BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tika Indah Kawuryan, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur kinerja suatu bank dan kemampuan bersaing. Salah satu. melalui Return on Asset (ROA) atau rasio laba terhadap aset.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga perbankan merupakan salah satu instrumen penting dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka (Oktriani, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari. masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Lely 2008:309)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Bank syariah secara umum bertujuan untuk mendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana bertemunya pemilik, pengguna dan pengelola modal.

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

DAFTAR ISI. ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR...i UCAPAN TERIMA KASIH...ii

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang dapat kita rasakan seperti sekarang, dimana hampir seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang Undang No 21 Tahun 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salahsatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat vital dalam industri perekonomian dan perkembangan ekonomi, bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu fondasi perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan perbankan merupakan salah satu dari sekian sistem keuangan yang berfungsi sebagai Financial Intermediary, yaitu suatu lembaga yang mempunyai peran untuk mempertemukan antara pemilik dan pengguna dana. Memperoleh keuntungan merupakan tujuan utama dari setiap berdirinya suatu badan usaha tak terkecuali perbankan. Oleh karena itu, kegiatan bank haruslah berjalan secara efisien dan efektif pada skala makro maupun mikro. Dana hasil mobilitas masyarakat yang telah dihimpun oleh pihak perbankan akan dialokasikan ke berbagai macam sektor ekonomi dan keseluruhan area yang membutuhkannya, secara tepat dan cepat. Permasalahan timbul pada saat terdapat suatu kelompok mayoritas masyarkat muslim, yang merasa sulit adanya lembaga perbankan konvensional dalam kehidupannya, dikarenakan terdapat unsur-unsur yang dinilai tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, seperti adanya bunga. Menurut kalangan ahli agama Islam, bunga sama dengan riba yang ketentuannya adalah haram dalam ajaran di Al-Qur an dan Sunnah. Ini juga diperkuat dengan keluarnya fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan bunga bank sama dengan riba. Dengan situasi semacam itu umat Islam menghadapi pilhan yang cukup membingungkan, di satu sisi mereka menyadari akan perlunya suatu lembaga perbankan untuk menunjang kegiatan ekonomi yang berarti juga untuk memperlancar aktivitas keuangan mereka, namun di sisi lain mereka dihadapkan 1 1

pada ajaran agama yang mengharuskan menghindari atau paling tidak membatasi keterlibatannya dengan bank konvensional. Untuk mengatasi kebingungan ini, sejumlah ekonom muslim menawarkan sistem perbankan dengan mengikuti serta mengamalkan ajaran ekonomi Islam yang diterapkan pada perbankan syariah. Keluarnya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan dan kemudian disusul oleh Fatwa Bunga Bank Haram dari MUI tahun 2003 menjadi pendorong bermunculannya berbagai bank yang menjalankan prinsip syariah. Berawal dari Bank Muamalat sebagai bank yang berbasis syariah pertama di Indonesia, sekarang jumlah Bank Umum Syariah (BUS) menurut outlook perbankan syariah Bank Indonesia 2013 telah mencapai 11 unit dan Unit Usaha Syariah (UUS) mencapai 24 unit. Jumlah ini memang tidak mengalami perubahan sejak 2011, namun jumlah jaringan kantor bertambah sebanyak 401 unit dibanding tahun 2012 menjadi 1.858 unit pada bulan April 2013. Sebagaimana bank konvensional, bank syariah pun menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Produk penyaluran dana yang paling sering digunakan di perbankan syariah adalah pembiayaan murabahah dengan akad jual beli. Karim (2011:221) menyatakan bahwa murabahah merupakan transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Pembiayaan murabahah sering digunakan karena pembiayaan ini adalah pembiayaan yang paling aman dan minim resiko selain disamping proses dan pratkiknya yang lebih mudah di bandingkan dengan pembiayaan jenis lainnya. Pendapat ini juga didukung oleh Harahap (2010:18) yang menyebutkan bahwa akad yang banyak digunakan dalam pembiayaan pada prinsip jual beli adalah murabahah, salam dan istishna. Sedangkan pada prinsip bagi hasil, akad yang pada umumnya sering digunakan adalah mudharabah dan musyarakah. Data Bank Indonesia dalam Outlook Perbankan Syariah tahun 2013 menunjukkan bahwa penyaluran dana masih didominasi piutang Murabahah 2 2

