Analisa Perbandingan Penggunaan Bekisting Semi Konvensional Dengan Bekisting Sistem Table Form Pada Konstruksi Gedung Bertingkat

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Biaya dan Waktu Bekisting Metode Konvensional dengan Sistem PERI pada Proyek Puncak Kertajaya Apartemen

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

Kata kunci : metode bekisting table form

PERBANDINGAN ALTERNATIF ROTASI PEKERJAAN BEKISTING PADA GEDUNG APARTEMEN BALE HINGGIL

TUGAS AKHIR ANALISIS STRUKTUR DAN BIAYA BEKISTING SEMI SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis perbandingan biaya dan waktu

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE BEKISTING SEMI KONVENSIONAL DAN PERI DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6 SURABAYA ABSTRAK

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K)

Kata kunci : bekisting Table Form System, zoning, siklus, biaya, waktu

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (BEKISTING) memikul berat sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja.

BAB III DATA TEKNIS DAN METODE PELAKSANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh banyak faktor ketersediaan lahan, bentuk struktur,

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB. IV. ANALISIS dan PEMBAHASAN

ANALISIS BEKISTING METODE SEMI SISTEM DAN METODE SISTEM PADA BANGUNAN GEDUNG

Analisis struktur dan biaya bekisting semi sistem pada proyek Pejaten Mall BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41

BAB IV ANALISIS STRUKTUR & ANALISIS BIAYA

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT)

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

METODE PELAKSANAAN Pekerjaan Bekisting Raka Pratama

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

STUDI PERBANDINGAN PELAT KONVENTIONAL, RIBSLAB DAN FLATSLAB BERDASARKAN BIAYA KONSTRUKSI

A REVIEW OF COST COMPARISON OF THE FORMWORK USE OF WOOD, PLYWOOD AND PERI SYSTEM (PERI LICO)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN DEPAPILIO TAMANSARI

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan bangunan besar lainnya (Wikipedia). Perancah merupakan konstruksi

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI. Oleh : Joaozinho Dos Santos Araujo Fernandes Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing I. Dosen Pembimbing II

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB VIII PEKERJAAN PESRTA KERJA PRAKTEK

Assalamu alaikum wr.wb

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

Penuntun Kerja Praktik Program Studi D3 Teknik Sipil

STUDI PERBANDINGAN BIAYA BEKESTING SEMI MODERN DENGAN BEKESTING KONVENSIONAL PADA BANGUNAN GEDUNG

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penulangan beton dan formwork atau bekisting. Diantara ketiga komponen tersebut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

BAB IV PROYEK SHANGRI-LA HOTEL CONDOMINIUM JAKARTA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

TESIS 7 BAB II KAJIAN TEORI

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

sedangkan harga upah yang diperhitungkan merupakan upah borongan.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN BEKISTING KONVENSIONAL, SEMI SISTEM, DAN SISTEM (PERI) PADA KOLOM GEDUNG BERTINGKAT

DIPLOMA III TEKNIK SIPIL - FTSP STEFANUS HENDY L DIANA WAHYU HAYATI DISUSUN OLEH : DOSEN PEMBIMBING :

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pengumpulan Data

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Surat Tugas Magang... ii. Lembar Pengesahan Pembimbing Magang... iii. Lembar Pengesahan Pendadaran...

luas lantai bangunan dikalikan satuan harga per m2 nya. Satuan harga bangunan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) D-131

ANALISA SATUAN BAHAN PEKERJAAN BEKISTING BETON BERTULANG: STUDI KASUS PADA PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (Juli, 2014) ISSN: ( Print)

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE LIFT DAN PELAT LANTAI PADA PROYEK TOWER C APARTEMEN THE ASPEN PEAK RESIDENCES, FATMAWATI, JAKARTA SELATAN

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

TEKNIKA VOL. 2 NO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

BAB 1 PENDAHULUAN. Crane konstruksi pertama kali diciptakan oleh orang Yunani kuno dan didukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Perbandingan Produktivitas Static Tower Crane dan Mobile Crane dengan Modifikasi Posisi Titik Supply

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS

LAPORAN KERJA PRAKTEK

INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pembahasan

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK...

