II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi:

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sawi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yaitu letak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman semusim yang secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. petsai (Brassica chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. tergolong tanaman setahun, berbentuk perdu dari suku (famili), terong-terongan

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

TINJAUAN PUSTAKA. pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar- akar cabang yang lurus.

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

II. TINJAUAN PUSTAKA. didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tomat merupakan tanaman yang sudah biasa ditanam di Indonesia. Tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub Divisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Tubiflorea, Famili: Solonaceae, Genus: Lycopersicum, Spesies: Lycopersicum esculentum Mill (Bernardius, 2004). Tanaman tomat termasuk ke dalam tanaman semusim dengan umur lebih kurang 4 bulan, berbentuk perdu dengan tinggi tanaman bisa mencapai 2 meter. Batang tanaman sewaktu masih muda berbentuk bulat dan teksturnya keras berkayu. Ciri khas batang tomat adalah tumbuhnya bulu-bulu halus disekitar permukaannya. Akar tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus kedalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar kearah samping tetapi dangkal. Daun tomat umumnya lebar-lebar, bersirip dan berbulu, panjangnya antara 20-30 cm dan lebar sekitar 15-20 cm. tangkai daun tomat bulat panjang sekitar 7-10 cm dan tebalnya antara 0,3-0,5 cm. bunga tanaman tomat tersusun dalam rangkaian bunga yang jumlah kuntumnya beragam antara varietas, buah tomat umumnya berbentuk bulat atau oval dengan ukuran 4-7 cm dengan diameter 3-8 cm (Rukmana, 1994). 2.2. Syarat Tumbuh Sebagai sentra penanaman tomat berada di daerah dengan kisaran ketinggian 1.000-1.250 m di atas permukaan laut (dpl), tetapi ada varietas yang 5

dapat tumbuh di dataran rendah 100-600 m dpl misalnya varietas Intan, Ratna, Berlian, LV dan CLN bahkan varietas permata F1 cocok untuk dataran rendah (0-400 m dpl) (Cahyono,1998). Suhu yang paling ideal untuk pertumbuhan tomat adalah 24-28 0 C, kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tomat adalah 80% (Bernardius, 2004). Tanaman tomat ini membutuhkan penyinaran selama 11-14 jam/hari. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman tomat adalah 750-1250 mm/tahun, keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah, terutama di daerah yang tidak terdapat teknik irigasi. Curah hujan yang tinggi juga dapat menghambat persarian (Cahyono, 1998). Tanaman tomat jenis hibrida dapat diusahakan disegala jenis tanah, yaitu tanah andosol, regosol, latosol dan grumosol. Kondisi tanah yang paling cocok untuk tanaman ini adalah lempung berpasir yang gembur dan banyak mengandung unsur hara. Kemasaman tanah (ph) yang sesuai untuk pertumbuhan tomat adalah (5,5-7,0) tanah yang banyak mengandung bahan organik dengan kelembaban cukup akan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman (Cahyono, 1998). 2.3. Lahan Gambut Tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari bahan organik pada fisiografi cekungan atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air, anaerob, menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut. Tanah 6

gambut umumnya mempunyai tingkat keasaman yang relatif tinggi kisaran ph 3-4 (Salampak, 1999). Tanah gambut sifatnya bermacam-macam tergantung dari jenis vegetasi yang menjadi tanah gambut tersebut. Tanah-tanah gambut yang terlalu tebal (lebih dari 2 m) umumnya tidak subur karena vegetasi yang membusuk menjadi tanah gambut tersebut terdiri dari vegetasi yang miskin unsur hara. Tanah gambut yang subur umumnya yang tebalnya antara 40-100 cm. Tanah gambut mempunyai sifat dapat menyusut (subsidence) kalau perbaikan drainase dilakukan sehingga permukaan tanah ini semakin lama semakin menurun. Tanah gambut juga tidak boleh terlalu kering karena dapat menjadi kering tak balik ( irreversible), yaitu sulit menyerap air kembali dan mudah terbakar. Kekurangan unsur mikro banyak terjadi pada tanah gambut (Hardjowigeno, 2007). Berdasarkan tingkat kesuburannya gambut dapat dibagi menjadi, 1) gambut eutropik adalah gambut yang subur yang kaya akan bahan mineral dan basa-basa serta unsur hara lainya, di Provinsi Riau terdapat luasnya 8.299 Ha, 2) gambut mesotrofik adalah gambut yang agak subur karena memiliki bahan mineral dan basa-basa sedang, di Provinsi Riau terdapat luasnya 592.768 Ha, 3) gambut eligotropik adalah gambut yang tidak subur karena miskin bahan mineral dan basa-basa, di Provinsi Riau terdapat luasnya 3.317.679 Ha. Gambut di Indonesia sebagian besar tergolong gambut mesotrofik dan oligotrofik (Radjagukguk, 1997). Pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan budidaya tanaman produktivitasnya sangat rendah kerena mempunyai banyak kendala antara lain: Ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang rendah, kapasitas tukar kation 7

