I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yang

I. PENDAHULUAN. Lampung Pepadun yang berdialek nyow dan Lampung Saibatin yang berdialek

1 PENDAHULUAN. dengan julukan Sang Bumi Ruwa Jurai yang berarti satu bumi yang didiami

I. PENDAHULUAN. salah satu faktor penyebab keinginan manusia untuk hidup. membentuk sebuah komunitas yaitu masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

I. PENDAHULUAN. Asal usul bangsa Lampung berasal dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan memiliki keragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

I. PENDAHULUAN. merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan. Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan

sebaliknya, karena di dalam kehidupan nyata keduanya tak dapat dipisahkan dan selamanya merupakan dwitunggal.

I.PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan memiliki keragaman

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

Provinsi Lampung memiliki dua masyarakat adat yaitu Lampung Saibatin (jurai saibatin) dan

ANGKET. B. Identitas Responden Nama/ Adek : Alamat : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Status : Pekerjaan :

1. PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan kebudayaan

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2009

II. TINJAUAN PUSTAKA. para ahli. Makna berasal dari bahasa Jerman meinen yang artinya ada di pikiran atau benar

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

TRADISI MAKHAP DALAM PERKAWINAN ADAT PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON PENGGAWA V ULU KECAMATAN KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan. 1. Sejarah Singkat Kabupaten Lampung Selatan

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 1 TAHUN 1971 TENTANG BENTUK LAMBANG DAERAH PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. mengetahui dan mempelajarinya. Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan paduan

I. PENDAHULUAN. dan hal ini menunjukkan betapa eksisnya kesadaran primordial dalam kehidupan

IV. GAMBARAN UMUM. A. Badan Kesbangpol dan Linmas Kab. Lampung Selatan. badan yang memiliki struktur dan bidang-bidangnya masing-masing dalam

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini terdapat beberapa konsep yang diperkuat dengan pendapat para ahli,

I. PENDAHULUAN. mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia, setiap kebudayaan adalah hasil

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK SAMSAT LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF BUDAYA PIIL PESENGGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Siti Rahayu, 2014 Pengembangan aksara Lampung braille Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan kepada perbincangan pada Bab V, dan pada Bab-Bab sebelumnya, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMELIHARAAN KEBUDAYAAN LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB IV. Gambaran Umum Daerah Penelitian. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG AKSARA KA GA NGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian proses menurut Ariyono Soeyono (1985:335) dalam kamus Antropologi

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG LAMBANG DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

I. PENDAHULUAN. tidak hilang seiring dengan kemajuan zaman, karena budaya merupakan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

PENGEMBANGAN KAPASITAS KONSELOR LINTAS BUDAYA MELALUI PEMAHAMAN NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU LAMPUNG. Agus Wibowo

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

Oleh: Andika Dian Ifti Utami NIM. S

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

I. PENDAHULUAN. adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat adat

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kata tinjauan berasal dari kata tinjau yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa,

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama merupakan pengembangan kebudayaan nasional karena kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang bersumber dari kebudayaan daerah. Propinsi Lampung merupakan suatu daerah yang memiliki luas wilayah 35.376,50 Km yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera yang menjadi pintu masuk bagi orang yang akan ke Pulau Sumatera, sehingga Lampung juga terkenal dengan sebutan Gerbang Sumatera. Karena letaknya yang strategis, banyak pendatang yang datang dan akhirnya memilih menetap di Lampung. Oleh karena itu, penduduk daerah Lampung terdiri dari dua macam yaitu penduduk asli dan penduduk pendatang. Masyarakat Lampung sebagai salah satu suku di Indonesia, memiliki dua masyarakat adat berbeda, yaitu Lampung Pepadun Saibatin yang Pepadun mendiami daerahdaerah pedalaman seperti Abung, Way Kanan, Sungkai, Tulang Bawang, serta Pubian. Sementara Lampung Saibatin pada umumnya menempati daerah sepanjang Teluk Betung, Teluk Semangka, Krui, Belalau, Liwa, Pesisir, Rajabasa, Melinting dan Kalianda. (Hadikusuma, 1985;100). Ulun Lampung memilki bahasa dan aksara sendiri, namun penggunaan bahasa Lampung pada daerah perkotaan masih sangat minim sedangkan penggunaan Bahasa Indonesia lebih menonjol. Untuk daerah pedesaan, terutama pada perkampungan masyarakat asli Lampung

