Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep **), Ns. Rodhi Hartono, S. Kep, M. Kes ***)

dokumen-dokumen yang mirip
Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep **), Ns. Rodhi Hartono, S. Kep, M. Kes ***)

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

PENGARUH TERAPI MUSIK POPULER TERHADAP TINGKAT DEPRESI PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah pada kehidupan tidak terkecuali problem sosial. kurangnya adaptasi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN DI RUANG ASTER DAN ICCU RSUD dr.

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi... (B. I. Widyastini, 2014) 1

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN KECEMASAN TERHADAP KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BERGAS

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KEMOTERAPI DENGAN KECEMASAN DALAM MENJALANI TINDAKAN KEMOTERAPI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN FAKTOR PSIKOLOGIS DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA ANAK USIA TAHUN DI SD NEGERI 3 SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara sosial ekonomi. Kesehatan jiwa/mental merupakan bagian yang tidak dapat

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI DUSUN KARANG WUNGU DESA KENANTEN KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan, yaitu jasmani,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA SIMPTOM DEPRESI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BUNH DIRI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep **), Ns. Rodhi Hartono, S. Kep, M. Kes ***) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Dosen S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang ***) Dosen S1 Ilmu Keperewatan POLTEKES Semarang ABSTRAK Organisasi kesehatan dunia memperkirakan 100 orang melakukan bunuh diri rata-rata setiap hari di Indonesia dengan faktor penyebab ketidakmampuan seseorang dalam mengelola stres yang dialami. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara hubungan simptom depresi dengan kecenderungan perilaku bunuh diri pada pasien dengan gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Desain penelitian ini adalah Observasional analitik, jumlah sampel 48 responden dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan antara simptom depresi dengan kecenderungan perilaku bunuh diri. Terlihat dari hasil variabel simptom depresi sebesar 89,6% dan pada variabel kecenderungan perilaku bunuh diri sebesar 6,2%. Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terdapat 27 (6,2%) pada laki-laki, 21 (43,8%) pada perempuan. Karakteristik responden berdasarkan usia terdapat 46 (9,8%) pada usia antara 18-40 tahun, dan 2 (4,2%) pada usia >60 tahun. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar menghindari faktor risiko seperti (alkohol, obat-obatan, stres). Kata Kunci : Simptom depresi, kecenderungan perilaku bunuh diri, dan gangguan jiwa ABSTRACT The world health organization has estimated 100 people commit suicide average everyday in Indonesia, cases a causative factors in a person s inabillity to manage stress. The study aims to analyse the relationship between symptoms of depression with suicidal tendenciesin the behavior of mental patients in Semarang. The designfor this research is observasional analytic, with a sample of 49 respondents to the purposive sampling technique. Research results indicate there is relationship between symptoms of depression with suicidal tendenciesin the behavior. It can be seen from the symptoms of depression variable 89,6% and the tendencyof suicidal behavior variable 6,2%. From the respondent characteristics, it is 27 (6,2%) for males and 21 (43,8%) for females. Meanwhile, from factor of age, it is 46 (9,8%) between the age of 18-40 years, and 2 (4,2%) for the age of 60 years. A recommendation from the research is, we have to avoid risk factors such as alkohol, drug, stress. Key words : symptoms of depression, suicidal behavior tendencies, and mental disorders 1

