PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK KAYU JATI TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPAL PORUS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK KAYU JATI TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN CAMPURAN ASPAL PORUS NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE GILSONITE HMA MODIFIER GRADE TERHADAP KINERJA ASPAL PORUS JURNAL

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BETON SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN ASPAL PORUS DENGAN TAMBAHAN GILSONITE JURNAL

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN ALAMI LATEKS (GETAH KARET) TERHADAP KINERJA MARSHALL ASPAL PORUS

STRUKTUR PERKERASAN PORUS MENGGUNAKAN PEMBEBANAN SKALA MODEL

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

LAPORAN AKHIR. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi PENGARUH GRADASI PADA CAMPURAN ASPAL PORUS TERHADAP KEMAMPUAN PERMEABILITAS DAN KINERJA MARSHALL

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB III LANDASAN TEORI

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PORUS DENGAN AGREGAT DARI LOLI DAN TAIPA

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

BAB III LANDASAN TEORI

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER GRANIT DAN KERAMIK PADA CAMPURAN LASTON AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

STUDI PENAMBAHAN GILSONITE TERHADAP KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN POLYURETHANE TERHADAP STABILITAS CAMPURAN BERASPAL BERPORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

EFEK PERENDAMAN TERHADAP KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG CAMPURAN HRA YANG MENGANDUNG BAHAN PENGISI ABU BATU DAN SERBUK ARANG. Derita Lamtiar NRP :

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai prasarana transportasi adalah salah satu faktor yang sangat

ANALISA TEGANGAN DAN REGANGAN PADA PERKERASAN PORUS DENGAN SKALA SEMI LAPANGAN DAN SOFTWARE ANSYS

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

PERBANDINGAN KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG BETON ASPAL BERGRADASI RAPAT DAN BERGRADASI SENJANG

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK KAYU JATI TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPAL PORUS Hendi Bowoputro, Ludfi Djakfar, Rahayu Kusumaningrum, Avista Candra Dewi S, Ristradianti Dwi A Jurusan Teknik Sipil / Universitas Brawijaya E-mail: bowopu94@yahoo.com ABSTRAK Aspal merupakan material yang digunakan pada pekerjaan perkerasan lentur jalan. Genangan air yang sering terjadi terutama setelah hujan bisa menjadi masalah terhadap ketahanan aspal. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mencegah permasalahan ini adalah penggunaan aspal porus untuk digunakan dalam pekerjaan perkerasan jalan. Aspal porus adalah campuran yang memiliki gradasi agregat kasar lebih banyak dibandingkan dengan agregat halus. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh penambahan serbuk kayu jati terhadap nilai Marshall yang ada pada campuran aspal porus. Penggunaan serbuk kayu jati ini juga dapat mengurangi jumlah limbah serbuk kayu yang ada. Variasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah variasi kadar serbuk kayu jati dan variasi suhu perendaman. Variasi kadar serbuk kayu jati sebesar 4%, 5% dan 6% sedangkan variasi suhu perendaman 45ºC, 60ºC dan 75ºC. Jumlah benda uji untuk mencari KAO yang dibuat sebanyak 9 buah benda uji. Benda uji Marshall Immersion sebanyak 9 buah benda uji. Penelitian ini menggunakan metode analisis ANOVA Dua Arah. Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada pengaruh dari penambahan serbuk kayu jati terhadap nilai Marshall pada campuran aspal porus. Kata kunci: Aspal Porus, Standar Gradasi British, Karakteristik Marshall, Permeabilitas, Serbuk Kayu Jati, Suhu Waterbath 1. PENDAHULUAN Salah satu permasalahan yang timbul dari perkerasaan aspal pada umumnya adalah terjadinya aquaplanning yang dapat menyebabkan jalan menjadi licin. Ketika curah hujan tinggi dan jalan raya tidak didukung dengan sistem drainase yang baik, maka jalan rayabisa tergenang air bahkan terjadi banjir. Aspal Porus memiliki gradasi seragam dengan agregat halus yang rendah sehingga terdapat rongga-rongga pada campuran aspal. Rongga-rongga inilah yang dapat membuat permukaan jalan lebih kasar sehingga jalan tidak akan menjadilicin terutama ketika terjadi musim hujan. Aspal porus memiliki sifat drainase ganda, yaitu air akan mengalir melalui permukaan aspal dan lapisan pori campuran aspal tersebut. Air akan lebih leluasa masuk ke dalam poripori lapisan permukaan jalan raya sehingga tidak menimbulkan genangan yang dapat membuat jalan raya menjadi licin. Sehingga, ketika perkerasan jalan menggunakan aspal porus, genangan air akibat hujan akan segera mengalir baik secara horisontal maupun vertikal melalui pori-pori aspal. Dalam upaya meningkatan stabilitas kinerja perkerasan jalan, maka diperlukan adanya material tambahan yang akan digunakan dalam pencampuran aspal porus. Pada penelitian ini, penggunaan material serbuk kayu jati akan ditambahkan. Penelitian ini akan membandingkan antara aspal porus dan aspal porus dengan serbuk kayu jati. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agregat Agregat adalah material yang bersifat keras dan unorganik terdiri dari pasir, gravel, batu pecah dan material lain dari 250