(riyuh atau pekon), penggunaan Bahasa Lampung sangat dominan. Bahasa Lampung terdiri Pepadun, serta Saibatin. Disamping meiliki bahasa daerah yang khas, ulun Lampung juga memiliki aksara sendiri yang disebut dengan huruf Had Lampung. Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan huruf Pallawa yang berasal dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri. Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah. Aksara Lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Ulun Lampung Saibatin 100% beragama Islam. Mereka dikenal sebagai masyarakat yang sangat menjunjung tinggi adat yang ada, yaitu adat yang sebenarnya adat, adat yang diadatkan, adat yang teradat dan adat istiadat. Antara adat tersebut, maka adat yang sebenarnya adat menjadi pedoman utama dalam menyelesaikan suatu perselisihan di tengah masyarakat. Kehidupan orang Lampung sehari-hari berpedoman kepada prinsip Piil Pesenggiri. Konsep piil artinya rasa atau pendirian yang harus dipertahankan, sedangkan pesenggiri pada

dasarnya mengutamakan harga diri. Jadi arti piil pesenggiri singkatannya adalah harga diri ( Ali Imron, 2005 : 18). Adapun prinsip harga diri adalah sebagai berikut: 1. Pesenggiri diartikan sebagai sikap dan perilaku pantang menyerah dan perbuatan yang menjaga atau menegakkan nama baik martabat secara perorangan maupun kelompok kerabat agar tetap dipertahankan, apa saja termasuk nyawanya demi untuk kepentingan pesenggiri tersebut. 2. Juluk buadek berasal dari kata juluk dan buadek. Juluk adalah gelar yang diberikan kepada seorang anak yang beranjak remaja, adek adalah gelar yang diberikan kepada seseorang setelah dewasa (mapan). Keduanya diberikan secara momentum dengan upacara yang sakral, didukung oleh kerabat adat dan kerabat keluarga, juran dan tetangga serta sanak famili (Facrudin, 1999:45). 3. Nemui nyimah berarti ramah tamah, suka menerima tamu dan berbaik hati, sopan santun dengan semua pihak. 4. Nengah nyepur adalah ikut terlibat dalam kegiatan di masyarakat, terutama dengan orang yang sejajar kedudukan adat atau dengan orang yang lebih tinggi. 5. Sakai sembayan berarti orang Lampung suka tolong-menolong, gotong-royong, bahumembahu dan saling memberi terhada sesuatu yang diperlukan bagi orang lain Ulun Lampung Saibatin sangat menjaga tradisi yang diturunkan dari nenek moyang mereka. Berbagai macam tradisi yang terdapat pada ulun Lampung Saibatin merupakan pencerminan bahwa semua perencanaan, tindakan dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai luhur tersebut diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Desa Canti secara geografis terletak di Kecamatan Rajabasa kabupaten Lampung Selatan. Mata pencaharian penduduknya adalah bertani dan nelayan. Ulun Lampung di Desa Canti

