketimpangan penguasaan sumberdaya produktif di masyarakat (Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2007). Ketaren (2007) menyatakan bahwa peranan koperasi dalam perekonomian secara makro adalah meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat dan lingkungan, pemahaman yang mendalam terhadap asas, prinsip, dan tata kerja koperasi, meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan, meningkatkan pemerataan keadilan, dan meningkatkan kesempatan kerja. Fungsi dan peran koperasi menurut Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 Pasal 4 tentang Perkoperasian adalah membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya, berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat, memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perkonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya, berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

3 Provinsi Lampung mempunyai banyak koperasi. Jumlah koperasi mengalami peningkatan dari tahun 2010 2014. Peningkatan jumlah koperasi di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Peningkatan jumlah koperasi di Provinsi Lampung tahun 2010 2014 Tahun Jumlah (unit) Δ (%) Aktif (unit) Koperasi (unit) Δ (%) Tidak Aktif (unit) Δ (%) 2010 3.403 1.996 1.407 2011 3.727 9,52 2.249 12,68 1.478 5,05 2012 3.727 0 2.249 0 1.478 0 2013 4.619 23,93 2.875 27,83 1.744 17,99 2014 4.698 1,71 2.888 0,45 1.810 3,78 Rata rata 8,79 10,24 6,71 Sumber: Kementerian Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan, 2014 Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam periode lima tahun terakhir jumlah koperasi mengalami peningkatan yang signifikan. Tahun 2014 jumlah koperasi di Provinsi Lampung adalah 4.698 unit, terbagi menjadi koperasi yang aktif sebanyak 2.888 unit dan koperasi yang tidak aktif sebanyak 1.810 unit. Rata rata persentase peningkatan jumlah koperasi dari tahun 2010 2014 sebesar 8,79 persen. Peningkatan jumlah koperasi aktif rata-rata (10,24 persen) lebih banyak daripada koperasi tidak aktif (6,71 persen) Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian & Perdagangan Provinsi Lampung dan Kota Bandar Lampung melakukan penilaian koperasi berprestasi setiap tahunnya. Salah satu kriteria yang dinilai adalah bagaimana koperasi dapat memberikan manfaat terhadap masyarakat. Penyebaran koperasi di Provinsi Lampung tahun 2014 disajikan pada Tabel 2.

4 Tabel 2. Sebaran koperasi di Provinsi Lampung tahun 2014 No Kota/Kabupaten Koperasi (unit) Jumlah Aktif Tidak Aktif 1 Bandar Lampung 717 515 202 2 Way Kanan 689 541 148 3 Lampung Tengah 588 343 245 4 Lampung Timur 507 306 201 5 Lampung Selatan 406 165 241 6 Lampung Utara 317 133 184 7 Tanggamus 261 175 86 8 Metro 188 124 64 9 Pesawaran 174 109 65 10 Pringsewu 159 72 87 11 Tulang Bawang 156 106 50 12 Lampung Barat 139 50 89 13 Mesuji 108 84 24 14 Tulang Bawang Barat 106 74 32 15 Pesisir Barat 70 35 35 16 Provinsi 113 56 57 Jumlah 4.698 2.888 1.810 Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, 2014 Tabel 2 menunjukkan bahwa Kota Bandar Lampung menempati urutan pertama dengan jumlah koperasi terbanyak, yaitu sebanyak 717 unit. Jumlah koperasi aktif di Kota Bandar Lampung menempati urutan kedua setelah Kabupaten Way Kanan, yaitu sebanyak 515 unit. Jumlah koperasi tidak aktif di Kota Bandar Lampung yaitu sebanyak 202 unit, menempati urutan ke tiga setelah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Selatan. Koperasi memiliki syarat agar dapat dikategorikan sebagai koperasi aktif, salah satunya adalah harus melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT). RAT bagi sebuah koperasi merupakan hal yang mutlak harus dilaksanakan, karena RAT merupakan ciri utama dalam menggerakkan koperasi. Selain itu, RAT juga merupakan implementasi dan semangat yang harus hidup dalam koperasi, yaitu asas kekeluargaan. RAT penting dalam pengembangan