PENDAHULUAN Kondisi kesehatan jiwa yang terganggu sudah merupakan suatu tantangan luas bagi para tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan pelayanan kesehatan baik di puskesmas, rumah sakit, maupun praktek swasta. Diantara berbagai gangguan kesehatan jiwa itu, gangguan depresi merupakan salah satu bagian yang cukup besar. Data World Health Organization (WHO) menunjukan bahwa -10% dari populasi masyarakat menderita depresi yang memerlukan pengobatan psikiatri dan psikososial. Konsekuensi yang paling mengerikan dari depresi adalah bunuh diri. Dari laporan 2.000 orang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di Amerika Serikat setiap tahun, sebagian besarnya adalah menderita depresi. Tetapi, karena kematian bunuh diri yang sesungguhnya (karena stigma yang melekat dan fakta bahwa banyak kematian kecelakaan sesungguhnya mungkin karena bunuh diri), jumlah bunuh diri sesungguhnya setiap tahun mungkin mendekati 0.000 kasus. Jumlah orang yang mencoba bunuh diri tetapi gagal diperkirakan antara dua sampai delapan kali jumlah yang berhasil bunuh diri (Shneidman, 198 dalam Atkinson, Smith dan Bem, hlm.434). Jumlah kasus bunuh diri di Indonesia selama 6 bulan terakhir pada tahun 2004 sudah mencapai 92 kasus. Hampir menyamai jumlah seluruh korban tahun 2003 yang tercatat 112 kasus. Peningkatan kasus ini jelas merupakan suatu gejala yang mencemaskan. Faktor penyebab dari banyaknya kasus bunuh diri adalah adanya ketidakmampuan seseorang dalam mengelola stress yang dialami (Ilmawati dan Tahrir, 2008, ). Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stresor. Respon individu terhadap stresor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta tingkat stres yang dialami. Individu yang sehat senantiasa berespon secara adaptif dan jika gagal ia berespon secara maladaptif dengan menggunakan koping bunuh diri (Dalami, Suliswati, Rochimah, Suryati dan Lestari, 2009, hlm.104). Menurut Maramis (1992, dalam Dalami, Suliswati, Rochimah, Suryati dan Lestari, 2009, hlm.101) bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat Semua perilaku bunuh diri adalah serius, apapun tujuannya. Dalam pengkajian perilaku bunuh diri, lebih ditekankan pada letalitas dari metode yang mengancam atau digunakan. Walaupun semua ancaman dan percobaan bunuh diri harus ditanggapi secara serius, perhatian yang lebih waspada dan saksama ditunjukan ketika seseorang merencanakan atau mencoba bunuh diri dengan cara yang paling mematikan seperti dengan pistol, menggantung diri, atau melompat. Cara yang kurang mematikan seperti karbon monoksida dan overdosis obat, memberikan waktu untuk mendapatkan bantuan saat tindakan bunuh diri telah dilakukan (Stuart, 2006, hlm. 227). METODE PENELITIAN Variabel bebas dari penelitian ini adalah simptom depresi, sedangkan variabel terikat adalah kecenderungan perilaku bunuh diri. Jenis penelitian ini menggunakan metode observasional. Metode pendekatannya menggunakan cross sectional. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi 2

atau studi sensus (Arikunto, 2006, hlm.130). Populasi dari penelitian ini adalah pasien dengan gangguan jiwa di Semarang. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 2006, hlm.30). penentuan besarnya sampel menurut Notoatmodjo (200, hlm.92) dengan menggunakan rumus Slovin, sebanyak 48 responden. Sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria umum dari subjek penelitian yang layak dilakukan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Distribusi responden berdasarkan usia Tabel 1 Berdasarkan Usia di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Usia Frekuensi Prosentase 18-40 tahun >60tahun 46 2 9,8 4.2 Total 48 100.0 Berdasarkan table 1, diperoleh data sebagian besar responden berusia antara 18-40 tahun sebanyak 46 responden (9,8%). Teori depresi Beck (1967, dalam Nasir dan Muhith, 2011, hlm.189), individu menjadi depresi akibat interpretasi negatif yang bias. Pada waktu kecil atau remaja muncul skema negatif akibat kejadian-kejadian buruk. lebih dominan dibandingkan dengan mood depresi. Inilah yang menyebabkan depresi pada lansia sering tidak terdiagnosa maupun diterapi dengan baik. 2. Distribusi responden berdasarkan diagnosa keperawatan Tabel 2 Berdasarkan Diagnosa Keperawatan di Semarang Diagnosa Frekuensi Prosentase Perilaku kekerasan Halusinasi Waham HDR 28 10 8,3 20,8 Total 48 100,0 Berdasarkan table 2, diperoleh data sebagian besar responden berdiagnosa perilaku kekerasan sebanyak 28 responden (8,3%). Penurunan fungsional yang datang dengan depresi adalah sumber yang kuat untuk mengembangkan rasa frustrasi dan marah pada siapa pun. Hal ini lebih mungkin, namun, untuk orang dengan kecenderungan psikologis terhadap kemarahan mengalami kemarahan sebagai bagian dari depresi. Kecenderungan semacam ini biasanya dikembangkan di masa kecil di mana kita membangun pemikiran kita dan pola perilaku. Lingkungan yang tidak sehat dan stres hidup peristiwa di masa kecil mempengaruhi perkembangan kecenderungan, seperti menanggapi dengan kemarahan. Pelecehan anak, penelantaran dan trauma seringkali kekuatan di balik pengembangan kecenderungan ini (Mote, 2011, 3). Manifestasi depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien yang lebih muda. Keluhan somatik cenderung 3

