BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN MODEL JARINGAN

ANALISIS PERFORMANSI ARRAY WAVEGUIDE GRATING MENGGUNAKAN FILTER FIBER BRAGG GRATINGS PADA JARINGAN SCM/WDM RADIO OVER FIBER

Performansi SCM/WDM Radio Over Fiber dengan Arsitektur PON menggunakan M-ary PSK

Analisis 1,28 Tbps Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) Menggunakan Modulasi Eksternal dan Deteksi Langsung

Analisis Perbandingan CWDM Dengan Modulasi Eksternal Menggunakan Penguat EDFA dan Tanpa Penguat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang

Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PERANCANGAN SISTEM RoF-OFDM POLARISASI TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN MODULASI QPSK DAN QAM

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PERFORMANSI ARRAYED WAVEGUIDE GRATINGS MENGGUNAKAN FILTER FIBER BRAGG GRATINGS PADA JARINGAN SCM/WDM RADIO OVER FIBER TUGAS AKHIR

ANALISIS KINERJA TRANSMITTER OPTIK LASER PADA TEKNOLOGI XG-PON. Analysis Of Optical Transmitter Laser Performance In XG-PON Technology

SIMULASI PENINGKATAN KEAMANAN JARINGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PENGUAT SINYAL OPTIK

SIMULASI DAN ANALISIS JARINGAN TIME AND WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING PASSIVE OPTICAL NETWORK MENUJU NEXT GENERATIO NETWORK

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3743

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

ANALISIS PENERAPAN OPTICAL ADD-DROP MULTIPLEXER (OADM) MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING (FBG) PADA TEKNIK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING ( DWDM )

LAPORAN SKRIPSI ANALISIS UNJUK KERJA MODULASI EKSTERNAL OPTIS DALAM MODEL DETEKSI KOHEREN PADA SISTEM BASEBAND OVER FIBER

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

BAB I PENDAHULUAN.

ANALISIS KINERJA KOMBINASI TOPOLOGI JARINGAN NG-PON2 Analysis of Combination Topology Performance on NG-PON2 Network

± voice bandwidth)

IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI GMSK PADA DSK TMS320C6416T

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG

Analisis Parameter Signal to Noise Ratio dan Bit Error Rate dalam Backbone Komunikasi Fiber Optik Segmen Lamongan-Kebalen

ANALISIS PERFORMANSI JENIS FORMAT MODULASI PADA NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM

Pengertian Multiplexing

Aplikasi Multiplexer -8-

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sangat cepat. Ini diakibatkan adanya permintaan dan peningkatan

Teknik MULTIPLEXING. Rijal Fadilah S.Si Program Studi Teknik Informatika STMIK Balikpapan Semester Genap 2010/2011

MULTIPLEXING. Frequency-division Multiplexing (FDM)

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

Sistem Transmisi Modulasi & Multiplexing

Aplikasi In-line Amplifier EDFA Pada Sistem Transmisi Panjang Gelombang Tunggal dan Transmisi Berbasis WDM

ANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH DENGAN TEKNOLOGI DWDM DAN PENGUAT (EDFA)

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

BAB II SISTEM TRANSIMISI KABEL SERAT OPTIK. telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN

SIMULASI KINERJA MODULATOR OPTIK TIPE MACH-ZEHNDER BERDASARKAN RAGAM FORMAT MODULASI

PERANCANGAN RADIO OVER FIBER PADA JARINGAN KOMUNIKASI AIR TRAFFIC CONTROL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

TRANSMISI ANALOG DAN TRANSMISI TRANSMI DIGIT SI AL DIGIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

ANALISIS PANJANG GELOMBANG DOWNSTREAM DAN UPSTREAM PADA SISTEM JARINGAN NG-PON 2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM

BAB IV SINYAL DAN MODULASI

BAB III CROSSTALK PADA JARINGAN DWDM. (tersaring). Sebagian kecil dari daya optik yang seharusnya berakhir di saluran

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

ANALISIS PERBANDINGAN PULSA GAUSSIAN DENGAN PULSA SECANT HIPERBOLIK PADA TRANSMISI SOLITON UNIVERSITAS TELKOM

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN KOMPENSATOR DISPERSI PADA JARINGAN BERBASIS OPTIK ANTARA STO LEMBONG DAN STO CIANJUR MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING

STUDI PERBANDINGAN PERFORMANSI SEMICONDUCTOR OPTICAL AMPLIFIER DENGAN ERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIER TUGAS AKHIR

ANALISIS DAN SIMULASI EFEK NON LINIER THREE WAVE MIXING PADA LINK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 124

BAB II TEKNIK PENGKODEAN

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan

ANALISIS EFEK NON LINIERITAS FIBER PADA LINK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal. Fery Antony, ST Universitas IGM

Rijal Fadilah. Transmisi Data

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-199

LOGO IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI M-ARY QAM PADA DSK TMS320C6416T

Kata kunci: radio over fiber, optical add drop multiplexer, wavelength division multiplexing, komunikasi jarak jauh

Multiplexing. Meningkatkan effisiensi penggunaan bandwidth / kapasitas saluran transmisi dengan cara berbagi akses bersama.

