BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ekonomi pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat kota-kota besar. Untuk memenuhi keinginan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

PENERAPAN PENDEKATAN EKOLOGI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PASAR UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tempat dan cara pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini berpengaruh terhadap

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pertumbuhan penduduk di negara berkembang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

Keterlekatan (embeddesness)

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Luas daratan Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan berbagai variasi barang dan jasa yang dapat dikonsumsi 1. Di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian oleh masyarakat dan otoritas moneter. Maka dari itu apabila

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara sekaligus kota

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. informal ini menunjukan bukti adanya keterpisahan secara sistemis-empiris antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran

BAB II KERANGKA TEORI. tindakan pada kurun waktu tertentu, oleh suatu kelompok tertentu atau keseluruhan

AUDIT ORGANISASI PEMASARAN

II. LANDASAN TEORI. pertukaran peroduksi yang bernilai satu sama lain. berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik manusia secara individual,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pada umumnya yang bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diversifikasi pekerjaan. Diversifikasi pekerjaan ini lebih diarahkan tidak untuk

perubahan pada pola konsumsi obat yang terbuat dari bahan alami, dalam merawat kesehatannya masyarakat dunia banyak yang memanfaatkan obat

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Teori-teori tersebut berkaitan dengan penjualan.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transaksi perdagangan selalu melibatkan dua pihak yaitu pihak pembeli sebagai

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dan regulasi pemerintah yang berkuasa. kegiatan pemasaran bisnis. Tujuan utama perusahaan pada intinya

ANALISIS FENOMENA YANG TERJADI PADA KUALITAS PELAYANAN SWALAYAN (Studi Kasus Swalayan Di Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama

BAB I PENDAHULUAN. melatih personel-personel jasa yang terampil, berpengetahuan dan menarik. Namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

WAWASAN BARTER DALAM PENDIDIKAN EKONOMI

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

PERUBAHAN DIGITAL dan LINGKUNGAN BISNIS. Pertemuan 2

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern ini perkembangan industri musik sangat pesat, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

Jenis Sistem Ekonomi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan sejarah diketahui bahwa masyarakat Indonesia sudah menegenal ekonomi yang disebut pasar. Pasar merupakan kegiatan jual-beli itu, biasanya (1) berlokasi yang mudah didatangi dari berbagai arah, (2) berlangsung pada waktuwaktu tertentu, (3) mengutamakan benda keperluan hidup sehari-hari untuk keluarga. Pada masa yang lebih kemudian, sejalan dengan bertambahnya tuntutan dan perkembangan masyarakat di beberapa tempat terntentu, biasanya di kota-kota besar mulai tumbuh pasar yang melakukan kegiatan di setiap saat. Jika pada masa awal terbentukknya lembaga pasar, kegiatan jual-beli, cenderung merupakan tukarmenukar, pada masa yang kemudian itu menjadi pertukaran antar barang dengan sejumlah uang tertentu, atau uang dengan jumlah barang tertentu. Dengan demikian jika pada masa awal yang terjadi adalah kegiatan antara sesama produsen, setelaah dikenal alat tukar berupa uang, terjadilah kegiatan antara produsen dengan konsumen (Hamilton, 1995). Pada dasarnya juga Pasar tradisional merupakan pasar lokal dari masyarakat yang bersangkutan. Sehingga pasar tradisional sebagai pasar lokal tetap terkait dengan pasar modern. adanya keterkaitan antara pasar lokal dengan pasar modern tidak terlepas dari kemajuan yang sangat pesat dibidang teknologi komunikasi gaya hidup tradisional menjadi gaya hidup nasional bahkan menjadi gaya hidup global. Pasar sebagai suatu pranata ekonomi dan sekaligus cara hidup, suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi yang mencapai dari segala aspek. Apa yang

