BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

HUBUNGAN MATURITAS GIGI DENGAN USIA KRONOLOGIS PADA PASIEN KLINIK ORTODONTI FKG USU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia selama proses kehidupan mengalami perubahan dimensi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. prognosis dan rencana perawatan khususnya pasien dengan pertumbuhan

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gigi anak untuk menentukan diagnosis yang akurat dan strategi terapi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sejak intra uterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan berlangsung

Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan yang pertama kali dikonsumsi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. anak itu sendiri. Fungsi gigi sangat diperlukan dalam masa kanak-kanak yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir proses tumbuh kembang anak, sedangkan faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Usia tulang merupakan indikator utama untuk menilai maturitas tulang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU PERMANEN MANDIBULA PADA USIA 6-10 TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI SALAH SATU SD NEGERI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

Analisa Ruang Metode Moyers

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA CROUZON SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

III. KELAINAN DENTOFASIAL

I. PENDAHULUAN. terapeutik pilihan yang dilakukan pada gigi desidui dengan pulpa terinfeksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang penting dalam perawatan ortodonti adalah diagnosis, prognosis dan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi permanen bersamaan di dalam rongga mulut. Fase gigi bercampur dimulai dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan estetik gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kejadian yang penting dalam perkembangan anak (Poureslami, et al., 2015).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Oleh NURADILLAH.BURHAN. Politehnik kesehatan kemenkes makassar jurusan keperawatan gigi

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini dapat bervariasi pada umur dan jenis kelamin. Hal tersebut dapat diukur

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses fisiologis yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang bertujuan untuk

HUBUNGAN ASIMETRI SEPERTIGA WAJAH BAWAH DAN ASIMETRI LENGKUNG GIGI PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

III. RENCANA PERAWATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti. Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan desaincross sectional. 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan perkembangan. 11 Evaluasi status maturitas seseorang berperan penting dalam rencana perawatan ortodonti, khususnya pasien pada masa usia pertumbuhan. Hal ini sangat berhubungan dengan penggunaan pesawat fungsional dan tindakan bedah pada kasus diskrepansi skeletal. 4 Pemeriksaan radiologi pada perkembangan dan mineralisasi gigi dapat memberikan informasi yang lebih banyak dan terbukti memiliki hubungan dengan usia kronologis dan biologis. 3 2.1 Usia Kronologis Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran. 2 Pada umumnya perkembangan somatik berhubungan dengan usia kronologis seperti pada pengukuran maturitas somatik, misalnya usia tulang, menstruasi, dan tinggi badan. Maturitas somatik dapat digunakan untuk memperkirakan usia kronologis bila tidak ada data usia lain yang akurat. 12,13 Informasi ini penting dalam praktek medis dan dokter gigi untuk mengevaluasi perkembangan pasien. 13 Usia kronologis sering tidak cukup pada penilaian tahapan pertumbuhan dan maturitas somatik dari pasien, sehingga dibutuhkan penentuan usia biologis. 14

2.2 Usia Biologis Selain usia kronologis, pertumbuhan dan perkembangan manusia dinilai berdasarkan usia biologis. Usia biologis dipakai untuk menunjukkan pertumbuhan seseorang sudah mencapai suatu tahapan tertentu. Terdapat tiga bentuk usia biologis yaitu berdasarkan perkembangan maturitas seksual, skeletal, dan gigi geligi. 11 2.2.1 Maturitas Seksual ` Pertumbuhan adalah proses biofisis dari mahkluk yang menyebabkan mahkluk bertambah besar. Perkembangan adalah kejadian yang bertahap dari pembuahan ovum (fertilisasi sel telur) sampai keadaan dewasa. Perkembangan termasuk proses pembuahan sel telur oleh sel sperma sampai terdapat bermacam-macam sel yang berbeda fungsi dan macamnya. 11 Perubahan karakteristik seks sekunder, perkembangan payudara dan menstruasi pada perempuan, perkembangan penis, testis (alat kelamin) dan perubahan suara lakilaki serta rambut kemaluan pada kedua jenis kelamin merupakan tanda maturitas seksual. 7,15 Ada hubungan kuat antara maturitas seksual, somatik, dan skeletal, meskipun terdapat beberapa perempuan yang maturitasnya jauh lebih awal atau lebih lambat dari sesamanya. Pada klinik ortodonti, tidak digunakan maturitas seksual karena hal tersebut memerlukan pemeriksaan fisik. 7 2.2.2 Maturitas Skeletal Penilaian maturitas skeletal sangat penting di bidang ortodonti dalam membantu menetapkan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat. Maturitas skeletal ditentukan dengan cara membuat gambaran radiografi dari daerah yang

terdapat banyak tulang dan diskus epifiseal seperti tulang pergelangan tangan dari setiap usia anak yang spesifik normal, dipakai sebagai standar untuk membandingkan kasus seseorang yang diperiksa. Gambaran standar yang dipakai tersebut adalah radiografi carpal index (Gambar 1). Penggunaan radiografi pergelangan tangan dapat mengetahui status maturitas skeletal seseorang yang digunakan untuk memproduksi waktu pubertal growth spurt. Selain itu dapat juga untuk mengetahui status maturitas skeletal pada pasien dengan perawatan maloklusi skeletal seperti maloklusi skeletal Klas II dan Klas III yang memerlukan yang memerlukan hubungan maksilomandibular. 11 Gambar 1. Radiografi pergelangan tangan 11

2.2.3 Maturitas Gigi Evaluasi dari status gigi merupakan hal yang sangat penting untuk prognosa pemeriksaan dari pertumbuhan gigi. 14 Maturitas gigi sering dinyatakan sebagai indikator maturitas biologis pada pertumbuhan anak-anak karena lebih relevan dalam mempelajari gangguan pertumbuhan dan secara klinis dalam perawatan ortodonti. 16 Maturitas gigi dapat ditentukan oleh tahap erupsi dan kalsifikasi gigi. Kalsifikasi gigi dipakai sebagai kriteria yang lebih realibilitas untuk menentukan tahap maturitas gigi. Penggunakan foto radiografi periapikal atau panoramik di sebagian besar praktek ortodontis dapat memudahkan pentahapan perkembangan gigi dalam penilaian usia biologis tanpa harus menggunakan sebuah radiografi pergelangan tangan. 17 Penentuan usia tidak hanya bergantung pada tahapan akhir dari pembentukan gigi, tetapi juga pada keseluruhan proses dari mineralisasi gigi. Prosedur ini dapat digunakan secara keseluruhan pada periode gigi desidui dan bercampur, dan tidak dipengaruhi oleh kehilangan dini dari gigi desidui. Perhitungan dibuat dengan sistem evaluasi poin. Setiap gigi diberi poin menurut tahapan pertumbuhan. Hasil dari poin individual menunjukkan nilai pertumbuhan yang dapat dikonversi ke tabel standar maturitas gigi. Jumlah poin yang sedikit menunjukkan usia gigi yang lebih muda, sebaliknya jumlah poin yang tinggi, menunjukkan usia gigi yang lebih tua. 14

2.2.3.1 Erupsi Gigi Erupsi gigi adalah proses berkesinambungan meliputi perubahan posisi gigi melalui beberapa tahap mulai pembentukan sampai muncul ke arah oklusi dan kontak dengan gigi antagonisnya. 1,11 Besarnya pengaruh erupsi gigi dan banyaknya kelainan yang mungkin ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sehingga sudah seharusnya dokter gigi mengetahui waktu erupsi gigi secara benar. 2 Pada bidang ortodonti, pengetahuan mengenai waktu erupsi gigi permanen di mulut merupakan hal yang penting. Dengan mengetahui waktu erupsi gigi permanen, dokter gigi dapat memperkirakan apakah tersedia tempat yang cukup sehingga gigi permanen dapat erupsi dengan baik di deretan lengkung gigi. 11 2.2.3.2 Kalsifikasi Gigi Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-garam kalsium. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis. 1,2 Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti hipokalsifikasi. Tahap ini tidak sama pada setiap individu, dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan. Faktor ini mempengaruhi pola kalsifikasi, bentuk mahkota. dan komposisi mineralisasi. Kalsifikasi gigi permanen dimulai saat lahir, yaitu saat gigi molar pertama tetap mulai terkalsifikasi. 1 Penilaian kalsifikasi gigi dipandang sebagai metode yang lebih baik untuk menentukan usia biologis pada anak-anak daripada erupsinya gigi secara klinis di

dalam rongga mulut yang jarang dipengaruhi oleh faktor lokal seperti kurangnya ruang dan faktor-faktor sistemik seperti pengaruh nutrisi. 16 Kalsifikasi gigi desidui dimulai pada minggu ke-14 prenatal, diikuti dengan kalsifikasi gigi molar pertama pada minggu ke-15. Gigi insisivus lateral mengalami kalsifikasi pada minggu ke-16, gigi kaninus pada minggu ke-17, sedangkan gigi molar kedua pada minggu ke-18. 2,11 2.3 Hubungan Maturitas Gigi dengan Usia Kronologis Menurut Gustafson dan Koch (1974) maturitas gigi dinyatakan sebagai usia gigi karena secara klinis lebih mudah diketahui. 8 Usia gigi berhubungan erat dengan usia kronologis dalam hal perkembangan anak. Perkembangan gigi lebih erat kaitannya dengan usia kronologis daripada maturitas skeletal, somatik, dan seksual. Kalsifikasi gigi lebih banyak digunakan daripada erupsi gigi untuk menilai maturitas gigi karena merupakan proses yang berkesinambungan dan progresif serta dengan panduan radiografi dapat mengevaluasi gigi pada setiap pemeriksaan. 18 Ada 2 metode penelitian tahap kalsifikasi gigi yaitu metode Demirjian dan Nolla. 2.3.1 Metode Demirjian Tahap mineralisasi menurut metode Demirjian adalah proses kalsifikasi benih gigi tetap dari benih gigi tanpa kalsifikasi sampai selesainya pembentukan akar gigi (Gambar 2) yaitu : 4,14 1. Tahap A: Kalsifikasi titik oklusal, tanpa disertai fusi dari kalsifikasi bagian lain 2. Tahap B: Fusi dari titik mineralisasi; kontur permukaan oklusal sudah terlihat 3. Tahap C: Kalsifikasi mahkota gigi telah selesai dan dimulai proses disposisi dentin

4. Tahap D: Pembentukan mahkota sudah selesai 5. Tahap E: Panjang akar gigi lebih pendek daripada tinggi mahkotanya 6. Tahap F: Panjang akar gigi melebihi tinggi mahkota 7. Tahap G: Pembentukan akar sudah selesai, tetapi foramen apikalnya masih terbuka 8. Tahap H: Foramen apikal sudah tertutup. 4,14 a. b. Gambar 2. Tahap kalsifikasi gigi tetap menurut Demirjian, dkk. berakar tunggal (a) dan berakar ganda (b). 4,5,14

Tabel 1. Nilai dari berbagai macam pembentukan gigi 5,14 Tabel tersebut dibuat pada bagian mandibula kiri. Tabel 2. Tabel konversi chart untuk pengukuran usia gigi, dihitung berdasarkan sistem nilai dari pembentukan gigi. 5,14

2.3.3 Metode Nolla Metode Nolla membagi periode kalsifikasi gigi permanen menjadi 11 stadium yang dimulai dengan pengamatan terbentuknya benih gigi sampai dengan penutupan foramen apikal gigi. Metode ini berguna untuk memperkirakan maturitas gigi dalam bidang kedokteran gigi (Gambar 3). 10,11 Menurut Nolla, tingkatan perkembangan gigi dari kalsifikasi benih gigi sampai gigi itu mencapai oklusi di mulut dibaginya dalam 10 tingkatan. Pada pembentukan crypte hingga penutupan apeks akar gigi yang dapat dilihat pada foto radiografi disebut dengan tingkat 1, dan selanjutnya sampai penutupan dari apeks dari akar gigi adalah tingkat 10. 11 Tahap Kalsifikasi gigi menurut Nolla, yaitu : 10,11 0. Tidak ada benih gigi 1. Terlihat adanya benih gigi 2. Inisial kalsifikasi 3. Sepertiga korona terbentuk 4. Dua pertiga korona terbentuk 5. Korona hampir terbentuk sempurna 6. Korona terbentuk sempurna 7. Sepertiga akar terbentuk 8. Dua pertiga akar terbentuk 9. Akar penuh terbentuk dengan apeks terbuka 10. Penutupan apeks akar yang penuh terbentuk

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Gambar 3 : Tahap kalsifikasi gigi menurut Nolla 10,11