EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

POLA RETAK DAN LEBAR RETAK DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON

APLIKASI RAJUTAN BAMBU SEBAGAI TULANGAN BALOK BETON. Application of Knitted Bamboo For Concrete Reinforcement Beams

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

KUAT LENTUR BALOK TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 15 CM

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU YANG TERKANG PADA JALUR TEKANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DI SISI DALAM

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U TUGAS AKHIR. Disusun oleh : LOLIANDY

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL

ANALISA TEGANGAN DAN REGANGAN DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

NASKAH PUBLIKASI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : DIKA SETIAWAN NIM : D

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

Jhohan Ardiyansyah, et al.penentuan Lendutan Pelat Beton Bertulang Bambu dan Baja...

BAB III LANDASAN TEORI

PONDASI PRACETAK BAMBU KOMPOSIT

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 2 CM TIAP JARAK 15 CM

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

ABSTRAK. Kata kunci: Tulangan Bambu Pilin, Tulangan Baja, Peningkatan Rasio Tulangan, Kuat Lentur, Pola Retak. ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena

PERILAKU GESER DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK JURNAL

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG POLOS SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

APLIKASI AGREGAT RINGAN UNTUK MERIDUKSI BERAT BETON KOMPOSIT. Arif Wahono 7

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

ANALISIS EKSPERIMEN LENTUR KOLOM BATATON PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIS

PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG TULANGAN GANDA ABSTRAK

Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U DI DAERAH TARIK ANDREANUS MOOY TAMBUNAN

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PENGARUH SUBSTITUSI AGREGAT HALUS DENGAN KERAK BOILER TERHADAP BETON TUGAS AKHIR. Disusun oleh : JEFFRY NIM:

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK

ANALISIS KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 15 CM, PADA LEBAR TAKIKAN 2 CM TERHADAP TULANGAN BAJA

SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM

PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 4, No. 2 : 25-34, September 2017

BAB III LANDASAN TEORI

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG POSISI VERTIKAL TAKIKAN SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 10 CM

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN SEJAJAR

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

KAJIAN KUAT LENTUR PELAT BERTULANG BIASA DAN PELAT BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA TUMPUAN SEDERHANA. Naskah Publikasi

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DISISI DALAM

ANALISIS VARIASI KONFIGURASI RANGKA PADA JEMBATAN BAJA (STUDI KASUS JEMBATAN "5" BRIDGE)

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU BENDING CAPACITY OF BAMBOO REINFORCED CONCRETE PLATE

Pengaruh Panjang Serat Kulit Bambu Terhadap Sifat Mekanik Beton

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH JENIS KAIT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN PENGAIT PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

ANALISA DAN PENGUJIAN KEKUATAN BALOK BETON BERTULANG BERLUBANG PENAMPANG PERSEGI TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Dosen Pembimbing

PERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

TUGAS AKHIR PENELITIAN KAPASITAS MOMEN LENTUR DAN LEKATAN GESEK DARI PELAT BETON DENGAN SISTEM FLOORDECK

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANG BAMBU PETUNG POLOS

PENGARUH JARAK TULANGAN BAMBU PADA STRUKTUR CANGKANG BETON BAMBU KOMPOSIT

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

Kapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Ori Takikan Jarak 20 dan 30 mm

BAB 3 METODE PENELITIAN

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR.

