RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 060/PUU-II/2004

dokumen-dokumen yang mirip
RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 059/PUU-II/2004

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XI/2013 Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh Negara

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 001/PUU-I/2003

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 47/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 017/PUU-I/2003

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 15/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 064/PUU-II/2004

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 072/PUU-II/2004

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 003/PUU-I/2003

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 123/PUU-XII/2014 Pengisian Pimpinan DPRD

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-VII/2009 Tentang UU MPR, DPR, DPD dan DPRD Pemilihan Pimpinan MPR

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan DPR Dalam Pembahasan APBN dan APBN-P

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 004/PUU-I/2003

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 89/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan Badan Kelengkapan Dewan dan Keterwakilan Perempuan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SDA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 85/PUU-XI/2013, TGL 18 FEBRUARI 2015.

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Formil Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 17/PUU-XIV/2016 Kewenangan Daerah dan Penyediaan Tenaga Listrik

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 20/PUU-XVI/2018 Parliamentary Threshold

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 65/PUU-XII/2014 Otonomi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Dari Sub Sektor Kepelabuhan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 98/PUU-XV/2017 Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Aparatur Sipil Negara

RechtsVinding Online

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan DPR Dalam Pembahasan APBN dan APBN-P

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIII/2015 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Ketenagalistrikan

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 7 TAHUN TENTANG KERJASAMA DAERAH

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 86/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Lembaga Pengelolaan Zakat

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 130/PUU-XII/2014 Pengisian Kekosongan Jabatan Gubernur, Bupati, dan Walikota

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 8/PUU-VIII/2010 Tentang UU Penetapan Hak Angket DPR Hak angket DPR

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 006/PUU-I/2003

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XIII/2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 99/PUU-X/2012 Tentang Hak-hak Petani Dalam Melakukan Kegiatan Pemuliaan Tanaman

Ringkasan Putusan.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 57/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PUTUSAN. Darmawan, M.M Perkara Nomor 13/PUU-VIII/2010: Muhammad Chozin Amirullah, S.Pi., MAIA Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI), dkk

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIII/2015 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Ketenagalistrikan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

I. PARA PEMOHON Deden Rukman Rumaji; Eni Rif ati; Iyong Yatlan Hidayat untuk selanjutnya secara bersama-sama disebut Para Pemohon.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XIV/2016 Syarat Pendidikan Hukum untuk Profesi Advokat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 004/SKLN-IV/2006 Perbaikan Tgl, 29 Maret 2006

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 4/PUU-XIII/2015 Penerimaan Negara Bukan Pajak (Iuran) Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Pemerintah

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 060/PUU-II/2004 I. PARA PEMOHON Zumrotun.dkk Kuasa Hukum : Johnson Panjaitan, SH., dkk II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air: A. Formil Prosedur Pengesahan UU Nomor 7 Tahun 2004 B. Materiil 1. Pasal 5 Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal air sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif. 2. Pasal 6 Ayat (4) : Atas dasar penguasaan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan hak guna air. 3. Pasal 7 (1) Hak guna air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air. (2) Hak guna air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya. 4. Pasal 8 (1) Hak guna pakai air diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi. (2) Hak guna pakai air sebagaimana tersebut pada ayat (1) memerlukan izin apabila: a. Cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air; b. Ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar; atau c. Digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada.

(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. (4) Hak guna pakai air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. 5. Pasal 9 (1) Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. (2) Pemegang hak guna usaha air dapat mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. (3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa kesepakatan ganti kerugian atau kompensasi. 6. Pasal 10 Ketentuan mengenai hak guna air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 7. Pasal 26 Ayat (7) : Pendayagunaan sumber daya air dilakukan dengan mengutamakan fungsi sosial untuk mewujudkan keadilan dengan memperhatikan prinsip pemanfaat air membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dengan melibatkan peran masyarakat. 8. Pasal 40 Ayat (4) : Koperasi, badan usaha swasta, dan masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan sistem air minum 9. Pasal 41 (2) Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah dengan ketentuan: dst. a. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder lintas provinsi menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah; b. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder lintas kabupaten/kota menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah provinsi; c. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder yang utuh pada satu kabupaten/kota menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan. (3) Pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air.

