MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

dokumen-dokumen yang mirip
Citra Biner. Bab Pendahuluan

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, Lc., S.Kom., M.Kom. Genap 2015/2016

BAB 2 LANDASAN TEORI

Muhammad Zidny Naf an, Lc., S.Kom., M.Kom. Genap 2015/2016

KOMPRESI CITRA (2) & SEGEMENTASI CITRA. Pertemuan 13 Mata Kuliah Pengolahan Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

MKB3383 -TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kompresi Citra. Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Genap, 2016/2017

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital

KOMPRESI CITRA. Pertemuan 12 Mata Pengolahan Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Implementasi Metode Run Length Encoding (RLE) untuk Kompresi Citra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB 2 LANDASAN TEORI

MKB Teknik Pengolahan Citra Operasi Ketetanggaan Piksel pada Domain Frekuensi. Genap 2016/2017

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

BAB II LANDASAN TEORI

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

SAMPLING DAN KUANTISASI

APLIKASI IMAGE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI OBJEK

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

Aplikasi Pengolahan Citra Dalam Pengenalan Pola Huruf Ngalagena Menggunakan MATLAB

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

APLIKASI IMAGE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI OBJEK

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

Analisa dan Perancangan Sistem Deteksi Cacat Produksi

Review Paper. Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis

Pemampatan Citra. Esther Wibowo Erick Kurniawan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

IDENTIFIKASI SEL DARAH BERBENTUK SABIT PADA CITRA SEL DARAH PENDERITA ANEMIA

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

PERBANDINGAN METODE PENDETEKSI TEPI STUDI KASUS : CITRA USG JANIN

PENINGKATAN KUALITAS CITRA DENGAN METODE FUZZY POSSIBILITY DISTRIBUTION

PRAKTIKUM 2. MATRIK DAN JENIS CITRA

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

MAKALAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. ( Histogram Citra ) Disusun Oleh : : 1. Agus Riyanto (2111T0238) 2. M. Yazid Nasrullah ( 2111T0233 )

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Model Citra (bag. 2)

Pertemuan 2 Representasi Citra

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Rika Oktaviani

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Aktifitas Pembelajaran

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengolahan Citra : Konsep Dasar

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN APLIKASI GOOGLE EARTH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN GOGRAFIS MENGGUNAKAN METODE IMAGE ENHANCEMENT

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam storage lebih sedikit. Dalam hal ini dirasakan sangat penting. untuk mengurangi penggunaan memori.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 2 Dasar Citra Digital. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA METODE IMAGE AVERAGING BERDASARKAN MEAN DAN MEDIAN PADA PENENTUAN GOLONGAN DARAH MANUSIA

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PERANCANGAN APLIKASI KOMPRESI CITRA DENGAN METODE RUN LENGTH ENCODING UNTUK KEAMANAN FILE CITRA MENGGUNAKAN CAESAR CHIPER

A. Aras Komputasi. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik 3/18/2017

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

Metode BPCS (Bit-Plane Complexity Segmentation) Oleh: Dr. Rinaldi Munir Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

BAB II LANDASAN TEORI

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : PENGOLAHAN CITRA / 8 KODE MK / SKS / SIFAT : AK / 2 SKS / MK LOKAL

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB II TEORI PENUNJANG

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner Dosen Pengampu: Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Genap 2016/2017

Definisi Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat keabuan: hitam dan putih. Contoh Penggunaan: Bar code QR Code Citra hasil scanning Dsb

Citra Biner Pixel-pixel objek bernilai 1 dan pixel-pixel latar belakang bernilai 0. Pada waktu menampilkan gambar, 0 adalah putih dan 1 adalah hitam. Jadi, pada citra biner, latar belakang berwarna putih sedangkan objek berwarna hitam.

Mengapa Citra Biner? Kebutuhan memori kecil nilai piksel hanya membutuhkan representasi 1 bit. Dapat dikompresi. Contoh dengan metode runlength encoding (RLE). Metode RLE akan dijelaskan kemudian. Waktu pemrosesan lebih cepat dibandingkan dengan citra grayscale

Mengapa Perlu Mengkonversi Citra Grayscale Biner? Identifikasi keberadaan objek, yang direpresentasikan sebagai daerah (region) di dalam citra. segmentasi Lebih memfokuskan pada analisis bentuk morfologi, yang dalam hal ini intensitas pixel tidak terlalu penting dibandingkan bentuknya. Menampilkan citra pada piranti keluaran yang hanya mempunyai resolusi intensitas satu bit Mengkonversi citra yang telah ditingkatkan kualitas tepinya (edge enhancement) ke penggambaran garis-garis tepi. membedakan tepi yang kuat

Proses Konversi I=0.299R+0.587G+0.114B Thresholding

Thresholding / Pengambangan Konversi dari citra grayscale ke citra biner dilakukan dengan operasi pengambangan (thresholding). Operasi pengambangan mengelompokkan nilai derajat keabuan setiap pixel ke dalam 2 kelas, hitam dan putih. Dua pendekatan yang digunakan dalam operasi pengambangan adalah: global image thresholding pengambangan lokal adaptif (locally adaptive image thresholding)

GLOBAL IMAGE THRESHOLDING

Global Image Thresholding Setiap pixel di dalam citra dipetakan ke dua nilai, 1 atau 0 dengan fungsi pengambangan: 1 0 g(x, y) adalah citra biner, f(x, y) adalah citra grayscale, dan T adalah nilai ambang yang dispesifikasikan. Dengan operasi pengambangan tersebut, objek dibuat berwarna gelap (1 atau hitam) sedangkan latar belakang berwarna terang (0 atau putih).

Mencari Nilai T Nilai ambang T dipilih sedemikian sehingga galat/error yang diperoleh sekecil mungkin. Nilai T dapat ditentukan dengan membuat histogram citra. Jika citra mengandung satu buah objek dan latar belakang mempunyai nilai intensitas yang homogen, maka citra tersebut umumnya mempunyai histogram bimodal (mempunyai dua puncak atau dua buah maksimum lokal) Nilai T dipilih pada nilai minimum lokal yang terdapat di antara dua puncak.

Menentukan Nilai T

Contoh Global Image Thresholding

Alternatif Fungsi Pengambangan Jika nilai intensitas objek diketahui dalam selang [T1, T2], maka kita dapat menggunakan fungsi pengambangan:

LOCALLY ADAPTIVE IMAGE THRESHOLDING

Locally Adaptive Image Thresholding Pengambangan secara global tidak selalu tepat untuk seluruh macam gambar. Beberapa informasi penting di dalam gambar mungkin hilang karena pengambangan global Pengambangan secara lokal dilakukan terhadap daerah-daerah di dalam citra. Citra dipecah menjadi bagian-bagian kecil, kemudian proses pengambangan dilakukan secara lokal.

Locally Adaptive Image Thresholding Sebagai contoh, pengambangan dilakukan terhadap daerah citra yang berukuran 3 x 3 atau 5 x 5 pixel. Nilai ambangnya ditentukan sebagai fungsi rata-rata derajat keabuan di dalam dearah citra tersebut.

Contoh Locally Adaptive Image Thresholding 93 90 132 22 1 202 235 107 234 135 122 109 41 106 111 228 9 125 198 70 254 151 171 83 188 202 23 68 37 171 134 37 86 143 44 102 189 104 100 146 38 186 103 41 177 117 233 62 189 179 48 164 216 122 88 16 104 90 198 40 228 177 226 198 111 45 182 68 44 105 162 64 220 175 127 75 32 60 33 230 253 2 92 14 164 141 159 163 126 88 238 114 231 18 235 144 117 106 252 100 T = mean dari region Luas region / ukuran window = 2x2 93 90 122 109 T = mean(window) = 103.5 = 104 1 0 0 0 1 1

OPERASI-OPERASI PADA CITRA BINER

Penapis Luas Seringkali citra biner yang dihasilkan mengandung beberapa daerah yang dianggap sebagai gangguan (noise), Biasanya daerah gangguan itu berukuran kecil. Penapis luas dapat digunakan untuk menghilangan daerah gangguan Misalkan objek yang dianalisis diketahui mempunyai luas yang lebih besar dari T. Maka, pixel-pixel dari daerah yang luasnya di bawah T dinyatakan dengan 0.