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP

Alternatif Perencanaan Gedung 3 Lantai pada Tanah Lunak dengan dan Tanpa Pondasi Dalam

DAMPAK PERUBAHAN PEMBAGIAN ZONA TERHADAP WAKTU DAN BIAYA PADA PEKERJAAN STRUKTUR PROYEK ONE EAST RESIDENCE SURABAYA

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BABIII LANDASAN TEORI. Bekisting ialah cetakan beton yang merupakan konstruksi sementara yang di

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT

TUGAS AKHIR ANALISIS PRODUKTIVITAS PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI KONVENSIONAL DAN HOLLOW CORE FLOOR PANEL (HCFP)

INOVASI PROYEK PUSDIKLAT KEJAKSAAN RI CEGER PEMBANGUNAN KAWASAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN TERPADU SDM KEJAKSAAN RI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT ABSTRAK

PR 1 MANAJEMEN PROYEK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP. proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang harus direncanakan terlebih

COST SAVING ANALYSIS OF THE USE OF CONVENTIONAL MODEL PANEL FORMWORK SLABS IN TYPICAL BUILDINGS (CASE STUDY ON AMARTHA RESIDENCE DEVELOPMENT PROJECT)

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Analisa Perbandingan Penggunaan Semi Konvensional Dengan Sistem Table Form Pada Konstruksi Gedung Bertingkat Yevi Novi Dwi Saraswati, Retno Indryani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: retno_i@ce.its.ac.id Abstrak Pekerjaan bekisting memberikan kontribusi yang cukup besar dalam hal proporsi biaya pekerjaan beton. Produktifitas dan siklus dari pekerjaan bekisting juga mempengaruhi waktu pekerjaan beton. Oleh karena itu, dalam merencanakan pekerjaan bekisting harus ditentukan jenis bekisting yang terbaik dan sesuai dengan kondisi proyek. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan penggunaan bekisting semi konvensional dengan bekisting table form system untuk low rise building dan high rise building. Masing-masing bekisting untuk kedua tipe gedung dihitung waktu pelaksanaan dan biaya pelaksanaan untuk low rise building dan high rise building. Dari hasil perhitungan akan dilakukan analisa perbandingan dengan menggunakan metode matriks evaluasi untuk menentukan bekisting mana yang lebih baik untuk low rise building dan high rise building berdasarkan kriteria biaya dan waktu pelaksanaan. Digunakan 5 ( lima ) skenario perbandingan antara biaya dan waktu yaitu 30%:70%, 40%:60%, 50%:50%, 60%:40%, 60%:40% dan 70%:30%. Gedung Sekolah Anak Panah digunakan sebagai contoh kasus low rise building. Hotel Ibis digunakan sebagai contoh kasus high rise building. Dari analisa perbandingan pada gedung Sekolah Anak Panah didapatkan bekisting yang terbaik untuk skenario 1, 2 dan 3 adalah bekisting semi konvensional, dan skenario 4 dan 5 adalah bekisting sistem table form. Dari analisa pada gedung Hotel Ibis didapatkan bekisting yang terbaik untuk skenario 1 dan 2 adalah bekisting semi konvensional, skenario 3 adalah keduanya, dan skenario 4 dan 5 adalah bekisting sistem table form. Kata Kunci bekisting, bekisting semi konvensional, bekisting Table Form System, biaya, waktu. D I. PENDAHULUAN ALAM pekerjaan konstruksi beton, ada tiga komponen utama yang harus direncanakan dengan matang karena akan mempengaruhi keberhasilan suatu pekerjaan struktur. Ketiga komponen tersebut adalah campuran beton, penulangan beton dan bekisting. Komponen bekisting pada pelaksanaannya juga membutuhkan biaya yang besar. [1] Oleh karena itu perencanaannya harus dipertimbangkan faktor ekonomisnya. Pekerjaan bekisting juga memberikan pengaruh dalam hal durasi pelaksanaan dalam pekerjaan beton karena siklus pekerjaan bekisting beririsan dengan pekerjaan beton. [2] Semakin cepat produktifitas pekerjaan bekisting maka akan semakin cepat pula pekerjaan beton terselesaikan. Seiring berkembangnya teknologi dalam dunia konstruksi di Indonesia, teknologi cetakan beton atau bekisting juga berkembang dengan banyaknya alternatif metode. Diantaranya yang beredar di Indonesia antara lain Paschal, KHK, MESA dan PERI. [3] Teknologi bekisting berkembang dari sistem tradisional (rakit di tempat) menjadi sistem prafabrikasi. Untuk gedung High Rise Building yang tipikal bentuk strukturnya, bekisting sistem cenderung akan lebih ekonomis karena volume pengecoran akan besar. Untuk gedung Low Rise Building yang volume pengecorannya cenderung lebih sedikit dan bentuk strukturnya cenderung kurang tipikal, bekisting semi konvensional akan cenderung lebih ekonomis. Kecenderungan tersebut perlu diteliti. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan analisa perbandingan bekisting konvensional dengan bekisting sistem table form pada gedung High Rise Building dan gedung Low Rise Building. II. METODA PENELITIAN A. Data Penelitian Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terdapat dalam Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan Sumber Data Penelitian No Data Sumber data Jenis data 1 Gambar perencanaan Proyek yang Sekunder struktur 2 Penjadwalan proyek Proyek yang Sekunder 3 Harga material Proyek yang Sekunder 4 Spesifikasi dan perencanaan bekisting semi konvensional Proyek yang Sekunder 5 Spesifikasi dan perencanaan bekisting sistem table form Studi literatur Sekunder