3. Distribusi responden berdasarkan simptom depresi Tabel 3 Berdasarkan Simptom Depresi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Simptom Depresi Frekuensi Prosentase Tidak ada Ringan Sedang Berat 4 18 21 8,3 37, 43,8 Total 48 100,0 Berdasarkan table 3, diperoleh data sebagian besar responden mengalami depresi berat sebanyak 21 responden (43,8). Haber dan Runyon (1984, dalam Siswanto, 2007, hlm.81) menyebutkan selain perasaan depresif, ada beberapa simptom yang biasanya menyertai gangguan depresi, yaitu perasaan dibanjiri tuntutan dan tanggung jawab, memiliki pendapat yang rendah terhadap diri sendiri, sering menyalahkan dan mengkritik diri sendiri, masa depan terlihat sedih dan tidak berpengharapan, dan menemukan diri sendiri kecewa berlebihan terhadap peristiwa-peristiwa yang biasanya tidak dihiraukan. 4. Distribusi responden berdasarkan kecenderungan perilaku bunuh diri Tabel 4 Berdasarkan Perilaku Bunuh Diri di Semarang Perilaku Bunuh Diri Frekuensi Prosentase Tidak ada Isyarat Ancaman Percobaan 21 9 13 43,8 18,8 27,1 Total 48 100,0 Berdasarkan table 4, diperoleh data sebagian besar responden mengalami kecenderungan perilaku bunuh diri, dengan masing-masing kriteria isyarat bunuh diri 9 responden (18,8%), ancaman bunuh diri 13 responden (27,1%), percobaan bunuh diri responden (%). Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik. Berbagai persoalan dan masalah hidup pada akhirnya bisa diselesaikan dengan relatif baik. Namun, ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk bisa melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi. Mereka bahkan gagal dalam melakukan koping yang sesuai tekanan yang dialami. Atau mereka menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak menyelesaikan persoalan dan tekanan tetapi lebih pada menghindari atau mengingkari persoalan yang ada (Siswanto, 2007, hlm.69).. Korelasi hubungan antara simptom depresi dengan kecenderungan perilaku bunuh diri Tabel Korelasi simptom depresi dengan kecenderungan perilaku bunuh diri di Semarang Variabel Correlation Sig. (2- N Simptom depresi dengan kecenderungan perilaku bunuh diri Coefficient tailed) 0,484 0,000 48 Hasil uji korelasi menggunakan korelasi Kendalltau diperoleh hasil = 0,484. Dari hasil analisis penelitian 4

menunjukan jika nilai 0< <1 sehingga Ho ditolak dengan nilai ρ value = 0,000 (ρ < 0,0) dan diperoleh bahwa kekuatan hubungan sedang antara simptom depresi dengan kecenderungan perilaku bunuh diri. Menurut Devison (2004, dalam Nasir dan Muhith, 2011, hlm.199), diperkirakan sekitar 1% orang yang didiagnosis gangguan depresi melakukan usaha bunuh diri. Pandangan negatif orang terdepresi terhadap masa depan adalah pandangan putus asa. Ketika skema kognitif yang disfungsional (automatic thoughts) ini diaktifkan oleh kejadian hidup yang menekan, individu beresiko melakukan bunuh diri (Beck, 1991 dalam Atkinson, Smith dan Bem, hlm.439). KESIMPULAN 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 48 responden, simptom depresi kategori tidak ada sebanyak responden (%), kategori ringan sebanyak 4 responden (8,3%), kategori sedang sebanyak 18 responden (37,%), dan berat sebanyak 21 responden (43,8%). 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 responden didapatkan kategori tidak ada prilaku bunuh diri sebanyak 21 responden (43,8%), kategori isyarat bunuh diri sebanyak 9 responden (18,8%), kategori ancaman bunuh diri sebanyak 13 responden (27,1%), dan kategori percobaan bunuh diri sebanyak responden (%). 3. Hasil analisis didapatkan ρ value = 0,000 (ρ < 0,0) dan = 0,484 (nilai 0< <1). Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara simptom depresi dengan kecenderungan perilaku bunuh diri. SARAN 1. Bagi Pelayanan Kesehatan Setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan para perawat lebih memperhatikan simptom depresi yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan jiwa untuk menghindari terjadinya perilaku bunuh diri. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan wacana ilmiah untuk kepentingan pendidikan tentang hubungan simptom depresi dengan kecenderungan perilaku bunuh diri. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu penelitian lebih lanjut mengenai simptom depresi yang mempengaruhi kecenderungan perilaku bunuh diri. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta Atkinson, RL., Atkinson, FC., Smith, EE.,& Bem, DJ. Pengantar psikologi edisi II jilid 2. : Interaksara Dalami, E., Suliswati, Rochimah, Suryati, KR., & Lestari,W. (2009). Asuhan keperawatan dengan gangguan jiwa. Jakarta: Trans Info Media Ilmawati, Z. & Tahrir, Z. (2008). Depresi sosial gejala dan akar penyebabnya. http://hizbuttahrir.or.id/2008/07/03/depre si-sosial-gejala-dan-akarpenyebabnya/ diperoleh tanggal 19 Juni 2011

Mote, T. (2011). Dapatkah depresi penyebab marah?. http://translate.google.co.id/tr anslate?hl=id&langpair=en id &u=http://www.livestrong.co m/article/28037-candepression-cause-anger/ diperoleh tanggal 30 Mei 2011 Nasir, A & Muhiht, A.(2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa pengantar ilmu teori. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, S. (200). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Siswanto. (2007). Kesehatan mental konsep, cakupan dan perkembangannya. Yogyakarta : Andi Stuart, GW. (2006). Buku saku keperawatan jiwa edisi. Jakarta: EGC 6