Rules Of Origin (RoO) Sebagai Alat Proteksi Industri Dalam Negeri Dalam FTA

dokumen-dokumen yang mirip
IMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BABI PENDAHULUAN mendasar, mudahnya perpindahan arus barangfjasa, faktor produksi dan modal

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB IV PENUTUP. IV.1 Kesimpulan

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

KETENTUAN ASAL BARANG IJEPA DAN TATACARA PENGISIAN FORM IJEPA BANDUNG, 17 NOVEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined.

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Analisis Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia-China dan Kerjasama AFTA serta Dampaknya Terhadap Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

III KERANGKA PEMIKIRAN

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

4. KEBIJAKAN KEDELAI NASIONAL

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

I. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

KAJIAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN GLOBAL

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan global merupakan aspek penting dalam perekonomian di setiap

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2 Perdagangan, yaitu pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan terhadap impor produk steel wire rod; d. bahwa dalam rangka menindaklanjuti hasil penyeli

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Telp/Fax /

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan faktor yang sangat

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil menyatakan bahwa industri

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI. Oleh: Ayu Andria Sari

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

Pengantar Ekonomi Mikro

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI

2017, No Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

EKONOMI & MANAJEMEN 2 BAB 5 FUNGSI PRODUKSI, ONGKOS PRODUKSI DAN PENERIMAAN

Kuliah IV-Analisis Perilaku Produsen: Konsep Produksi

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

Slide untuk eksternal BC

Transkripsi:

Rules Of Origin (RoO) Sebagai Alat Proteksi Industri Dalam Negeri Dalam FTA Pendahuluan Perkembangan perjanjian perdagangan bebas regional (Regional Trade Agreements/RTA) dalam dua dekade terakhir terjadi dengan sangat pesat. Berdasarkan data dari World Trade Organization (WTO), sebelum tahun 1995 hanya terdapat 123 notifikasi RTA namun per tanggal 1 Januari 2012 telah terdapat 511 notifikasi RTA. Secara teori, perjanjian perdagangan bebas akan menguntungkan para pihak yang terlibat. Pengurangan maupun penghapusan hambatanperdagangan baik hambatan tarif (tarif bea masuk) maupun hambatan non tarifakan meningkatkan efisiensi ekonomi sehingga keluaran total (total output) dengan jumlah input sumber daya yangsamadan pada saat yang sama akan terus meningkat. Dengan demikian negara-negara yang terlibat dalam kesepakatanini, akan memperoleh keuntungan dari terbentuknya perdagangan (trade creation) danpengalihan dagang (trade diversion). Liberalisasi dalam bentuk pengurangan maupun penghapusan hambatanperdagangan dalam RTA akan diikuti dengan pembuatan hambatan perdagangan baru yang disebut Rules of Origin (RoO) atau ketentuan asal barang. RoO memungkinkan pihak yang terlibat dalam RTA untukmenentukan "kebangsaan" dari suatu produk dengan membedakan sumber atau asal produk tersebut.rooseolah menciptakan tarif atasimpor input antaradan juga mempengaruhi harga input dalam negeri. Produk yang memenuhi kriteria RoO akan berhak memperoleh tarif preferensi yaitu tarif bea masuk yang lebih rendah dari tarif bea masuk yang dikenakan terhadap produk sejenis yang berasal dari negara lain atau produk yang tidak memenuhi kriteria RoO. Fungsi RoO Dalam perjanjian perdagangan bebas, setiap negara anggota memiliki tarif bea masuk eksternal (bea masuk umum) sendiri-sendiri. Dengan demikian, tarif bea masuk umum akan berbeda-beda antara satu negara dengan negara anggota lainnya. Tanpa RoO, produk dari negara di luar anggota FTA akanmemanfaatkan skema FTA dengan cara melakukan impor melalui negara anggota FTA yang memiliki tarif bea masuk terendah (negara ini akan memperoleh pendapatan bea masuk) dan kemudian mengekspor produk tersebut ke negara anggota FTA lainnya dengan tarif preferensi (misalnya: tarif 0%). Tanpa RoO, akan terjadi banyak pengalihan arah (deflection) perdagangan terutama jika biaya trans-shipment lebih rendah daripada selisih tarif bea masuk umum dan tarif preferensi. Trans-shipment menyebabkan banyak sumber daya

yang terbuang secara percuma.tanpa RoO, suatu FTA akan menjadi sangat liberal dan akan terjadi perang tarif bea masuk antar negara anggota FTA untuk menjadi pintu masuk impor ke negara anggota FTA lainnya. Perang ini hanya akan berhenti pada saat tarif bea masuk umum semua negara anggota FTA telah 0%. Di samping pencegahan terhadap trans-shipment,roo juga dapat memberikan insentif bagi produsen untuk membeli produk input antara dari sumber-sumber di negara anggota FTA bahkan jika harga produk tersebut lebih tinggi daripadaharga produk yang sama dari luar FTA. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan asal barang agar produk mereka dapat dianggap berasal dari negara anggota FTA dan dapat memperoleh tarif preferensi.roo menjadi alat proteksi produsen dalam negeri negara anggota FTA yang efektif. Dan perumusan RoO yang tepat akan mempengaruhi lalu lintas barang dan investasi. RoO yang tepat akanmenjadi alat yang efektif untuk menarik investasi. Untuk dapat menikmati tarif preferensi, produsen di negara di luar anggota FTA akan memindahkan produksinya ke salah satu negara anggota FTA. Pemindahan basis produksi ini tidak hanya berpengaruh terhadap produk tersebut semata. Sesuai dengan RoO, suatu produk akan dapat menikmati tarif preferensi jika memenuhi kriteria tertentu misalnya kriteria pemenuhan kandungan regional. Dengan demikian, pemindahan basis produksi tidak serta-merta menyebabkan suatu produk menjadi memenuhi kriteria RoO.Untuk dapat memenuhi kriteria yang ditentukan, produk tersbut harus membeli lebih banyak komponen yang berasal dari negara anggota FTA.Permintaan tambahan ini dapat meningkatkan investasi terhadap produksi komponen tersebut.jika komponen tersebut tidak tersedia di pasar negara anggota FTA, maka permintaan terhadap komponen tersebut dapat menarik investasi produsen komponen di luar FTA ke dalam FTA. Biaya Penerapan RoO Dalam pembahasan di atas, RoO dapat secara efektif memberikan perlindungan kepada produsen domestik dan juga menarik investasi.namun, keinginan untuk memenuhi kriteria dalam RoO juga dapat menyebabkan biaya produksi menjadi lebih mahal.roomenentukan kriteriakriteria tertentu (inputconstraint) yang harus dipenuhi untuk memperoleh status origin dalam FTA. Jika input yang digunakan dalam produksi berbeda dari input yang biasa digunakan

(inputunconstraint),maka biaya produksi akanlebih tinggi. Karena itu, RoO yang lebih ketat akan menyebabkan biaya produksi untuk memenuhi criteria RoO juga meningkat. Grafik 1. Dampak Pemenuhan Kriteria RoO terhadap Biaya Produksi Grafik 1 menggambarkan pengaruh pemenuhan kriteria RoO terhadap biaya produksi.untuk memproduksi produk tertentu dengan constant returns to scale dibutuhkan input dari negara anggota FTA (L) dan input dari luar negara anggota (K). Kurva isoquant menggambarkan tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan kombinasi dua faktor produksi L dan K guna menghasilkan tingkat produksi yang sama. Pada tingkat harga yang ada, produsen akan memilih kombinasi input L dan K yang menghasilkan biaya produksi terendah pada titik Z yaitu titik singgung kurva isocost AB dengan kurva isoquant. Rasio penggunaan input L dan K pada titik Z adalah α 0. Untuk memenuhi kriteria RoO, produsen diharuskan menggunakan lebih banyak input produksi dari negara anggota FTA (L), sehingga rasio L terhadap K akan lebih besar dari

α 0. Kombinasi faktor produksil dan K yang dapat memenuhi kriteria RoO adalah wilayah di bawah garis rasio L/K = α 0 dan di atas kurva isoquant.kombinasi rasio input L dan K yang baru dengan biaya yang paling minimal ditunjukkan oleh titik X. Dari grafik tersebut secara jelas terlihat bahwa RoO menyebabkan biaya produksi bergeser dari titik optimalnya. Peningkatan produksi akan selalu disertai dengan peningkatan permintaan input L. Kriteria yang digunakan dalam RoO Secara umum, barang yang diproduksi di suatu negara yang sepenuhnyaatau sebagian berasal dari bahan baku impor dan dari komponen atau bahan yang belum ditentukan asalnya dapat dianggap sebagai berasal dari negara itu jika bahan-bahan tersebut telah mengalami substantial transformation atau sufficient working or processing. Dalam Kyoto Convention tahun 1973, substantial transformation atau sufficient working or processing diartikan sebagai berikut: a. Perubahan pos tarif dalam nomenklatur (change in tariff classification) Suatu produk dianggap telah mengalami perubahan yang subtansial atau telah melalui proses pengolahan yang memadai jika produk tersebut telah berubah klasifikasinya dari klasifikasi bahan-bahan awal pembentuknya. Beberapa kriteria perubahan pos tarif adalah sebagai berikut: Perubahan Bab (change in Chapter) yaitu perubahan di level dua digit (bab) dari bahanbahan pembentuknya. Perubahan Pos Tarif (change in Heading) yaitu perubahan di level 4 digit (pos tarif) dari bahan-bahan pembentuknya Perubahan Sub Pos Tarif (change in Sub Heading) yaitu perubahan di level 6 digit (sub pos tarif) dari bahan-bahan pembentuknya. Semakin banyak jumlah digitnya, maka kriteria tersebut cenderung semakin liberal dan semakin mudah dipenuhi.namun demikian, ketentuan ini biasanya memiliki banyak pengecualian. Keuntungan dari metode ini adalah kemudahan penerapannya dalam menentukan asal barang.produsen pada umumnya juga memiliki kemampuan untuk melakukan klasifikasi secara benar dan tidak memerlukan banyak administrasi dalam pembuktiannya.adapun kelemahan dari metode ini adalah kerumitan pada waktu menyusun pengecualian dari

perubahan klasifikasi yang tidak memenuhi kriteria. Di samping itu, perubahan teknologi produksi juga berpotensi merubah proses produksi sehingga diperlukan perubahan kriteria. Metode ini hanya bisa dilakukan jika negara-negara anggota FTA memiliki sistem nomenklatur barang yang sama. b. Daftar manufaktur atau operasipengolahan (lists of manufacturing or processing operations) Metode ini dinyatakan dengan menggunakan daftar umum yang menggambarkan teknis manufaktur atau operasipengolahan masing-masing produkyang dianggap cukup penting. Keuntungan metode ini sama dengan metode perubahan klasifikasi di atas namun umumnya daftar operasi pengolahan akan lebih terperinci daripada perubahan klasifikasi sehingga lebih rumit dalam penyusunannya. c. Aturan persentase ad valorem (ad valorem percentage rule) Metode yang paling banyak digunakan dalam perjanjian perdagangan bebas yang diikuti oleh Indonesia adalah penggunaan aturan persentase ad valorem.untuk menentukan asal barang dengan metode ini, kita harus mempertimbangkan tingkat pabrikasi atau pengolahan yang terjadi di suatu negara, dengan merujuk pada nilaitambah suatu barang. Saat nilai tambah sama atau melebihi tingkat yang ditentukan, maka barang tersebut berhak memperoleh status berasal dari negara tersebut. Nilai tambah dihitung dengan mengacu pada bahan atau komponenasal impor atau yang tidak diketahui asal barangnya yang digunakan dalam pembuatan atau memproduksibarang.barang hasil produksi dapat memperoleh status berasal dari negara tertentu hanya jika bahanimpor ataukomponen yang tidak diketahui asal barangnya tersebut tidak melebihi persentase tertentu dari nilai barang jadi tersebut.atau secara sederhana, metode ini melibatkan perbandingan nilaibahan yang diimpor atau komponen yang tidak dapat ditentukan asalnya dengan nilai yang produk akhirnya. Keuntungan metode ini adalah pada tingkat akurasi dan kemudahannya.nilai bahan yang diimpor dan komponen yang tidak diketahui asal barangnya dapatditentukandari catatan pembelian perusahaan yang tersedia.sedangkan penentuan nilai barang ekspor dapat didasarkan pada harga ex-work atau hargapada saat ekspor dapat didukungoleh faktur penjualan produsen yang bersangkutan.

Kesulitan yang dapat/sering timbul dalam kasus ini adalahjika terdapat sedikit perbedaan nilai tambah baik di atas maupun dibawah ambang batas yang menyebabkan suatu produk menjadi layak atau tidak layak menyandang status berasal dari negara tertentu. Kelemahan lainnya adalah pada berfluktuasinya harga baik harga input maupun harga outputnya. Fluktuasi ini dapat menyebabkan perubahan status asal barang secara drastis sehingga penerapan metode ini terhadap produk yang memiliki fluktuasi harga tinggi menjadi tidak tepat.di samping itu, perundingan mengenai komponen biaya yang dapat diperhitungkan dalam metode ini akanakan membutuhkan negosiasi yang cukup sulit. Masing-masing metode tersebut di atas memiliki kelemahan dan keunggulannya.dalam penentuan kriteria RoO umumnya metode-metode tersebut digunakan secara bersama-sama. Sebagai contoh, dalam ASEAN China FTA, disepakati menggunakan kriteria asal barang pemenuhan kandungan regional (regional value content) minimal 40% dari nilai barang di lokasi penjual (free on board), atau telah mengalami perubahan klasifikasichange in tariff classification), atau telah mengalami proses produksi tertentu. Kesimpulan Pembicaraan mengenai FTA cenderung hanya terfokus pada sisi liberalisasinya semata yaitu penurunan dan penghapusan hambatan perdagangan.rules of origin sebenarnya memainkan peran yang sangat signifikan dalam setiap perjanjian perdagangan bebas.hal ini dapat dilihat dari banyaknya ketentuan asal barang dalam setiap FTA.Bahkan dalam suatu perjanjian perdagangan bebas, RoO memiliki jumlah aturan yang paling banyak dan paling lama dinegosiasikan. Kegagalan suatu negara dalam mengidentifikasi industri dalam negerinya akan menyebabkan ketidakmampuan negara tersebut dalam merumuskan RoO yang memberikan keuntungan bagi negaranya. Hal ini menyebabkan RoO yang seharusnya dapat menjadi alat proteksi bagi industri dari suatu perjanjian perdagangan bebas menjadi tidak bermanfaat.