BAHAN RAPAT KERJA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI RI, MENTERI DALAM NEGERI RI DAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - RI PADA RAPAT KERJA DENGAN ACARA PEMBAHASAN DAFTAR INVENTARISASI MASALAH DAN PEMBENTUKAN PANITIA KERJA TANGGAL 23 NOVEMBER 2011 1
Pimpinan dan Anggota Komisi II DPR-RI Yang Terhormat, Hadirin yang berbahagia, Assalamu alaikum Wr.Wb. Salam sejahtera bagi kita semua, Perkenankanlah kami mengajak Bapak, Ibu, dan para hadirin untuk senantiasa memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-nya yang telah dilimpahkan kepada kita sekalian, terutama nikmat iman dan nikmat kesehatan, sehingga pada hari ini kita dapat bertemu di tempat yang terhormat ini guna menunaikan salah satu tugas kenegaraan, yakni pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU Tentang Aparatur Sipil Negara (RUU ASN) dan pembentukan Panitia Kerja (Panja). 2
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, izinkanlah kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pimpinan DPR RI, Wakil Pimpinan DPR RI dan seluruh anggota Komisi II DPR RI yang telah meluangkan waktu, mengundang kami beserta Menteri Dalam Negeri RI dan Menteri Hukum dan HAM RI untuk melaksanakan salah satu tugas mulia pemerintahan dan kenegaraan, dalam menyelesaikan RUU ASN. Pimpinan dan Anggota Komisi II DPR-RI Yang terhormat, Hadirin yang berbahagia, Setelah kami perhatikan, dan mencermati serta menghayati makna yang terkandung dalam RUU ASN ini sungguh luar biasa, suatu RUU yang sangat reformis dan ditunggu-tunggu oleh masyarakat. RUU 3
tersebut diharapkan dapat mewujudkan paradigma baru dalam pemberian pelayanan publik yang lebih baik, sebuah pelayanan yang sangat dinantikan oleh seluruh masyarakat. Dengan hadirnya RUU ASN, diharapkan akan dapat diwujudkan birokrasi yang lebih bersih, cakap, profesional, disiplin, berkinerja tinggi, sejahtera, mampu memberikan pelayanan publik yang berkualitas, dapat meningkatkan pembangunan, memajukan perkembangan dunia usaha, menambah kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan dan menambah pendapatan masyarakat. Ini suatu RUU reformis yang kita cita-citakan bersama. Kami dari Pemerintah, sekali lagi mengucapkan terimakasih, atas insiatif DPR RI untuk menerbitkan RUU ASN. 4
Pimpinan dan Anggota Komisi II DPR-RI Yang terhormat, Hadirin yang berbahagia, Terhadap materi RUU ASN, setelah diadakan pembahasan substansi, pemerintah sependapat dengan beberapa pandangan sebagai berikut: 1. Judul : Mengenai judul RUU yang diusulkan adalah RUU tentang Aparatur Sipil Negara, meskipun dalam prolegnas ditetapkan untuk menyusun RUU Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian tetapi setelah dilakukan pembahasan secara mendalam terhadap RUU inisiatif DPR ini, pemerintah sependapat dengan judul RUU tentang Aparatur Sipil Negara. Hal ini juga 5
akan mendorong budaya kerja dan cetak pikir baru bagi Aparatur Sipil Negara. 2. Landasan Teoritik : Terhadap konsep manajemen stratejik SDM yang terkandung dalam RUU ASN, Pemerintah sependapat bahwa reformasi birokrasi khususnya reformasi di bidang SDM menghendaki perubahan dari konsep administrasi kepegawaian menjadi konsep manajemen sumber daya manusia yang dapat mengembangkan potensi human capital. 3. Jenis Pegawai Aparatur Sipil Negara : Terhadap usul dalam RUU ASN, bahwa Pegawai ASN terdiri dari : a. Pegawai Negeri Sipil; b. Pegawai Tidak Tetap Pemerintah; 6
Pemerintah sependapat dengan tambahan perlu penjelasan rumusan tugas masingmasing. 4. Jabatan Aparatur Sipil Negara : Dalam RUU diusulkan bahwa jabatan ASN terdiri dari: a. Jabatan Eksekutif Senior (Executive Service); b. Jabatan Administrasi (General Service); c. Jabatan Fungsional (Functional Service); Pemerintah sependapat atas pembagian jabatan Aparatur Sipil Negara dengan tambahan bahwa Jabatan Eksekutif Senior adalah aparatur yang saat ini setingkat dengan Eselon I (I.a dan I.b) di Instansi Pusat, Eselon I.b di Provinsi (Sekretaris Daerah Provinsi), Eselon II.a di Provinsi dan Eselon II.a di Kabupaten/Kota (Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota). 7
5. Pengisian Jabatan Eksekutif Senior : Dalam RUU ASN diusulkan bahwa Jabatan Eksekutif Senior pengisiannya dilakukan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) secara terbuka dan bersifat nasional. Pemerintah berpendapat bahwa penyeleksian Jabatan Eksekutif Senior Eselon I (I.a dan I.b) di Instansi Pusat, Eselon I.b di Provinsi (Sekretaris Daerah Provinsi) dilakukan oleh KASN secara terbuka dan bersifat nasional dan selanjutnya hasil seleksi tersebut disampaikan kepada Tim Penilai Akhir (TPA) untuk ditetapkan oleh Presiden. Untuk Jabatan Eksekutif Senior Eselon II.a (di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) diusulkan Tim Pemerintah yang terdiri dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam 8