5 koperasi ke arah yang lebih baik. Data perkembangan jumlah koperasi di Kota Bandar Lampung disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan jumlah koperasi di Kota Bandar Lampung tahun 2010 2014 No. Uraian Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Ratarata (unit) Δ (%) 1 Jumlah koperasi 679 699 711 717 723 705,8 1,5857 2 Jumlah koperasi 477 496 509 515 521 503,6 2,2370 aktif 3 Jumlah koperasi 202 203 202 202 202 202,2 0,0006 tidak aktif 4 Jumlah koperasi 409 456 476 497 509 469,4 5,6759 wajib RAT 5 Jumlah koperasi 102 98 92 82 81 91-5,5333 RAT Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung, 2014 Berdasarkan Tabel 3, rata rata jumlah koperasi di Kota Bandar Lampung adalah 705,8 unit. Jumlah koperasi aktif rata-ratanya sebesar 503,6 unit, sedangkan jumlah koperasi tidak aktif sebesar 202,2 unit atau sekitar 28,6483 persen dari rata-rata jumlah koperasi di Kota Bandar Lampung. Persentase koperasi yang tidak aktif menunjukkan angka yang cukup tinggi. Salah satu penyebab koperasi dinyatakan tidak aktif adalah pengadaan RAT. Jumlah koperasi yang wajib melaksanakan RAT meningkat dari tahun 2010 2014 dengan rata rata peningkatan sebesar 5,6759 persen. Jumlah peningkatan koperasi yang wajib melaksanakan RAT salah satunya disebabkan oleh bertambahnya jumlah koperasi yang ada di Kota Bandar Lampung. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan perkembangan jumlah koperasi yang mengadakan RAT dari tahun 2010 2014. Jumlah

6 koperasi yang telah melaksanakan RAT mengalami penurunan dari tahun 2010 2014 yaitu dengan persentase penurunan sebesar 5,5333 persen. Penurunan jumlah koperasi yang mengadakan RAT dari tahun ke tahun menunjukkan adanya masalah pada koperasi khususnya pada manfaat koperasi bagi anggota (manfaat ekonomi dan manfaat non ekonomi/kepuasan) dan partisipasi anggota koperasi. Manfaat koperasi yang diterima anggota akan berdampak pada partisipasi anggota dan akan menyebabkan aktif atau tidak aktifnya koperasi yang bersangkutan. Partisipasi anggota dalam demokrasi ekonomi koperasi dapat dilakukan dalam rapat anggota, baik rapat anggota tahunan maupun rapat rapat anggota yang dilakukan sewaktu waktu apabila diperlukan. Rapat anggota dalam koperasi merupakan kekuasaan tertinggi di mana dalam rapat ini semua anggota berhak menghadirinya. Anggota koperasi menggunakan hak demokrasinya untuk mengemukakan pendapat dan gagasannya demi perbaikan, kemajuan, dan perkembangan koperasi sebagai wahana yang baik untuk kemakmuran dan kesejahteraan bersama dalam rapat anggota. Koperasi yang tidak melaksanakan RAT akan menghambat manfaat koperasi yang akan diberikan koperasi kepada anggotanya. Usaha meningkatkan kepuasan anggota merupakan hal sangat penting diperhatikan oleh koperasi. Kepuasan anggota dapat terwujud jika koperasi dapat memenuhi keinginan anggota yang berupa kualitas pelayanan yang baik, kepercayaan dan citra koperasi di masyarakat (Najib, 2014).

7 Korten dalam Röpke (1997) menyatakan bahwa semakin banyak manfaat yang diperoleh anggota dari koperasi, niscaya akan semakin tinggi pula partisipasi mereka dalam kegiatan koperasi dan sebaliknya. Kunci keberhasilan koperasi menurut Muslimin (1987) dan Sjamsuri (1986) antara lain terletak pada partisipasi anggota, sehingga dapat dikatakan bahwa partisipasi dalam koperasi seperti jantungnya tubuh manusia, karena dalam koperasi anggota berperan ganda (dual identity), yaitu sebagai pemilik dan pengguna. Kedua sifat ini menyebabkan koperasi lebih banyak menuntut partisipasi dari anggota untuk mengembangkan usaha yang telah didirikan bersama untuk mencapai tujuannya. Usaha koperasi yang berkembang akan memberikan banyak manfaat bagi anggota koperasi. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 1959 tentang Perkembangan Gerakan Koperasi, koperasi dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu Koperasi Desa, Koperasi Pertanian, Koperasi Peternakan, Koperasi Perikanan, Koperasi Kerajinan/Industri, Koperasi Simpanan Pinjam dan. Koperasi Konsumsi. Koperasi Perikanan adalah koperasi yang anggota anggotanya terdiri dari pengusaha pengusaha pemilik alat perikanan, buruh/nelayan yang berkepentingan serta bermata pencaharian langsung berhubungan dengan usaha perikanan yang bersangkutan. Koperasi perikanan menjalankan usaha usaha yang ada hubungannya secara langsung dengan usaha perikanan mulai dari produksi, pengolahan sampai pada pembelian atau penjualan bersama hasil hasil usaha perikanan yang bersangkutan.