sebesar Rp. 80,95 triliun atau 59,71% diikuti pembiayaan Musyarakah yang sebesar Rp 25,71 triliun (18,59%) dan pembiayaan Mudharabah sebesar Rp 11,44 triliun (8,44%) dan piutang Qardh sebesar Rp. 11,19 triliun (8,25%). Pembiayaan penyaluran dana merupakan salah satu fungsi bank dalam menjalankan fungsi penggunaan dana. Dalam kaitan dengan bank maka ini merupakan fungsi yang sangat penting. Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan kepada para nasabah, bank diharapkan akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on financing) merupakan tingkat penghasilan tertinggi dari bank. Tingkat penghasilan dari setiap jenis pembiayaan juga bermacam-macam, tergantung pada prinsip pembiayaan yang digunakan dan sektor usaha yang dibiayai oleh pihak bank. Besar kecilnya suatu pembiayaan yang disalurkan bank akan berdampak pula pada besar kecilnya profit yang akan didapat oleh bank, hal ini pun didukung oleh pernyataan dari Siamat (2005) yang menyatakan bahwa : Penyaluran pembiayaan merupakan kegiatan yang mendominasi pengalokasian dana bank. Penggunaan dana untuk penyaluran pembiayaan ini mencapai 70% sampai 80% dai volume usaha bank. Oleh karena itu, sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran pembiayaan baik dalam bentuk bagi hasil, mark up, maupun pendapatan sewa. Menurut Firdaus (2009:12), dengan diperolehnya pendapatan dari pembiayaan, maka diharapkan profitabilitas bank akan membaik yang tercermin dari perolehan laba yang meningkat. Pengelolaan pembiayaan jual beli khususnya pembiayaan murabahah merupakan komponen penyusun aset terbesar pada perbankan syariah dan akan mengahasilkan pendapatan berupa margin/mark up. Dengan diperolehnya pendapatan mark up tersebut, maka akan mempengaruhi besarnya laba yang 3 3

diperoleh bank syariah. Serta pada akhirnya mampu mempengaruhi peningkatan profitabilitas yang tercermin dari Return on Asset (ROA). Mengingat begitu pentingnya fungsi dan peranan perbankan syariah di Indonesia, maka pihak bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar tercipta perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. (Sofyan, 2008:35). Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. (Dendawijaya, 2009: 118). Oleh karena itu, dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Dipilihnya industri perbankan karena kegiatan bank sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian sektor riil. Serta lebih dikhususkan pada perbankan syariah karena penelitian tentang profitabilitas bank syariah masih minim dilakukan. ROA merupakan rasio yang memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. Bank Syariah Mandiri Indonesia merupakan salah satu bank yang memakai sistem syariah dalam kegiatan operasionalnya. Bank Syariah Mandiri telah menjadi bank syariah yang mempunyai reputasi baik di mata masyarakat Indonesia karena selain bank ini adalah bank BUMN, Bank Syariah Mandiri telah berdiri cukup lama yaitu sejak tahun 1999. 4 4

Bank Syariah Mandiri walapun sudah melepaskan diri dari perusahaan induk yaitu bank yang berbasis konvensional, namun tetap saja memiliki beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya yang menimbulkan permasalahan dari berbagai aspek, salah satunya adalah aspek kinerja keuangan. Data berikut adalah fenomena kinerja keuangan bank dilihat dari sudut Return On Asset (ROA), pada Bank Syariah Mandiri : Tabel 1.1 ROA Bank Syariah Mandiri No Tahun ROA Naik/Turun 1 1999 0,38-2 2000 2,58 84,92 3 2001 2,52 (2,33) 4 2002 2,62 1,53 5 2003 0,72 (72,52) 6 2004 2,19 67,12 7 2005 1,01 (53,88) 8 2006 1,00 (0,99) 9 2007 1,31 23,33 10 2008 1,66 21,08 11 2009 2,23 48,43 12 2010 2,21 (0,90) 13 2011 1,95 (11,76) 14 2012 2,25 13,33 15 2013 1,53 (32,00) 16 2014 0,17 (88,89) Sumber : Olah Data Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri (1999-2014) 5 5

