I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan. sebagai proses atau upaya penciptaan dari (1) lembaga -lembaga yang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

CATATAN KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU DESA.

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

I. PENDAHULUAN. tujuannya. Artinya seorang pemimpin organisasi memegang peranan yang

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasal 18 Undang - Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa, Negara Kesatuan

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

Oleh : STENLY UANG BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. telah menganut nilai-nilai demokrasi dalam pelaksanaan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 8 TAHUN 2013

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

HAKIKAT DEMOKRASI CONDRA ANTONI

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

I. PENDAHULUAN. ditentukan. Pemimpin dan kepemimpinan masa depan, erat kaitannya dengan

PROGRAM TAHUNAN STANDAR KOMPETANSI / 2.2 Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi yang pertama 2 4

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengakuan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat Menurut UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 13/E 2006 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sistem pemerintahan di Indonesia, desa merupakan salah satu

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN KARANGGAYAM DESA LOGANDU

BAB II LANDASAN TEORI

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam mempunyai perbedaan antar wilayah. Hubungan hidup antar sesama

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah sumber

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 05 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 05 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 05 TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi rakyat memberikan kesempatan yang sama dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang dipegang oleh rakyat atau setidak-tidaknya diikut-sertakan dalam pembuatan suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan. Abdulkarim (2007:3) secara harafiah menyatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Demokrasi adalah pemerintahan dengan segenap kegiatan yang dikelola dengan menjadikan rakyat sebagai subyek dan titik tumpu. Demokrasi adalah system pemerintahan yang bertumpu pada daulat rakyat, bukan daulat pada pimpinan, daulat pemerintahan ataupun daulat raja. Sebuah sistem demokratis dicirikan sebagai berikut, yaitu (1) partisipasi politik yang luas (2) kompetisi politik yang sehat (3) sirkulasi kekuasaan yang terjaga, terkelola dan berkala melalui proses pemilihan umum (4) pengawasan terhadap kekuasaan yang efektif (5) diakuinya kehendak mayoritas dan (6) adanya tata politik yang disepakati dalam masyarakat.

2 Menurut Nurhasim (2008:67) memberikan prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut: (1) pemerintah mewakili keinginan para warga Negara, (2) dilakukannya pemilihan kompetitif secara berkala antara calon alternatif, (3) didikuti oleh orang dewasa, baik sebagai pemilih maupun sebagai calon untuk dipilih (4) pemilihan dilakukan secara bebas (5) para warga negara memiliki kebebasan dasar, yaitu kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berkumpul, berorganisasi, dan membentuk partai politik. Jika melihat dari konsep prinsip dan kriteria demokrasi tersebut, maka demokrasi merupakan aturan untuk mendistribusikan kekuasaan secara adil di antara anggota masyarakat serta memberikan hak yang sama bagi warga negara untuk terlibat dalam pembuatan keputusan serta memiliki hak dan kesempatan seluas mungkin bagi warga negara untuk mendapatkan dan mempertahankan informasi, mengartikulasikan kepentingan serta menggunakan opini. Pasal 24 Ayat (5) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi dan memperhatikan adat istiadat serta kebiasaan masyarakat desa setempat, sedangkan menurut Pasal 18B Ayat (2) UUD 1945 Amandemen ke-4, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. Desa dapat dikategorikan sebagai kesatuan hukum

3 adat, karena hukum adat masih kental diberlakukan baik dalam pemerintahan, maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Pasal 1 Ayat (12) UU Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan yang dimaksud dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Desa juga memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penyelenggaraan pemerintah desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Pemerintahan desa merupakan bagian dari miniatur Indonesia. Desa yang kerap dipandang sebelah mata ternyata memiliki potensi dalam menopang keberlangsungan suatu negara. Hal ini dapat terjadi apabila desa benar-benar diperhatikan dan terus ditumbuh kembangkan, bukan sebaliknya desa terus dieksploitasi baik itu sumber kekayaan alam sebagai pemasok bahan mentah dan pengeksploitasian sumber tenaga kerja yang murah. Dimana hal inilah yang terjadi dari masa kolonial sampai zaman kemerdekaan, terlebih lagi desa-desa yang terpencil dan sulit dijangkau, masyarakat desanya dianggap masyarakat tertinggal yang dapat terus menerus dibodohi dengan kata lain dapat disebut sebagai penjajahan era modern.

4 Upaya untuk memperbaiki pemerintahan desa selalu dilakukan dalam bentuk penerapan undang-undang, peraturan daerah, peraturan kabupaten, tapi pelaksanaannya belum optimal. Upaya itu dapat dilihat dalam Undangundang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam undangundang tersebut pengaturan mengenai desa dibahas secara mendetail dalam peraturan pemerintah Nomor 72 tahun 2005 (dibuat oleh pemerintah pusat) dan ditindak lanjuti dengan pemerintah daerah (disusun oleh anggota DPRD dan Pemerintah daerah). Demokrasi terlihat mulai bergerak dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan pemerintah daerah kepada pemerintah desa, dengan menyerahkan segala urusannya sesuai dengan aspirasi dan keinginan masyarakat setempat. Pemerintah desa diharapkan telah melakukan upaya untuk menciptakan suasana demokratis dalam pemerintahan terhadap masyarakatnya. Abdulkarim (2007:114) mengungkapkan bahwa untuk membangun demokrasi sampai tingkat desa merupakan salah satu hal yang penting dan strategis, dimana dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memuat suatu perubahan kebijakan mengenai desa dengan menghadirkan parlemen desa. Penyelenggaraan pemerintahan menurut Abdulkarim (2004:50), yaitu sebagai suatu organisasi pemerintah atau organisasi kekuasaan, pemerintah desa harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip demokrasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi dapat dijadikan tolak ukur bahwa demokrasi sudah dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintah desa. Refleksi nilai-nilai demokrasi dapat