bahan mineral alami atau buatan. Material agregat yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan berfungsi untuk menahan beban lalu lintas. Agar dapat digunakan sebagai campuran aspal, agregat harus lolos dari berbagai uji yang telah ditentukan. Banyaknya agregat dalam campuran aspal pada umumnya berkisar antara 90% hingga 95% terhadap total berat campuran atau 70% hingga 85% terhadap volume campuran aspal (Wahyudi, 2010). Jenis-jenis agregat dibedakan menjadi tiga berdasarkan sumber dari cara mendapatkan agregat tersebut, diantaranya: 1. Agregat Alam (Natural Aggregates) Sesuai dengan namanya, agregat alam adalah agregat yang didapatkan dari alam. Agregat alam yang biasa digunakan untuk campuran perkerasan jalan adalah pasir dan batu kerikil. 2. Agregat yang telah diproses Agregat yang telah diproses didapatkan dari eksplorasi agregat alam yang kemudian dipecah dan disaring terlebih dahulu sebelum digunakan. 3. Agregat Buatan Agregat buatan adalah agregat dari hasil proses kimia dan fisika sehingga membentuk mineral baru yang meyerupai agregat. 2.2 Aspal Aspal sebagai pengikat (binder) adalah material alami yang berwarna hitam kecoklatan. Jika aspal dipanaskan pada suhu tertentu maka dapat menjadi cair sehingga dapat dicampurkan dengan agregat. Namun jika aspal didinginkan maka akan menjadi padat atau mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (bersifat Termopolis). Banyaknya aspal pada campuran perkerasan berkisar antara 4 hingga 10% dari berat campuran, atau 10 hingga 15% dari volume campuran. 2.3 Kayu Jati Sifat-sifat kayu jati secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Sifat-sifat kayu jati No. Sifat Satuan Nilai 1 Berat jenis Kg/cm3 0,62-0,75 (rata-rata 0,67) 2 Tegangan pada batas proporsi Kg/cm3 718 3 Tegangan pada batas patah Kg/cm3 1031 4 Modulus elastisitas Kg/cm3 127700 5 Tegangan tekan sejajar serat Kg/cm3 550 6 Tegangan geser arah radial Kg/cm3 80 7 Tegangan geser arah tangensial Kg/cm3 89 8 Kadar selulosa % 47,5 9 Kadar lignin % 29,9 10 Kadar pentose % 14,4 11 Kadar abu % 1,4 12 Kadar silica % 0,4 13 Serabut % 66,3 14 Kelarutan dalam alcohol bensena % 4,6 15 Kelarutan dalam air dingin % 1,2 16 Kelarutan dalam air panas % 11,1 17 Kelarutan dalam NaOH 1 % % 19,8 18 Kadar air saat titik jenuh serat % 28 19 Nilai kalor Cal/gram 5081 20 Kerapatan Cal/gram 0,44 2.4 Aspal Porus Campuran Aspal Porus merupakan campuran generasi baru dalam perkerasan lentur, yang memperbolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course). Dengan meresapnya air maka bisa langsung meresap dan mengalirkannya ke dalam tanah dan menjadi air tanah. Gradasi agregat aspal porus standart British dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan spesifikasi gradasi agregat aspal porus menggunakan Standar British dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 2. Gradasi agregat Standar British Ukuran Ayakan Sumber: Takahasi, 1999 % Berat Yang Lolos (mm) Batas Atas Batas Bawah 19,000 100 100 12,700 100 100 9,530 100 90 6,350 55 40 2,380 28 22 0,074 6 3 251

