BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

PATOFISIOLOGI CEDERA

RESPON HUNTING PADA TERAPI DINGIN PADA PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA. Oleh: Novita Intan Arovah Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

Oleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi

Lampiran 1 Lembar permohonan dan persetujuan menjadi talent video

Pengantar Cedera Olahraga

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan khususnya yaitu olahraga. Olahraga merupakan suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

TERAPI DINGIN (COLD THERAPY) DALAM PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA. Oleh : Novita Intan Arovah Dosen Jurusan Pendidikan dan Rekreasi FIK UNY

Written by Dr. Brotosari Wednesday, 02 September :18 - Last Updated Wednesday, 28 December :53

2

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangkan kesempatan atlet profesional mendapatkan sumber. olahraga non-kontak yang memerlukan lompatan, perubahan cepat dalam

TERAPI MASSAGE CEDERA OLAHRAGA. Oleh Hendi S Pawaka Andi Suntoda S

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

LAPORAN PENELITIAN DOSEN (Bidang Keahlian)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K. Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

Gangguan Pada Bagian Sendi

BAB I PENDAHULUAN. menaiki tangga, berlari dan berolahraga secara umum dan lain-lain. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga tuntutan lingkungan agar dapat melakukan aktifitas dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok oleh dua tim dengan beranggotakan masing-masing lima orang

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda

Manfaat Ice Compress Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) pada Otot Gastrocnemius

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan sehari-hari. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah pribadi pasien.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

Penanganan atau pertolongan terhadap cedera Oleh Tri Ani Hastuti

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

CEDERA OLAHRAGA. By : Faidillah Kurniawan

Kelompok 6 (adri, diah, yuyun, irfan, rama)

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

PADA TERAPI DINGIN PADA PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

Tulang dan sendi merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak,

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah infus, kandungan obat didalam infus sudah. menggatikan cairan tubuh yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

b) Luka bakar derajat II

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S)

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. secara terstruktur dengan berpedoman pada aturan-aturan atau kaidah-kaidah. pengunaan energi/kalori oleh tubuh (Afriwardi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dilihat dengan membagi aktivitas olahraga berdasarkan tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. (Kushariyadi, 2011). Indonesia menempati urutan ke-4 besar negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah kesehatan dapat pula menimbulkan dampak yang merugikan bagi tubuh antara lain berupa cedera olahraga. Cedera olahraga yang terjadi pada atlet olahraga prestasi selain mengganggu kesehatan juga dapat mengurangi kesempatan atlet tersebut untuk berprestasi secara maksimal (Arovah, 2010). Cedera olahraga seringkali direspon oleh tubuh dengan tanda radang yang terdiri atas rubor (merah), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri), dan functiolaesa (penurunan fungsi). Pembuluh darah di lokasi cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam rangka mendukung penyembuhan. Pelebaran pembuluh darah ini lah yang mengakibatkan lokasi cedera terlihat lebih merah (rubor). Cairan darah yang banyak dikirim di lokasi cedera akan merembes keluar dari kapiler menuju ruang antar sel, dan menyebabkan bengkak (tumor). Dengan dukungan banyak nutrisi dan oksigen, metabolisme di lokasi cedera akan meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas. Kondisi inilah yang menyebabkan lokasi cedera akan lebih panas (kalor) dibanding dengan lokasi lain. Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lain akan merangsang ujung 1

2 saraf di lokasi cedera dan menimbulkan nyeri (dolor). Rasa nyeri juga dipicu oleh tertekannya ujung saraf karena pembengkakan yang terjadi di lokasi cedera. Baik rubor, tumor, kalor, maupun dolor akan menurunkan fungsi organ atau sendi di lokasi cedera yang dikenal dengan istilah functiolaesa (Kushartanti, 2012). Cedera yang sering terjadi pada atlet adalah sprain yaitu cedera pada sendi yang mengakibatkan robekan pada ligament. Sprain terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan dan mendadak pada sendi, atau karena penggunaan berlebihan yang berulang-ulang. Sprain ringan biasanya disertai hematom dengan sebagian serabut ligament putus, sedangkan pada sprain sedang terjadi efusi cairan yang menyebabkan bengkak. Pada sprain berat, seluruh serabut ligamen putus sehingga tidak dapat digerakkan seperti biasa dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan, dan adanya darah dalam sendi (Kushartanti, 2012). Pada penderita dislokasi sendi, nyeri merupakan masalah yang paling sering dijumpai (Murwani, 2009). Foley (2009) mengumpulkan data sebanyak 85% pasien dislokasi mengeluhkan nyeri. Nyeri dapat dibedakan menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut datangnya tiba-tiba atau singkat, dapat hilang dengan sendiri, dapat diprediksi, dan merupakan reaksi fisiologi akan sesuatu yang berbahaya (Murwani, 2009). Nyeri pada dislokasi bersifat kronis, banyak terapi yang digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri pada dislokasi sendi, baik itu terapi farmakologi maupun terapi non farmakologi. Secara farmakologi, pemberian