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 6 CM DAN 7 CM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN Devi Nuralinah Dosen / Teknik Sipil / Fakultas Teknik / Universitas Brawijaya Malang Jl. MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia Korespondensi : devi@ub.ac.id ABSTRAK Bambu dapat digunakan sebagai tulangan beton pengganti baja yang mempunyai kekuatan tarik tinggi. Dalam penelitian, dilakukan pengujian terhadap beban lentur balok bertulangan dengan variasi jumlah rajutan tulangan bambu. Penambahan tulangan bambu diharapkan dapat meningkatkan kapasitas beban lentur balok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya beban lentur maksimum pada belok beton bertulang dan perbandingannya terhadap beban lentur pada balok bertulangan baja. Pengujian balok berukuran 15x25x170 cm dilakukan terhadap 10 buah benda uji dengan dua beban terpusat. Perawatan dilakukan pada umur 28 hari dengan perendaman selama 7 hari. Faktor air semen yang digunakan sebesar 0.5. Pemberian beban dilakukan dengan interval 0.5 ton sampai tercapai kuat batasnya. Hasil eksperimen dan analisis terhadap keseluruhan benda uji menunjukkan terjadinya peningkatan kapasitas beban dengan penambahan jumlah rajutan tulangan bambu. Kata kunci : bambu, beban, kapasitas, lentur, rajutan, tulangan 1. PENDAHULUAN Beton mempunyai nilai kuat tekan relatif 85% sampai dengan 91% lebih tinggi daripada nilai kuat tariknya pada saat berumur 28 hari (Mulyono, 2003). Penambahan tulangan pada beton difungsikan untuk menahan gaya tarik yang memikul beban-beban yang bekerja pada beton tersebut. Daerah tekan pada balok juga dapat diperkuat dengan penggunaan tulangan ini. Semakin mahalnya harga tulangan baja ini akan sangat memberatkan bagi masyarakat terutama masyarakat golongan ekonomi lemah, dalam upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan primernya, yaitu berupa perumahan yang layak huni. Oleh sebab itulah perlu diupayakan mencari alternatif baru pengganti tulangan baja pada beton. Adapun alternatif lain sebagai pengganti tulangan beton tersebut, diantaranya adalah bambu. Bambu merupakan produk hasil alam yang renewable yang dapat diperoleh dengan mudah, murah, mudah ditanam, pertumbuhan cepat, dapat mereduksi efek global warming serta memiliki kuat tarik tinggi. Bambu dapat digunakan sebagai tulangan beton pengganti baja karena mempunyai kekuatan tarik tinggi yang mendekati kekuatan baja. Seperti yang dikemukakan oleh Morisco (1999), bahwa pemilihan bambu sebagai bahan bangunan dapat didasarkan seperti pada harga yang relatif rendah, pertumbuhan cepat, mudah ditanam, mudah dikerjakan, serta keunggulan spesifik yaitu serat bamboo memiliki sifat mekanik yang baik dan rasio yang tinggi antara kekuatan dan berat. Bambu mempunyai kekuatan tarik yang cukup tinggi, antara 100-400 Mpa, hampir menyamai kekuatan tarik besi tulangan setara dengan ½ sampai ¼ dari tegangan ultimit besi (Widjaja, 2001) serta (Surjokusumo dan Nugroho, 1993) 146

menunjukkan hasil yang sama dan menurut Morisco, 1996 bahwa kuat tarik bambu dapat mencapai 1280 kg/cm 2. Menurut Jansen (1980), kekuatan tarik bambu sejajar serat antara 200-300 Mpa beberapa jenis bambu melampaui kuat tarik baja mutu sedang. Bambu mempunyai serat yang sejajar, sehingga kekuatan terhadap gaya normal cukup baik, bambu berbentuk pipa sehingga momen lembamnya cukup tinggi oleh karena itu bambu cukup baik untuk memikul momen lentur dan berat bambu sekitar 1/9 dari berat besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas beban lentur maksimum yang bisa ditahan oleh balok beton bertulangan bambu rajutan. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Kuat tarik maksimum bambu belah dengan nodia lebih berpengaruh daripada yang terdapat pada bambu belah tanpa nodia. Posisi contoh benda uji tidak berpengaruh secara nyata terhadap kekuatan tarik rata-rata: bambu Apus 2558,46 kg/cm 2, bambu Wulung 2833,48 kg/cm 2, bambu Legi 2835,14 kg/cm 2, bambu Ori 3062,70 kg/cm 2, bambu Ampel 3229,01 kg/cm 2, dan bambu Petung 3958,2324 kg/cm 2 (Hakim, 1987). Kekuatan tarik bambu dapat mencapai sekitar dua kali kekuatan tarik baja tulangan. Baja tulangan beton yang memiliki tegangan leleh sekitar 240 MPa digunakan sebagai pembanding. Dari penelitian diperoleh bahwa kuat tarik rata-rata kulit bambu Ori (hampir mencapai 500 Mpa) dan bambu Petung lebih tinggi daripada tegangan leleh baja. Sedangkan hanya satu spesimen yang mempunyai kuat tarik lebih rendah dari tegangan leleh baja (Morisco, 1999). 2.2 Lentur pada Balok Adanya regangan yang timbul karena adanya beban luar akan menyebabkan lentur pada balok. Deformasi dan regangan tambahan pada balok terjadi akibat pembebanan menyebabkan timbulnya atau bertambahnya retak lentur di sepanjang bentang balok. Bila bebannya semakin bertambah, pada akhirnya dapat terjadi keruntuhan elemen struktur, yaitu pada saat beban luarnya mencapai kapasitas elemen Taraf pembebanan maksimun demikian disebut keadaan limit dari keruntuhan pada lentur. Batang yang mengalami lentur sesuai dengan standar pengujian ASTM C-78 yang dipakai dalam desain adalah Modulus of rupture, bukan tarik belah. Untuk mengetahui kapasitas lentur harus dilakukan pengujian yang dapat menggambarkan bagian balok yang hanya menerima beban lentur saja, yaitu meletakkan balok beton pada tumpuan sederhana dengan perletakan berupa sendi rol. Beban yang bekerja pada pusat bentang terbagi menjadi dua bagian yang sama besar akibat adanya plat pembagi berbentuk u terbalik yang bekerja pada tiap jarak 1/3 bentang seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Pembebanan balok lentur 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Material dan Pengujian Benda Uji Benda uji berupa balok beton bertulang berukuran 15 x 25 x 170 cm. Mutu beton direncanakan 20 MPa. Tulangan bambu berasal dari bamboo Ori dengan umur diatas 2,5 tahun. Rasio air semen digunakan 0,5. Perawatan dilakukan terhadap benda uji selama 7 hari. Balok yang diletakkan diatas dua tumpuan dibebani dengan dua beban statik terpusat seperti terlihat pada Gambar 2. 147

