BAB II KAJIAN TEORETIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. mampu berbahasa dan bersastra saja namun juga digunakan sebagai sarana

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Membandingkan Teks Laporan Hasil Observasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan atau perasaan seseorang. Bahasa terdiri atas beberapa kata yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksplanasi Kompleks Pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu ciri orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Menurut

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahirnya kurikulum 2013 sebagai penerapan kurikulum yang baru ternyata

Oleh Ummi Kalsum Lubis Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menangkap Makna Teks Eksposisi Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Negosiasi Jual Beli

BAB I PENDAHULUAN. mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan selayaknya. meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Membandingkan Teks Laporan Hasil Observasi. dengan Teks Eksposisi pada Kurikulum 2013

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka tertarik terhadap

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pembelajaran Memproduksi Teks Eksplanasi Kompleks dengan Metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa dalam menyerap materi pendidikan. Guru sebagai fasilitator, menyampaikan ilmunya melalui bentuk-bentuk ajaran

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Pembelajaran berbasis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Ernanda Ariyatna Drs. Malan Lubis, M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis. penggunaan keempat keterampilan berbahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menguatkan kedudukan dan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pembelajaran Membandingkan Teks Cerita Pendek dengan Teks Eksplanasi

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 2014 MATERI PENDAMPINGAN IMPLEMENTAS KURIKULUM 2013 DIKMEN

BAB II PEMBELAJARAN, MEMPRODUKSI TEKS EKSPOSISI, MEDIA KOMIK STRIP, DAN METODE DISCOVERY LEARNING

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pembelajaran Membandingkan Teks Prosedur Kompleks dengan Teks Eksposisi

KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

INSTRUMEN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT DI KELAS X SMA NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Pemodelan)

BAB I PENDAHULUAN. baru tersebut, maka badan bahasa bertindak menjadi agen perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. umum keterampilan menyimak dan berbicara adalah keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan suatu cara membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir Tarigan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang pendidikan. bahasa Indonesia (Permendikbud, No 60 tahun 2014).

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB II. jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Kedudukan Pembelajaran Meringkas Teks Biografi untuk Kelas VIII

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA DAN MA (WAJIB)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

2015 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS BERPIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI SISWA KELAS X SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pengembangan Silabus dan RPP Kurikulum Catatan Pengantar

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Prosedur Kompleks dalam Kurikulum 2013 Pada kurikulum 2013, pengembangan kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan pembelajaran bahasa berbasis teks. Pada pendekatan berbasis teks ini siswa diharapkan mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Pada dasarnya bahasa Indonesia diajarkan bukan sekedar sebagai pengetahuan bahasa saja, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial, budaya dan akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa, baik lisan maupun tulisan, yang mengungkapkan makna secara konteks-tual. 2.1.1 Kompetensi Inti (KI) Menurut Majid (2014:50), Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasional SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu. Gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokan ke dalam aspek sikapm pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari setiap peserta didik. Sedangkan menurut Mulyasa (2014:174), Kompetensi inti merupakan peningkatan kompetensi yang harus dihasilkan melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. 15

16 Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kompetensi inti adalah gambaran secara kategorial mengenai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki dan dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Pada penelitian ini, kompetensi inti yang peneliti ambil dari kurikukum 2013 semester 2 adalah kompetensi inti 4 yaitu: mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif serta mampu menggunakan metode sesuai dengan kaidah keilmuan. 2.1.2 Kompetensi Dasar (KD) Menurut Majid (2014:52), Kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompotensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan, bahwa kompetensi dasar merupakan bagian dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa untuk mencapai standar kompetensi yang terdapat dalam kompetensi inti yang cakupan materinya lebih tearah dan dapat dijadikan acuan oleh guru dalam pembuatan indikator, pengembangan materi pokok, dan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran memproduksi teks prosedur kompleks berdasarkan media gambar terdapat pada kompetensi dasar 4.2 yaitu memproduksi teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan teks negosiasi baik secara lisan maupun tulisan. Belajar dengan mengacu pada kompetensi dasar berarti belajar dengan proses yang berkala, pengujian yang dilakukan berkala sehingga guru