8 Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung merupakan salah satu wilayah yang sudah dikenal sebagai penghasil ikan kering terbesar di Provinsi Lampung. Masyarakat Pulau Pasaran bermata pencaharian sebagai pekerja/pengolah ikan teri dan nelayan yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dari hasil pengolahan ikan teri kering. Pulau Pasaran juga dikembangkan menjadi icon wisata industri produk olahan hasil perikanan Kota Bandar Lampung. Bank Indonesia Provinsi Lampung mempunyai sebuah program untuk pengembangan klaster perikanan di Pulau Pasaran melalui penguatan kelompok pengolah ikan pada tahun 2010. Pelaksanaan program dilakukan melalui proses pendampingan. Tahapan program secara umum terdiri dari tahap penyadaran, penguatan dan kemandirian. Strategi yang dilakukan untuk mencapai kemandirian dan keberlanjutan program salah satunya adalah dengan menguatkan kelembagaan melalui proses peningkatan kapasitas pengetahuan dan keterampilan kelompok sasaran program serta pengembangan usaha. Proses kemandirian kelompok serta kelembagaan yang telah terbentuk diwujudkan dengan berdirinya koperasi perikanan yang dikelola secara mandiri oleh kelompok pengolah ikan Pulau Pasaran. Koperasi Perikanan Ikhtiar Swadaya Masyarakat (ISM) Mitra Karya Bahari merupakan koperasi yang berdiri pada tahun 2011 atas binaan dari Bank Indonesia dan bantuan program Dompet Duafa stasiun televisi SCTV. Koperasi ini terletak di Pulau Pasaran, tepatnya di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung. Usaha utama yang dimiliki koperasi ini adalah unit usaha waserda (warung serba ada). Anggota Koperasi Perikanan ISM

9 Mitra Karya Bahari adalah kelompok usaha masyarakat, antara lain kelompok pengolah ikan, kelompok pengolah produk turunan teri, nelayan, dan buruh pengasin. Koperasi ini terus mengalami pengembangan dalam melaksanakan kegiatan usaha dilihat dari makin berkembangnya usaha yang ada dan bertambahnya jumlah anggota. Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari terpilih menjadi salah satu koperasi berprestasi tahun 2014 di Kota Bandar Lampung menurut Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung. B. Perumusan Masalah Keberadaan koperasi memberikan banyak manfaat kepada anggota koperasi. Manfaat dapat dilihat dari dua sisi, yaitu manfaat ekonomi dan non ekonomi. Manfaat ekonomi diperoleh secara diperhitungkan dan secara tunai. Manfaat diperhitungkan seperti harga pelayanan yang diterima anggota koperasi, selisih harga beli di koperasi dibandingkan dengan di luar koperasi, selisih harga jual di koperasi dibandingkan dengan di luar koperasi, sedangkan secara tunai dilihat dari sisa hasil usaha dan tunjangan. Manfaat non ekonomi dapat dilihat dari tingkat kepuasan yang diperoleh anggota atas pelayanan yang diberikan koperasi. Beberapa aspek yang dapat menilai kepuasan atas pelayanan yang diberikan koperasi adalah aspek tampilan fisik, aspek keterandalan, aspek daya tanggap, aspek kemampuan memberikan jaminan, dan aspek kemampuan memberikan perhatian. Manfaat non ekonomi lain yang diterima anggota berupa kepuasan menjadi