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2 B. Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang akan digunakan dalam penelitian terdapat dalam diagram alir pada Gambar 1. Semi Konvensional Low Rise Building Sistem Table Form Perbandingan Antara Kedua Tipe Latar Belakang Permasalahan Tujuan Analisa Data Kesimpulan Semi Konvensional High Rise Building Gambar 1 Diagram alir penelitian III. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Table Form Perbandingan Antara Kedua Tipe A. Semi Konvensional 1. pelaksanaan Penggunaan berulang material bekisting ditujukan untuk memperoleh biaya yang ekonomis. Apalagi pekerjaan bekisting hanya sebuah kontruksi sementara. Komponen bekisting semi konvensional dan jumlah pemakaian berulang material dapat dilihat dalam Tabel 2. Joint Pin Tabel 2 Material bekisting semi konvensional beserta pengulangan pemakaian No. Nama Pengulangan 1 Scaffolding Base jack Main Frame Ladder Frame Cross Brace Cross Head Jack/U-head 2 Plywood 12mm 5 kali pakai 3 Kayu 5 kali pakai Kayu 5/7 5 kali pakai Kayu 6/12 5 kali pakai 4 Paku 1 kali pakai Sumber : wawancara lapangan, 2012 Urutan pekerjaan untuk bekisting semi konvensional adalah sebagai berikut. 1. Setelah scaffolding terpasang, balok gelagar (memanjang) berukuran 6/12 dipasang di atas U-head dengan jarak antar balok sama dengan lebar scaffolding yaitu 1.25 m. 2. Di atas balok memanjang dipasang balok suri (melintang) berukuran 6/12 dengan jarak antar balok 30 cm. 3. Kemudian dipasang bottom form bekisting yang terbuat dari plywood 12 mm sesuai dengan ukuran balok. 4. Tulangan balok dipasang setelah bottom form. 5. Setelah tulangan balok terpasang, kemudian dipasang side form bekisting balok dan Balok pengaku (balok pengaku) berukuran 5/7. 6. Untuk bekisting pelat dipasang setelah pemasangan bekisting balok. Dimulai dari pemasangan balok gelagar berukuran 6/12 diatas U-head sejarak 1,25 m. 7. Kemudian balok suri berukuran 6/12 dipasang sejarak 30cm. 8. Selanjutnya dapat dipasang plywood 12 mm sesuai ukuran pelat. 9. Penulangan pelat dapat dipasang setelah plywood untuk pelat terpasang. 10. Pekerjaan pengecoran dapat dilakukan jika pekerjaan penulangan sudah selesai. 11. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan 7 hari setelah pengecoran. 2. Proyek low rise building

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3 Perhitungan durasi total pekerjaan bekisting dimulai dari perhitungan durasi masing-masing pekerjaan. Durasi tersebut diperoleh dari hasil perkalian volume pekerjaan dengan produktivitas pekerja. Perhitungan durasi masing-masing pekerjaan dapat dilihat dalam Tabel 3. Setelah didapat durasi masing-masing pekerjaan, selanjutnya penjadwalan disusun dengan metode bar chart. Penjadwalan pekerjaan bekisting didasarkan pada perputaran material bekisting. Material baru hanya ada pada lantai 1 zona 1 dan zona 2 yang selanjutnya dipindah ke lantai berikutnya. Pekerjaan bekisting lantai 2 dapat dimulai setelah bekisting pada lantai 1 selesai dibongkar. Begitu pula pekerjaan bekisting lantai 3 dan 4 dapat dimulai setelah bekisting pada lantai sebelumnya selesai dibongkar. Dari penjadwalan didapat durasi total pekerjaan bekisting adalah 119 hari. Tabel 3 Durasi masing-masing pekerjaan No. Pekerjaan Lantai 1 2 3 4 1 Pemasangan 12 10 12 10 12 10 12 11 bekisting Balok 2 Pemasangan 12 11 12 11 12 11 12 11 bekisting Pelat 3 Pekerjaan 5 5 5 5 5 5 5 5 penulangan balok 4 Pekerjaan 2 2 2 2 2 2 2 2 penulangan pelat 5 Pengecoran beton 2 2 2 2 2 2 2 2 6 tunggu 8 8 8 8 8 8 8 8 beton 7 Pembongkaran bekisting 3 3 3 3 3 3 3 3 total pekerjaan bekisting didapat dari material, upah (pasang dan bongkar) dan sewa alat. total material bekisting tidak didapat dari semua kebutuhan material bekisting melainkan hanya biaya material baru saja, karena material bekisting bisa bersifat pakai ulang. Besarnya biaya pekerjaan bekisting dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4 pekerjaan bekisting semi konvensional pada gedung Sekolah Anak Panah No. Nama Material + upah Rp 312,999,271 Sewa alat Rp 329,988,000 Material + upah Rp 181,129,668 Sewa alat Rp 118,720,000 Total biaya Rp 942,836,939 3. Proyek high rise building Konsep pekerjaan bekisting pada Hotel Ibis antara lain material baru yang disediakan hanya pada Lantai Parkir (P1), Lantai 1 dan lantai 2. Material lantai Parkir (P1) akan digunakan kembali untuk Lantai Mezanin dan Lantai Dasar karena bentuk strukturnya yang tipikal. Pemasangan bekisting pada Lantai Mezanin dan Lantai Dasar harus menunggu lantai sebelumnya. Lantai 1 digunakan kembali untuk Lantai ganjil dan Lantai Atap. Lantai 2 digunakan kembali untuk Lantai genap. Penjadwalan didapat dari durasi masing-masing pekerjaan yang selanjutnya disusun dengan metode bar chart. Dari penjadwalan didapat durasi total pekerjaan bekisting adalah 211 hari. Dan besarnya biaya pekerjaan bekisting dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5 pekerjaan bekisting semi konvensional pada gedung Hotel Ibis No. Nama Material + upah Rp 538,018,587 Sewa alat Rp 390,730,000 Material + upah Rp 332,513,573 Sewa alat Rp 151,946,000 Total biaya Rp 1,413,208,161 B. Sistem Table form 1. Komponen bekisting semi konvensional dan jumlah pemakaian berulang material dapat dilihat dalam Tabel 