17 dapat menganalisis perkembangan hasil yang dicapai oleh siswa. Adapun yang menjadi kompetensi dasar dalam penelitian adalah memproduksi teks prosedur kompleks berdasarkan media gambar berseri baik melalui lisan maupun tulisan. 2.1.3 Alokasi Waktu Alokasi waktu pada setiap mata pelajaran tidaklah sama, dalam menentukan alokasi waktu sudah ada ketentuannya dalam kurikulum. Tim Kemendikbud (2013:42) menjelaskan sebagai berikut. Penentuan alokasi waktu pada setiap Kompetensi Dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu matapelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepen-tingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP. Majid (2014:216) mengatakan bahwa alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian suatu kompetensi dasar tertentu, hal tersebut dengan memperhatikan; (a) minggu efektif per semester; (b) alokasi waktu mata pelajaran per minggu; dan (c) jumlah kompetesi per semester. Berdasarkan definisi di atas, dapat penulis simpulkan, bahwa alokasi waktu bertujuan untuk memperkirakan jumlah jam tatap muka yang diperlukan dalam menyampaikan materi di kelas. Maka penulis menentukan alokasi waktu untuk pembelajaran memproduksi teks prosedur kompleks adalah 4 x 45 menit. 2.2 Memproduksi Teks Prosedur Kompleks 2.2.1 Pengertian Memproduksi Teks Prosedur Kompleks Tim Redaksi (2008:1103), produksi adalah suatu proses mengeluarkan hasil; penghasilan. Memproduksi adalah menghasilkan; mengeluarkan hasil. Jadi dapat disimpulkan memproduksi adalah suatu kegiatan menciptakan atau menghasilkan sesuatu.

18 Abidin diakses (13 Agustus 2016) mengatakan bahwa pengertian menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna termasuk membuat, memasak, merakit, mencampur, mengemas, membotolkan, dan menambang atau menyuruh orang atau badan lain melakukan kegiatan itu. Kemendikbud (2013:38) mengatakan bahwa pengertian teks prosedur kompleks adalah langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Terdapat banyak kegiatan di sekitar kita yang harus dilakukan menurut prosedur. Jika kalian tidak mengikuti prosedur itu, tujuan yang diharapkan tidak tercapai dan kalian dapat dikatakan sebagai orang yang tidak mengetahui aturan. Berdasarkan penjelasan dapat disimpulkan bahwa memproduksi teks prosedur kompleks adalah suatu kegiatan menghasilkan teks yang berisi langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. 2.2.2 Langkah-langkah Memproduksi Teks Prosedur Kompleks Berdasarkan Media Gambar Berseri Langkah merupakan proses, cara, perbuatan melangkahi atau melangkahkan atau permulaan melakukan sesuatu. Dalam membuat teks prosedur kompleks juga terdapat langkah-langkah yang dapat menuntun kita dalam menyusun teks prosedur kompleks dengan baik. Menurut Kosasih (2014:78), secara umum untuk bisa menulis teks prosedur kompleks kita harus: a. menentukan topik; b. memilih bahan; c. menyusun kerangka karangan; dan

