Keywords : House physical condition, Child under five years old, Acute Respiratory Infection

dokumen-dokumen yang mirip
Keywords : House physical condition, Children under-five years old, Acute Respiratory Infection

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

Keyword : house characteristic, smoking habits, chidren under 5 years old, Acute Respiratory Infections (ARIs)

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

TESIS. Oleh SANTI IMELDA GEA /IKM

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN KONDISI RUMAH DENGAN KELUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNTUNGAN KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2008

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

BAB I LATAR BELAKANG

Healthy Tadulako Journal (Enggar: 57-63) 57

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU KELUARGA TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN CAMBAI KOTA PRABUMULIH TAHUN 2010

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

ABSTRAK. Kata kunci : ISPA, angka kejadian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

GAMBARAN PRAKTIK/KEBIASAAN KELUARGA TERKAIT DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI UPT PUSKESMAS SIGALUH 2 BANJARNEGARA

SUMMARY GAMBARAN PELAKSANAAN KLINIK SANITASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT COMMON COLD PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO TAHUN 2012

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Indramayu

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

POLA SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

HUBUNGAN KONDISI RUMAH SEHAT DENGAN FREKUENSI SESAK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

EPI MAGDALENA LIMBONG NIM.

PENDAHULUAN Rumah yang menjadi tempat tinggal dan tempat berlindung bagi para penghuninya merupakan salah satu alasan yang dapat

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/Mei 2017; ISSN X,

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATISAMPURNA KOTA BEKASI

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

: Kondisi fisik rumah, PHBS, pneumonia.

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN ISPA NON PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PINANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA DITINJAU DARI STATUS RUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA WILAYAH UTARA KOTA KEDIRI

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS KARTASURA SKRIPSI

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 ABSTRACT

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1

Transkripsi:

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH NELAYAN DENGAN KELUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI LINGKUNGAN PINTU ANGIN KELURAHAN SIBOLGA HILIR KECAMATAN SIBOLGA UTARA KOTA SIBOLGA TAHUN 2013 Juniettha Sylvia Dewi Hutapea 1, Evi Naria 2 dan Devi Nuraini Santi 2 1. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen Kesehatan Lingkungan 2. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia E-mail : juniettha.hutapea@yahoo.com Abstract The relationship between the physical condition of fisherman s house with Acute Respiratory Infection complaints on children under five years old in Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga in 2013. Acute Respiratory Infection has been a serious health problem problems in Indonesia. According to the preliminary survey at the Puskesmas Pintu Angin, Acute Respiratory Infection takes the high number firstly out the data ten the most disease. Children under five years old very susceptible to respiratory infection. One of the causes Acute Respiratory Infection is physical condition of house is bad. The houses of fisherman in Lingkungan Pintu Angin area mostly in stage constructed above sea water and non permanent. The type of research is descriptive analytic study, with cross sectional design. Populations are all mothers with children under five years old and have house with a constructed stage that has been built above sea water, that is 74 people and sample is total sampling. The results showed that there was significant relationship between the natural lighting (p=0.015) and humidity (p=0.026) with complaints of Acute Respiratory Infections on child under five years old, while ventilation (p=0.07), floor (p=0.613), wall (p=0.322), and ceiling (p=0.119) there was no relationship. People who live in Lingkungan Pintu Angin, expected to open their windows every day and encourage them to keep cleanness their home. And education needs to be improved by public health officials about the healthy condition of the house, especially to prevent acute respiratory infection diseases. Keywords : House physical condition, Child under five years old, Acute Respiratory Infection PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita (WHO, 2007). Penyakit ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada anak-anak dan balita. ISPA kerap pada urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu, ISPA juga sering berada daftar 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). 1