Pengujian dilakukan pada umur beton 28 hari berupa pengambilan beban statik, lendutan, lebar retak dan panjang retak. Peralatan yang digunakan mencakup manometer hydraulic jack, strain indicator, dial gauge, LVDT indicator dan alat pengukur lebar retak crack detector microscope. Pengujian lendutan beton dilakukan setiap interval 0,5 ton sampai tercapai kuat batas balok beton, yang di tandai dengan lelehnya tulangan tarik di bagian bawah balok. Gambar 2. Skema rangkaian pembebanan dan pengujian 3.2 Material dan Pengujian Benda Uji Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: - Variabel bebas berupa rasio tulangan (bambu atau baja) - Variabel terikat berupa beban 3.3 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini bisa dilihat di diagram alir seperti Gambar 3. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Material Pengujian material beton mencakup pemeriksaan gradasi dan absorbsi air pada agregat kasar dan halus, berat jenis dilakukan di laboratorium struktur dan bahan konstruksi Teknik Sipil UB. Dalam perencanaan campuran beton digunakan komposisi semen 336,36 kg, pasir 748,67 kg dan kerikil 1077,36 kg (perbandingan campuran 1: 2: 3). Sedangkan dalam pengujian tulangan dilakukan uji tarik pada tulangan baja berdiameter 12 mm dengan kekuatan tarik rata-rata sebesar 227,89 MPa. Dan pada tulangan bambu digunakan kuat tarik berdasarkan acuan Morisco (1996) sebesar 1305 kg/cm 2 dengan modulus elastisitas 196100 kg/cm 2. 4.2 Pengujian Benda Uji Setelah benda uji dicetak, dilakukan pengujian pada saat berumur 28 hari. Perawatan beton dilakukan saat satu minggu pertama setelah pelepasan bekisting beton. Sebelum pengujian, dilakukan pengecatan benda uji balok untuk melihat pola retak seperti pada Gambar 4. Pengujian kuat tekan rata-rata dari 8 benda uji didapatkan sebesar 249,33 kg/cm 2. Benda uji balok sebanyak 10 buah dengan variasi rasio tulangan bambu dibandingkan dengan benda uji balok bertulangan baja. Pada Gambar 5, benda uji balok yang terletak diatas dua tumpuan dibebani dengan beban terpusat sampai mencapai keruntuhannya. Gambar 4. Pengecatan benda uji balok Gambar 3. Diagram alir penelitian Gambar 5. Pengujian lentur balok 148