5 dilihat dari kultur masyarakat pedesaan di Indonesia yaitu sifat gotong royong atau cara-cara kekeluargaan dalam mengurus persekutuan hidup termasuk penyelenggaraan desa. Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, parlemen desa tidak mengalami perubahan yang esensial dari Undang-undang Nomor 22 tahun 1999. Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, disebutkan bahwa kepala desa adalah seorang pemimpin dari sebuah bagian kecil dari Kabupaten/Kota yang disebut dengan pemerintahan desa. Sebuah desa tak terlepas dari seorang kepala desa yang dipilih oleh masyarakat dan dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin desa yang mereka tempati. Kepala desa disini bertanggung jawab untuk menjaga dan mengurus daerahnya dengan dibantu oleh sejumlah perangkat desa yang ada dibawahnya. Dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan seseorang dapat dipilih menjadi seorang kepala desa dengan segala tanggungjawabnya dan konsekuensinya menjadi kepala desa. Adapun tata cara pemilihan kepala desa diatur dalam Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005. Pemilihan kepala desa perlu dilaksanakan karena pemilihan kepala desa bisa dijadikan pedoman dan acuan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, serta meminimalisir kekuasaan dominan dari salah satu pihak, baik itu kepala desa maupun aparat desa, terlebih lagi kepala desa yang rentan konflik karena berkaitan dengan masalah persaingan.

6 Pemilihan Kepala Desa yang dilaksanakan di Desa Ambarawa adalah salah satu wujud dari pelaksanaan demokrasi yang ada di Indonesia. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemilihan kepala desa di Desa Ambarawa. Pemilihan kepala desa Ambarawa adalah pemilihan kepala desa yang dilaksanakan karena kepala desa yang lama diberhentikan dari jabatannya dikarenakan alasan pelanggaran terhadap norma kesusialaan. Selama periode kepala desa yang diberhentikan tidak lagi melaksanakan tugasnya, jabatan Kepala Desa dijabat sementara oleh Sekertaris Desa Ambarawa. Sekretaris Desa Ambarawa menjabat sebagai Kepala Desa selama hampir delapan bulan hingga kemudian dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa Ambarawa pada tahun 2012. Pemilihan kepala desa Ambarawa yang dilaksanakan pada tahun 2012 diikuti oleh dua orang calon kepala desa. Kedua calon kepala desa tersebut adalah sepasang suami istri. Hasil Pemilihan desa Ambarawa di menangkan oleh sang suami yaitu Bapak Mas`ud dengan perolehan suara 2786 sedangkan sang str yaitu Suwarn dengan perolehan 2116 suara. Kurangnya calon yang berminat untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa sedikit kontras bila dibandingkan dengan pemilihan kepala daerah di tempat lain, karena yang umum terjadi adalah masyarakat desa berlomba-lomba mencalonkan diri sebagai kepala desa. Para calon kepala desa selama masa kampanye, tidak ada kampanye yang besar-besaran seperti mengumpulkan masyarakat dalam suatu ruang atau tempat tertentu dan menyampaikan visi misi mereka, tetapi lebih kepada

7 datang dan menghampiri Balai Pekon Ambarawa dan melakukan ramah tamah dan bincang-bincang biasa, bakhan salah satu calon tidak melaksanakan kampanye dan menyerahkan seluruhnya kepada tim suksesnya. Hal tersebut cukup unik apabila dilihat dan dibandingkan dengan pemilihan kepala daerah baik di tingkat desa, kabupaten, provinsi, atau bahkan negara. Kedua calon seakan memberikan keputusan murni kepada masyarakat tanpa merasa perlu meyakinkan masyarakat untuk memilih mereka, sehingga dikhawatirkan muncul persepsi bahwa pemilihan kepala desa tersebut hanyalah sebuah upaya formalitas untuk mengisi jabatan kepala desa Ambarawa di Kecamatan Ambarawa pada Kabupaten Pringsewu. Beranjak dari fakta tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam pelaksanaan pemilihan di Desa Ambarawa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar Belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini, yaitu: Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip demokrasi dijalankan dalam pemilihan Kepala Desa di Desa Ambarawa Kabupaten Pringsewu pada Tahun 2012?

8 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip demokrasi pada pemilihan Kepala Desa di Desa Ambarawa Kabupaten Pringsewu pada Tahun 2012. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat salah satu kajian Ilmu Pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip demokrasi di dalam Pemilihan Kepala Desa. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi dan melakukan penelitian mengenai penerapan prinsip-prinsip demokrasi di dalam Pemilihan Kepala Desa.