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme (Hartono, 2002). Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, sakit kepala disertai atau tanpa disertai demam. Usia Balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. (WHO, 2007). Salah satu penyebab timbulnya penyakit saluran pernapasan adalah kondisi fisik rumah yang buruk. Penyakit pernapasan dan semua penyakit yang menyebar melalui udara mudah sekali menular bila rumah tidak memenuhi syarat kesehatan (Slamet, 2009). Menurut Mukono (2006) rumah sehat harus memenuhi kebutuhan fisiologis. Rumah harus memiliki komponen bangunan rumah seperti atap, dinding, jendela, pintu, lantai, dan pondasi yang memenuhi syarat kesehatan. Selain itu harus memenuhi kebutuhan suhu, pencahayaan yang optimal, dan ventilasi yang memenuhi syarat. Secara umum kondisi fisik rumah nelayan di Lingkungan Pintu Angin merupakan rumah yang berbentuk panggung dan dibangun di atas air (tepi) laut, bahan bangunan umunya bersifat nonpermanaen. Sebagian besar penduduknya memiliki pekerjaan sebagai nelayan. Berdasarkan hasil survei pendahuluan data sepuluh penyakit terbesar 2 tahun terakhir (2011-2012) pada Puskesmas Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, ISPA adalah penyakit yang menempati urutan teratas. Pada tahun 2011 terdapat 6640 kasus ISPA, pada tahun 2012 terdapat 6139 kasus ISPA. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah nelayan, yaitu ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan langit-langit rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga. Jenis penelitian adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua ibu yang mempunyai balita dan memiliki rumah berbentuk panggung yang dibangun di atas (tepi) laut) di Lingkungan Pintu Angin, berjumlah 74 orang. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi. Data primer diperoleh melalui wawancara, observasi dan pengukuran dilakukan pada kondisi fisik rumah. Data sekunder diperoleh dari instansi kesehatan, yaitu Puskesmas Pintu Angin yang meliputi data jumlah sepuluh penyakit terbanyak, data dari Kelurahan yang meliputi data gambaran umum lokasi penelitian dan data demografi, serta jurnal kesehatan dan studi kepustakaan. Data dianalisa dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% atau dengan =0,05. 2

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Gambaran tingkat pendidikan dan pekerjaan responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan PEkerjaan di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 Jumlah Oran % g 7 9,5 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD 18 24,3 SLTP 15 20,3 SLTA 33 44,6 PT 1 1,3 Total 74 100 Pekerjaan PNS 2 2,7 Pegawai/ Karyawa n Swasta 1 1,3 Wiraswa 6 8,1 sta Nelayan 23 31,1 Ibu Rumah Tangga 42 56,8 Total 74 100 Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut tingkat pendidikan di Lingkungan Pintu Angin, persentase paling besar adalah SLTA, yaitu sebanyak 33 orang (44,6%) dan persentase paling kecil adalah perguruan tinggi, yaitu sebanyak 1 orang (1,3%). Jumlah responden menurut pekerjaan di Lingkungan Pintu Angin, persentase paling besar adalah Ibu Rumah Tangga, yaitu sebanyak 42 orang (56,8%) dan persentase paling kecil adalah Pegawai/Karyawan Swasta, yaitu sebanyak 1 orang (1,3%). Karakteristik Balita Gambaran karakteristik balita berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 2. Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 Jumlah Orang % Jenis Kelamin Laki-laki 41 55,4 Perempuan 33 41,3 Total 74 100 Umur 0-12 8 10,8 (bulan) >12-35 36 48,7 36-59 30 40,5 Total 74 100 Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa balita berjenis kelamin laki-laki lebih banyak, yaitu 41 orang (55,4%) daripada perempuan, yaitu 33 orang (41,3%). Distribusi balita berdasarkan umur, persentase paling besar yaitu balita berumur >12-35 bulan sebanyak 36 orang (48,7%) dan paling sedikit berumur 0-12 bulan sebanyak 8 orang (10,8%). Kondisi Fisik Rumah Kondisi fisik rumah responden meliputi ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding dan langitlangit rumah. 3