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa penilaian kinerja Bank Syariah Mandiri memiliki ROA fluktuasi yang cenderung menurun. Ini memperlihatkan adanya inkonsistensi Bank Syariah Mandiri dalam mendapatkan profitabilitas dari awal berdiri yaitu tahun 1999 sampai dengan tahun 2014. Agar dapat digambarkan secara lebih jelas, maka dibuat penyajian berupa grafik, seperti di bawah ini : 3 2,5 2 1,5 1 ROA 0,5 0 Grafik 1.1 ROA Bank Syariah Mandiri Dapat dilihat dari grafik di atas penilaian kinerja Bank Syariah Mandiri Indonesia memiliki nilai ROA yang mengalamai fluktuasi yang cenderung menurun. Perubahan penurunan ROA pada tahun 2014 sebesar 88,9% merupakan penurunan paling besar dan kenaikan yang signifikan terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 84,92,%. Sementara nilai ROA yang berada dibawah standar Bank Indonesia (BI) bersumber dari Surat Ederan Bank Indonesia No 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 sebesar 1,5%, cukup banyak terjadi di laporan keuangan Bank Syariah Mandiri dalam periode 1999-2014, yaitu pada tahun 1999,2003, 2005,2006,2007 dan 2014. Untuk rata-rata dari periode tersebut, Bank Syariah Mandiri Indonesia mendapatkan ROA sebesar 1,65%. Walaupun dari rata-rata ROA telah melebihi batas minimal ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, 6 6

namun ada beberapa tahun selama periode 1999-2003 yang mengalami ROA di bawah angka 1,5%. Hal ini harus mendapatkan perhatian lebih bagi pihak bank karena bank yang sehat adalah bank yang mampu mendapatkan ROA melebihi batas standar yang ada, ini bertujuan agar kinerja Bank Syariah Mandiri dapat berjalan dengan baik untuk kedepannya. Dapat disimpulkan dari data di atas bahwa ROA Bank Syariah Mandiri dalam periode 1999-2014 banyak yang telah melebihi dari standar ROA yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, secara tidak langsung ini menunjukkan bank syariah tersebut telah mempunyai kinerja yang baik bila dibandingkan dengan standar yang berlaku, ROA yang telah melebihi standar Bank Indonesia tersebut harus mampu dijaga oleh pihak yang bersangkutan bahkan harus lebih ditingkatkan. Walaupun telah tergolong bank yang mampu mendapatkan rata-rata ROA yang melebihi batas minimal yang ditetapkan Bank Indonesia, namun tetap saja kinerja Bank Syariah Mandiri perlu ditingkatkatkan karena bank yang sehat adalah bank yang memiliki ROA minimal 1,5%. Dalam hal ini Bank Syariah Mandiri mempunyai kecenderungan kenaikan dan penurunan kinerja keuangannya dari satu periode ke periode selanjutnya yang diproksikan oleh ROA, adanya beberapa ROA yang masih di bawah 1,5% menunjukkan masih harus ada peningkatan dari segi ROA. Menurut Prasnaugraha (dalam Cecep Yuda, 2014:5) Penurunan kinerja bank dapat menurunkan pula kepercayaan masyarakat. Bank sebagai suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan sebagai wadah mediasi antara pihak yang memiliki dana dengan pihak yang membutuhkan dana, haruslah dapat menjaga kepercayaan masyarakat dari calon nasabah atau dari nasabah bank itu sendiri karena sebuah kepercayaan adalah modal penting bagi sebuah bank untuk dapat terus menjalankan kegiatan operasionalnya. Ini disebabkan karena bila suatu bank telah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat maka itu akan berdampak pada kemamampuan bank dalam mengembangkan usahanya dan juga mempengaruhi kemampuan bank 7 7