19 d. mengembangkan kerangka menjadi teks. Berdasarkan urain di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran memproduksi teks prosedur kompleks menggunakan media gambar berseri dalam teks prosedur kompleks adalah: 1) menentukan topik; 2) mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan topik pembelajaran; 3) menyusun kerangka berdasarkan gambar berseri; dan 4) membuat teks prosedur berdasarkan kerangka gambar berseri. 2.3 Teks Prosedur Kompleks 2.3.1 Pengertian Teks Prosedur Kompleks Prosedur kompleks adalah teks yang berisi petunjuk untuk melakukan sesuatu. Menurut Kosasih (2014:67) menyatakan, bahwa teks prosedur kompleks adalah teks yang menjelaskan langkah-langkah secara lengkap, jelas, dan terperinci tentang cara melakukan sesuatu. Sedangkan, Tim Kemendikbud (2013:38) menyatakan, bahwa teks prosedur berisi langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa teks prosedur kompleks yaitu teks yang berisi petunjuk untuk melakukan sesuatu secara lengkap dan beraturan. Hal ini disebabkan, teks prosedur kompleks memiliki tujuan yang harus dicapai. 2.3.2 Struktur Teks Prosedur Kompleks Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 menitikberatkan pada pembelajaran berbasis teks, salahsatunya teks prosedur kompleks, yang me-

20 miliki struktur yaitu tujuan dan langkah-langkah. Maksud tujuan dalam hal ini adalah hasil akhir yang dicapai. Adapun langkah-langkah adalah cara-cara yang ditempuh agar tujuan itu tercapai. Pada teks prosedur kompleks langkah-langkah itu merupakan urutan yang biasanya tidak dapat diubah. Langkah awal menjadi penentu langkah-langkah berikutnya. Mulyadi dan Danaira (2014:173) menyatakan bahwa struktur teks pada sebuah teks yaitu sebagai berikut. a. Pendahuluan dinyatakan dalam sebuah paragraf, yang isinya berupa pengantar tentang wajibnya belajar efektif bagi para pelajar. b. Isi teks itu berupa langkah-langkah balajar efektif, yakni terdiri atas sepuluh langkah yang dinyatakan dalam setiap subjudulnya. c. Penutup dinyatakan dalam sebuah paragraf. Isinya menyatakan bahwa langkahlangkah yang dipaparkan pada bagian isi perlu disesuaikan dengan gaya masingmasing pembaca. Dengan demikian, penulis tidak memaksa pembaca mengikuti sepenuhnya petunjuk tersebut, namun dapat diterapkan dengan kebiasaan masing-masing. Kosasih (2014:25) menyebutkan bahwa struktur teks prosedur kompleks adalah sebagai berikut. a. Judul. b. Pendahuluan. c. Alat dan bahan (jika diperlukan). d. Tujuan. e. Langkah-langkah. Berdasarkan kutipan di atas bahwa judul merupakan adalah kalimat yang menunjukkan tentang isi dari teks tersebut. Sedangkan pendahuluan adalah beberapa kalimat yang memuat dari pendahuluan teks prosedur kompleks. Kemudian tuju-

21 an adalah maksud yang ingin kita capai dari suatu hal. Setelah itu, langkah-langkah adalah susunan tatacara untuk mencapai tujuan. Kemudian alat/bahan dalam teks prosedur kompleks merupakan alat/bahan yang digunakan untuk melakukan sesuatu. 2.3.3 Ciri-Ciri Teks Prosedur Kompleks Tim Kemendikbud (2013:48) menyatakan bahwa ciri-ciri kebahasaan teks prosedur kompleks adalah sebagai berikut. a. Partisipan manusia secara umum seperti pengendara. b.verba material adalah verba yang mengacu pada tindak fisik. c. Verba tingkah laku adalah verba yang mengacu pada sikap yang dinyatakan dengan ungkapan verbal ( bukan sikap mental yang tidak tampak). d.konjungsi temporal adalah konjungsi yang mengacu pada urutan waktu dan sekaligus menjadi sarana kohesi teks. Mulyadi dan Danaira (2014:175) menyebutkan bahwa ciri-ciri kebahasaan teks prosedur kompleks dilihat dari segi keefektifan kalimat, keefektifan pemilihan kata, dan keefektifan pemakaian ejaan serta tanda baca. Selain itu ciri-ciri teks prosedur kompleks meliputi kata perintah, kata kerja imperatif, kata penghubung yang menyatakan urutan, dan keterangan waktu. Berdasarkan uraian di atas bahwa ciri kebahasaan teks prosedur kompleks meliputi kalimat penggunaan partisipan manusia secara umum, verba material dan verba tingkah laku, dan konjungsi temporal. Yaitu adanya perintah/petunjuk dalam setiap langkah-langkahnya. 2.3.4 Jenis-Jenis Teks Prosedur Kompleks Teks prosedur kompleks merupakan teks berisi tentang langkah-langkah atau tahap-tahap untuk mencapai suatu tujuan. Kemendikbut (2013 : 39-69) menyebutkan bahwa jenis-jenis teks prosedur kompleks, di antaranya sebagai berikut.