Modulasi Digital. Levy Olivia Nur, MT

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE

ANALISIS KINERJA MOBILE SATELLITE SERVICE (MSS) PADA FREKUENSI L-BAND DI INDONESIA

BAB II DASAR SYSTEM JARINGAN TRANSMISI METRO WDM

METODE PENGUJIAN ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

Endi Dwi Kristianto

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi

BAB II SISTEM KOMUNIKASI

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

BAB II LANDASAN TEORI

Rijal Fadilah. Transmisi Data

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 132

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas Akhir ini akan diselesaikan melalui beberapa tahapan yaitu mengidentifikasi masalah, pemodelan sistem, simulasi dan analisa hasil. Pemodelan dan simulasi jaringan di-design menggunakan software optisystem. Langkah ini dilakukan dengan tujuan agar mempermudah penulis dalam mendesain model dari jaringan SCM/WDM-RoF menggunakan multiplexer AWG dan filter FBG. Di samping itu, optisystem dilengkapi dengan virtual instrument, seperti Bit Error Rate Analyzer, Erbium Dopet Fiber Analitycal, Photodetector Analyzer, dan Oscilloscope Visualizer. Sehingga dengan menggunakan software optysistem ini penulis dapat melakukan penelitian tanpa terkendala oleh ketersediaan peralatan. 3.1 Langkah Penelitian Mulai Perumusan Masalah Penentuan Judul Penentuan Tujuan Mendesain Model jaringan AWG dan FBG pada SCM/WDM RoF 1 III-1

1 Mensimulasikan Model Sistem yang dibuat BER min 10-12? Tidak Ya Analisa Hasil Simulasi Selesai Gambar 3.1 Flow Chart Langkah Penelitian 3.2 Pemodelan Jaringan Gambar 3.2 berikut merupakan model dari perancangan sistem SCM/WDM-RoF yang terdiri dari transmitter, saluran transmisi dan receiver. III-2

OP Gambar 3.2 Model Jaringan SCM/WDM RoF menggunakan Multiplexer AWG dan Filter FBG Keterangan : 1. PRBS (Pseudo Random Bit sequence) PRBS merupakan komponen yang digunakan untuk membangkitkan sinyal informasi berupa sinyal digital 2. NRZ (Non Return to Zero) Proses encoding dengan menggunakan teknik pengkodean NRZ 3. ASK MOD (Amplitude Shift Keying Modulator) Teknik modulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik modulasi ASK 4. CG (Carrier Generator) CG berfungsi sebagai pembangkit sinyal carrier yang akan membawa sinyal informasi ke dalam beberapa kanal frekuensi. 5. EA (Electrical Adder) III-3

Berfungsi menggabungkan sinyal modulasi ASK dan sinyal carrier untuk ditransmisikan kedalam modulator eksternal. 6. SG (Sine Generator ) SG memiliki fungsi untuk membangkitkan sinyal sinus elektrik. 7. HC (Hybrid Coupler) HC digunakan untuk mengkombinasikan sinyal informasi elektrik. 8. LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) Penelitian ini akan menggunakan LASER sebagai sumber optik untuk mentransmisikan sinyal ke dalam serat optik. 9. MZM (Mach Zehnder Modulator) MZM merupakan modulator eksternal yang akan memodulasi sinyal informasi sebelum ditransmisikan kedalam serat optik. 10. FBG (Fiber Bragg Gratings) FBG berfungsi sebagai filter setelah sinyal digital dimodulasikan dengan cahaya. 11. AWG (Array Waveguide Gratings) AWG berfungsi sebagai multiplexing dan demultiplexing yang memiliki jumlah kanal antara input dan output adalah sama. 12. OP (Optical Null) OP berfungsi digunakan untuk penanda tidak ada sinyal masukan pada AWG pada sisi input sebelum demultiplexer. 13. PD (Photodetector) Photodetector dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah photodetector PIN. 3.3 Blok Transmitter (Pengirim) Perangkat transmitter terdiri dari perangkat-perangkat yang bekerja untuk mengirimkan sinyal optik kepada media transmisi. Komponen pembangkit pulsa yang yang digunakan dalam Transmitter adalah Peseudo Random Bit Sequence (PRBS), atau juga dikenal dengan generator pulsa. Komponen ini membangkitkan pulsa dalam bentuk acak. NRZ Pulse Generator akan mengkonversi pulsa acak tersebut ke dalam bentuk sinyal digital dengan line coding NRZ. Sinyal informasi yang dibangkitkan oleh PRBS kemudian dimodulasi dengan teknik ASK yang berfungsi untuk membangkitkan sinyal digial. Sinyal tersebut kemudian dibawa ke dalam beberapa kanal frekuensi yang dibangkitkan oleh carrier generator. III-4