dikemukakan Geertz tersebut semakin memperkuat asumsi bahwa pasar bukan semata-mata berfungsi ekonomi, tetapi kegiatan pasar sebagai salah satu cara hidup dapat berfungsi menjadi salah satu simbol prestise bagi aktor pasar (pembeli). Orang yang berbelanja di pasar tradisional dianggap prestise lebih rendah dari orang yang berbelanja di pasar modern. Dengan kata lain ada anggapan bahwa orang yang berbelanja di pasar modern dikatakan lebih modern daripada orang yang berbelanja di pasar tradisional. Jadi pada awalnya pasar tidak terbentuk secara spontan, tetapi menjalani suatu proses yang dilatar-belakangi dengan adanya lembaga kepentingan yang berbeda dari saling membutuhkan baik antara orang perorang maupun antara kelompok orang. Dalam bentuk yang paling sederhana pasar berfungsi sebagai sarana tukar-menukar barang antar sesama pelaku pasar (barter) yang kemudian berkembang terus berkat adanya alat tukar berupa uang, maka terjadilah perkembangan dari tukar-menukar barang menjadi pembayaran dengan uang sebagai alat tukar, perkembangan ke arah terbentuknya pasar sangatlah dilatarbelakangi besar kecilnya kepentingan orangorang yang dalam kenyataannya saling membutuhkan sehingga pada suatu saat sadar atau tidak sadar mereka menunjuk pada suatu lokasi tertentu untuk melaksanakan transaksi jual-beli disinilah pada awalnya terbentuknya pasar. Kemudian pasar juga merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam institusi ekonomi. Pasar merupakan salah satu yang menggerakkan dinamika kehidupan ekonomi. Berfungsinya lembaga pasar sebagai institusi ekonomi yang menggerakkan kehidupan ekonomi tidak terlepas dari aktifitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang (Damsar, 2002 : 110 ).

Dalam bentuk kedinamikaan terhadap kehidupan ekonomi pasar adanya berupa proses tawar-menawar dalam bentuk barang dan jasa yang dilakoni oleh aktoraktor pasar didalamnya. Dalam proses terjadinya pasar adanya tempat pertemuan individu yang meminta faktor maupun barang dan jasa serta individu yang menawarkan faktor maupun barang dan jasa. Disitu terjadi harga pasar dalam proses tawar menawar adanya permintaan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pihak baik itu dalam bentuk konsumsi, produksi maupun hasil-hasil produk. Pentingnya pasar dapat kita rasakan sendiri seandainya di suatu tempat tidak dijumpai suatu pasar, akan repot misalnya bagi para produsen maka mereka harus mencari sendiri orang atau pihak yang membutuhkan hasil produksinya dari rumah ke rumah atau dari daerah ke daerah dengan demikian pasar memiliki peranan atau fungsi yang sangat penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat antara lain. Dimana fungsi tersebut antara lain : 1. Fungsi distribusi dimana pasar sebagai alat distribusi berfungsi mendapatkan jarak antara produsen dan konsumen dalam melakukan transaksi. 2. Fungsi pembentukan harga adalah pasar terjadi tawar-menawar antar penjual dan pembeli sampai pada akhirnya terjadi kesepakatan atau harga pasar setelah mereka sepakat dalam bentuk transaksi jual beli. 3. Fungsi promosi agar produksi yang dihasilkan dapat laku di pasaran langkah yang harus dilakukan adalah dengan menggerakkannya secara luas kepada masyarakat (promosi) dalam pelaksanaannya promosi sangat tepat dilaksanakan di pasar karena setiap hari banyak dikunjungi konsumen.

Pada dasarnya juga pasar pada suatu masyarakat ditentukan oleh fungsinya. Adapun yang dimaksud pasar disini adalah; pranata yang mengatur komunikasi dan interaksi pertukaran benda dan jasa ekonomi dan uang; dan hasil transaksi dapat disampaikan pada waktu itu atau pada waktu yang akan datang berdasarkan harga yang ditetapkan. Atau secara singkat dapat disebutkan sebagai pranata dan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Pasar yang berfungsi sebagai tempat pertemuan pembeli dan penjual, bukan hanya menyebabkan terjadi interaksi antar sesama individu, tetapi di lain pihak merupakan pola pertukaran budaya. Oleh karena itu pasar pada masyarakat akan berperan sebagai pusat ekonomi dan kebudayaan. Sebagai pusat ekonomi pasar melancarkan kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomi. Sedangkan pusat kebudayaan, pasar akan menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya (Wahyono Tejo, 1986 : 1). Dengan demikian fungsi pasar juga sangat penting sebagai tempat saling berinteraksi antara masing-masing pelaku pasar dalam upaya memenuhi kebutuhannya, aktifitas pasar sekaligus akan menggerakkan dinamika kehidupan ekonomi dan melakukan harga pasar yang disepakati oleh masing-masing individu baik sebagai pelaku permintaan maupun sebagai pelaku penawaran. Yang menjadikan adanya pertumbuhan pasar dalam dinamika ekonomi. Disamping itu pasar juga akan melahirkan dinamika kebudayaan berkat pembauran orang-orang dari berbagai ragam budaya misalnya seperti yang terjadi suku Karo yang berhubungan langsung dengan para pedagang yang pada umumnya adalah bersuku batak yang pada akhirnya akan melahirkan pertukaran budaya misalnya pengetahuan budaya masing-masing.

Pertumbuhan pasar menekankan bahwa dinamisme ekonomi tergantung tidak hanya pada kehadiran formal modal dan pasar, tetapi juga pada organisasi dan nilai-nilai yang menyebar melalui masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Pasar bebas tidak bebas dalam pengertian bahwa semua hal itu dapat beroperasi tanpa suatu lingkungan sosial yang mendukung. Semuanya tergantung pada prasana hubunganhubungan sipil yang lebih luas yang melaluinya berbagai ketrampilan tersosialisasikan, modal terakumulasi, dan kepercayaan dipertahankan (Putnam dalam Hefner, 2000). Qianhong Fu membagi tiga tingkatan kepercayan (trust) yaitu pada tingkatan individual, hubungan sosial dan pada tingkatan fungsi sosial. Pada tingkatan individual, kepercayan merupakan kekayaan individu yang merupakan variabel personal dan sekaligus karakteristik individu. Pada tingkatan hubungan sosial kepercayan merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan tujuan kelompok, sedangkan pada tingkatan sistim sosial, kepercayan merupakan nilai berkembang menurut sistem sosial yang ada. (Josua, 2006 : 12 ). Dengan demikian kepercayan atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan saling mendukung, paling tidak dalam pandangan (Fukuyama, 2002). Dalam hal ini berbagai tindakan kolektif yamg didasari atas dasar saling mempercayai yang tinggi akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai ragam bentuk dan dimensi. Terutama dalam konteks membangun kemajuan bersama.

Kehancuran rasa saling percaya dalam masyarakat yang kurang memiliki perasaan saling mempercayai akan sulit menghindari dari berbagai situasi kerawanan sosial dan ekonomi uang mengancam. Jika rasa saling mempercayai telah luntur maka yang akan terjadi adalah sikap-sikap yang menyimpang dari nilai-nilai dan norma yang berlaku. Dalam hubungan sosial yang mendukung terhadap suatu lingkungan kedinamikaan pasar maka akan menimbulkan norma-norma, kepercayaan dan jaringan-jaringan dalam kehidupan ekonomi yang menjadi keunikan pasar. Gambaran tentang organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma, dan jaringanjaringan dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan menyiapkan tindakan yang terkoordinasi; seluruh hal tersebut mewakili suatu modal masyarakat yang sama vitalnya bagi kehidupan ekonomi seperti modal fisik itu sendiri (Hefner, 2000 : 339). Dalam bentuk modal masyarakat bagi kehidupan ekonomi maka adanya bentuk suatu hubungan sosial yang dibarengi dalam proses-proses ekonomi terhadap aktifitas-aktifitas pasar yang dimana dalam kaitannya adanya mekanisme sosial dalam bentuk transaksi, proses tawar-menawar yang pada dasarnya adalah mekanisme ekonomi yang berkaitan pada aspek aspek sosial. Dinamika pasar melalui interaksi dan aktifitas yang dilakukan oleh aktor-aktor pasar baik di tempat pasar (marketplaces) maupun di luar tempat pasar. Menurut Jhonson tempat pasar merupakan suatu area sosial yang digunakan oleh individu-individu untuk mengadakan hubungan sosial. Dapat diartikan bahwa pasar adalah tempat dimana orang sibuk dalam hubungan ekonomi dalam suatu mekanisme sosial. (Badaruddin, 2001 : 41)