beradatkan Saibatin. Di Desa Canti selain terdapat penduduk asli juga terdapat penduduk pendatang yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang hidup rukun dan damai. Berbagai macam tradisi terdapat di dalam ulun Lampung Saibatin sejak sebelum manusia lahir sampai meninggal dunia. Tradisi mengenai kelahiran yang ada pada Ulun Lampung antara lain, yaitu salai tebui, tepu pusogh, becokogh, aqiqah, ngekuk, mahau manuk, ngebuyu dan ngelama. Di desa Canti terdapat dua tradisi pada saat bayi baru dilahirkan, yaitu tradisi ngebuyu dan tradisi Aqiqah. Tradisi aqiqah adalah suatu tradisi yang dilaksanakan untuk memberi nama terhadap bayi yang baru dilahirkan. Sedangkan, tradisi ngebuyu yaitu suatu tradisi yang dilaksanakan pada bayi yang baru dilahirkan dengan menggaburkan beras kuning, kemiri, uang dan permen yang dilaksanakan pada pagi hari menurut adat kebiasaan ulun Lampung Saibatin. Tradisi Ngebuyu dilaksanakan paling lama sepuluh hari setelah bayi tersebut dilahirkan. Setiap anak yang lahir hampir dapat dipastikan melaksanakan tradisi Ngebuyu, baik itu anak pertama maupun anak kedua dan seterusnya. Setiap tradisi yang dilakukan pasti mempunyai makna begitupun dengan tradisi ngebuyu. Tradisi ngebuyu bagi ulun Lampung Saibatin memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur orang tua beserta keluarga besarnya atas kelahiran buah hati mereka, mempererat hubungan kekerabatan dan menjaga kelestarian tradisi yang merupakan harta yang tak ternilai harganya. Selain makna dari pelaksanaan, tradisi ngebuyu juga mempunyai makna simbolis dari bendabenda yang digunakan dalam pelaksanaan tradisi ngebuyu, makna simbolis dari beras kuning, kemiri, uang dan juga permen. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian terkait dengan makna dari tradisi ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, karena di dalam melaksanakan tradisi tersebut

terdapat nilai kebersamaan dan tolong menolong, seperti yang tertera pada Piil Pesenggiri, yaitu Sakai Sambayan yang memiliki arti sikap tolong menolong dan gotong royong, memahami makna kebersamaan, hakikatnya merefleksikan partisipasi dan solidaritas yang tinggi terhadap lingkungan. Selain itu, peneliti merasa bahwa tradisi ngebuyu sebagai salah satu warisan budaya dari leluhur hampir dapat dipastikan belum ada yang meneliti. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai makna dari tradisi ngebuyu agar masyarakat selain Ulun Lampung bisa mengetahui apa arti dari tradisi ngubuyu pada Ulun Lampung Saibatin. B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tradisi Ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan memiliki tata cara pelaksanaannya. 2. Tradisi Ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan memiliki makna simbolis. 3. Tradisi Ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan memiliki tujuan tertentu. 2. Pembatasan Masalah Banyaknya permasalahan yang muncul dalam penelitian membuat pembahasan semakin luas. Ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan memiliki makna simbolis Dengan adanya pembatasan masalah tersebut, diharapkan dalam penyusunan penelitian ini dapat sesuai dengan tujuan peneliti yang diharapkan.

3. Rumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah simbolis dari Tradisi Ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di Desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan? C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan, apa yang ingin dicapai dari hasil akhir penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang: 1. Tata cara pelaksanaan Tradisi Ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di Desa Canti. 2. Makna pelaksanaan Tradisi ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di Desa Canti. 3. Makna simbolis dari benda-benda yang digunakan dalam pelaksanaan tradisi ngebuyu. 2. Kegunaan Penelitian Setiap penelitian tentunya diharapkan memberikan kegunaan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Jadi, kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan gambaran tentang pelaksanaan Tradisi Ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di Desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. 2. Menambah wawasan tentang makna dari Tradisi Ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di Desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. 3. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi Mahasiswa Universitas Lampung dan masyarakat luas tentang makna dari pelaksanaan Tradisi Ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di Desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.

3. Ruang Lingkup Penelitian Subyek Penelitian : Ulun Lampung Saibatin di Desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Obyek Penelitian : Tradisi Ngebuyu pada Ulun Lampung Saibatin di Desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. Tempat Penelitian : Desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. Waktu Penelitian : 2010 Bidang Ilmu : Antropologi Budaya