% Kumulatif Lolos Spesifikasi Gradasi Standar British 100 80 60 40 20 0 0,01 0,1 1 10 100 batas atas Ukuran Ayakan (mm) Gambar 1. Spesifikasi gradasi agregat aspal porus menggunakan Standar British 2.5 Pengujian Marshall 2.5.1 Rongga di antara mineral agregat (Void in the Mineral Aggregat/VMA) Rongga antar mineral agregat (VMA) adalah ruang rongga di antara partikel agregat pada suatu perkerasan, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dihitung berdasarkan berat jenis bulk (Gsb) agregat dan dapat dihitung pula terhadap berat campuran total atau terhadap berat agregat total. 2.5.4 Kelelehan (Flow) Nilai flow diperoleh dari nilai yang ditunjukkan oleh jarum dial. Nilai yang ditunjukkan pada jarum dial tidak perlu dikonversikan terhadap alat Marshall karena satuannya nilainya sudah dalam millimeter (mm). 2.5.5 Hasil Bagi Marshall () Marshall Quotient () merupakan hasil pembagian dari stabilitas dengan kelelehan. = Mf 3. METODE PENELITIAN 1. Terhadap Berat Campuran Total VMA = 100 ( Gmb Gsb X 100 100 + Pb X100) 2. Terhadap Berat Agregat Total VMA = 100 ( Gmb Gsb X 100 100 + Pb X100) 2.5.2 Rongga di dalam campuran (Void In The Compacted Mixture/ VIM) Rongga udara di dalam campuran (VIM) yang ada pada campuran perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat yang terselimuti oleh aspal. Gmm Gmb VIM = 100 X ( ) Gmm 2.5.3 Stabilitas Nilai stabilitas diperoleh dari nilai yang ditunjukkan oleh jarum dial pada alat uji. Nilai yang ditunjukkan pada jarum dial perlu dikonversikan terhadap alat Marshall. Gambar 2. Diagram alir penelitian 252

4. PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) Penentuan kadar aspal optimum berfungsi untuk menetapkan besarnya kadar aspal efektif dalam campuran yang diperlukan untuk pembuatan benda uji baru dengan komposisi agegat sama tetapi dengan kadar aspal optimum yang telah ditentukan. Pada umumnya kadar aspal optimum didapat dari nilai VMA,VIM, stabillitas, flow, dan yang memenuhi syarat standar untuk campuran. Berdasarkan dari spesifikasi Australia tidak ada batasan terhadap nilai VMA sehingga dalam menentukan besarnya kadar aspal optimum hanya memperhitungkan VIM, stabillitas, flow, dan. a. Perhitungan VIM y= 1.486x 2 16.921x + 66.475 (1) b. Perhitungan stabilitas y = -46,289x 2 + 46,286x 449,96 (2) c. Perhitungan flow y = -0.425x 2 + 5,2083x - 12,657 (3) d. Perhitungan y = 37,731x 2 507,06x + 1899,5 (4) VIM Stabilitas Flow 4% 4,45% 5% 5,26% 6% Gambar 3. Grafik pita campuran aspal porus standar British Berdasarkan grafik pita pada Gambar 3 didapatkan kadar aspal memenuhi pada rentang 4,45% sampai 6% sehingga diperoleh kadar aspal optimum pada kadar aspal 5,26%. Nilai kadar aspal optimum tersebut menjadi nilai x pada persamaan 1 s.d 4. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil nilai karakteristik Marshall British dengan KAO 5,26% Karakteristik Persyaratan Bristish KAO=5,26% Keterangan VIM 18% - 25% 18,585 Memenuhi Stabilitas >500 kg 703,978 Memenuhi Flow 2-6 mm 2,98 Memenuhi <400 kg/mm 276,291 Memenuhi 4.2 Uji Permeabilitas dengan Variasi Kadar Serbuk Kayu dan Variasi Suhu Waterbath Uji Permeabilitas yang digunakan dalam percobaan disini adalah dengan cara mengalirkan air dari selang dengan tinggi 151cm dan diameter 1 inci lalu hitung waktu sesuai dengan pergerakan air yang mengalir dari atas sampai bawah.berikut ini hasil pengujian permeabilitas benda uji dengan KAO yang ditambahkan dengan variasi kadar serbuk kayu jati seperti pada Tabel 4. Suhu Waterbath 60 C Tabel 4. Debit rata-rata Kadar Serbuk Kayu Jati 4% 5% 6% Debit 584,093 306,602 256,671 517,521 399,804 509,910 352,507 268,411 332,531 Debit Rata-Rata 382,4552 475,7448 317,8164 4.3 Analisis Pengaruh Serbuk Kayu dan Variasi Suhu Terhadap Karakteristik Marshall Untuk pembuatan benda uji dengan campuran serbuk kayu jati digunakan campuran antara kadar aspal optimum (KAO) dan variasi kadar kayu jati sebesar 253