Harga meningkat karena transaksi di pasaran apabila transaksi selesai dilakukan, maka harga-harga yang ada itu mencerminkan cara maupun persyaratan yang diterima oleh kedua belah pihak. Transaksi-transaksi yang terjadi itu didapat berupa pertukaran beberapa komoditas, seperti bahan pangan atau sarana produksi, yaitu tenaga kerja, modal atau tanah. Harga merupakan bukti yang amat mudah untuk diamati, dan begitu tercatat akan memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan tentang keadaan dibidang ekonomi dan sosial. (Penny 1990 : 33 ) Hal ini dipercontohkan oleh Effendi dalam penelitiannya tentang pasar tradisional Minangkabau menyebutkan bahwa transaksi ekonomi di pasar Minangkabau mencerminkan bentuk-bentuk sosial yang umum dipakai komunitas (community). Ini menunjukkan bahwa aktifitas ekonomi tidak terlepas dari aktifitas sosial (khususnya pada pasar tradisional pedesaan) dalam konteks yang seperti itu meminjam konsep Polanyi telah terjadi keadaan dimana pasar melekat (embeddedness) pada masyarakat setempat. Dalam bentuk komunitas sosial adanya suatu dinamika yang berbentuk aktifitas ekonomi yang dibarengi dari kehidupan sosial yang dilakukan oleh aktor-aktor pasar yaitu distributor, pedagang, dan pengurus pasar. Sistem distribusi Sistem distribusi adalah proses penyebaran hasil produksi kepada konsumen. Hasil produksi dapat berbentuk barang atau benda, dan juga jasa. Sistem distribusi tidak dapat dipisahkan kaitannya dengan aspek produksi dan aspek konsumsi.

Distribusi langsung Bentuk distribusi langsung ini dapat terjadi pada penjualan hasil produksi. Melalui hasil produksi yang ditawarkan kepada konsumen, harga ditetapkan oleh perkembangan situasional. Jadi hasil produksi tidak bersifat mutlak tetapi ada proses tawar-menawar berdasarkan kesepakatan logis yang dapat diterima. Distribusi langsung biasanya terjadi pada satu lingkungan yang saling mengenal antara produsen dan konsumen. Distribusi tidak langsung Sistem distribusi tidak langsung berarti barang atau benda hasil produksi baru sampai ke tangan konsumen melalui perantara. Pendistribusian semacam ini paling banyak terdapat pada barang hasil produksi luar (Azidin, Yustan, 1990 : 84-88). Dalam hasil produksi adanya proses tawar-menawar sebagai bentuk aktifitas transaksi jual-beli yang dilakukan oleh aktor-aktor pasar yang menjadikan sebagai aktifitas kehidupan dinamika sosial dalam komunitas pasar tersebut. Pengertian pasar bukan sekedar menunjuk ke suatu areal fisik dimana terdapat sejumlah balai-balai dengan barang dagangan, atau hanya menunjuk ke suatu perilaku transaksi jual-beli antara pedagang dan pembeli belaka. Pasar menyangkut semua aktivitas ekonomi dan pasar juga menyangkut perbincangan mencapai pranatapranata sosial yang berlaku serta perilakunya terhadap perilaku orang-orang yang terlibat dalam dinamika pasar sehari-hari. Pasar adalah suatu pranata ekonomi dan sekaligus cara hidup, suatu gaya umum kegiatan ekonomi yang mencapai segala aspek kehidupan masyarakat dan suatu dunia sosial yang lengkap dalam dirinya.