3 analgetik dapat meringankan nyeri yang dirasakan oleh pasien. Terapi non farmakalogis merupakan terapi modalitas yang digunakan sebagai terapi pendukung untuk kesembuhan pasien tanpa mengabaikan terapi medis yang dapat mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan dan merupakan bagian dari terapi komplementer (Suardi, 2011). Terapi dingin, digunakan sebagai terapi modalitas yang dapat menyerap suhu jaringan sehingga terjadi penurunan suhu jaringan melewati mekanisme konduksi. Efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin, lama terapi dan konduktivitas terapi. Pada dasarnya agar terapi dapat efektif, suhu pada cedera lokal harus dapat diturunkan dalam jangka waktu yang mencukupi (Bleakley et al., 2004). Cryotherapy merupakan penggunaan es dan air es dalam pengobatan cedera dan modalitas pengobatan yang umum digunakan dalam pengelolaan cedera jaringan lunak akut (Bleakley et al, 2007). Terapi Es (cryotherapy) dapat dipakai dalam beberapa model, seperti penggunaan Es dan Masase Es, Ice Packs, Vacpocoolant Sprays dan Cold Baths / Water Immersion. Aplikasi dingin dapat mengurangi suhu daerah yang sakit, membatasi aliran darah dan mencegah cairan masuk ke jaringan di sekitar luka. Hal ini akan mengurangi nyeri dan pembengkakan. Aplikasi dingin dapat mengurangi sensitivitas dari akhiran syaraf yang berakibat terjadinya peningkatan ambang batas rasa nyeri. Aplikasi dingin juga akan mengurangi kerusakan jaringan dengan jalan mengurangi metabolisme lokal

4 sehingga kebutuhan oksigen jaringan menurun. Secara fisiologis es mengurangi aktivitas metabolisme dalam jaringan sehingga mencegah kerusakan jaringan sekunder dan mengurangi nyeri ke sistem saraf pusat (Aroyah, 2012). Penelitian yang dilakukan Bleakley et al (2004), tentang penanganan cedera dengan menggunakan es didapatkan hasil bahwa pengobatan menggunakan es terhadap jaringan lunak yang cedera dapat menurunkan nyeri dan menghilangkan pembengkakan. Dari hasil penelitian Adegoke dan Geminiyi (2004) terapi handuk es efektif menurunkan nyeri, meningkatnya ROM, dan meningkatkan fungsional. Baik terapi panas maupun terapi dingin memberikan manfaat berupa pengurangan nyeri secara bermakna pada osteoarthritis lutut ditunjukkan dengan penurunan nyeri VAS (Chandra, 2010). Terapi dingin dianjurkan selama satu sampai tiga hari setelah cedera (tergantung pada beratnya) atau pada fase cedera akut. Selama waktu ini, pembuluh darah di sekitar jaringan yang terluka membuka, nutrisi dan cairan masuk kedarah untuk membantu penyembuhan jaringan. Jika pembengkakan dan peradangan tidak dihentikan atau diperlambat, kerusakan jaringan lebih luas dapat terjadi dan cedera mungkin memakan waktu lebih lama untuk penyembuhan (Bleakley et al, 2007). Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto didapatkan data dari pihak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bagian olahraga terdapat 40 mahasiswa yang telah terdaftar aktif mengikuti kegiatan latihan futsal. Berdasarkan hasil wawancara terhadap

5 5 mahasiswa yang sering mengalami nyeri sendi bagian lutut dan pergelangan kaki, didapatkan data sebanyak 3 mahasiswa menggunakan kompres air panas atau hangat saat mengalami nyeri dan 2 mahasiswa menggunakan krim penghangat untuk mengurangi nyeri. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pemain Futsal pada Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2016. B. RUMUSAN MASALAH Olahraga merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Olahrga juga dapat pula menimbulkan dampak yang merugikan bagi tubuh antara lain berupa cedera olahraga. Cedera yang sering terjadi pada atlet adalah sprain yaitu cedera pada sendi yang mengakibatkan robekan pada ligament. Pada sprain berat, seluruh serabut ligamen putus sehingga tidak dapat digerakkan seperti biasa dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan, dan adanya darah dalam sendi. Nyeri pada dislokasi bersifat kronis, banyak terapi yang digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri pada dislokasi sendi, baik itu terapi farmakologi maupun terapi non farmakologi. Terapi non farmakalogis merupakan terapi modalitas yang digunakan sebagai terapi pendukung untuk kesembuhan pasien tanpa mengabaikan terapi medis yang dapat mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara

6 keseluruhan dan merupakan bagian dari terapi komplementer. Terapi dingin, digunakan sebagai terapi modalitas yang dapat menyerap suhu jaringan sehingga terjadi penurunan suhu jaringan melewati mekanisme konduksi. Efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin, lama terapi dan konduktivitas terapi. Pada dasarnya agar terapi dapat efektif, suhu pada cedera lokal harus dapat diturunkan dalam jangka waktu yang mencukupi. Berdasarkan uraian di atas maka muncul pertanyaan peneliti sebagai berikut: Adakah pengaruh kompres dingin terhadap penurunan nyeri sendi pemain futsal pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2016?. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh kompres dingin terhadap penurunan nyeri sendi pemain futsal pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan, jenis kelamin, umur dan jenis cedera responden di Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2016 b. Untuk mengetahui nyeri sendi pemain futsal pada mahasiswa sebelum diberikan kompres dingin di Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2016.

7 c. Untuk mengetahui nyeri sendi pemain futsal pada mahasiswa sesudah diberikan kompres dingin di Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2016. d. Untuk mengetahui perbedaan nyeri sendi pemain futsal pada mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan kompres dingin di Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2016. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini dapat membuktikan hasil efektif tentang pengaruh kompres dingin terhadap penurunan nyeri sendi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Akademis Secara akademis penelitian ini berguna untuk menambah informasi bagi perawat tentang pengobatan nyeri sendi pemain futsal dengan kompres dingin. b. Bagi Profesi Keperawatan Meningkatkan pengetahuan perawat tentang manfaat kompres dingin dan dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan tentang nyeri sendi pemain futsal.

8 c. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan tentang pengaruh kompres dingin terhadap penurunan nyeri sendi pemain futsal. d. Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan tentang khasiat kompres dingin dalam kegunaan untuk menurunkan nyeri sendi pemain futsal. E. KEASLIAN PENELITIAN 1. Beakley dan Aucley (2006), mengenai aplikasi cryotherapy intermiten dalam mengurangi nyeri dan pembengkakan. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan efikasi dari protokol pengobatan cryotherapy intermiten dengan protokol pengobatan cryotherapy standar dalam pengelolaan ankle sprain dalam fase akut. Perekrutan sampel dalam penelitian ini dimulai di University of Ulster pada Januari 2002 dan telah diperpanjang ke Royal Victoria Hospital, Belfast pada Maret 2002. Subjek dalam penelitian ini dibagi, menjadi kelompok control yang dikontrol secara ketat tanpa mendapat perlakuan apa-apa dan kelompok perlakuan dengan aplikasi es standar (n = 46) atau aplikasi es intermiten (n = 43). Hasil dari penelitian ini didapatkan subyek yang diobati dengan protokol intermiten (selama 10 menit), secara signifikan (p <0,05) nyeri ankle sprain berkurang dibandingkan mereka yang menggunakan protokol standar 20 menit, namun, satu minggu setelah cedera pergelangan kaki, tidak ada perbedaan

9 yang signifikan antara kelompok dalam hal fungsi, bengkak, atau nyeri saat istirahat. 2. Thomas, et al (2008), yang meneliti pengaruh stabilitas cryotherapy postural setelah terjadinya lateral ankle sprain. Penelitian dilakukan untuk menentukan efek pada stabilitas postural cryotherapy pada lateral ankle sprain. Penelitian ini menggunakan metode a single-session,, Prosedur yang digunakan pada penelitian ini pra dan post. Penilaian pra cryotherapy dilakukan pada kedua kain setelah 20 menit perendaman kaki bagian bawah tanpa cryotherapy dan penilaian post setelah cryotherapy selama 10 dan 20 menit. Kedua kaki diuji sebelum cryotherapy dan setelah cryotherapy. Dari hasil didapatkan sebelum terapi cryotherapy (p = 0.001) dan nilai Post (p = 0.000), Post 10 menit (p = 0.000) dan Post 20 menit (p = 0.003) dengan p < 0.05. Perendaman cryotherapy berpengaruh terhadap lateral ankle sprain.