(5) Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder dapat dilakukan oleh perkumpulan petani pemakai air atau pihak lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. 10. Pasal 45 (2) pengusahaan sumber daya air permukaan yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilaksanakan oleh badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air atau kerjasama antara badan usaha milik Negara dengan badan usaha milik daerah. (3) pengusahaan sumber daya air selain dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh perseorangan, badan usaha, atau kerjasama antar badan usaha berdasarkan izin pengusahaan dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. 11. Pasal 46 Ayat (1) : Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya, mengatur dan menetapkan alokasi air pada sumber air untuk pengusahaan sumber air oleh badan usaha atau perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3). 12. Pasal 80 (1) Pengguna sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk pertanian rakyat tidak dibebani biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan dengan melibatkan peran masyarakat. (2) Pengguna sumber daya air selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menanggung biaya jasa pengelolaan sumber daya air. (3) Penentuan besarnya biaya jasa pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada perhitungan ekonomi rasional yang dapat dipertanggung jawabkan. (4) Penentuan nilai satuan biaya jasa pengelolaan sumber daya air didasarkan pada pertimbangan kemampuan ekonomi kelompok pengguna dan volume penggunaan sumber daya air. (5) Penentuan nilai satuan biaya jasa pengelolaan sumber daya air untuk jenis penggunaan non usaha dikecualikan dari perhitungan ekonomi rasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (6) Pengelola sumber daya air berhak atas hasil penerimaan dana yang dipungut dari para pengguna jasa pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

III. DASAR DAN ALASAN Pengujian Formil UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan: 1. Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 jo Pasal 33 ayat (2) huruf a dan ayat (5) UU No.4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD jo Keputusan DPR RI Nomor:03A/DPR RI/2001-2002 tentang Peraturan Tata Tertib DPR RI. a. Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 : Dewan Perwakilan rakyat memegang kekuasaan membentuk undangundang b. Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 22 Tahun 2003 : (1) DPR mempunyai tugas dan wewenang membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama; membahas dst. (2) Tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Tata Tertib DPR. 2. Pasal 189 jo Pasal 192 jo Pasal 193 Keputusan DPR RI No. 03A/DPR RI/I/2001-2002 tentang Peraturan Tata Tertib DPR RI a. Pasal 192 : Keputusan berdasarkan mufakat adalah sah apabila diambil dalam rapat yang dihadiri oleh Anggota dan unsure Fraksi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 189 ayat (1), dan disetujui oleh semua yang hadir. b. Pasal 193 : Keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan berdasarkan mufakat sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian sebagian Anggota rapat yang tidak dapat dipertemukan lagi dengan pendirian anggota rapat yang lain. Pengujian Materiil UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan UUD 1945: - Pasal 33 UUD 1945 ayat (2) dan (3) : (2) cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. (3) Bumi dan air, dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat

IV. ALASAN-ALASAN A. Formil 1. DPR sebagai pembentuk UU 2. Pengambilan keputusan harusnya dilakukan dengan voting (suara terbanyak) dan bukannya musyawarah mufakat karena dalam Sidang Paripurna DPR tanggal 19 Februari 2004 terdapat beberapa fraksi dan anggota DPR yang menolak pengesahan RUU sumber daya air ini. B. Materiil 1. Pasal 40, Pasal 41, dan Pasal 45 UU No. 7 Tahun 2004 mengandung muatan privatisasi atas penyediaan air minum, pengelolaan sumber daya air dan irigasi pertanian. 2. Pasal 6, Pasal 9, Pasal 26, Pasal 45, Pasal 46, dan Pasal 80 UU No. 7 Tahun 2004 mengandung muatan penguasaan dan monopoli sumber-sumber air oleh swasta. 3. Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10 UU No. 7 Tahun 2004 mengandung muatan penggunaan air bagi kepentingan komersial. V. PETITUM (1) Menerima dan mengabulkan permohonan dari PARA PEMOHON untuk seluruhnya; (2) Menyatakan Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahuri 2004, Tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan UUD Republik Indonesia 1945; (3) Menyatakan, Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004, Tentang Sumber Daya Air tidak mempunyai kekuatan mengikat; (4) Memerintahkan pencabutan pengundangan Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 32 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4377 atau setidak-tidaknya memerintahkan pemuatan putusan etas permohonan ini dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia.