Proses transaksi adalah aktifitas yang paling lazim dalam kehidupan dinamika pasar tradisional sebagai bentuk dari pranata ekonomi. Proses transaksi yang memiliki nilai hasil transaksi yang sangat kecil pada umumnya barang-barang yang diperjualkan adalah jenis bahan pangan dan kebutuhan rumah tangga. Dalam pasar tradisional, ciri pertama yang mudah diamati adalah adanya bentuk transaksi antara orang-perorangan dengan volume jual yang sangat kecil, tetapi banyak terpecahpecah tanpa satu sama lain dikaitkan dalam satu manajemen atau organisasi bersama barang-barang yang diperjualbelikan dalam pasar tradisional. Umumnya terdiri dari jenis bahan pangan atau kebutuhan konsumsi rumah tangga sehari-hari seperti sayursayuran dan buah-buahan. Barang-barang itu umumnya mudah dibawa dan tidak berumur panjang baik dari segi ketahanan kualitasnya. Berbeda dengan bentuk perekonomian firma yang terorganisasi impersonal memiliki manajemen dan tujuan yang jelas serta target atau sasaran yang pasti. Di pasar tradisional biasanya para pedagang tidak mempunyai target dan tujuan yang jelas, akibat tingkat pendidikan yang relatif rendah bukan rahasia lagi jika hampir semua pedagang dalam kegiatan berjual-beli dalam pasar tradisional ini lebih banyak mengandalkan kekuatan ingatan daripada catatan-catatan pembukuan. Berbeda dengan sistem pengelolaan pasar atau sektor perekonomian formal yang terorganisasi rapi dengan sistem pembukuan yang rinci. Dalam proses aktifitas pasar tradisional yang dimana tidak adanya proses pembukuan yang tidak formal dan proses jual-beli hanya didasarkan pada proses bertemu antara penjual dan pembeli untuk melakukan proses jual-beli barang.

Secara umum kehadiran pasar lazim dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu pasar niskala yakni pasar yang abstrak bilamana barang yang diperdagangkan tidak sampai ke pasar, dan proses jual-beli hanya didasarkan pada contoh barang saja. Kedua pasar nyata yakni proses jual-belinya terjadi secara langsung dimana penjual dan pembeli bertemu dalam suatu tempat untuk melakukan proses tukar-menukar atau berjual-beli barang dagangan (Tohir dalam Badaruddin : 1988). Dalam kegiatan proses perdagangan yang didalamnya adanya tawar-menawar baik langsung melalui pasar maupun tidak langsung ke pasar dan aktifitas yang dilakukan biasanya mencakup wilayah yang luas untuk menghubungkan kegiatan produksi barang untuk dikonsumsi oleh masyarakat seperti pendistribusian barang antara wilayah yang berbeda. Kegiatan perdagangan dalam kehidupan sehari-hari tidak saja berfungsi menghubungkan kegiatan produksi barang-barang dengan kegiatan konsumsi masyarakat/konsumen di sekitarnya. Lebih jauh kegiatan perdagangan juga berfungsi memindahkan barang dan jasa dari desa ke kota dan dari kota ke desa, atau antar wilayah desa/kota itu sendiri. Mata rantai seperti itu membutuhkan banyak tenaga kerja yang terserap di dalamnya semakin besar, dengan istilah pasar perekonomian atau bazaar. Begitu barang tersebut sudah sampai ke pasar, berlalu dari pedagang yang satu ke pedagang lain sampai benar-benar jatuh ke tangan masyarakat yang mengkonsumsinya. Jadi tidak mengherankan jika pasar memiliki daya yang involutif menyerap tenaga kerja. Dalam konteks pasar ekonomi menurut Swedberg satu pasar jaringan penting dari jaringan kerja ini tidak hanya menentukan bagi operasi pasar, tetapi juga untuk membentuk jalinan antar aktor pasar dengan komunitas lokal. Dimana beroperasinya