untuk memperoleh laba, karena bank memiliki aset terbesar yang terletak pada dana simpanan milik nasabah untuk kelangsungan kegiatan operasional bank. Perhitungan dan penganalisisan profitabilitas perusahaan sangatlah penting, karena pihak manajemen bank dapat memperkirakan bagaimana keadaan kondisi suatu bank untuk jangka waktu kedepan baik bagi perusahaan bank tersebut ataupun bagi nasabah bank itu sendiri. Profitabilitas sebagai salah satu penilaian kinerja keuangan suatu bank memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya. Ini sesuai yang disebutkan oleh Mahmoedin (2004:20) : 1. Kualitas kredit/pembiayaan yang diberikan beserta pembeliannya 2. Jumlah modal 3. Mobilitas masyarakat dalam memperoleh dana yang murah 4. Perpencaran bunga bank 5. Manajemen pengalokasian dana dalam aktiva likuid 6. Efesiensi dalam menekan biaya operasi Dengan penilaian kinerja keuangan, pihak manajemen diharapkan mampu membuat suatu langkah antisipasi untuk dapat membuat arah laju perusahaan ke arah yang lebih baik dari periode-periode sebelumnya, karena dengan langkah antisipasi maka manajemen bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada perusahaan bank itu sendiri walaupun langkah prediksi tidaklah selalu sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Maulina R dan Riadi A (dalam Cecep Yuda 2014:5) bahwa Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasi perubahanperubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Namun pada realita kenyataan di dunia nyata, profitabilitas suatu bank tidaklah selalu berjalan kearah yang diinginkan atau tidak berjalan ke arah yang lebih baik melainkan ke arah sebaliknya, hal ini pun yang terjadi di semua bank konvensional ataupun syariah. Tidak menutup kemunkinan semua prediksi yang 8 8

telah dirancang sedemikian rupa akan meleset pada saat kegiatan operasional sudah berjalan. Sesuai dengan berbagai pendapat diatas dapat dibuah suatu garis besar kesimpulan bahwa pembiayaan murabahah sebagai salah satu bentuk produk penyaluran dana di perbankan syariah bertujuan untuk membiayai kebutuhan para nasabahnya baik kebutuhan primer atau sekunder. Pembiayaan murabahah ini adalah salah satu jenis produk pembiayaan kepada nasabah yang terdapat pada bank umum syariah dan merupakan jenis produk pembiayaan yang paling populer dibandingkan dengan jenis produk pembiayaan yang lainnya karena kemudahan serta kemiripannya dengan salah satu jenis pembiayaan yang terdapat di bank konvensional yaitu pemberian kredit. Pembiayaan murabahah ini dapat mempengaruhi profitabilitas pada bank syariah, seperti halnya yang terjadi pada bank konvensional. Peneliti tertarik untuk meneliti bahwa pembiayaan murabahah di bank syariah mempengaruhi profitabilitas seperti layaknya pada bank konvensional bahwa pemberian pinjaman dan modal yang diberikan kepada nasabah yang menjadi salah satu cara penyaluran dana mempengaruhi tingkat profitabilitas bagi bank konvensional. Kelebihan dari penelitian ini adalah dijadikannya pembiayaan murabahah sebagai faktor yang langsung dapat mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah, selain itu belum banyaknya penelitian-penelitian sejenis yang memakai pembiayaan murabahah sebagai variabel penelitian. Berdasarkan fenomena dan data-data di atas maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2014). B. Identifikasi Masalah 9 9

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang terjadi pada Bank Syariah Mandiri adalah : Keberhasilan dan keberlangsungan suatu bank salah satunya adalah dengan melihat kinerja bank dalam menjalankan serta dapat mengelola hasil usahanya terutama dalam mendapatkan laba yang diperoleh dari berbagai macam cara yang dilakukan. Namun, tidak selamanya dalam menjalankan kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar atau sesuai rencana, ada saatnya kegiatan operasional bank tersebut terganggu oleh berbagai macam hal salah satunya adalah pembiayaan kepada nasabah yang tidak sesuai dengan rencana awal atau dengan kata lain penurunan pembiayaan terhadap nasabah dari satu periode ke periode selanjutnya yang menyebabkan pendapatan suatu bank menurun. Pembiayaan baik pembiayaan jual-beli dapat menentukan kinerja keuangan bank terutama dalam mendapatkan laba. Meningkatnya atau menurunnya produk penyaluran pembiayaan kepada nasabah akan berdampak terhadap profitabilitas bank itu sendiri. Banyak berbagai macam produk pembiayaan di perbankan syariah, seperti yang sudah dijelaskan bahwasanya pembiayaan tersebut dapat mempengaruhi profitabilitas bank syariah itu sendiri, baik itu pembiayaan murabahah, mudharabah, istishna, salam, ataupun ijarah. Namun dari berbagai sumber dikatakan bahwa pembiayaan murabahah lah yang pada umumnya seringnya digunakan di perbankan syariah. Muhammad Akhyar dalam dalam jurnal Dari Murabahah Menuju Musyarakah, Upaya Mendorong Optimalisasi Sektor Riel mengungkapkan : bahwasanya kenyataan menunjukkan produk murabahah sudah mendominasi portofolio perbankan syariah, baik yang berbentuk Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), bahkan sampai dengan tingkat Baitul Malwat Tamwil (BMT). 10 10

Tingginya tingkat pembiayaan murabahah dikarenakan produk ini memiliki skema transaksi yang relatif mudah dipahami dan dipraktekan dalam skema pembiayaan berbasis prinsip syariah, sebab cenderung berupa serupa dengan pemberian kredit di bank konvensional. Disisi lain produk murabahah didominasi oleh pembiayaan konsumtif yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pembiayaan produktif. Pembiayaan murabahah merupakan salah satu sumber pendapatan bagi bank syariah. Meningkatnya penerimaan dari pembiayaan ini maka akan meningkat pula pendapatan yang dihasilkan. Apabila terjadi peningkatan terhadap pendapatan maka akan berdampak juga pada laba operasional bank. Kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur untuk dapat menyatakan keberhasilan suatu bank. Penilaian kinerja keuangan dapat dilihat dari profitabilitas yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jika dalam laporan keuangan menunjukkan profitabilitas yang rendah maka itu menggambarkan kinerja keuangan bank yang rendah. Apabila ini terus dibiarkan tanpa ada penanganan yang tepat oleh pihak bank maka ini akan berakibat pada berkurangnya kepercayaan masuyarakat terhadap bank. Pencapaian rata-rata profitabilitas Bank Syariah Mandiri yang berada di angka 1,65% ternyata telah melenihi batas standar minimal Bank Indonesia (BI) yaitu 1,5 %. Namun bukan berarti tidak ada masalah di Bank Mandiri Syariah, karena dari periode 1999-2014 banyak terjadi penurunan ROA. Profitabilitas yang menurun diindikasikan terjadi karena terjadinya fluktuasi pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank tersebut. Sehingga perlu adanya upaya yang dilakukan untuk meningkatkan profitabilitas dengan berbagai cara, salah satunya adalah meningkatkan pembiayaan produk murabahah. Dinna Ariyani dalam jurnal Analisis pengaruh pertumbuhan pembiayaan murabahah terhadap pertumbuhan profitabilitas pada bank syariah mengkemukakan bahwa Pertumbuhan pembiayaan murabahah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan profitabilitas. 11 11

Bukti empiris lainnya dari Widanengsih (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan murabahah yang merupakan salah satu jenis pembiayaan jual beli, maka semakin tinggi profitabilitas bank umum syariah yang diproksikan dengan Return on Asset. Jika tidak ada upaya dari pihak bank untuk menjaga konsistensi dan meningkatkan pembiayaannya pada nasabah maka berpotensi memunculkan suatu ancaman permasalahan bagi bank syariah milik pemerintah tersebut. Karena standar aman pencapaian ROA bank di Indonesia ditentukan oleh pihak Bank Indonesia. Oleh sebab itu dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu bahan referensi bagi pihak bank untuk terus meningkatkan kinerja bank terutama dalam mengolah pembiayaan kepada nasabah. C. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : 1. Bagaimana gambaran pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri. 2. Bagaimana gambaran profitabilitas Bank Syariah Mandiri. 3. Bagaimana pengaruh pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri. D. Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan pasti mempunyai tujuan terntetu yang ingin dicapai sesuai dengan permasalahan yang ditimbulkan. Sesuai dengan persepsi tersebut dan berlandaskan pada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk : 12 12

1. Mendeskripsikan gambaran pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri. 2. Mendeskripsikan gambaran profitabilitas di Bank Syariah Mandiri. 3. Memverifikasi pengaruh pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri. E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi pihak Bank, yaitu sebagai acuan dalam melaksanakan prinsip perekonomian syariah yang sesuai dengan syariat Islam serta dapat menghasilkan profitabilitas, khususnya melalui produk pembiayaan murabahah. 2. Bagi Regulator, yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan dunia perbankan syariah di Indonesia. 3. Bagi Akademis/Peneliti, yaitu menambah pemahaman mengenai perbankan syariah khususnya terhadap konsep pembiayaan murabahah, serta dapat mengetahui sebarapa besar pengaruh atau kontribusi dari pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas bank syariah. 4. Bagi Investor, yaitu sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam menanamkan modal di perbankan syariah. 13 13