Tabel 3. Distribusi Kondisi Fisik Rumah di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 Variabel Ventiasi ( 10% dari luas lantai) Tidak (<10% atau >15% dari luas lantai) Pencahayaan Alami (60-120 lux) Tidak (<60 lux atau >120 lux) Kelembaban (40-70%) Tidak (<40% atau >70%) Lantai (kedap air/tidak lembab) Tidak (tidak kedap air) Dinding (kedap air) Tidak (tidak kedap air) Langit-langit (ada langit-langit, rapat) (tidak ada langit- langit) Total n % 43 58,1 31 41,9 29 39,2 45 60,8 32 43,2 42 56,8 27 36,5 47 63,5 27 36,5 47 63,5 25 33,8 49 66,2 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa untuk variabel ventilasi persentase paling besar adalah memenuhi syarat yaitu sebanyak 43 rumah (58,1%), variabel pencahayaan alami persentase paling besar adalah tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 45 rumah (60,8%), variabel kelembaban persentase paling besar adalah tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 42 rumah (56,8%), variabel lantai persentase paling besar adalah tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 47 rumah (63,5%), variabel dinding persentase paling besar adalah tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 47 rumah (63,5%), variabel dinding persentase paling besar adalah tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 49 rumah (66,2%). Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan Keluhan ISPA Tabel 4. Hasil Analisis Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan Keluhan ISPA di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 Variabel Kejadian ISPA Total Ya Tidak Ventilasi MS 19 20 39 TMS 22 13 35 Pencahayaan MS 11 18 29 Alami TMS 30 15 45 Kelembaban MS 13 19 32 TMS 28 14 42 Lantai MS 16 11 27 TMS 25 22 47 Dinding MS 17 10 27 TMS 24 23 47 Langit-langit MS 17 8 25 p- value 0,07 0,015 0,026 0,613 0,322 0,119 TMS 24 25 49 Berdasarkan Tabel 4 Variabel ventilasi diperoleh nilai p = 0,07, jika dinyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara ventilasi dengan kejadian ISPA. Responden dalam penelitian ini sebagian besar sudah memiliki luas ventilasi yang memenuhi syarat. Akan tetapi dalam pelaksanaannya responden jarang membuka jendela rumah. Dimana faktor lain yang berkaitan dengan kejadian ISPA adalah kebiasaan penduduk membuka jendela pada pagi hari. Sejalan dengan pendapat Hartono (2002) salah satu cara efektif mencegah penyakit ISPA adalah ventilasi rumah yang memenuhi syarat dan selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari. Menurut Chandra (2007) ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, yaitu menjaga aliran udara di dalam rumah tetap segar dan membebaskan udara ruangan dari bakter-bakteri. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan 4

naik, dimana kelembaban ini merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri Menurut Slamet (2009) penyakit saluran pernapasan dapat mudah menular akibat ventilasi yang tidak memadai. Rumah yang secara teknis memenuhi syarat kesehatan, tetapi apabila penggunaannya baik, maka dapat terjadi gangguan kesehatan. Variabel pencahayaan alami diperoleh nilai p = 0,015, jika dinyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pencahayaan alami pada rumah dengan kejadian ISPA. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa resiko balita terkena ISPA akan meningkat jika pencahayaan alami pada rumah tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden jarang membuka jendela rumah karena jarak rumah yang berdekatan, sehingga sinar matahari terhalang masuk ke dalam rumah. Sesuai dengan pendapat Azwar (2002) cahaya berperan sebagai germicid (pembunuh kuman atau bakteri). Cahaya matahari banyak dimanfaatkan oleh manusia dalam rangka menciptakan kesehatan yang lebih sempurna, seperti membiarkan cahaya matahari pagi masuk ke dalam rumah, karena cahaya matahari pagi tersebut banyak megandung sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman. Salah satu faktor yang memengaruhi ada atau tidaknya cahaya atau penerangan dalam ruangan adalah terhalang atau tidaknya pancaran cahaya dari sumber ke ruangan. Variabel Kelembaban dapat diperoleh nilai p = 0,026, jika dinyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara kelembaban pada rumah dengan kejadian ISPA. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa resiko balita terkena ISPA akan meningkat jika kelembaban rumah tinggi atau tidak memenuhi syarat. Dimana rumah yang lembab merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri pathogen. Sesuai dengan pendapat Achmadi (2008) rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme antara lain bakteri, spiroket, ricketsia, dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara. Variabel lantai rumah diperoleh nilai p = 0,631, jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan (p<0,05) maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara lantai rumah dengan kejadian ISPA. Sebagian besar responden memiliki jenis lantai yang tidak memenuhi syarat, yaitu papan/kayu yang tidak kedap air. Dimana faktor lain yang mempengaruhi kejadian ISPA adalah kebersihan lantai, lantai yang berdebu merupakan media yang baik bagi pertumbuhan kuman penyakit. Responden sudah memiliki kebiasaan membersihkan lantai rumah seperti menyapu dan mengepel lantai rumah setiap hari. Sesuai dengan pendapat Iswarini dan Wahyu (2006) Salah satu hal yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit ISPA adalah kebersihan rumah. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menghasilkan debu (Ditjen PPM dan PL, 2002). Variabel dinding rumah diperoleh nilai p = 0,322, jika dinyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara dinding rumah dengan kejadian ISPA. 5