yang tinggi tapi kejenuhan basa besar. Untuk meningkatkan produktivitas lahan gambut tersebut diperlukan masukan teknologi yang tepat dan sederhana (Noor, 2002). Adanya kebiasaan masyarakat yang membakar lahan gambut, menyebabkan terjadinya penurunan atau degradasi lahan gambut secara berkelanjutan, baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Terjadinya penipisan gambut yang menyebabkan gambut ini tidak mampu dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk produksi (Kurnia, 2008) Tanah aluvial yang mengandung pirit dalam dan dangkal maupun aluvial bersulfat sebaiknya dijadikan lahan sawah, karena lebih murah dan aman untuk pertanaman. Namun, sering dengan adanya saluran primer, sekunder, dan tersier, lahan ini menjadi lahan yang bertipe luapan pasang C atau D, sehingga seringkali tanahnya pecah-pecah membentuk bongkahan. Oleh karena itu diperlukan pengolahan tanah dan pemberian pupuk (Alwi, 2007). Berdasarkan ketebalan lapisan gambutnya, lahan gambut terbagi dalam tiga kategori lahan, yaitu : a) gambut dangkal dengan ketebalan lapisan gambut 50-100 cm, b) gambut tengahan dengan ketebalan lapisan gambut 101-200 cm dan c) gambut dalam dengan ketebalan lapisan gambut > 2 m (Widjaja Adhi et al.,1992). Lahan gambut dangkal memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian, khususnya untuk tanaman sayuran (Alwi, 2007). Berdasarkan klasifikasi rawa, tipologi lahan, dan pola pemanfaatannya, tanaman sayuran dan hortikultura cocok diusahakan pada klasifikasi rawa lebak dengan tipologi lahan tanah aluvial gambut dangkal (R/A -G1) dan rawa pasang surut air tawar dengan tipologi lahan gambut dangkal (G1). Kedua tipologi lahan 8

ini memiliki karakteristik kimia yang berbeda sehingga untuk memudahkan pengelolaan dalam menentukan jumlah pupuk yang diberikan, perlu diketahui karakteristik kimia tanahnya (Widjaja Adhi et al., 1992). Kendala yang dihadapi dalam budidaya sayuran di lahan gambut dangkal adalah : kandungan Fe dan Al tertukar tinggi, ph tanah mencapai 3,1, kandungan K, Ca, dan Mg sangat rendah (Alwi, 2007). 2.4. Sistem Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah setiap tindakan mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pegolahan tanah dilakukan untuk menyiapkan tempat persemaian, menyiapkan tempat tumbuh bibit, membenamkan sisa tanaman, mengendalikan gulma, menciptakan daerah perakaran agar penetrasi akar meningkat, infiltrasi air, dan memperbaiki tata udara tanah sehingga tanaman dapat tumbuh baik dan lahan menjadi bersih (Utomo, 1990). Terdapat beberapa pengolahan tanah dalam budidaya tanaman, yakni mulai dari yang sederhana sampai cara modern. Masing-masing cara tersebut mempunyai keunggulan dan kekurangan yang dapat diketahui dari pengaruh yang ditimbulkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah intensif di suatu daerah cendrung merusak tanah, meningkatkan biaya operasi, meningkatkan dekomposisi bahan organik, dan meningkatkan pencucian hara (Utomo, 1990). Namun di daerah lain pengolahan tanah justru sangat berperan dalam usaha meningkatkan hasil tanaman (Darby & Loewry, 1987), bahkan turut memperbaiki kondisi fisik tanah ( Hill & Mezo -Montalvo, 1990). Dengan 9

demikian, faktor-faktor yang mempengaruhi dampak pengolahan tanah bergantung pada kondisi alam, sifat tanah, pengetahuan petani, dan tersedianya biaya dan tenaga kerja. Bahkan sistem pertanaman yang menyertai turut berperan penting dalam mempengaruhi dampak pengolahan tanah (Utomo, 1991). Di Indonesia hingga saat ini di kenal istilah pengolahan tanah konvensional dan pengolahan tanah konservasi. Dalam pengolahan tanah konvensional (biasa), tanah diolah dengan cara membalik tanah secara sempurna, dihaluskan, dan diratakan. Bahkan, dilakukan dengan terlebih dahulu pengumpulan sisa-sisa tanaman dan gulma lalu di bakar. Menurut (Djunaedi, 1998), meskipun cara ini baik bagi tanaman, tetapi dalam jangka panjang sistem ini tidak dapat dipertahankan karena dapat mempercepat degradasi lahan yang berakibat daya dukung dan produktivitas lahan menurun. Olah tanah konservasi adalah sistem olah tanah secara berkelanjutan dengan cukup meninggalkan sejumlah residu (sekitar 30%) agar tanah terhindar dari erosi. Pengolahan tanah yang dikerjakan dengan baik dapat memperbaiki struktur tanah. Olah tanah konservasi memiliki banyak keuntungan untuk menghemat energi karena (a) penggunaan bahan bakar berkurang sehubungan dengan pengurangan tindakan pengolahan tanah, (b) tenaga sedikit karena struktur tanah yang lebih baik, (c) kebutuhan tenaga kerja manusia dan waktu lebih hemat, (d) adanya kemungkinan bertanam ganda, dan (e) berkurangnya investasi untuk alat dan mesin pertanian. Olah tanah konservasi dapat dicapai dengan pengolahan tanah minimum (OTM) dan tanpa pengolahan tanah (TOT). OTM dilakukan dengan mengolah tanah sesuai dengan yang diperlukan oleh tanaman, biasanya hanya pada barisan tanaman yang akan ditanami atau dengan hanya melonggarkan 10