pasar tergantung pada jaringan kerja sosial yang ada, yang lebih luas dari pasar itu sendiri. Hal ini selain apa yang dikemukakan Polanyi dan Granovetter. Hubunganhubungan sosial antar pasar dan komunitas yang lebih luas terinfeksi dari keterlekatan sistem ekonomi dengan sistem sosial. Ini berarti bahwa pola-pola hubungan sosial antar aktor pasar itu selalu berhubungan dengan pola-pola kegiatan sosial dari komunitas secara umum. Pasar salah satu unsur ekonomi bahkan disebut sebagai jantungnya ekonomi Pada awalnya pasar hanya dipahami sebagai ruang (tempat) terjadinya transakasi ekonomi. Namun dalam perkembangannya pasar juga dipahami sebagai ruang sosial, ruang budaya dan ruang politik. Hal ini dilihat dari sejarah suatu masyarakat tanpa pasar hingga ke suatu masyarakat yang berorientasi pasar. (Badaruddin, 2001 : 35). Dalam bentuk pola hubungan sosial terhadap aktor-aktor pasar pada orientasi dibarengi terhadap kehidupan sistim ekonomi sehingga adanya keseimbangan dalam kedinamikaan kehidupan pasar yang dimana para aktor-aktor pasar saling berhubungan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pasar tersebut. Menurut Dewey mengemukakan pasar sebagai tempat pengumpul usaha tani dan sebagai tempat pembagian barang tempat konsumsi lokal. Sebagaimana telah disebutkan pada terdapat banyak aktor-aktor pasar yang masing-masing tidak dapat dipisahkan satu sama lain yang membuat pasar memiliki dinamikanya sendiri (Dewey dalam Badaruddin, 1998 : 306). Bagi masyarakat pedesaan pasar tradisional merupakan pusat penjualan bagi hasil pertanian dan menjadi pusat perbelanjaan bagi orang yang tinggal di sekitar pasar dan tempat-tempat lain, yang mungkin masih dapat terjangkau. Sangat

tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana transportasi ke lokasi pasar tersedia. Dan jika sarana memadai maka orang yang bertempat tinggal jauh dari pasar masih dapat datang ke pasar. Hasil-hasil pertanian untuk kebutuhan sehari-hari merupakan komoditi yang paling banyak diperjualbelikan di pasar tradisional pedesaan walaupun tidak menutup kemungkinan ditemukannya jenis barang lainnya yang bersifat tahan lama seperti perabot rumah tangga dan bahan material untuk bangunan rumah, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya pasar tradisional pedesaan tersebut. Sebagai pusat arus dan jasa, pasar tradisional juga menjadi sentra pertumbuhan ekonomi pertanian setiap desa yang biasanya memiliki kekhasan produksi pertanian tertentu tetapi tidak memiliki komoditi lain yang mereka butuhkan yang tidak tersedia di desa. Biasanya pedagang mendatangkannya dari desa yang jauh sehingga kebutuhan akan komoditi tersebut terpenuhi. Sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk memelihara dan mengatur arus barang dan jasa pasar tradisional pedesaan merupakan pencipta harga yang efektif karena disini akan terjadi proses tawar-menawar antara penjual dan pembeli. Harga yang tercipta merupakan rujukan bagi para petani dalam menjual hasil pertanian mereka kepada para pedagang ataupun kepada pedagang perantara (tengkulak). Proses tawar-menawar tersebut, pedagang memiliki posisi tawar yang lebih kuat dari para pembeli (konsumen). Namun pasar dapat memberi informasi tentang harga yang lebih mendekati harga standar. Pedagang dalam suatu lokasi pasar adalah orang-orang yang menjual barangbarangnya secara langsung kepada para konsumen (pembeli), dan pedagang