22 a. Teks prsedur kompleks yang menjelaskan bagaimana sesuatu bekerja atau bagaimana cara melakukan instruksi secara manual. b. Teks prosedur kompleks yang mengintruksikan bagaimana melakukan aktivitas tertentu dengan peraturannya. c. Teks prosedur kompleks yang berhubungan dengan sifat atau kebiasaan manusia. 2.4 Media Gambar Berseri 2.4.1 Pengertian Media Gambar Berseri Media gambar seri merupakan serangkaian gambar yang terdiri dari 2 hingga 6 gambar yang menceritakan suatu kesatuan cerita yang dapat dijadikan alur pemikiran siswa dalam mengarang setiap gambar dapat dijadikan paragraf. Pendapat tersebut menegaskan bahwa media gambar seri adalah media yang berisi gambargambar berseri, dimana setiap gambar memiliki kaitan antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing gambar dalam media gambar seri mengandung makna adanya alur dalam suatu cerita secara bergambar yang harus disusun dengan baik. Jadi penyusunan gambar harus sesuai dengan alur cerita yang seharusnya sehingga mengandung makna tertentu, dan gambar-gambar tersebut dalat dibuat dalam bentuk cerita atau karangan yang menarik. 2.4.2 Langkah-langkah Pembelajaran Media Gambar Berseri a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP. c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memerhatikan atau menganalisis gambar.

23 d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. e. Tiap kelompok diberi kesempatan untuk menceritakan hasil diskusinya. f. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru memulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 2.5 Metode Problem Based Learning 2.5.1 Pengertian Problem Based Learning Borrow dalam Huda (2013:271) mengutarakan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut dapat penulis simpulkan bahwa metode problem based learning menyajikan suatu masalah dalam proses pembelajaran. Hal tersebut berguna untuk meningkatkan rasa ingin tahu pada siswa, sehingga siswa mencari solusi dari masalah yang disajikan dalam proses pembelajaran tersebut. 2.5.2 Langkah-langkah Metode Problem Based Learning Penggunaan metode Problem Based Learning haruslah sesuai dengan tahapan yang harus dilakukan. Huda (2013:272) mengutarakan langkah-langkah problem based learning yaitu sebagai berikut. a. Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah. b. Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial problem based learning dalam sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka membrain storming gagasannya dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian, mereka mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah.

24 c. Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan, website, observasi dan lain-lain. d. Siswa kembali pada tutorial problem based learning, lalu saling sharing informasi, melalui peer teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu. e. Siswa menyajikan solusi atas masalah. f. Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan selama ini. Semua yang berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review pribadi, review berpasangan, dan review berdasarkan bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya terhadap proses tersebut. 2.5.3 Kelebihan Metode Problem Based Learning Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, sama halnya dengan metode problem based learning yang penulis gunakan. Ratumanan dalam aliyandu (2011:43) mengutarakan kelebihan dari Metode Problem Based Learning yaitu: a) dapat membuat siswa lebih aktif; b) dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, menimbulkan ide-ide baru; c) dapat meningkatkan keakraban dan kerjasama; dan d) pembelajaran ini membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa kelebihan metode ini yaitu selain membuat siswa lebih aktif dalam mencari solusi, siswa juga berusaha bekerja sama dengan baik bersama teman-teman kelompoknya untuk saling bertukar pikiran dan mencari solusi dari permasalahan yang sedang dibahas. 2.5.4 Kekurangan Metode Problem Based Learning Selain kelebihan terdapat pula kelemahan dari metode problem based learning, hal tersebut berguna untuk menjadi pertimbangan guru dalam menggunakan sebuah metode pembelajaran. Ratumanan dalam Aliyandu (2011:44) mengutarakan kekurangan metode problem based learning sebagai berikut. a. Model pembelajaran problem based learning biasa dilakukan secara berkelompok membuat siswa yang malas semakin malas. b. Siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih aktif. c. Membutuhkan banyak waktu dan pendanaan.

