BAB III PENGAMBILAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE EVALUASI PENGUJIAN BELITAN TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Identifikasi Kondisi Kesehatan Transformator Distribusi. awal yang harus dilakukan dalam penentuan kegiatan pemeliharaan Trafo

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KONDISI KESEHATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB III. Transformator

Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Jakarta, 1995,

BAB III FORMULASI PENENTUAN SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Analisa Pengujian Rasio Kumparan / Belitan Trafo Dengan TTR

ESTIMASI UMUR PAKAI DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR. The Estimated Age of Use and Loss Power Transformer

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 kv AKIBAT PEMBEBANAN LEBIH DI PT.PLN (PERSERO) KOTA PONTIANAK

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

SOP Memelihara Transformator Distribusi Gardu Tiang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan Rendah. Peran aset trafo distribusi sangatlah dominan. Dimana, pada

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

BAB IV PEMBAHASAN. dan 1997, serta SPLN D : 2007)

Pengujian Transformator

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

ANALISIS PENGUKURAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL

STUDI PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH DAN TEGANGAN MENENGAH DAERAH KERJA PT. PLN (PERSERO) RAYON DELI TUA LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB IV PERAWATAN TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV DI GARDU INDUK APP DURIKOSAMBI

SOP PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI PELANGGAN 197KVA

BAB II GARDU TRAFO DISTRIBUSI

atau pengaman pada pelanggan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)

Kerja Praktek PT.Petrokimia Gresik 1

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT.

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing :

STUDI PENYISIPAN GARDU DISTRIBUSI DT-553 GUNA MENGANTISIPASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR AKIBAT OVERLOAD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

TRANSFORMATOR DAYA & PENGUJIANNYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

LAPORAN INSPEKSI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK PLTU BANTEN 1 X 660 MW (PT. LESTARI BANTEN ENERGI) 27 FEBRUARI - 1 MARET 2017

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Persiapan Pembangunan Gardu Distribusi Tipe Portal

Kata Kunci : Transformator Distribusi, Ketidakseimbangan Beban, Arus Netral, Rugi-rugi, Efisiensi

STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) CABANG PONTIANAK

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

AKIBAT KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

LAPORAN AKHIR MUTASI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI GARDU HENGKASE HT4AB0 DARI 25 KVA KE 50 KVA UNTUK MENGHINDARI KERUSAKAN AKIBAT BEBAN LEBIH.

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

BAB III PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) AJ GAMBIR

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

Bab III Penilaian Kondisi

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR

STUDI ANALISA PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN BEBAN LEBIH DI PT. PLN (PERSERO) AREA KEDIRI UPJ RAYON SRENGAT BLITAR

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu beton (tembok) Gardu kios Gardu portal

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB I PENDAHULUAN. tenaga listrik. Dimana transformator dilengkapi dengan pengaman pengaman

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB IV PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN TERHADAP PERBAIKAN TEGANGAN JARINGAN 20 KV. 4.1 Perhitungan Jatuh Tegangan di Jaringan 20 kv

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB II LANDASAN TEORI

PEMELIHARAAN ALMARI KONTROL

BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI

BAB III METODOLOGI. 3.2 Tahap Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akhir

Transkripsi:

BAB III PENGAMBILAN DATA Didalam pengambilan data pada skripsi ini harus di perhatikan beberapa hal sebagai berikut : 3.1 PEMILIHAN TRANSFORMATOR Pemilihan transformator kapasitas trafo distribusi berdasarkan pada beban yang akan dilayani, diusahakan presentasi pembebanan trafo distribusi mendekati 80 %. Trafo distribusi umumnya mencapai efesiensi maksimum. Bila beban terlalu besar maka akan dilakukan pergantian trafo atau mutasi trafo. Mutasi antar trafo dapat dilakukan setelah hasil pengukuran beban yang diperoleh. Maka didapatkanlah rumus rating trafo distribusi KVA Beban (KVA) 0,8 Dimana : KVA : rating trafo yang ada pada trafo (KVA) (3.1) Pilih rating trafo distribusi yang sebenarnya mendekati hasil perhitungan dengan rumus diatas. Apabila perhitungan diluar rating trafo distribusi yang tersedia, maka diupayakan penyeimbangan beban. Beban yang ada atau pengalihan beberapa beban sampai tercapai rentangan tersebut. 3.2 PEMBEBANAN TRANSFORMATOR Untuk menghitung besarnya pembebanan pada trafo distribusi, terlebih dahulu harus dihitung besarnya arus beban penuh dari sisi tegangan primer melalui persamaan daya berikut ini. S = 3 x V x I (3.2) Dimana : S : Daya Trafo (KVA) V : Tegangan Sisi Primer (kv) I : Arus Jala jala (A) 31