Sebagian besar responden memiliki jenis dinding yang tidak memenuhi syarat, yaitu terbuat dari papan/kayu yang tidak kedap air. Namun responden memiliki kebiasaan membersihkan dinding rumah dan dinding terbuat dari kayu yang cukup rapat. Dimana faktor lain yang mempengaruhi kejadian ISPA adalah kebersihan dinding dan kerapatan dinding, dinding yang berdebu merupakan media yang baik bagi pertumbuhan kuman penyakit. Debu akan mudah menumpuk pada ruas-ruas dinding yang terbuat dari papan/kayu yang tidak rapat. Penumpukan debu pada ruas-ruas kayu yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan kuman penyakit. Sesuai dengan pendapat Suryatno (2003) Rumah yang berdinding tidak rapat seperti bambu, papan atau kayu dapat menyebabkan ISPA, karena angin malam langsung masuk ke dalam rumah. Jenis dinding yang mempengaruhi terjadinya ISPA, selain itu dinding yang sulit dibersihkan dan penumpukan debu pada dinding, merupakan media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman. Variabel langit-langit rumah diperoleh nilai p = 0,119, jika dinyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara langit-langit rumah dengan kejadian ISPA Sebagian besar responden dalam penelitian ini tidak memiliki langitlangit. Namun responden tetap menjaga kebersihan rumah dan menjaga atap rumah agar tidak bocor. Dimana faktor lain yang mempengaruhi kejadian ISPA adalah atap rumah dan kebersihan langit-langit, atap rumah yang bocor mengakibatkan rembesan air ke dalam rumah yang menyebabkan langit-langit menjadi lembab dan lapuk serta langitlangit rumah yang jarang dibersihkan akan terjadi penumpukan debu yang merupakan tempat perkembangbiakan kuman penyakit. Sesuai dengan pendapat Prasetya (2005) plafon (langit-langit) dapat mempengaruhi kenyamanan udara dalam ruangan. Langit-langit dapat menahan rembesan air dari atap dan menahan debu yang jatuh dari atap rumah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kondisi fisik rumah di Lingkungan Pintu Angin yang tidak memenuhi syarat kesehatan, yaitu ventilasi sebanyak 31 rumah (41,9%), dinding sebanyak 45 rumah (60,8%), kelembaban sebanyak 42 rumah (56,8%), lantai sebanyak 47 rumah (63,5%), dinding sebanyak 47 rumah (63,5%), dan langit-langit sebanyak 49 rumah (66,2%). Balita yang mengalami gejala-gejala berkaitan dengan keluhan ISPA adalah sebanyak 41 balita (55,4%). Ada hubungan antara pencahayaan alami dan kelembaban rumah nelayan dengan keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di Lingkungan Pintu Angin. Tidak ada hubungan antara ventilasi, lantai, dinding dan langit-langit rumah nelayan dengan keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di Lingkungan Pintu Angin. Saran Masyarakat sebaiknya membuka jendela rumah setiap hari di pagi hari, agar sirkulasi udara lancar, dan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah, menjaga kebersihan rumah, seperti menyapu lantai, mengepel lantai, membersihkan dinding dan langit-langit rumah dari debu-debu yang menempel agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan kuman. Petugas kesehatan berperan aktif memberikan penyuluhan tentang syarat rumah sehat, terutama untuk pencegahan penyakit 6

ISPA. Untuk peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan menambahkan variabel kepadatan penghuni rumah, suhu rumah dan pencemaran udara dalam rumah (asap rokok atau asap dapur) pengaruhnya terhadap kejadian ISPA. Daftar Pustaka Achmadi, UF 2008, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Universitas Indonesia, Jakarta. Azwar, A 2002, Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Binarupa Aksara, Jakarta. Chandra, B 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta. Departemen Kesehatan RI 2002, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Ditjen PPM dan PLP, http:/www.depkes.go.id, diakses tanggal 7 Februari 2013., 2007, Profil Kesehatan Indonesia 2007, http:/www.depkes.go.id, diakses tanggal 26 Januari 2013. Hartono, R & Rahmawati, D, ISPA, 2012, Gangguan Pernapasan pada Anak, Nuha Medika, Yogyakarta. Iswarini & Wahyu D 2006, Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah, Kebersihan Rumah, Kepadatan Penghuni, dan Pencemaran Udara dalam Rumah dengan Keluhan Penyakit ISPA pada Balita, Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya. Mukono, HJ 2006, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga, Surabaya. Prasetya, BY, 2005, Mendesain Rumah Tropis, PT. Trubus Agriwidya, Semarang. Slamet, JS 2009, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada, Yogyakarta. Suryanto 2003, Hubungan Sanitasi Rumah dan Faktor Intern Anak Balita dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya. WHO, 2007, Infection prevention and control of epidemic and pandemic prone acute respiratory diseases in health care, http://www.who.int, diakses tanggal 17 Januari 2013. 7

8