4%, 5% dan 6%. Dalam pembuatan benda uji ini digunakan KAO karena variasi kadar kayu yang ditentukan tidak terlalu signifikan perbedaannya, sehingga KAO masih berlaku untuk digunakan. Dari hasil pengujian untuk nilai stabilitas pada hasil uji Marshall menunjukan bahwa semakin rendah suhu waterbath, maka nilai stabilitas benda uji semakin banyak yang memenuhi. Untuk nilai flow menunjukan bahwa semakin rendah suhu waterbath, maka nilai flow benda uji semakin banyak yang memenuhi. Untuk nilai menunjukan bahwa semakin rendah suhu waterbath, nilai semakin banyak yang tidak terpenuhi. Sedangkan nilai VIM dengan variabel suhu waterbath hampir tidak memenuhi seluruh benda uji. Tabel 5. Rekap hasil karakteristik Marshall pada kadar serbuk jati optimum 4,455% Karakteristik VIM Persyarata n British 18% - 25% Kadar Serbuk Kayu Jati Optimum = 4,455% - Keterangan Tidak Memenuhi Stabilitas >500 kg 940,551 Memenuhi Flow 2-6 mm 2,763 Memenuhi <400 kg/mm 325,573 Memenuhi Tabel 6. Rekap hasil karakteristik Marshall pada kadar serbuk jati optimum 5, 55% Karakteristik Persyaratan British Kadar Serbuk Kayu Jati Optimum = 5,55% Keterangan VIM 18% - 25% 18,4 Memenuhi Stabilitas >500 kg 529,024 Memenuhi Flow 2-6 mm 3,471 Memenuhi <400 kg/mm 129,566 Memenuhi 4.4 Pengaruh Suhu Waterbath pada benda uji dengan variasi kadar serbuk kayu Berdasarkan hasil pengujian, nilainilai karakteristik Marshall kemudian diplotkan ke dalam grafik dan diregresi sehingga akan diketahui perpotongan antara garis regresi dengan garis batas. Perpotongan tersebut menjadi batas untuk karakteristik Marshall untuk kadar serbuk kayu jati memasuki syarat suhu waterbath jati yang sudah ditentukan, yaitu 45ºC hingga 75ºC. Jati 4% Dari hasil pengeplotan diperoleh nilai flow dan sudah memenuhi syarat yang sudah ditentukan, yaitu 45ºC hingga 60ºC. Untuk nilai VIM hanya memenuhi dari 45,418 ºC hingga 53,315 ºC, sedangkan untuk nilai stabilitas hanya memenuhi 45 ºC hingga 74,488 ºC saja. 4.5 Analisis Statistik Pengaruh Penambanhan Serbuk Kayu Jati dan Variasi Suhu Waterbath Terhadap Karakteristik Marshall Setelah dilakukan uji Marshall maka dilakukan analisis dengan ANOVA dua arah. Pada penelitian ini digunakan analisis ANOVA dua arah karena hasil penelitian menunjukan lebih dari dua karakteristik yang akan dianalisa. Tabel 7. Anova KAO dengan KAO + serbuk kayu jati Kadar Aspal 5% dan 6% KAO + Serbuk Kayu Jati Syarat Batas α Keterangan VIM 0,592 0,087 <0,05 Tidak Berpengaruh Stabilitas 0,201 0,28 <0,05 Tidak Berpengaruh Flow 0,658 0,65 <0,05 Tidak Berpengaruh 0,59 0,221 <0,05 Tidak Berpengaruh 5. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan: 1. Variasi penambahan kadar serbuk kayu pada aspal porus dengan standar British tidak mempengaruhi nilai Marshall VIM, stabilitas, flow, 254