32 Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat menggunakan : I full load = Dimana : S 3 x V S : Daya Transformator (KVA) V : Tegangan (kv) I full load : Arus (A) (3.3) Kemudian dapat dihitung besarnya presentase pembebanan dengan menggunakan persamaan berikut : %b = IPH IFL Dimana : X 100 % (3.4) %b : presentasi pembebanan (%) IPH IFL : arus fasa (A) : arus beban penuh (A) Sehingga dapat menentukan presentasi rata rata pembebanan dengan menggunakan persamaan : %IR = Ir IFL %IS = Is IFL %IT = It IFL X 100 % (3.5) X 100 % (3.6) X 100 % (3.7) Sehingga nilai rata rata pembebanan di anataranya : %I rata rata = Ir+Is+It 3 Dimana: % IR/S/T : presentase beban per fasa (%) % Irata rata : presentase rata rata trafo (%) (3.8)

33 3.3 BEBAN SEIMBANG DAN TIDAK SEIMBANG Beban seimbang adalah suatu keadaan dimana ketiga vektor arus atau tegangan sama besar dan membentuk sudut 120 0 satu sama lain, sedangkan beban tidak seimbang adalah dimana keadaan salah satu syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi. Dapat dilihat pada gambar 3.1 (a) Gambar 3.1 vektor diagram beban seimbang dan tidak seimbang (b) Gambar 3.1 (a) menunjukkan vektor diagram aeus dalam keadaan seimbang. Terlihat juga bahwa ketiga vektor arusnya adalah sama dengan nol. Sedangkan pada gambar 3.1 (b) menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang, terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral yang bergantung dari seberapa besar faktor ketidak seimbangan Beban tiga fasa yang tidak seimbang akan dipikul oleh dua fasa yang sehat, sehingga arus primer dari fasa yang sehat akan mengalami kenaikan(dapat mencapai 1,5 kali arus nominal). Pembebanan transformator yang tidak seimbang selain menambah besar rugi rugi akan memperngaruhi umur transformator itu sendiri. Pembebanan transformator yang tidak seimbang di batasi, 25 % dari rata rata beban fasa.

34 Untuk menghitung besarnya ketidak seimbangan beban pada trafo distribusi dapat dilihat dari persamaan berikut : I rata rata = Ir+Is+It 3 (A) (3.9) Dimana besar arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan besarnya arus rata rata maka koefisien a, b, dan c diperoleh dengan a = Ir I b = Is I c = It I dimana : I : I rata rata (A) (3.10) (3.11) (3.12) Pada keadaan seimbang besar koefsien a,b,c adalah 1 dengan demikian rata rata ketidak seimbangan beban dalam presentase melalui persamaan dibawah ini : %ITata rata = { a 1 + b 1 + c 1 3 X 100 % (3.13) 3.4 PENEMPATAN TRANSFORMATOR Bila jarak antar trafo terlalu jauh dengan beban yang akan dilayani, maka mennyebabkan voltage drop yang besar. Pada waktu pendataan KVA trafo harus diperhatikan jarak maksimum dari trafo distribusi ke konsumen. 3.5 KONDISI LINGKUNGAN Batas suhu ambient normal transformator desain SPLN(mengadopsi ketentuan IEC 6000-76-1) adalah -25 0 C sampai 40 0 C. Namun untuk transformator pasang dalam suhu ruangan gardu berpotensi melebihi 40 0 C dan tidak efektifnya sistem pendinginan gardu.

35 3.6 PENEMPATAN POSISI SADAPAN Faktor yang harus diperhatikan pada penempatan posisi sadapan adalah perbedaan antara tegangan SUTM pada beban rendah beban puncak. Bila posisi sadapan semua transformator ditempatkan pada posisi nominalnya (sadapan 3). Tegangan di sepanjang penyulang pada saat beban puncak digambarkan dengan kurva biru ; dengan tegangan pada ujung penyulang sebesar 18,86 kv. Pada saat beban puncak (kurva merah), tegangan pada ujung penyulang berkurang menjadi 17,68 kv Pengaturan posisi sadapan transformator untuk sadapan ketentuan standar 2 x 5 % (SPLN 50 : 1997) pada gambar 3.2 dan untuk sadapan 2 x 2,5 % (SPLN D3.002-1 : 2007) pada gambar 3.3. Gambar 3.2 Pengaturan sadapan pada SPLN 50: 1997.