25 d. Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru untuk menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir anak. e. Pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan berbagai sumber untuk memecahkan masalah, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. Berdasarkan hal tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kekurangan metode ini adalah dalam proses pembelajaran guru harus mampu mengelola kelas sebaik mungkin agar tidak ada siswa yang merasa bahwa dia tidak dapat memecahkan sebuah permasalahan. 2.6 Hasil Penelitian Terdahulu yang Sesuai dengan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memaparkan satu penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang pembelajaran memproduksi teks prosedur kompleks menggunakan media gambar dengan metode problem based learning pada siswa kelas X SMAN 1 Majalaya tahun pelajaran 2015-/2016. Hasil penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian yang menjelaskan hal yang telah dilakukan peneliti lain. Berdasarkan Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Leni Arifa Asri dengan judul penelitian Pembelajaran Memproduksi Teks Prosedur Kompleks dengan Menggunakan Model the great wind blows Pada Siswa Kelas X SMK Pasundan 2 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015 ternyata hasilnya menunjukan peningkatan hasil pada belajar siswa. Pada penelitian tersebut terdapat kesamaan dari aspek keterampilan berbahasa yaitu aspek menulis, dan terdapat perbedaan dari strategi pembelajarannya yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Leni Arifa Asri yaitu model pembelajaran yang digunakan menggunakan model the great wind blows sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode problem based learning. Komparasi terhadap penelitian tersebut menghasilkan ketertarikan penulis dalam melakukan penelitian berkaitan dengan aspek menulis. Penelitian terdahulu

26 tersebut, memberikan banyak informasi baru yang dibutuhkan penulis berkaitan dengan judul penelitian yang digunakan oleh penulis. Misalnya, perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis baik itu dari strategi, metode, media penelitian yang digunakan, dari materi pembelajaran, atau dari aspek lainnya. Hasil komparasi tersebut memberikan gambaran pelaksanaan penelitian dan hasil menulis siswa yang beragam untuk menjadi acuan bagi penulis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Leni Arifa Asri mengenai Pembelajaran Memproduksi Teks Prosedur Kompleks dengan Menggunakan Model the great wind blows menunjukan keberhasilan. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil nilai pretest dengan rata-rata sebesar 45 dan hasil posttes dengan rata-rata sebesar 75. Perbedaan ini menunjukan selisih 30,58, sehingga menghaslkan peningkatan dari pretes dan postes sebesar 30,58 atau setara dengan 11,53%. Berikut tabel mengenai persamaan dan perbedaan terkait judul penulis. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Terdahulu Persamaan Perbedaan Judul Penelitian Pembelajaran Subjek Subjek Pembelajaran Memproduksi Teks penelitiannya dari penelitiannya dari Memproduksi Teks Prosedur Kompleks Prosedur Kompleks keterampilan dan Prosedur Kompleks Eksplanasi dengan model/ metode Menggunakan Media Menggunakan Model yang digunakan Gambar dengan Metode the great wind blows Problem Based Learning Kelas X SMK Pada Siswa Kelas X Pasundan 2 Bandung SMA Negeri 1 Majalaya Tahun Pelajaran Tahun Pelajaran 2014/2015 2015/2016