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 060/PUU-II/2004 Perbaikan Tgl, 08 September 2004 I. PEMOHON Zumrotun.dkk : PEMOHON 1. Longgena Ginting. dkk : PEMOHON I Hendardi, (PBHI) : PEMOHON II Gatot Sulistoni (SOMASI NTB) : PEMOHON III Rossana Dewi R (Yayasan GP) : PEMOHON IV Jimmy Panjaitan (KALi) : PEMOHON V Wardah Hafidz (UPC) : PEMOHON VII Muh. Abdullah Fatah Masrum (Djayengkoesoemo Center) : PEMOHON VII A. Samsul Rijal. (Yayasan ICDHRE),dkk : PEMOHON VII Dra. Liliek Sunarsih (HARMONI), dkk : PEMOHON IX Mulyani (PAMA), dkk : PEMOHON X Sarmiah (PADI Indonesia) : PEMOHON XI Emilianus Ola Kleden (AMAN) : PEMOHON XII Priyadi Kartodiharjo (Yayasan Madani), dkk : PEMOHON XIII Drs.H.Joni Arifin. Amk. (LP3M AL_AZHAR),dkk : PEMOHON XIV Karyono (Yayasan Cakrawala Timur),dkk : PEMOHON XV Henry Saragih (Sekjen SPI) : PEMOHON XVI Pemohon dengan angka romawi I-XVI adalah : PEMOHON 2. Kuasa Hukum : Johnson Panjaitan, SH., dkk

II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air: - Formil Prosedur Pengesahan UU No. 7 Tahun 2004 - Materiil Pasal 5, Pasal 6 Ayat (4), Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 26 ayat (7), Pasal 40 ayat (4), Pasal 41 ayat (2,3 dan 5), Pasal 45 ayat (2) dan (3), Pasal 46 ayat (1) dan (3), Pasal 80 III. DASAR DAN ALASAN Pengujian Formil UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan: 1. Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 jo Pasal 33 ayat (2) huruf a dan ayat (5) UU No.4 Tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD jo Keputusan DPR RI Nomor:03A/DPR RI/2001-2002 tentang Peraturan Tata Tertib DPR RI. a. Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 : Dewan Perwakilan rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang b. Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 22 Tahun 2003 : (1) DPR mempunyai tugas dan wewenang: membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama; membahas dst. (2) Tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Tata Tertib DPR. 2. Pasal 189 jo Pasal 192 jo Pasal 193 Keputusan DPR RI No. 03A/DPR RI/I/2001-2002 tentang Peraturan Tata Tertib DPR RI a. Pasal 192 : Keputusan berdasarkan mufakat adalah sah apabila diambil dalam rapat yang dihadiri oleh Anggota dan unsur Fraksi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 189 ayat (1), dan disetujui oleh semua yang hadir. b. Pasal 193 : Keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan berdasarkan mufakat sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian sebagian Anggota rapat yang tidak dapat dipertemukan lagi dengan pendirian anggota rapat yang lain.

Pengujian Materiil UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan UUD 1945: - Pasal 33 UUD 1945 ayat (2) dan (3) : (2) cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. (3) Bumi dan air, dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat ALASAN-ALASAN Formil 1. DPR sebagai pembentuk UU 2. Pengambilan keputusan harusnya dilakukan dengan voting (suara terbanyak) dan bukannya musyawarah mufakat karena dalam Sidang Paripurna DPR tanggal 19 Februari 2004 terdapat beberapa fraksi dan anggota DPR yang menolak pengesahan RUU sumber daya air ini. Materiil 1. Pasal 40, Pasal 41, dan Pasal 45 UU No. 7 Tahun 2004 mengandung muatan privatisasi atas penyediaan air minum, pengelolaan sumber daya air dan irigasi pertanian. 2. Pasal 6, Pasal 9, Pasal 26, Pasal 45, Pasal 46, dan Pasal 80 UU No. 7 Tahun 2004 mengandung muatan penguasaan dan monopoli sumber-sumber air oleh swasta. 3. Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10 UU No. 7 Tahun 2004 mengandung muatan penggunaan air bagi kepentingan komersial.

IV. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan permohonan dari PARA PEMOHON untuk seluruhnya; 2. Menyatakan Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004, Tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan UUD Republik Indonesia 1945; 3. Menyatakan, Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004, Tentang Sumber Daya Air tidak mempunyai kekuatan mengikat; 4. Memerintahkan pencabutan pengundangan Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 32 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4377 atau setidak-tidaknya memerintahkan pemuatan putusan etas permohonan ini dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia.