4. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI

dokumen-dokumen yang mirip
> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

MIX DESIGN Agregat Halus

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB II DASAR TEORI 2.1. UMUM. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat, air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

CONTOH 1 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI

CONTOH 2 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI

PERENCANAAN CAMPURAN (MIX DESIGN) DAN PEMBUATAN BENDA UJI BETON

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Viscocrete Kadar 0 %

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL

STUDI PENELITIAN HUBUNGAN KEKUATAN TEKAN BETON DENGAN SLUMP

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL. SNI By Yuyun Tajunnisa

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

PENJELASAN PENGISIAN DAFTAR ISIAN ( FORMULIR )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

MIX DESIGN BETON NORMAL

SNI SNI Standar Nasional Indonesia

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. menggunakan fiber glass diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Adapun jumlah benda uji kubus beton dalam penelitian ini sebanyak 176

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT KASAR MENGGUNAKAN PECAHAN KERAMIK PADA BETON

HASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

Mix Design Metode (ACI,SNI,PCA,DOE)

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. air. Untuk mengurangi berat jenis beton dapat menggunakan material ringan yaitu

PENGARUH PERSENTASE BATU PECAH TERHADAP HARGA SATUAN CAMPURAN BETON DAN WORKABILITAS (STUDI LABORATORIUM) ABSTRAK

BAB 3 METODOLOGI. Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat

1.2. Tujuan Penelitian 4

Berat Tertahan (gram)

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

: Pengujian Campuran Beton No. Uji : 10. Materi : Perancangan Campuran Beton Mutu Tinggi Metode BW Shacklock Halaman :

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERSEMBAHAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB III METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

DAFTAR ISI. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Penelitian Sebelumnya... 8

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON DENGAN MEMANFAATKAN BATU API DARI DAERAH MASOHI-MALUKU TENGAH SEBAGAI CAMPURAN BETON

Perencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

BAB II LANDASAN TEORI

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. (28 hari). Keuntungan menggunakan beton dalam struktur bangunan yaitu beton

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BETON DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUJIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LABORATORIUM BAHAN STRUKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL P0LITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar 90245

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton merupakan material bangunan yang paling umum digunakan dalam

diperlukan adanya komposisi pasir dan kerikil yang tepat dengan menggunakan mesin Pengaus Los Angeles, yang mana

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 karena dapat memberi tampilan yang

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

MIX DESIGN METODE SKSNI MENGGUNAKAN MATERIAL AGREGAT KASAR DAN HALUS DENGAN BERAT JENIS RENDAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

a. Faktor C/E (rasio berat semen terhadap berat air) Perencanaan campuran beton menurut metoda Dreux didasarkan pada rumus :

BAB III METODE PENELITIAN. Dinas Binamarga Provsu. Objek dalam penelitian ini adalah beton non pasir

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 LANDASAN TEORI

STUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON

Transkripsi:

. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI 0-8-000 Pemilihan proporsi campuran beton harus ditentukan berdasarkan hubungan antara Kuat Tekan Beton dan Faktor Air Semen (fas) Perhitungan perencanaan campuran beton harus didasarkan pada data sifat-sifat bahan yang digunakan Bila pada bagian pekerjaan konstruksi yang berbeda akan digunakan bahan yang berbeda, maka proporsi campuran yang akan digunakan harus direncanakan secara terpisah Susunan campuran beton yang diperoleh dari perhitungan perencanaan campuran harus dibuktikan melalui campuran coba yang menunjukkan bahwa proporsi tersebut memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan. Bahan untuk campuran coba harus mewakili bahan yang akan digunakan pada campuran sebenarnya. a. Kuat Tekan Beton Tetapkan kuat tekan beton yang disyaratkan f c, yaitu kuat tekan beton yang dipergunakan dalam analisa/perencanaan struktur.

Kemudian tetapkan kuat tekan rata-rata yang ditargetkan (f cr), dihitung dengan menambahkan suatu nilai tambah (M) dari kuat tekan yang disyaratkan (f c) Deviasi Standar (sd) yang didapat dari pengalaman dilapangan selama produksi beton menurut rumus : sd n i x i n x dan x n i sd : deviasi standar x i : kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji x : kuat tekan beton rata-rata n : jumlah data/nilai hasil uji (minimum 0 buah) Deviasi standar ditentukan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan pencampuran beton dan volume adukan beton yang dibuat(tabel.b), makin baik mutu pelaksanaan maka makin kecil nilai deviasi standar. Penetapan nilai ini juga berdasarkan hasil pengalaman praktek n x i

Nilai Tambah (M) dihitung menurut rumus M =,6. Sr M : nilai tambah,6 : tetapan statistik yang nilainya tergantung pada prosentase kegagalan hasil uji sebesar maksimum 5%. sr : deviasi strandar rencana k : faktor pengali deviasi standar Apabila dalam suatu produksi beton, hanya terdapat 5 sampai 9 hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah perkalian deviasi standar yang dihitung berdasarkan data uji tersebut dengan faktor pengali (k) seperti tabel a. Sedang bila jumlah data hasil uji kurang dari 5, maka nilai tambah (M) diambil tidak kurang dari MPa. Kuat Tekan rata-rata yang ditargetkan : f' cr f' c M Tabel a : Faktor Pengali (k) Deviasi Standar Jumlah Data 0 5 0 5 < 5 Faktor Pengali,00,0,08,6-5

Tabel b : Mutu Pelaksanaan, Volume Adukan dan Deviasi Standar Volume Pekerjaan Sebutan Deviasi Standar sd (MPa) Volume Beton Mutu Pekerjaan (m³) Baik Sekali Baik Dapat Diterima Kecil < 000,5 < s 5,5 5,5 < s 6,5 6,5 < s 8,5 Sedang 000-000,5 < s,5,5 < s 5,5 5,5 < s 7,5 Besar > 000,5 < s,5,5 < s,5,5 < s 6,5 Tabel c : Nilai Deviasi Standar untuk berbagai tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Sd (MPa) Memuaskan,8 Sangat Baik,5 Baik, Cukup 5,6 Jelek 7,0 Tanpa Kendali 8, 6

b. Faktor Air Semen (fas) Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata yang ditargetkan didasarkan hubungan kuat tekan f cr dengan fas yang diperoleh dari penelitian, bila tidak tersedia data hasil penelitian, maka dipergunakan grafik atau tabel dan grafik (baik benda uji silinder ataupun kubus) untuk lingkungan khusus, fas maksimum harus memenuhi SNI 0-95-99 tentang Beton Tahan Sulfat dan SNI 0-9-99 tentang Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air. Tabel : Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan fas = 0,5 Kuat Tekan (MPa) Jenis Semen Jenis Agregat Kasar pada umur (hari) 7 8 9 Semen Porland Batu tak dipecahkan 7 0 tipe I atau Batu pecah 9 7 7 5 Semen Tahan Sulfat Batu tak dipecahkan 0 8 0 8 tipe II, V Batu pecah 5 5 Batu tak dipecahkan 8 8 Semen Portland Batu pecah 5 8 tipe III Batu tak dipecahkan 5 6 5 Batu pecah 0 0 5 60 benda uji Silinder Kubus Silinder Kubus 7

7 hari 90 Kuat Tekan rata-rata (MPa) 70 60 Semen tipe I Kuat Tekan rata-rata (MPa) 80 70 Garis awal gunakan data dari Tabel 50 60 0 95 hari 50 0 8 hari 0 0 0 0 hari 0 0 0, 0, 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 Faktor Air Semen (fas) Grafik : Hubungan antara Kuat Tekan dan Faktor Aie Semen (benda uji berbentuk silinder diameter 50 mm, tinggi 00 mm) 0 0 0, 0, 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 Faktor Air Semen (fas) Grafik : Hubungan antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen (fas) (benda uji berbentuk Kubus 50 x 50 x 50 mm) 8

Tabel : Persyaratan fas dan Jumlah Semen minimum Untuk berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus Tabel : Perkiraan Kebutuhan Air per-meter kubik Beton Ukuran maksimum Slump (mm) Jenis Batuan Agregat (mm) 0-0 0-0 0-60 60-80 0 0 0 Batu tak dipecahkan 50 80 05 5 Batu pecah 80 05 0 50 Batu tak dipecahkan 5 60 80 95 Batu pecah 70 90 0 5 Batu tak dipecahkan 5 0 60 75 Batu pecah 55 75 90 05 Jenis Pembetonan Jumlah Semen minimum per-m³ beton (kg) Nilai fas maksimum Beton di dalam ruang bangunan a. keadaan keliling non-korosif 75 0,60 b. keadaan keliling korosif disebabkan oleh kondensasi atau uap korosif Beton di luar ruangan bangunan a. tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. terlindung dari hujan dan terik matahari langsung Beton masuk ke dalam tanah a. mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Beton yang kontinu berhubungan dengan air tawar dan air laut 5 5 75 5 0,5 0,55 0,60 0,55 tabel 5 tabel 6 9

Kadar Tabel 5 : fas maksimum untuk Beton yang berhubungan Air Tanah yang mengandung Sulfat Konsentrasi Sulfat Dalam Tanah Sulfat gang- Total SO dalam (SO) guan SO campuran dalam Sulfat (%) air : tanah air tanah Tipe Semen Kandungan Semen minimum (kg/m³) Ukuran Agregat maksimum (mm) = : (g/l) (g/l) 0 0 0 < 0, <,0 < 0, tipe I dengan atau tanpa Puzolan (5-0%) tipe I dengan atau tanpa Puzolan (5-0%) 80 90 00 0 50 50 0,50 0,50 0, - 0,5,0 -,9 0, -, Semen Portlant Puzolan tipe I Puzolan (5-0%) atau 70 0 60 0,55 tipe II atau tipe V 50 90 0 0,55 tipe I Puzolan (5-0%) 0,5 -,0,9 -,, -,5 atau 0 80 0 0,5 Semen Portlant Puzolan tipe II atau tipe V 90 0 80 0,50,0 -,0, - 5,6,5-5,0 tipe II atau tipe V 0 70 0 0,5 5 >,0 > 5,6 > 5,0 tipe II atau tipe V dan lapisan pelindung 0 70 0 0,5 f a s 0

Tabel 6 : Ketentuan minimum untuk Beton Bertulang dalam Air Jenis Kondisi Lingkungan f a s yang berhubungan Beton dengan maksimum Bertulang atau Prategang Tipe Semen Kandungan Semen minimum (kg/m³) Ukuran maksimum Agregat (mm) 0 0 air tawar 0,50 tipe V 80 00 tipe I + Puzolan air payau 0,5 (5-0%) atau Semen Portland 0 80 Puzolan air laut 0,5 tipe II atau V 0 70 c. Slump Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan (tabel 7) agar diperoleh beton yang mudah dituangkan/dicor, dipadatkan dan diratakan.

Tabel 7 : Penetapan Nilai Slump maksimum minimum dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang 5 50 pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan struktur di bawah tanah Pemakaian Beton Nilai Slump (mm) pelat, balok, kolom dan dinding 50 75 pengerasan jalan 75 50 pembetonan masal 75 5 d. Besar Butir Agregat Maksimum Ukuran butir agregat maksimum tidak boleh melebihi : /5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan / tebal pelat / jarak bersih minimum di antara batang-batang atau berkasberkas tulangan Selain itu, gradasi agregat yang digunakan (agregat halus dan agregat kasar) harus memenuhi persyaratan gradasi agregat untuk beton. 90 5

e. Kadar Air Bebas/Kebutuhan Air Agregat tak dipecah atau agregat pecah (campuran), digunakan nilai-nilai pada tabel. Untuk agregat campuran (tak dipecah dan dipecah), dihitung dengan menggunakan rumus W h W k W h : perkiraan jumlah air untuk agregat halus (tabel ) W k : perkiraan jumlah air untuk agregat kasal (tabel ) f. Gradasi Agregat dan Proporsi Agregat Halus dan Agregat Kasar Agregat yang dipergunakan merupakan campuran dari agregat halus dan agregat kasar dengan proporsi tertentu dan harus memenuhi persyaratan agregat untuk beton. Gradasi agregat halus dikelompokkan dalam daerah gradasi menurut kehalusan butir agregat halus (gambar. sd..7), dan persyaratan gradasi agregat kasar tergantung dari ukuran butir maksimum yang dipergunakan (gambar.8,.9 dan.0).

Persyaratan gradasi agregat gabungan (agregat halus dan agregat kasar) tergantung ukuran butir maksimum (gambar. s.d.). Proporsi/prosentase agregat halus terhadap kadar total agregat dalam campuran beton dicari dengan menggunakan grafik, dan 5, yang tergantung nilai slump, fas, daerah gradasi agregat halus/pasir dan ukuran butir maksimum agregat. g. Berat Jenis Relatif Agregat Berat jenis relatif agregat ditentukan sbb. Berdasarkan data hasil uji (agregat yang akan digunakan untuk campuran beton) atau bila tidak tersedia data tersebut, dapat digunakan nilai,5 untuk agregat tak dipecah dan,6,7 untuk agregat dipecah. Berat jenis agregat gabungan dihitung dengan rumus bj bj agr.halus bj agr.kasar agr.gab P.bj 00 agr.halus K. bj 00 agr.kasar : bj agregat halus ; P : prosentase agregat halus : bj agregat kasar ; K : prosentase agregat kasar

80 Slump : V B : 0 0 mm > s 0 0 mm 6 s 0 60 mm 6 s 60 80 mm 0 s 80 70 70 60 50 0 0 60 50 0 0 0 0 0 0, 0, 0,6 0,8 0, 0,6 0,8 0, 0,6 0,8 0, 0,6 0,8 Faktor Air Semen 0 Grafik : Persen Pasir terhadap Kadar Total Agregat yang dianjurkan Untuk ukuran butir maksimum 0 mm 5

80 Slump : V B : 0 0 mm > s 0 0 mm 6 s 0 60 mm 6 s 60 80 mm 0 s 80 70 70 60 60 50 0 0 0 50 0 0 0 0 0, 0, 0,6 0,8 0, 0,6 0,8 0, 0,6 0,8 0, 0,6 0,8 Faktor Air Semen 0 Grafik : Persen Pasir terhadap Kadar Total Agregat yang dianjurkan Untuk ukuran butir maksimum 0 mm 6

80 Slump : V B : 0 0 mm > s 0 0 mm 6 s 0 60 mm 6 s 60 80 mm 0 s 80 70 70 60 60 50 50 0 0 0 0 0 0 0 0, 0, 0,6 0,8 0, 0,6 0,8 0, 0,6 0,8 0, 0,6 0,8 Faktor Air Semen 0 Grafik 5 : Persen Pasir terhadap Kadar Total Agregat yang dianjurkan Untuk ukuran butir maksimum 0 mm 7

h. Proposi Campuran Beton Dari hasil perhitungan perencanaan bampuran ini, kebutuhan semen, air, agregat halus/pasir dan agregat kasar/kerikil, harus di proporsikan dalam kg per-m adukan beton. i. Koreksi Proporsi Campuran Perencanaan campuran beton didasarkan pada agregat dalam kondisi SSD, sedangkan umumnya kondisi agregat tidak dalam keadaan SSD. Kandungan air agregat di lapangan dapat lebih kecil dari kondisi SSD (agregat lebih kering) yang menyebabkan air yang diberikan untuk campuran sebagian terserap agregat dan fas menjadi lebih kecil, atau dapat juga lebih besar dari kondisi SSD (agregat lebih basah) sehingga menambah air campuran dan fas menjadi lebih besar. Karena itu untuk menjaga agar nilai fas tetap, harus dilakukan koreksi proporsi campuran yang disebabkan kandungan air pada agregat, dan koreksi paling sedikit dilaksanakan satu kali dalam sehari, dengan menggunakan rumus : 8

Air A Ah A 00 Agregat Halus Agregat Kasar B B.B Ak A 00 Ah A 00 Ah A 00. B. C. C A : jumlah kebutuhan air (liter/m) B : jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m) C : jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m) A h : kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%) A k : kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%) A : kadar air dalam agregat halus kondisi SSD (%) A : kadar air dalam agregat kasar kondisi SSD (%) j. Berat Isi Beton Berat isi beton dipengaruhi oleh berat jenis agregat gabungan (agregat halus dan agregat kasar) dan kadar air bebas. Berat isi beton dapat diperoleh dengan menggunakan grafik 6. 9

700 600 500 Berat jenis relatif agregat kombinasi (kondisi SSD) 00 Asumsi untuk Agregat Batu Pecah,9,8 00 Asumsi untuk Agregat Tak Dipecah,7,6 00,5, 00 00 0 0 60 80 00 0 0 60 Kadar Air Bebas (kg/m³) Grafik 6 : Perkiraan Berat Isi Beton Basah yang telah selesai dipadatkan 50