walaupun terkadang pembeli langsung kepada petani untuk dijual kembali kepada para konsumen. Dalam suatu lokasi pasar terdapat berbagai pedagang (Majid dalam Badaruddin, 1988 : 318). Sesuai dengan komoditi apa yang dijualnya sehingga ada pedagang yang disebut sebagai pedagang kelontong, pedagang tembakau, pedagang pecah-belah, pedagang kain, pedagang makanan dan sebagainya. Pedagang memiliki peran sentral khususnya dalam penyediaan kebutuhan sehari-hari masyarakat pada pasar harian dan mingguan. Berhasil tidaknya pedagang pasar tradisional pedesaan juga sangat ditentukan oleh berhasil tidaknya produksi pertanian setempat yang diikuti pula dengan harga yang baik. Produksi pertanian yang melimpah saja bukan jaminan bagi petani untuk pendapatan yang baik (meningkat), apabila tidak diikuti oleh harga jual yang baik. Bahkan sering terjadi dengan melimpah ruahnya hasil pertanian menyebabkan harga menjadi anjlok sehingga merugikan petani. Dalam keadaan hasil pertanian melimpah ruah pada tengkulak akan menekan harga serendah-rendahnya sehingga pendapatan petani semakin menurun. Dalam keadaan seperti itu, menurut Effendi daya beli konsumen (petani) terhadap barang-barang yang dijual para pedagang akan menurun. Dalam proses tawar-menawar pedagang yang memiliki hasil produksi pertanian yang didapat dari petani yang diperjual-belikan terhadap konsumen akan mencari keuntungan dari bentuk rasionalitas dari pengorbanan yang telah dia lakukan untuk mendapatkan hasil-hasil produksi dan konsumen akan menawar sesuai dengan proses pertimbangan yang diinginkan terhadap kualitas produk yang akan dibeli. Sehingga kehidupan proses tawar-menawar antar pedagang dan konsumen akan

melakukan tindakan-tindakan sosial seperti pilihan rasionalitas meliputi pilihan dan pertimbangan untuk melakukan kegiatan transaksi. Dalam hal ini Weber (1986 : 220) mengemukakan konsep rasionalitas yang merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya mengatasi tindakan-tindakan sosial (social action). Tingkat rasionalitas yang paling tinggi menurut Weber meliputi pertimbangan dan pilihan sadar berhubungan dengan tujuan tindakan itu yang digunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai sosok yang memiliki bermacam tujuan yang diinginkannya atas suatu kriteria tertentu. Menentukan suatu pilihan diantara tujuan-tujuan yang saling bersaingan itu individu lalu menilai alat yang mungkin dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dipilih tadi. Selanjutnya Weber menjelaskan tindakan diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari tujuan-tujuan individu yang memiliki sifat-sifatnya sendiri apabila tujuan itu alat dari akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya secara rasional. Hal ini mencakup pertimbangan rasional atas alat alternative untuk mencapai tujuan itu. Pertimbangan mengenai hubungan-hubungan tujuan itu dengan hasil yang mungkin dari alat pengetahuan tertentu dan mungkin perbandingan tujuan yang mungkin relatif berbeda. Apabila yang digunakan Weber tersebut kita kaitkan dengan konteks pasar tradisional pedesaan maka tindakan ekonomi dalam sistem pasar yang bersifat impersonal merupakan bentuk dasar rasional instrumental. Rasionalitas instrumental yang menjadi landasan tindakan ekonomi merupakan bentuk yang dilembagakan. Menurut Grannovetter pergeseran tindakan ekonomi dan hasrat maksimalisasi bukan

bersifat individu tetapi dilembagakan secara rasional hal ini menunjukkan bahwa kepentingan individu merupakan kepentingan yang dikontsruksikan secara rasional. Dalam konteks seperti ini ekonomi tidak lagi dipandang sebagai anti formal, melainkan telah berubah menjadi arti substansif (Badaruddin, 2001 : 13).