lapisan tanah bagian atas. Pada TOT tanah sama sekali tidak memperoleh perlakuan mekanik. Berbeda dengan pengolahan tanah sempurna (OTS), OTM dan TOT merupakan cara pengolahan tanah yang lebih banyak berhubungan dengan penggunaan herbisida (MK 1987) di Lampung menunjukkan bahwa sistem TOT dengan dosis nitrogen optimal mempunyai pengaruh lebih baik daripada olah tanah biasa, tetapi pengaruh sebaliknya terjadi pada tanah yang berdrainase buruk (Lal et al., 1989). Dalam hubungannya dengan pengolahan tanah, (Lal et al., 1989) membagi kesesuaian lahan untuk sistem TOT menjadi tiga tingkatan: (1) jenis tanah yang sesuai untuk TOT yaitu tanah yang memiliki drainase baik dan tekstur lempung atau tanah berpasir kasar dengan kandungan bahan organik lebih dari 2%, (2) jenis-jenis tanah yang kurang sesuai yaitu tanah-tanah yang drainasenya agak baik dan strukturnya lemah, dan (3) jenis tanah yang paling rendah kesesuaiannya untuk TOT yaitu tanah yang berstruktur lemah dan drainase sangat buruk seperti tanah-tanah yang memiliki tekstur liat. Pengelolaan lahan dengan olah tanah minimum (olah tanah di dalam barisan tanam) merupakan upaya untuk dapat menciptakan keadaan tanah yang baik. Dengan pengolahan tanah minimum diharapkan dapat meningkatkan aerasi, menurunkan kepadatan tanah, sekaligus untuk meratakan lahan, mematikan gulma dan berproduksi tinggi (Ar-Riza, 2005). 2.5. Bokashi Menurut Rohyanti (2011) bokashi adalah fermentasi penguraian bahan organik berupa jerami, sampah organik, kotoran ternak dan lain-lain, dengan 11

penambahan EM-4 yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Meningkatkan produksi tanaman serta menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Bokasi merupakan salah satu bahan organik berupa pupuk organik yang proses dekomposernya dipacu dengan mikroba dekomposer (mikroba pengurai) atau bisa juga dinamakan komposfermentasi. Selain mengandung unsur hara makro dan mikro juga mengandung senyawa organik, asam amino, protein, gula, alkohol dan mikroorganisme pengurai sendiri kandungan unsur hara makro Dalam 100 g bokashi jerami padi mengandung unsur N 4,96%, P 0,34%, K 1,90% (Rohyanti, 2011). Menurut (Rusnetty, 2000) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pemberian bahan organik (pupuk hijau, pupuk kandang, dan jerami) dapat meningkatkan ph tanah, P tersedia, N-total, KTK, K-dd dan menurunkan Al-dd, serapan P, fraksi AL dan Fe dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan kandungan N tanaman, pada akhirnya hasil tanaman juga meningkat. Pemberian bokashi dengan 20 ton/ha dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman tomat dengan berat kering mencapai 215-217 % dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian bokashi). (Munasmar, 2003). Hasil penelitian (Apriyogi, 2012) pemberian bokashi 5 ton/ha terhadap tanaman semangka secara nyata meningkatkan lingkar buah 20,13%, berat buah per tanaman 81,40% dan berat buah perplot 78,30%. Berdasarkan penelitian (Nur, 2005) pemberian bokashi terhadap pertumbuhan kedelai Tampomas berpengaruh terhadap komponen pertumbuhan 12

misalnya jumlah daun, luas daun, berat kering tanaman dan jumlah bintil akar efektif. Demikian juga dengan hasil yang meliputi jumlah cabang produktif, jumlah polong dan berat kering polong. Pemberian bokashi dengan dosis 15 ton/ha menghasilkan biji kering 7,33 g/tanaman atau mengalami kenaikan sebesar 46,16 % dibanding tanpa pemberian bokashi. Selanjutnya menurut penelitian (Pangaribuan, 2012) pemberian bokashi jerami padi secara nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi tomat. 13