Contoh Penapis Luas

Contoh Penapis Luas

Pengkodean Citra Biner Citra biner umumnya dikodekan dengan metode run-length encoding (RLE). Metode pengkodean ini menghasilkan representasi citra yang mampat. pendekatan yang digunakan dalam penerapan RLE pada citra biner: Posisi awal kelompok nilai 1 dan panjangnya (length of runs)

Contoh Pengkodean Citra Biner (Bentuk 1) Posisi awal 1 Panjang Baris 1 Baris 2 Baris 3

Contoh Pengkodean Citra Biner (Bentuk 2) Contoh Citra: 8x8 = 64 bytes Representation Code: 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (0,4), (1,2), (0,2) (0,3), (1,4), (0,1) (0,3), (1,4), (0,1) (0,2), (1,5), (0,1) (0,2), (1,5), (0,1) (0,3), (1,3), (0,3) (0,4), (1,1), (0,3) (0,8) Informasi Yang Disimpan: 22 pairs of integers = 44 bytes 26

Segmentasi Citra Biner Tujuan Segmentasi Mengelompokkan pixel-pixel objek menjadi wilayah (region) yang merepresentasikan objek. Dua pendekatan Segmentasi berdasarkan batas wilayah Segmentasi ke bentuk dasar

Contoh Penggunaan Citra Biner (Segmetasi citra sel)

Ekstraksi Tepi Objek menggunakan 8-ketetanggaan ALGORITMA 8.1 Memperoleh tepi objek Masukan: f (m,n): Citra masukan berupa citra biner berukuran m baris dan n kolom Keluaran: g (m, n): Hasil citra yang berisi tepi objek FOR q 2 to m-1 FOR p 2 to n-1 p0 f(q, p+1) p1 f(q-1, p+1) p2 f(q-1, p) p3 f(q-1, p-1) p4 f(q, p-1) p5 f(q+1, p-1) p6 f(q+1, p) p7 f(q+1, p+1) sigma p0 + p1 + p2 + p3 + p4 + p5 + p6 + p7 IF sigma = 8 g(q, p) 0 ELSE g(q, p) f(q, p) END-IF END-FOR

Contoh hasil Esktraksi Tepi Objek

Properti Geometri Setelah proses segmentasi objek selesai dilakukan, maka proses berikutnya adalah menganalisis objek untuk mengenali objek tersebut. Analisis objek didasarkan pada ciri khas (feature) geometri pada objek tersebut. Kita asumsikan di dalam citra biner hanya terdapat 1 buah objek. Ada dua kelompok ciri khas pada objek: a. Global feature, yaitu ciri khas keseluruhan objek. b. Local feature, yaitu ciri khas bagian tertentu dari objek.

Properti Geometri (Luas)

(Keliling) Menghitung panjang batas wilayah. Pixel dalam batas wilayah horizontal atau vertikal dianggap satu satuan panjang, sedangkan pixel pada arah diagonal panjangnya 2 satuan.

(Pusat Massa) Berguna untuk menentukan posisi objek.

(Tinggi) Dihitung dari jarak vertikal dari pixel tertinggi dan terendah dari objek. Menghitung jarak antara pixel (i1, j1) dan pixel (i2, j2) :

(Lebar) Dihitung dari jarak horizontal dari pixel tertinggi dan terendah dari objek

Referensi Prof. Aniati Murni A., Pengolahan Citra Digital, Fak. Ilmu Komputer, Universitas Indonesia. Rinaldi Munir, Pengolahan Citra Digital Slide Pengolahan Citra, Departement Teknik Informatika IT Telkom Kadir, Abdul dan Adhi Susanto. 2013. Teori Dan Aplikasi Pengolahan Citra. Yogyakarta: Penerbit Andi.