Negeri, Menteri Keuangan, Menteri pengusul dan Badan Kepegawaian Negara, selanjutnya disampaikan kepada Baperjakat masing-masing untuk ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Khusus untuk Sekda Kabupaten/Kota disampaikan kepada Baperjakat Provinsi. 6. Pengadaan Calon Pegawai ASN : Pemerintah sependapat dengan usulan dalam RUU ASN, bahwa pengadaan pegawai ASN yaitu untuk mengisi lowongan jabatan berdasarkan perbandingan obyektif kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan dengan kompentensi yang dimiliki calon. Seleksi dilaksanakan oleh instansi pusat dan daerah masing-masing berdasarkan norma, standar dan prosedur serta 9
dilakukan pengawasan secara obyektif, terbuka, bebas KKN, Akuntabel dan berstandar nasional dengan biaya/anggaran seleksi dibebankan pada APBN. 7. A-politisasi Pegawai Aparatur Sipil Negara : Pemerintah sependapat dengan usulan dalam RUU ASN yang memuat hal-hal sebagai berikut: a. Larangan bagi pegawai ASN menjadi pengurus dan menjadi anggota parpol; b. Prinsip merit dalam penerimaan, penetapan, pengangkatan, dan promosi pegawai ASN; karena hal-hal tersebut akan mendukung pegawai ASN bersifat a-politis. 8. Pejabat yang berwenang : Pemerintah sependapat dengan penambahan bahwa pejabat yang 10
berwenang mengangkat, memindahkan dan memberhentikan pegawai ASN adalah Presiden yang mendelegasikan kepada pejabat karier tertinggi pada instansi pusat dan daerah. 9. Fungsi PNS sebagai Perekat NKRI : Pemerintah sependapat dengan konsep dalam RUU ASN yang memuat bahwa Jabatan Eksekutif Senior adalah unsur pimpinan dalam jajaran aparatur negara di pusat dan daerah. Mutasi antar daerah dan antar sektor sebagai syarat untuk promosi pada jabatan eksekutif senior dapat mengurangi kooptasi politik atas birokrasi, menyebarkan pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai dan membuka lowongan jabatan yang lebih luas. Hal ini merupakan instrumen perekat dalam NKRI. 11
10. Pengisian Dalam jabatan : RUU ASN mengusulkan bahwa pengangkatan dalam jabatan dilakukan: a. Secara kompetitif terbuka atau semi terbuka; b. Atas perbandingan relatif antara kompetensi yang diperlukan pekerjaan dengan kompetensi yang dimiliki calon; c. Penilaian melalui Assessment Center; Pemerintah sependapat bahwa untuk menciptakan profesionalisme dan kompetisi dalam birokrasi perlu dilakukan pengangkatan dalam jabatan secara terbuka melalui penilaian kompetensi teknis, kompetensi perilaku dan kepemimpinan serta catatan kinerja calon (rekam jejak). 11. Komisi Aparatur Sipil Negara : Dalam RUU ASN, DPR mengusulkan bahwa KASN antara lain berwenang 12
menetapkan peraturan mengenai kebijakan pembinaan profesi ASN. Pemerintah berpendapat bahwa kewenangan perumusan dan penetapan kebijakan profesi ASN adalah kewenangan Pemerintah melalui Kementerian yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan, sedangkan Komisi adalah pelaksana kebijakan meskipun saat ini pemerintah dan DPR mengevaluasi lembaga Nonstruktural yang tidak efektif. 12. Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara: Dalam RUU ASN, DPR mengusulkan bahwa banding administratif diajukan kepada Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara. 13
Pemerintah berpendapat bahwa Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara sebaiknya dihapuskan dan penyelesaian sengketa kepegawaian dilakukan melalui lembaga peradilan (Peradilan Tata Usaha Negara). 13. Pemerintah sependapat terhadap sanksi pidana dan/atau denda tanpa mengesampingkan sanksi administrasi bagi mereka yang melakukan pelanggaran terhadap seleksi penerimaan pegawai ASN dan menjanjikan sesuatu kepada KASN. Pimpinan dan Anggota Komisi II DPR-RI Yang terhormat. Hadirin yang berbahagia, Sebelum kami mengakhiri pandangan dan pendapat pemerintah ini, perkenankanlah kami mengemukakan bahwa 14
sebenarnya pemerintah juga telah mempunyai suatu gagasan perlunya disusun undang-undang tentang SDM Aparatur Negara yang memayungi seluruh penyelenggara negara untuk dijadikan dasar pengaturan mengenai sistem manajemen penyelenggara negara yang pembiayaannya bersumber dari anggaran belanja negara. Demikian pokok pokok pemikiran atas RUU ASN inisiatif DPR RI yang dapat kami sampaikan. Hal-hal lain yang belum kami sampaikan pada kesempatan ini, kami sampaikan secara rinci dalam Daftar Inventarisasi Masalah (DIM). Atas perhatian Pimpinan dan para Anggota Komisi II DPR-RI yang terhormat, kami mengucapkan terimakasih, semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha kita bersama. 15
Sekian dan Terima Kasih Wassalamualaikum Wr. Wb. ATAS NAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Ir. H. Azwar Abubakar, MM 16