dan. 2. Tidak didapatkan kadar serbuk kayu optimum pada suhu 45 C karena pada suhu ini tidak semua nilai karakteristik Marshall memenuhi, sedangkan kadar serbuk kayu jati optimum suhu 60 C adalah 4,488%, dan suhu 75 C adalah 5,55%, 3. Variasi penambahan suhu waterbath pada kadar serbuk kayu jati pada aspal porus dengan standar British tidak mempengaruhi nilai Marshall VIM, stabilitas, flow, dan. 5.2 Saran 1. Tidak perlu dilakukan penelitian lebih lanjut karena serbuk kayu jati tidak berpengaruh dengan karakteristik Marshall pada campuran aspal porus. 2. Perlu dilakukan pengujian di lapangan untuk mendapatkan hasil yang realistis. 3. Pada penelitian selanjutnya perlu dicari nilai kadar aspal optimum (KAO) ketika aspal sudah dicampur dengan serbuk kayu jati. Karena pada penelitian ini KAO didapat sebelum aspal dicampur dengan serbuk kayu jati. 4. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai reaksi kimia yang terjadi antara campuran aspal dengan penambahan serbuk kayu jati. 5. Pada penelitian ini tidak mencari ikatan kimia, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari bagaimana pengaruh ikatan kimia serbuk kayu jati dengan aspal. 6. Perlu penelitian lebih lanjut dengan penggunaan material atau penambahan additive lain yang dapat meningkatkan stabilitas. 7. Perlu pemeriksaan alat yang digunakan agar benda uji yang dihasilkan lebih baik. 6. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1976. Manual Pemeriksaan Bahan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum Bina Marga. Australian Asphalt Pavement Association. 2004. National Asphalt Specification. Basuki, Rachmad dan Machsus. 2007. Penambahan Gilsonite Resin pada Aspal Prima 55 untuk meningkatkan Kualitas Perkerasan Hotmix. Jurnal Aplikasi. 3, (1), 16 27. Bina Marga. 2006. Spesifikasi Umum Campuran Berbutir Panas. Bruce. K.F. 2005. Porous Pavement. CRC PRESS. United States of America Febriani, D dan Mauidya D. 2013. Serbuk Gergaji Kayu Jati. Jurnal Aplikasi. 2, (1), 1 3. Krebs, R.D dan Walker, R.D. 1971. Highway Materials. McGraw-Hill Book Company. New York, USA. Ramadhan,N dan Burhan, R.R. 2014. Pengaruh Penambahan Additive Gilsonite HMA Modifield Grade Terhadap Kinerja Aspal Porus. Malang : Universitas Brawijaya. Skripsi. Sarwono, D dan Astuti K. W. 2007. Pengukuran Sifat Permeabilitas Campuran Porous Asphalt. Media Teknik Sipil. Setyawan. A dan Sanusi. 2008. Observasi Properties Aspal Porus Berbagai Gradasi Dengan Material Lokal. Media Teknik Sipil. Sujono. E. R. 2012. Pengaruh Daya Dukung dan Permeabilitas Akibat Variasi Gradasi Agregat Lapisan Pondasi Porous Pavement. Malang. Susanto.A dan Sukma, P.R. 2016. Pengaruh Limbah Beton dan Marmer Pada Campuran Aspal Porus Dengan Bahan Tambahan Gilsonite. Malang : Universitas Brawijaya. Skripsi. Suprapto, T.M. 2004. Bahan Dan Struktur Jalan Raya. Biro Penerbit Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. The Asphalt Institute. 1984. Mix Design Methods for Asphalt Concrete and other Hot Mix Types, Manual Series No 2 ( MS-2 ). 1 st Edition, Lexington, Kentucky, USA. Yamin. M. 2001. Modifikasi Marshall Dalam Perencanaan Campuran Porus Aspal Untuk Cement Treated Asphalt Mixture (CTAM). Bali 255