10 anggota koperasi seperti rasa aman karena adanya kepastian usaha, rasa puas karena ikut menentukan kebijakan, rasa puas dapat saling membantu, rasa puas dapat meningkatkan hubungan dengan sesama, rasa puas dapat meningkatkan pengetahuan dan rasa puas dapat meningkatkan rasa percaya diri. Kepuasan mencakup bagaimana harapan anggota dan hasil yang dirasakan setelah anggota menerima pelayanan dari koperasi. Partisipasi anggota dalam koperasi dipengaruhi oleh manfaat yang diperoleh anggota dari koperasi, baik manfaat ekonomi maupun non ekonomi. Kepuasan anggota mempengaruhi bagaimana anggota koperasi akan berpartisipasi di koperasi. Korten dalam Röpke (1997) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan keefektifan partisipasi anggota adalah manfaat yang diterima anggota. Partisipasi anggota koperasi mempengaruhi keberlangsungan koperasi. Anggota koperasi mempunyai kewajiban untuk melaksanakan partisipasi kontributif, yaitu menghadiri rapat anggota tahunan dan membayar simpanan serta melaksanakan partisipasi insentif yaitu memanfaatkan pelayanan. Partisipasi anggota dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari diri anggota seperti umur, jenis kelamin, pendidikan formal, pekerjaan, jumlah tanggungan dalam keluarga, pengalaman berkoperasi, dan pendidikan non formal, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri anggota, seperti jarak rumah ke koperasi, pengurus koperasi dan kelengkapan unit usaha koperasi. Manfaat ekonomi dan manfaat non

11 ekonomi yang diterima anggota koperasi juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi anggota. Faktor-faktor tersebut akan menentukan tingkat partisipasi anggota koperasi dalam RAT, membayar simpanan dan memanfaatkan pelayanan unit usaha di koperasi. Partisipasi akan memberikan manfaat kepada anggota koperasi. Partisipasi anggota dalam memanfaatkan segala layanan barang dan jasa yang tersedia di koperasi pada akhirnya akan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan koperasi. Menurut Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung (2014), rata rata jumlah koperasi di Kota Bandar Lampung adalah 705,8 unit, dengan jumlah koperasi aktif sebanyak 503,6 unit dan tidak aktif sebanyak 202,2 unit (28,6483 persen). Persentase koperasi yang tidak aktif menunjukkan angka yang cukup tinggi dan menunjukkan adanya permasalahan pada koperasi. Salah satu Koperasi di Bandar Lampung adalah Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari. Sampai tulisan ini dibuat, partisipasi anggota di Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari berjalan dengan baik karena bisa menjadi salah satu koperasi berprestasi di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014, namun fenomena yang terjadi di lapangan masih ada anggota yang belum berpartisipasi secara aktif yaitu adanya penurunan anggota yang menghadiri RAT sebesar 10 persen, adanya keterlambatan membayar simpanan wajib sebesar 90 persen dan tidak memanfaatkan pelayanan dengan baik. Anggota yang belum berpartisipasi dengan aktif akan mempengaruhi

12 manfaat yang diberikan koperasi kepada anggota. Manfaat yang diterima anggota baik manfaat ekonomi atau manfaat non ekonomi dari koperasi akan berkurang. Faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota harus diperhatikan agar tingkat partisipasi dapat tetap tinggi sehingga diharapkan meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penelitian ini akan mengkaji: 1. Berapa besar manfaat ekonomi yang diterima anggota Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari? 2. Bagaimana manfaat non ekonomi yang dirasakan (kepuasan) anggota Koperasi ISM Mitra Karya Bahari terhadap pelayanan yang diberikan? 3. Bagaimana tingkat partisipasi anggota Koperasi ISM Mitra Karya Bahari? 4. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipasi anggota Koperasi ISM Mitra Karya Bahari? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis manfaat ekonomi Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari yang diterima anggota. 2. Menganalisis manfaat non ekonomi yang dirasakan (kepuasan) anggota Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari. 3. Menganalisis tingkat partisipasi anggota Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari.

13 4. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna: 1. Bagi koperasi, dapat mengetahui manfaat koperasi dan partisipasi anggota Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari sehingga koperasi dapat melakukan berbagai upaya guna meningkatkan manfaat koperasi dan partisipasi anggota serta diharapkan adanya peningkatan kesejahteraan anggota dan kemajuan pada koperasi. 2. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi terhadap penetapan kebijakan, terutama kaitannya dengan pengembangan koperasi di Indonesia. 3. Bagi bidang akademik, sebagai referensi pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.