6. Tabel 6 Material beserta pengulangan pemakaian bekisting sistem table form No. Nama Pengulangan 1 Plywood 12 mm 5 kali pemakaian 2 Girder GT 24 Berulang-ulang 3 Steel waler Berulang-ulang 4 Beam braket Berulang-ulang 6 PEP support Berulang-ulang 5 TSS torx screw Berulang-ulang 4 Swivel Head SRU Berulang-ulang 3 Hook strap Berulang-ulang Sumber : wawancara lapangan, 2012 Urutan pekerjaan untuk bekisting semi konvensional adalah sebagai berikut. 1. Perakitan material dilakukan di site. 2. Girder GT 24 sebagai balok memanjang dengan jarak antar balok sama dengan lebar scaffolding yaitu 1.25 m. Dipasang setelah perancah (PEP 30) 3. Di atas balok memanjang dipasang balok melintang berukuran 6/12 dengan jarak antar balok 30 cm. 4. Bottom form bekisting yang terbuat dari plywood 12 mm sesuai dengan ukuran balok dipasang diatas balok melintang. 5. Tulangan balok dipasang setelah bottom form. 6. Pemasangan side form bekisting balok.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4 7. Pemasangan beam braket dengan bantalanya yaitu kayu meranti 5/7 sebagai pengaku balok. 8. Pemasangan bekisting pelat berupa modul yang sudah dirangkai di awal. 9. Penulangan pelat dapat dipasang setelah bekisting untuk pelat terpasang. 10. Pekerjaan pengecoran dapat dilakukan jika pekerjaan penulangan sudah selesai. 11. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan 7 hari setelah pengecoran. 2. Proyek low rise building Konsep pekerjaan bekisting sistem table form pada gedung Sekolah Anak Panah sama dengan konsep pekerjaan bekisting semi konvensionalnya. Dari penjadwalan didapat durasi total pekerjaan bekisting adalah 91 hari. total pekerjaan bekisting didapat dari material beli, material sewa dan upah. total material beli bekisting didapat dari biaya material baru saja. Sedangkan untuk material sewa didapat dari biaya material sewa per bulan dikalikan durasi. Besarnya biaya pekerjaan bekisting dapat dilihat dalam Tabel 7. Tabel 7 pekerjaan bekisting sistem table form pada gedung Sekolah Anak Panah No. Nama Material beli + Rp 153,941,907 Material sewa Rp 549,628,400 Material beli + Rp 76,745,024 Material sewa Rp 711,083,000 Total biaya Rp 1,491,398,330 3. Proyek High Rise Building Konsep pekerjaan bekisting sistem table form pada gedung Hotel Ibis sama dengan konsep pekerjaan bekisting semi konvensionalnya. Dari penjadwalan didapat durasi total pekerjaan bekisting adalah 140 hari dengan besar biaya ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8 pekerjaan bekisting sistem table form pada gedung Hotel Ibis No. Nama Material beli + Rp 261,786,442 Material sewa Rp 781,000,363 Material beli + Rp 140,221,384 Material sewa Rp 1,022,966,000 Total biaya Rp 2,205,974,189 C. Analisa Perbandingan Antara Semi Konvensional Dengan Sistem Table Form Hasil dari perhitungan waktu dan biaya bekisting table form dibandingkan dengan bekisting semi konvensional dalam bentuk prosentase. Dari prosentase tersebut ditentukan nilai masing-masing