4.3 Hasil Eksperimen Nilai beban maksimum rata-rata yang bisa ditahan oleh balok seperti pada Tabel 1 menunjukkan bahwa penambahan rasio tulangan bambu di daerah tarik dapat meningkatkan beban maksimum yang dapat ditahan oleh balok. Tabel 1. Beban maksimum rata-rata pada Balok Beton. Benda Uji Balok P max (Kg) Keterangan Rata-rata BK 8067 baja Rata-rata BB 2 4567 bambu 2D12 Rata-rata BB 3 5517 bambu 3D12 Rata-rata BB 4 6367 bambu 4D12 Rata-rata BB 5 7342 bambu 5D12 4.4 Hasil Analisis Nilai beban teoritis maksimum yang bisa ditahan oleh balok disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Beban teoritis maksimum pada benda uji balok beton. Benda Uji P max ( Kg) Keterangan Balok BK baja BB 2 BB 3 BB 4 BB 5 bambu 2D12 bambu 3D12 bambu 4D12 bambu 5D12 Gambar 6. Perbandingan beban maksimum teoritis dan eksperimen balok Tabel 2 menunjukkan bahwa beban maksimum teoritis yang ditahan oleh balok 5D12 lebih besar daripada yang ditahan oleh balok 3D12. Perbandingan antara beban maksimum eksperimen dengan teoritis dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa hasil beban maksimum yang diperoleh secara teoritis maupun eksperimen. Perbedaan hasil antara teoritis dengan eksperimen untuk balok beton bertulang baja sebesar 37,08%, untuk balok beton bertulangan bambu dengan tulangan tarik 2D12 sebesar 40,30%, untuk balok beton bertulangan bambu dengan tulangan tarik 3D12 sebesar 25,87%, untuk balok beton bertulangan bambu dengan tulangan tarik 4D12 sebesar 22,98%, untuk balok beton bertulangan bambu dengan tulangan tarik 5D12 sebesar 15,07%. Perbedaan ini menunjukan bahwa nilai beban eksperimen lebih besar dari beban teoritis hal ini dimungkinkan terjadi karena tidak dilakukan pengujian terhadap tulangan bambu, dan digunakan data penelitian sebelumnya. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : kapasitas beban lentur maksimum beton bertulang bambu mengalami peningkatan dengan adanya penambahan rasio tulangan pada daerah tarik balok beton. Kapasitas beban balok beton bertulang bambu tulangan tarik 2D12 sebesar 4567 kg, pada balok beton bertulang bambu tulangan tarik 3D12 sebesar 5517 kg, pada balok beton bertulang bambu tulangan tarik 4D12 sebesar 6367 kg, pada balok beton bertulang bambu tulangan tarik 5D12 sebesar 7342 kg. Keruntuhan yang terjadi balok beton bertulang bambu adalah keruntuhan akibat lentur pada balok. 149

5.2. Saran Sebaiknya dilakukan pengujian tarik terhadap material bambu, agar didapatkan hasil eksperimen lebih mendekati hasil teoritis. 6. DAFTAR PUSTAKA ASTM E 2126-05. 2005. Standard Test Methods for Cyclic (Reserved) Load Test for Shear Resistance of Walls for Buildings. ASTM International, 100 Barr Harbor, PO Box C700, West Conshohocken, PA 19426-2959, United States. Hakim, A.. 1987. Pengujian Beberapa Sifat Fisika dan Mekanika Enam Jenis Bambu Dalam Kondisi Segar. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan, UGM. Jansen, J.J.A. 1980. Bamboo in Building Structures.Thesis. Eindhoven University of Technology, Nederlands. Morisco, 1996, Bambu Sebagai Bahan Rekayasa, Pidato Pengukuhan Jabatan Lektor Kepala Madya dalam Bidang Teknik Konstruksi, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta. Morisco. 1999. Rekayasa Bambu. Yogyakarta (ID) : Nafiri Offset Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton Yogyakarta. CV. Andi Offset. Surjokusumo, S. dan Nugroho, N. 1993. Studi Penggunaan bambu Sebagai Bahan Tulangan Beton. Laporan Penelitian, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Widjaja, E.A. 2001. Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Jawa. PPP Biologi, Bogor. 150