LASER yang akan digunakan pada perancangan ini adalah jenis CW LASER dengan frekuensi 1552,52. Sedangkan MZM merupakan komponen yang akan memodulasi sinyal informasi elektrikal dengan sinyal cahaya keluaran dari LASER. Setelah sinyal digital dimodulasikan dengan cahaya, maka sinyal akan melalui filter FBG kemudian di teruskan kepada AWG(mux) untuk di-multiplex-kan. 3.4 Media Transmisi Serat optik merupakan medium transmisi yang digunakan pada perancangan Tugas Akhir ini dari transmitter ke receiver. Tipe serat optik yang digunakan adalah singlemode fiber yang mempunyai kapasitas bandwidth yang besar dan jarak yang jauh, sehingga cocok digunakan untuk jaringan RoF. Media optik adalah saluran transmisi yang akan dilewati oleh sinyal digital yang telah di-multiplex-kan oleh multiplexer. Jarak jangkauan dari media optik adalah salah satu faktor yang akan menentukan kualitas sinyal digital yang akan diterima di receiver. Dalam simulasi ini jarak maksimum yang akan diukur adalah 20 km. 3.5 Blok Receiver (Penerima) Blok receiver merupakan bagian yang berfungsi untuk menerima sinyal optik yang dikirim dari transmitter. Pada receiver sinyal digital dari media optik akan diterima oleh AWG(demux) dan di-demultiplex-kan. Pada masukan demultiplexing akan diberikan optical null yang berfungsi sebagai penanda tidak ada sinyal masukan di-line tersebut. Setelah itu sinyal tersebut akan diteruskan ke FBG untuk di-filter, kemudian sinyal akan masuk ke bagian Photodetector. Photodetector berfungsi mendeteksi sinyal cahaya yang masuk dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Photodetector yang digunakan adalah Photodetector jenis Positive Intrinsic Negative (PIN) karena memiliki noise yang kecil. Setelah sinyal tersebut diubah menjadi sinyal listrik kemudian di-filter untuk mengambil sinyal informasi sesuai dengan frekuensi yang diinginkan. Jenis filter yang digunakan adalah band pass filter yang berfungsi melewatkan frekuensi tengah. Demodulator ASK akan mengembalikan sinyal informasi asli yang dikirimkan dan diteruskan ke 3R Regenerator agar dapat dianalisa dengan perangkat analyzer. Untuk mengetahui seberapa besar kesalahan dalam pengiriman sinyal yang terjadi, digunakan BER analyzer. III-5

3.6 Parameter Setup Dalam melakukan pemodelan dan simulasi jaringan, parameter-parameter yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Parameter Global pada Optisystem Nama Nilai Satuan Bit Rate Time Window Sample Rate Sequence Length Sample Per Bit Number of Sample Sentivity 1x10 9 128e 10-9 32x10 9 128 32 4096-100 Bit/s s Hz Bits dbm Dalam penelitian ini pembangkit sinyal yang digunakan adalah Pseudo Random Bit Sequance (PRBS). Sequence length senilai 128 bits dan sample per bits senilai 32. Sedangkan parameter untuk nilai time window, sample rate dan numbers of samples didapat dengan menggunakan rumus: 1. Time window = Sequence length * 1/Bit rate = 128 * 1 / 1 x10 9 = 128 ns 2. Number of samples = Sequence length * Samples per bit = 4096 samples 3. Sample rate = Number of samples / Time window = 32 GHz Menggunakan teknik modulasi ASK dengan frekuensi 1,7 GHz untuk SCM/WDM 1 dan SCM/WDM 2. Tabel 3.2. Parameter Carrier Generator SCM 1 SCM 2 Nama Nilai Satuan Nilai Satuan Number of Channel 10-100 10-100 Frequency 2540 MHz 2600 MHz Frequency Spacing 0,2 MHz 0,2 MHz Perbedaan antara SCM 1 dan SCM 2 terletak pada kanal frekuensi pada carrier generator. Pada penelitian ini frekuensi yang digunakan yaitu 2540-2600 MHz dengan jarak frekuensi 0,2 MHz. III-6

Sumber optik yang digunakan pada model sistem jaringan ini adalah 2 CW Laser dengan panjang gelombang 1552,52 SCM/WDM 1 dan 1551,72 untuk SCM/WDM 2. Serat optik yang digunakan adalah bertipe step index singlemode fiber, dengan pengaturan parameter serat optik sebagai berikut : Tabel 3.3. Parameter Serat Optik Parameter Nilai Satuan Reference Wavelength Attenuation Lower Calculation Limit Upper Calculation Limit 1550 0,2 1200 1700 db/km Multiplexer yang digunakan dalam simulasi adalah AWG, dengan konfigurasi bebagai berikut: Tabel 3.4. Parameter AWG Nama Nilai Satuan Size Configuration Wavelength Bandwidth Frequency Spacing 2 Mux/Dem 1552,52 20 0,05 Saluran - GHz Filter yang digunakan dalam simulasi adalah FBG, dengan konfigurasi bebagai berikut : Tabel 3.5. Parameter FBG Nama Nilai Satuan Wavelength Effective Index 1552,52 1,45 - Photodetector yang digunakan dalam model jaringan ini adalah Photodetector model PIN, dimana parametr yang digunakan adalah sebagai berikut : III-7

Tabel 3.6. Parameter Photodetector PIN Nama Nilai Satuan Reponsitivity Dark Current Center Frequency 1 10 193,1 A/W na THz 3.7 Skenario Penelitian Sebelum menganalisis performansi sistem, yang perlu dilakukan adalah verifikasi terhadap model sistem yang dibuat dengan melihat besaran parameter Bit Error Rate (BER) pada receiver. Hal ini penting dilakukan sebagai validasi bahwa model sistem tersebut telah memenuhi kriteria BER yang telah distandarkan oleh ITU-T. Sesuai dengan standar yang ditetapkan ITU-T G.698.1 (2009) untuk sistem multi-channel optikal, nilai BER minimum yang diperbolehkan pada jaringan DWDM adalah 10-12. Model sistem harus bisa memberikan nilai BER sistem sebesar 10-12 untuk channel spacing 0,05 pada multipexing AWG. 3.7.1 Skenario 1 Pada skenario pertama, penulis akan melakukan verifikasi terhadap bit rate maksimum yang dapat diimplementasikan pada model jaringan SCM/WDM RoF dengan multiplexing AWG dan filter FBG menggunakan teknik modulasi ASK. Untuk mendapatkan bit rate maksimum, model tersebut disimulasikan pada jarak 10 km dengan menggunakan bit rate 1 Gbps dan 1,2 Gbps (ITU-T G.984.1, 2008). 3.7.2 Skenario 2 Pada skenario kedua, pengujian dilakukan untuk mendapatkan jarak maksimum yang dapat diterapkan pada jaringan SCM/WDM RoF dengan multiplexing AWG. Pengujian dilakukan dengan penambahan filter FBG pada sisi transmitter, FBG pada sisi receiver dan FBG pada kedua sisi yaitu di transmitter dan receiver. Pengujian juga dilakukan pada multiplexing WDM untuk mendapatkan perbandingan performansi jarak maksimum yang dapat diterapkan pada jaringan. Pada skenario ini akan dilakukan pengujian terhadap parameter Bit Error Rate dengan jarak transmisi 10 km sampai 20 km. Standar pengukuran yang digunakan adalah standar dari ITU-T dengan nilai BER 10-12. III-8

Gambar di bawah ini merupakan model sistem yang dirancang menggunakan software optisystem 13 dengan penambahan filter FBG pada sisi transmitter, FBG pada sisi receiver serta penambahan FBG pada sisi transmitter dan receiver. Gambar 3.3 Penambahan Filter FBG pada Transmitter dengan Optisystem Gambar 3.4 Penambahan Filter FBG pada Receiver dengan Optisystem III-9

Gambar 3.5 Penambahan Filter FBG pada Transmitter dan Receiver dengan Optisystem 3.7.3 Skenario 3 Pada skenario ketiga, pengujian dilakukan untuk melihat pengaruh daya kirim terhadap BER. Pada skenario ini dilakukan iterasi terhadap daya kirim pada CW laser dengan daya input mulai dari -3 dbm sampai dengan 6 dbm pada jarak 10 km. 3.7.4 Skenario 4 Pada Skenario keempat menentukan jumlah kanal pada SCM yang dapat dimultiplekskan pada model sistem jaringan ini. Penentuan jumlah kanal dilakukan mulai dari 5 hingga 100 kanal untuk penggunaan FBG pada sisi transmitter, FBG pada sisi receiver dan FBG pada kedua sisi yaitu transmitter dan receiver. Sebagai perbandingan dilakukan juga pengujian pada multiplexing WDM. Untuk mengetahui jumlah kanal yang dapat dimultiplekskan yaitu dengan melihat parameter Bit Error Rate sistem. 3.7.5 Skenario 5 Pada skenario kelima akan dilakukan perhitungan nilai crosstalk terhadap jumlah saluran input dan jumlah saluran output serta perhitungan nilai crosstalk terhadap daya input. III-10