36 Gambar 3.3 Pengaturan sadapan pada SPLN D3.002-1 : 2007 3.7 KRITERIA KONDISI TRAFO DISTRIBUSI Selain akibat resiko dari desain konstruksi trafo, unsur penuaan (aging) yang menjadi kodrat fisik material, ketidak sempurnaan pengendalian operasi atau pemeliharaan menjadikan transformator beresiko mengalami kerusakan saat beroperasi. Guna menghindari ini, maka perlu dilakukannya proses identifikasi kondisi trafo yang sedang beroperasi dengan membandingkan hasil pengukuran terhadap kriteria trafo distribusi dari berbagai segi. Adapun dari segi kelistrikan dan manajemen operasi, segi instalasi dan sistem proteksi

37 3.7.1 Segi kelistrikan dan manajemen operasi Kriteria trafo dari segi kelistrikan dan manajemen operasi dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini No 1 Tabel 3.1 kriteria trafo dari segi kelistrikan dan manajemen operasi Rincian Pengukuran pengukuran beban tiap fasa dan arus netral Kriteria Sehat I I nominal fasa trafo I netral I fasa pembebanan maksimum 80 % (ketetapan PLN) 2 ketidakseimbangan maksimum 25 % (ketetapan PLN) 3 Temperatur terminasi pada t 50 (IEC 694 tahun 1996) beban puncak 4 temperatur trafo 90 o C pada thermoter terpasang trafo (OTI) atau 85 o C pengukuran suhu dinding tangki bagian atas trafo pada beban puncak dengan yearly ambient normal (30 o C) atau dt < 50 o C (SPLN D3.002-1 : 2007) 3.7.2 Segi instalasi dan sistem proteksi Kriteria trafo dari segi instalasi dan sistem proteksi dapat dilihat pada tabel 3.2 dan 3.3 dibawah ini Tabel 3.2 kriteria trafo dari segi instalasi Rincian No Pengukuran Kriteria Sehat pemeriksaan tidak terjadi kebocoran minyak trafo, isolator utuh dan baik 1 Visual secara fisik serta aksesoris trafo baik 2 instalasi pembumian terpasang benar dengan nilai pembumian 5Ω untuk tegangan rendah dan 1,73 Ω untuk tegangan menengah instalasi sesuai standar konstruksi, rapi dan terpasang kuat pada kabel TR / kabel tray 3 TM 4 terminasi bersih, tidak tampak crack / alur retakan

38 Tabel 3.3 kriteria trafo dari segi sistem proteksi No Rincian Pengukuran 1 arrester 2 3 fuse link tegangan menengah Fuse Peralatan hubung bagi (PHB) TR Kriteria Sehat instalasi arrester terpasang sesuai konstruksi dengan tahanan pentanahan arrester 1,73 Ω, arus bocor arrester 30 ma (disesuaikan dengan masing masing standar pabrikan) rating fuse link sesaui dengan kapasitas trafo (tidak terlalu besar atau kecil) rating Fuse sesuai dengan besaran maksimum proteksi arus maksimum tiap jurusan 3.7.3 Segi kualitas minyak trafo Minyak trafo sebagai bahan isolasi utama setelah kertas, volumenya harus selalu dalam kondisi diatas batas minimum yang diijinkan. Apabila sampai terjadi kondisi minyak berada dibawah kondisi yang diijinkan, maka fungsi utama minyak sebagai isolasi trafo dan sebagai mediator pendingin, tidak akan berfungsi secara optimal sehingga hal ini memungkinkan terjadinya kegagalan pada trafo, baik itu karena stress tegangan ataupun karena stress panas yang ditimbulkan oleh winding. Dapat dilihat pada tabel 3.4 Tabel 3.4 kriteria trafo dari segi kualitas minyak No Rincian pengukuran Kriteria sehat 1 Tegangan tembus / 2,5 mm baik >40 kv;sedang 30 40 kv; buruk < 30 kv 2 Kadar air baik <10; sedang10-25; buruk >25 ppm 3 Warna minyak baik =clear; buruk= dark 4 Kadar keasaman Baik < 0,1; sedang 0,1-0,2; buruk >0,2 mg KOH/g

