BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Pengertian analisis laporan keuangan (financial statement analysis)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Didalam penelitian ini, adapun teori teori yang mendukung atas judul

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT SENTUL CITY, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. suatu proses untuk menghasilkan sesuatu (output) atau pencapaian suatu tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen membantu perusahaan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Sinyal Grand teori dari penelitian ini adalah teori sinyal. Teori sinyal

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi dari hasil operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

ANALISA LAPORAN KEUANGAN CV. DUNIA WARNA KARANGANYAR TAHUN ELLISA dan SUPRIHATI STIE AAS Surakarta

BAB II URAIAN TEORITIS

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Pos Indonesia (Persero)

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cepat dalam berbagai segi kehidupan, baik segi sosial,

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan, diperlukan kemampuan untuk membaca, menganalisa, dan menafsirkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, pengelompokan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata "to manage" yang dapat diterjemahkan dalam

BAB II ANALISIS KINERJA BERDASARKAN MODEL KEMAPANAN. Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi kerja suatu perusahaan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

23 Universitas Sumatera Utara BAB III PEMBAHASAN. A. Laporan keuangan. 1. Pengertian Laporan keuangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Raharjo (2005:1) laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya, kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) di luar perusahaan, pemilik perusahaan, pemerintah, kreditor, dan pihak lainnya. Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia; 2012:1) mendefinisikan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan Dari beberapa definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan

pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Pihak yang berkepentingan atas perkembangan suatu perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan, yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laoran arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Dengan melakukan analisis terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisis terhadap laporan laba rugi akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan. 2. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:10), tujuan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. 3. Komponen Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:11), komponen laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

a. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos antara lain aset tetap, properti investasi, aset tak berwujud, aset keuangan, investasi dengan menggunakan metode ekuitas, persediaan, piutang dagang dan piutang lainnya, kas dan setara kas, total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58, utang dagang dan terutang lain, provisi, liabilitas keuangan, liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan pada PSAK 46, liabilitas dan aset pajak tangguhan, liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai PSAK 58, kepentingan non pengendali yang disajikan sebagai bagian dari ekuitas, modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. b. Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan laba rugi komprehensif minimal mencakup penyajian jumlah pospos antara lain: pendapatan, biaya keuangan, bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, suatu jumlah tunggal yang mencakup total (dari laba rugi setelah pajak dari operasi yang di hentikan dan keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dari pengukuran nilai wajar dikurangi

biaya untuk menjual), laba rugi, setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain sesuai dengan sifat, bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, total laba rugi komprehensif. c. Laporan Perubahan Ekuitas Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan : 1. Total laba rugi komprehensif selama satu periode, yang menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non pengendali, 2. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25 mengenai kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan. 3. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masingmasing perubahan yang timbul (dari laba rugi, pos pendapatan komprehensif lain, dan transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik). d. Laporan Arus Kas Laporan arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas

dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus tersebut. PSAK 2: Laporan arus kas mengatur persyaratan penyajian dan pengungkapan informasi arus kas. e. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijaksanaan akuntansi tertentu., mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian mana pun dalam laporan keuangan tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan. 4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:5) karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu : a. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.

b. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu. c. Keandalan Agar bermanfaat, informasi harus juga andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. d. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

5. Pemakai Laporan Keuangan Menurut Prastowo dan Juliaty (2008:4), para pemakai laporan keuangan ini menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, meliputi : a. Investor Para investor (dan penasehatnya) berkepentingan terhadap resiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investor yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli atau menahan atau menjual investasi tersebut. b. Kreditur (pemberi pinjaman) Para kreditur tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. c. Pemasok dan kreditur usaha lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Shareholder s (para pemegang saham) Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh dan penanaman modal. e. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung dengan perusahaan. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. g. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaaan. h. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik.

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Harahap (2007:190) analisis laporan keuangan adalah menguraikan pospos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuntitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Dengan melihat analisis laporan keuangan, seseorang akan dapat melihat gejala yang terjadi dalam perusahaan. Prastowo dan Juliaty (2008:27) memberikan definisi terhadap analisis laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang diambil akan menjadi lebih baik. Analisis laporan keuangan merupakan penelaah tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan hasil usaha dan kemajuan perusahaan memuaskan atau tidak dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perbandingan unsur-unsur itu dari tahun ketahun untuk mengetahui perkembangannya (Djarwoto, 2004:59).

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan dimaksudkan sebagai suatu usaha untuk membuat informasi dalam suatu laporan keuangan yang bersifat kompleks ke dalam elemen-elemen yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Menurut Harahap (2007:18) analisis laporan keuangan dipandang dari sudut tujuan adalah sebagai berikut : a. Screening Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger. b. Forcasting Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. c. Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalahmasalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain. d. Evaluation Analisis dilakukan untuk melihat prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan lain-lain.

Menurut Munawir (2004:1) dengan mengadakan analisis laporan keuangan akan diperoleh informasi mengenai kondisi yang terjadi pada suatu perusahaan dengan mengadakan analisis terhadap pos-pos neraca akan diketahui gambaran tentang posisi keuangannya. Sedangkan analisis terhadap laporan laba rugi akan memberikan gambaran tentang perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan. Dan dengan analisis laporan arus kas akan dapat mengetahui besarnya kas yang masuk yang bersangkutan. 3. Metode Dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya. Menurut Prastowo dan Julianty (2008:59), metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : a. Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. b. Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisa laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu,

yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan menurut Munawir (2004:36) adalah sebagai berikut : 1. Analisis perbandingan laporan keuangan adalah metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. 2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis) adalah suatu metode atau analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. 3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

5. Analisa sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis) adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis rasio adalah metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pospos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kedua laporan tersebut. 7. Analisa perubahan laba kotor adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tertentu. 8. Analisa Break Event adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga belum memperoleh keuntungan. 2.1.3 Analisis Rasio Keuangan 1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Menurut Munawir (2004:238) analisis rasio adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu pos atau kelompok pos dengan pos atau kelompok pos yang lain, baik yang tercantum dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi.

Menurut Harahap (2007:297) Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. 2. Kegunaan Analisis Ratio Keuangan Menurut Alwi (2001:37) bagi calon investor atau kreditur, dapat dijadikan pegangan, apakah akan membeli saham yang ditawarkan perusahaan dan apakah wajar untuk memberikan kredit kepada perusahaan yang bersangkutan apakah tidak. Munawir (2004:101) dalam analisis rasio keuangan yang diperoleh dapat dianalisa dengan membandingkan angka rasio tersebut dengan : a. Standart rasio atau rasio dari seluruh industri dimana perusahaan yang data keuangan sedang dianalisis menjadi anggotanya. b. Rasio yang telah ditentukan dalam budget perusahaan yang bersangkutan. c. Rasio yang semacam di waktu-waktu yang lalu atau rasio historis dari perusahaan yang bersangkutan. d. Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik atau berhasil dalam usahanya.

3. Jenis Rasio Keuangan Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah : a. Rasio Likuiditas Merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja

keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan. 1. Rasio Lancar (Current Ratio) = Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio ini merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan memperoleh laba (Sawir, 2009:10). 2. Rasio Cepat (Quick Ratio) = Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan

kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan. 3. Rasio Kas (Cash Ratio) = Kas Hutang Lancar Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan. b. Rasio Solvabilitas Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang hutangnya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable. Syafri (2008:303) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban

jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. 1. Rasio hutang modal / Debt to Equity Ratio Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12). Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22). Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada. Rasio hutang modal dihitung dengan formula:

Debt to Equity Ratio = Total Hutang Modal (Equity) Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama. 2. Total Asets to Total Debt Ratio/ Debt Ratio Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Rasio ini dihitung dengan rumus: Debt Ratio = Total Hutang Total Aktiva Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.

3. Times Interest Earned Time interest earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Sawir (2008:14) mengatakan bahwa: Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman. Time Interest Earned dapat dihitung dengan rumus: Times Interest Earned = Laba Bersih Sebelum Bunga Dan Pajak Beban Bunga Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan. c. Rentabilitas / Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu

dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304). 1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18). Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61). Gross profit margin dihitung dengan formula: Gross Profit Margin = Penjualan Harga Pokok Penjualan Penjualan

2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit margin dihitung dengan rumus: Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan 3. Rentabilitas Ekonomi/ daya laba besar/ basic earning power Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset. Jadi rentabilitas ekonomi mengindikasikan seberapa besar kemampuan asset yang dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan atau dengan kata lain Rentabilitas Ekonomi menunjukkan kemampuan total aset dalam menghasilkan laba. Rentabilitas ekonomi mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya yang menunjukkan rentabilitas ekonomi perusahaan (Sawir, 2009:19). Rentabilitas Ekonomi dihitung dengan rumus: Rentabilitas Ekonomi = Laba Bersih Sebelum Pajak Total Aktiva Rentabilitas ekonomi dapat ditentukan dengan mengalikan operating profit margin dengan asset turnover. Rendahnya Rentabilitas Ekonomi tergantung dari (Sawir, 2009:19):

Asset Turnover Operating Provit Margin Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan (Syamsuddin, 2009:61). Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban- kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila semakin tinggi operatig profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan. Operating profit margin dihitung sebagai berikut : Operating Profit Margin = Laba Bersih Sebelum Pajak Penjualan 4. Return on Investment Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).

Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63). Return on Investment dihitung dengan rumus: ROI = Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva Atau dapat juga dihitung dengan: ROI = Net profit margin x Assets turn over 5. Return on Equity Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305). Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha. Return on equity dapat dihitung dengan formula:

Return on Equity = Laba Bersih Setelah Pajak Ekuitas 6. Earnings per share (EPS) Earnings per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba (Syafri, 2008:306). Earnings per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66). Oleh karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share. Earning per share adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan. Earning per share dihitung dengan rumus: EPS = Laba Bersih Setelah Pajak Deviden Saham Preferen Jumlah Saham Biasa Yang Beredar d. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap

bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragai unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainya. Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. 1. Total Assets Turn Over (perputaran aktiva) Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19). Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau diperbesar. Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan,

karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan. Total assets turn over dihitung sebagai berikut: Total Assets Turn Over = Penjualan Total Aktiva 2. Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja) Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16). Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan (Riyanto, 2008:335). Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.periode perputaran modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponenkomponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode

perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja dihitung dengan rumus: Perputaran Modal = Kerja Penjualan Modal Kerja Bersih Penjualan Aktiva Lancar Utang Lancar 3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turnover) Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17). Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus: Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan Aktiva Tetap

4. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover) Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock (Riyanto, 2008:334). Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at Cost), maka sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur perputaran persediaan dalam kas (Sawir, 2003:15). Namun banyak lembaga penelitian rasio keuangan yang menggunakan rasio perputaran persediaan (at market) sehingga bila ingin dibandingkan dengan rasio industri rasio perputaran persediaan (at market) sebaiknya di gunakan. Kedua, penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah gambaran keadaan sesaat.

Oleh karena itu, lebih baik menggunakan rata-rata persediaan yaitu persediaan awal ditambah persediaan akhir dibagi dua. Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus: Perputaran Persediaan (at cost) = Perputaran Persediaan (at market) = Harga Pokok Penjualan Rata-rata Persediaan Penjualan Persediaan 5. Rata-rata umur piutang Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan membandingkan jumlah piutang dengan penjualan perhari. Dimana penjualan perhari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365 hari. Rata-rata piutang ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Rata-rata Umur Piutang = Piutang Penjualan per Hari = Piutang x 365 Penjualan 6. Perputaran Piutang Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungn yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang rata-rata. Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus :

Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Piutang Rata-Rata Makin tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijak sanaan pemberian kredit. 4. Keterbatasan Analisis Ratio Keuangan Menurut Harahap (2007:298) analisa rasio keuangan memiliki keterbatasan sebagai berikut : a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat diggunakan untuk kepentingan pemakainya. b. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. c. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. d. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang di pakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

5. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap (2007:298) analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik lainnya, yaitu : a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. c. Mengetahui posisi keuangan perusahaan di tengah industri lain. d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model dalam pengambilan keputusan dan model prediksi. e. Menstandarisir size perusahaan. f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik. g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.1.4 Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Perubahan Laba Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Apabila kewajiban lancar suatu perusahaan terpenuhi, maka penyediaan bahan baku, proses produksi dan aktivitas operasional perusahaan akan berjalan dengan baik. Semakin baik aktivitas operasional perusahaan, maka semakin besar peluang suatu perusahaan untuk melakukan penjualan dan menghasilkan laba. Adrianto (2012) meneliti tentang Pengaruh Rasio Likuiditas dan Rasio Aktivitas Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Automotif dan Produk Penunjang. Penelitian ini menggunakan Acid Test Ratio untuk mengukur tingkat Likuiditas dan dari hasil penelitiannya mengambil kesimpulan bahwa Acid Test Ratio secara simultan terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, karena memiliki tingkat signifikan yang lebih rendah dari tingkat signifikasi yang ditentukan dengan uji F (0.000 < 0.005). Penelitian saat ini akan mencoba menggunakan Current Ratio dan Quick Ratio untuk mengukur pengaruh rasio aktivitas terhadap perubahan laba. 2. Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Perubahan Laba Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak

antara penjualan dan beragai unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainya. Efisiensi penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu akan mempengaruhi perubahan laba perusahaan. Adrianto (2012) meneliti tentang Pengaruh Rasio Likuiditas dan Rasio Aktivitas Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Automotif dan Produk Penunjang. Penelitian ini menggunakan Receivable Turnover dan Cash Turnover untuk mengukur tingkat efektifitas dari aktivitas perusahaan dan dari hasil penelitiannya mengambil kesimpulan bahwa Cash Turnover secara parsial terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, karena memiliki tingkat signifikan yang lebih rendah dari tingkat signifikasi yang ditentukan dengan uji t (0.004 < 0.005), dengan demikian rasio ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, sedangkan Receivable Turnover sebesar 0.013, dengan demikian rasio ini berpengaruh negatif terhadap rentabilitas ekonomi. Penelitian saat ini akan mencoba menggunakan Total Asset Turn Over untuk mengukur pengaruh rasio aktivitas terhadap perubahan laba. 3. Pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Perubahan Laba Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk

membayar semua hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang, dengan demikian para kreditur tidak akan ragu untuk memasok barang maupun menanamkan sahamnya pada perusahaan. Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba. Arif (2010) meneliti tentang Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Telekomunikasi. Penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio untuk mengukur tingkat Solvabilitas dan dari hasil penelitiannya mengambil kesimpulan bahwa Debt to Equity Ratio secara simultan terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, karena memiliki tingkat signifikan yang lebih rendah dari tingkat signifikasi yang ditentukan dengan uji F (0.002 < 0.005), hal ini mengindikasikan bahwa naik turunnya pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan tergantung oleh naik turunnya tingkat Debt to Equity Ratio dan yang dimiliki perusahaan. Penelitian saat ini akan mencoba menggunakan Debt to Total Asset Ratio untuk mengukur pengaruh rasio solvabilitas terhadap perubahan laba. 4. Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Perubahan Laba Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio Profitabilitas juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya yaitu salah satunya dengan mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara

efisien. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi. Arif (2010) meneliti tentang Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Telekomunikasi. Penelitian ini menggunakan Gross Profit Margin untuk mengukur tingkat Profitabilitas dan dari hasil penelitiannya secara parsial menunjukkan tingkat signifikan Gross Profit Margin sebesar 0.008, dengan demikian rasio tersebut berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Penelitian saat ini akan menggunakan Net Profit Margin dan Return on Equity untuk mengukur pengaruh rasio profitabilitas terhadap perubahan laba. 1.2 Rerangka Pemikiran 1. Current Ratio (X1) 2. Quick Ratio (X2) 3. Total Assets Turn Over (X3) 4. Debt to Total Asset Ratio (X4) Perubahan Laba (Y) 5. Net Profit Margin (X5) 6. Return On Equity (X6) Gambar 1 Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat (dependen) yaitu perubahan laba terhadap enam variabel bebas (independensi) yaitu Quick Ratio, Total Asset Turn Over, Debt to Total Asset Ratio, Net Profit Margin.

2.2 Perumusan Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan tujuan yang ingin dicapai, maka dalam penelitian ini hipotesis yang dikemukakan sebagai berikut : H1 = Rasio likuiditas berpengaruh positif secara signifikan terhadap perubahan laba pada perusahaan industri property and real estate. H2 = Rasio Aktivitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap perubahan laba pada perusahaan industri property and real estate. H3 = Rasio Solvabilitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap perubahan laba pada perusahaan industri property and real estate. H4 = Rasio Profitabilitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap perubahan laba pada perusahaan industri property and real estate. Analisis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas terhadap perubahan laba perusahaan industri property and real estate dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan uji t dan dengan menggunakan uji F. Data yang digunakan terlebih dahulu diuji dengan menggunakan uji normalitas dan uji asumsi klasik.