2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINIMELALUI BERMAIN CLAY

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang. ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak merupakan masa emas (golden period) atau Jendela

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia lahir sampai 6 tahun. Pada masa anak-anak khususnya pada usia

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Undang Undang Sisdiknas tahun 2003) dari inilah maka, Pendidikan yang. bagaimana keberhasilan anak di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan. Untuk membantu pertumbuhan perkembangan jasmani dan rohani, agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/ 2003 Pasal I Butir 14). Taman kanak-kanak/ra merupakan sekolah formal yang pertama, setelah pendidikan dilingkungan keluarga, di mana diantara keduanya mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai keterkaitan atau hubungan antara keduanya yang menunjang satu sama lainnya,untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada diri anak, yaitu membantu anak meletakkan dasar kearah pengembangan sikap pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak dalam menyesuaikan diri dengan dengan lingkungannya untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya,pedoman Raudhatul Athfal (Departemen Agama, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam :2005:6). Pada masa-masa usia ini anak mengalami peningkatan perkembangan dan kecerdasan yang sangat pesat dan mulai sensitif menerima berbagai upaya untuk mengembangkan seluruh potensi pada anak sehingga dibutuhkan rangsangan atau stimulasi yang tepat untuk membantu anak tersebut dalam mengembangkan semua potensinya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya,pedoman Raudhatul Athfal (Departemen Agama, Direktorat Jendral kelembagaan Agama Islam : 2005:16-17).

2 Setiap anak mempunyai keunikan sehingga tidak bisa disamakan kemampuannya, antara satu anak dengan yang lainnya, mereka mempunyai tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Guru dituntut untuk bisa membedakan perbedaan itu, sehingga dibutuhkan bekal yang cukup untuk menghadapinya. Banyak permasalahan yang ditemukan didalam menghadapi anak-anak tersebut baik dari segi kemampuannya, salah satunya adalah dalam Aspek perkembangan motorik halusnya. Decaprio R (2013:21) menjelaskan sementara itu pembelajaran motorik halus disekolah ialah pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otak kecil serta koordinasi antara mata dan tangan. Saraf motorik halus bisa dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang dilakukan secara rutin dan terus menerus, salah satunya dengan bermain clay. Dalam bermain clay dapat dikembangkan beberapa aspek perkembangan yang dibutuhkan oleh anak sesuai dengan kebutuhan,minat dan perkembangan anak. Decaprio R (2013:23) mengungkapkan bahwa dewasa ini, setiap lembaga pendidikan dituntut menekankan pembelajaran motorik bagi para siswa. Pasalnya, pembelajaran motorik sangat berkaitan erat dengan perkembangan kehidupan mereka di sekolah, maupun di luar sekolah. Berdasarkan hasil observasi di RA Kelompok B Nurul Falah masih banyak dijumpai permasalahan tentang rendahnya kemampuan motorik halus anak. Hal ini terutama yang berhubungan dengan olah tangan atau keterampilan seperti: meniru garis bervariasi, menulis huruf, menggambar, menggunting dsb, sehingga dibutuhkan penanganan khusus yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran motorik yang di dilakukan guru masih belum optimal dan tidak bervariasi sehingga pembelajaran kurang menarik bagi anak. Menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional ( PERMEN DIKNAS NO:58:2009:9) memaparkan bahwa standar tingkat pencapaian perkembangan

3 anak berdasarkan kelompok usia tahap 4-6 tahun kemampuan motorik halus yang diharapkan dicapai diantaranya adalah : menggambar sesuai gagasan, meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai pola, menempel gambar dengan tepat, mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail.tingkat pencapai perkembangan motorik halus yang diharapkan dicapai oleh anak berdasarkan kelompok usia yang dikemukakan diatas berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran, sebagian besar anak kelompok B Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Cangkuang belum tercapai dan masih rendah sehingga dibutuhkan stimulasi yang tepat. Berdasarkan hasil refleksi awal melalui diskusi dengan teman sejawat disepakati bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan Motorik Halusnya anak RA Kelompok B adalah melalui bermainan clay, karena dengan bermain clay dapat dikembangkan beberapa aspek perkembangan kemampuan motik halus, seperti yang telah diungkapkan di atas. Bermain clay adalah salah satu alat yang digunakan anak untuk memenuhi kebutuhan naluri dengan menggunakan tanah liat yang bisa dibentuk sesuai dengan keinginan anak, mudah didapat dan tidak mahal. Dengan bermain clay dapat juga melatih kekuatan pergelangan dan jari tangan (http://sditbinamulyadepot.com/2013/02/cara-mudahmembuat-clay-yangaman-bagi.html). Ki Hajar Dewantara 1996 dalam Slamet Suyanto (2008, Rohaeni R : 2013: 27) menyatakan bahwa anak usia dini belajar paling baik dengan indria (indranya). Dengan menyentuh, meremas, memukul, atau memegang tanah liat, tanah lempung anak akan dapat membuat berbagai bentuk apapun yang sering dijumpainya, bahkan mereka dapat memanipulasinya berbagai bentuk yang di inginkannya. Menurut Sumantri (2005 : 144), Kegiatan motorik halus juga merupakan komponen yang mendukung pengembangan

4 yang lainnya seperti pengembangan kognitif, sosial dan emosional anak. Pengembangan kemampuan motorik yang benar dan bertahap akan mengembangkan kemampuan kognitif anak sehingga dapat terbentuk kemampuan kognitif yang optimal. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di Raudhatul Athfal Nurul Falah yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk meneliti secara langsung penerapan pembelajaran melalui bermain clay, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan judul Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain Clay B. Rumusan Masalah Dari permasalahan yang terdapat dalam latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal (RA) Kelompok B sebelum penerapan bermain clay. 2. Bagaimana penerapan bermain clay dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal Nurul Falah. 3. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal setelah dilaksanakan kegiatan bermain clay. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Umum. Secara umum penelitian bertujuan untuk mengetahui upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah melalui bermain clay. 2. Khusus. a. Mengetahui kondisi objektif kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah.

5 b. Mengetahui penerapan bermain clay untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal Nurul Falah. c. Mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal Nurul Falah setelah dilakukannya kegiatan bermain clay. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis terhadap kemampuan motorik halus anak kelompok B di RA Raudhatul Athfal Nurul Falah melalui bermain clay. 1. Manfaat Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai masukan pengetahuan yang dapat dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa yang sedang mempelajari ilmu pendidikan anak usia dini, khususnya mengenai peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui bermain clay. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi Peneliti. 1) Mampu mengidentifikasikan kondisi objektif kemampuan motorik halus anak di Raudhatul Athfal Nurul Falah. 2) Menambah wawasan mengenai penerapan bermain clay di Raudhatul Athfal Nurul Falah. b. Bagi Guru. 1) Memberikan masukan bagi guru dalam rangka meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui bermain clay. 2) Memberikan alternatif penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi anak usia dini dalam meningkatkan kemampuan motorik halus.

6 c. Bagi Siswa. 1) Memberikan rangsangan pengalaman keterampilan pada anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini. E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima BAB yang rangkuman pembahasannya sebagai berikut : 1. Bab I. Pendahuluan. Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian. 2. Bab II. Landasan Teori. Bab ini membahas mengenai konsep perkembangan motorik, konsep-konsep motorik halus, konsep bermain clay. 3. Bab III. Metodologi Penelitian. Bab ini membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, penjelasan istilah, tehnik pengumpulan data, instrumen penelitian dan asumsi. 4. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini membahas mengenai pembahasan dan penjabaran tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah yang didapat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis selama berada ditempat penelitian. 5. Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti yang melakukan penelitian sejenis.