39 5 Faktor kebocoran dielektrik (tan delta) Baik < 0,1; sedang 0,1-0,5; buruk >0,5 3.8 INSPEKSI TRANSFORMATOR Inspeksi adalah suatu pekerjaan yang dimaksudkan yntuk mendapatkan suatu data dari sistem suatu peralatan untuk mencegah kegagalan operasi peralatan pada sistem atau jaringan distribusi. Dalam melakukan inspeksi terdapat dua metode diantaranya : 3.5.1. Inspeksi dalam keadaan bertegangan (ONLINE) Inspeksi trafo distribusi online adalah bagian dari kegiatan inspeksi prediktif yang merupakan kegiatan pemeriksaan kondisi peralatan trafo distribusi yang dilakukan dalam keadaan bertegangan dan berbeban. Melalui kegiatan ini akan diperoleh data data awal kondisi kesehatan trafo distribusi yang kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses analisa penentuan kondisi trafo hingga rekomendasi perbaikan atau pemeliharan. Adapun kegiatan inspeksi online diantranya : a. Pendataan asset trafo Kegiatan inspeksi diawali dengan pendataan asset pada peralatan yang terpasang pada gardu distribusi b. Pemeriksaan kondisi visiual dan konstruksi bagunan gardu Untuk mengetahui kelayakan dan kondisi peralatan terhadap standar konstruksi dan ketentuan ketenagalistrikan c. Pengukuran temperature peralatan dan suhu ruangan Pengukuran temperature peralatan untuk mengetahui kondisi ketidak normalan peralatan yang teridentifikasi melalui titik titik thermal yang diperoleh pada saat pengukuran. Sedangkan pengukuran suhu ruangan untuk menentukan kondisi temperature suhu ruangan pada gardu distribusi. Dengan menggunakan alat yang dinamakan Thermovision dengan prinsip gelombang infrared dengan jarak objek atau peralatan ± 60 cm, suhu dapat dilihat dari warna gradasi warna.

40 d. Pengukuran beban Untuk mengetahui kualitas tegangan, faktor day, presentasi pembebanan trafo, ketidakseimbangan beban. Kesesuaian rating fuse yang terpasang dengan beban yang mengalir pada masing masing jurusa atau jalur. e. Pengukuran pentanahan Untuk mengetahui nilai tahanan dari sistem pentanahan gardu sebagai salah satu proteksi gardu dengan menggunakan Earth Tester (Megger). Nilai pentanahan peralatan yagn sangat besar diatas standar merupakan gambaran kondisi sistem pembumian peralatan yang tidak baik. 3.5.2. Inspeksi dalam keadaan tidak bertegangan (OFFLINE) Adapun kegiatan inspeksi trafo dalam keadaan offline, diantaranya: a. Pemeriksaan visual Pemeriksaan visual sama halnya dengan pemeriksaan visual yang dilakukan pada saat inspeksi dan pengukuran secara online, outputnya dari pengujian ini adalah untuk mengidentifikasi kerusakan kerusakan yang terjadi pada komponen transformator tanpa melepas dan membuka tangki. b. Pengujian tahanan isolasi Untuk mengetahui kondisi internal transformator dalam hal ini apakah fungsi utama transformator untuk mengisolasi tegangan antar belitan masih berada dalam kondisi baik saat dioperasikan. Dalam pelaksanaan pengujian ini dilakukan dengan alat Megger. Jika hasil pengujian tahanan isolasi tidak baik, sering kali menggambarkan kertas isolasi yang sudah terdegradasi (rusak) atau kualitas dari minyak isolasi yang sudah tidak baik. Besar nilai tahanan isolasi transformator minimum yang dikatakan baik ditentukan oleh kapasitas trafo dengan menggunakan rumus dibawah ini : R Isolasi Min = C x E KVA + KS (3.14)

41 Dimana : C : faktor belitan yang terendam isolasi minyak: 0,8 E : tegangan primer (volt) KVA : daya transformator KS : faktor koreksi suhu belitan 20 o : 1 No Kapasitas Transformator (KVA) Tabel 3.5 Nilai tahanan isolasi tahanan isolaso minimum (MΩ) TM - BODY TR BODY TM - TR Megger 5000 V Megger 1000 V Megger 5000 V 1 100 1600 MΩ 1600 MΩ 1600 MΩ 2 160 1265 MΩ 1265 MΩ 1265 MΩ 3 250 1012 MΩ 1012 MΩ 1012 MΩ 4 315 902 MΩ 902 MΩ 902 MΩ 5 400 800 MΩ 800 MΩ 800 MΩ 6 630 637 MΩ 637 MΩ 637 MΩ 7 1000 506 MΩ 506 MΩ 506 MΩ PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI TM -TM DAN TR - TR HARUS NOL (ZERO) c. Pengujian Trun Transformator Ratio (TTR) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya rasio antara belitan primer dan sekunder transformator pada setiap fasa pada masing masing sadapan. Dalam pelaksanaan pengujian ratio di lakukan dengan alat TrunTransformator Ratio melalui alat ini akan didapatkan besaran nilai rasio belitan transformator yang diukur. Hasil pengujian TTR yang tidak baik akan ditandai dengan nilai pengukuran rasio belitan yang berbeda dengan kondisi normalnya (perbedaan ±0,5%) pada masing masing fasa. Nilai rasio belitan transformator dalam keadaan normal untuk berbagai jenis sadapan pada trafo

42 mengacu pada SPLN 20 :1997 (kenaikan tegangan ssadapan 5%) dan SPLN D3.002-1:2007 (kenaikan tegangan sadapan 2,5%) Tabel 3.6 nilai standar rasio belitan menurut SPLN