kriteria. semi konvensional prosentasenya adalah 0% untuk semua kriteria karena bekisting semi konvensional dijadikan sebagai pembandingnya. Kategori nilai untuk kriteria waktu dan biaya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Kategori nilai kriteria Kriteria waktu Kriteria biaya Nilai Prosentase Ket Nilai Prosentase Ket 1 30% Lebih lambat 1 30% Lebih mahal 2 < 30% Lebih lambat 2 < 30% Lebih mahal 3 0% Sama 3 0% Sama 4 < -30% Lebih cepat 4 < -30% Lebih murah 5-30% Lebih cepat 5-30% Lebih murah Dari ketentuan tersebut maka akan didapatkan nilai untuk waktu pelaksanaan dan nilai biaya pelaksanaan pada masingmasing bekisting. Prosentase perbandingan dan nilai masingmasing alternatif dapat dilihat dalam Tabel 10. Tabel 10 Prosentase perbandingan dan nilai alternatif Gedung Kriteria Alternatif S.konvensional Table form Prosentase Nilai Prosentase Nilai Sekolah 0% 3-23.53% 4 Anak Panah 0% 3 58.18% 1 Hotel Ibis 0% 3-33.65% 5 0% 3 56.10% 1 Dalam menentukan bobot kriteria akan digunakan lima skenario yang masing-masing akan dicari alternatif terbaiknya. Skenario tersebut dapat dilihat dalam Tabel 11. Tabel 11 Skenario bobot kriteria Skenario Bobot 1 30% 70% 2 40% 60% 3 50% 50% 4 60% 40% 5 70% 30% Analisa perbandingan dilakukan dengan metode matriks evaluasi untuk mencari alternatif terbaik masing-masing skenario. Pada Tabel 12 dapat dilihat matriks evaluasi gedung Sekolah Anak Panah. Pada Tabel 13 dapat dilihat matriks evaluasi gedung Hotel Ibis. Alternatif dengan jumlah nilai terbanyak merupakan alternatif terbaik. Tabel 12 Matriks evaluasi gedung Sekolah Anak Panah Skenario 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5 30% 3 0.9 4 1.2 70% 3 2.1 1 0.7 Jumlah nilai 3 1.9 Skenario 2 40% 3 1.2 4 1.6 60% 3 1.8 1 0.6 Jumlah nilai 3 2.2 Skenario 3 50% 3 1.5 4 2 50% 3 1.5 1 0.5 Jumlah nilai 3 2.5 Skenario 4 60% 3 1.8 4 2.4 40% 3 1.2 1 0.4 Jumlah nilai 3 2.8 Skenario 5 70% 3 2.1 4 2.8 30% 3 0.9 1 0.3 Jumlah nilai 3 3.1 Tabel 13 Matriks evaluasi gedung Hotel Ibis Skenario 1 30% 3 0.9 5 1.5 70% 3 2.1 1 0.7 Jumlah nilai 3 2.2 Skenario 2 40% 3 1.2 5 2 60% 3 1.8 1 0.6 Jumlah nilai 3 2.6 Skenario 3 50% 3 1.5 5 2.5 50% 3 1.5 1 0.5 Jumlah nilai 3 3 Rangking 1 1 Skenario 4 60% 3 1.8 5 3 40% 3 1.2 1 0.4 Jumlah nilai 3 3.4 Skenario 5 70% 3 2.1 5 3.5 30% 3 0.9 1 0.3 Jumlah nilai 3 3.8 IV. KESIMPULAN Alternatif bekisting terbaik untuk gedung low rise building (gedung Sekolah Anak Panah) apabila bobot biaya lebih besar atau sama besar dari bobot waktu adalah bekisting semi konvensional. Apabila bobot waktu lebih besar dari bobot biaya maka alternatif terbaiknya adalah bekisting sistem table form. Alternatif bekisting terbaik untuk gedung high rise building (gedung Hotel Ibis Surabaya) apabila bobot biaya lebih besar dari bobot waktu adalah bekisting semi konvensional. Apabila bobot biaya sama besar dengan bobot waktu alternatif terbaik adalah keduanya. Apabila bobot waktu lebih besar dari bobot biaya maka alternatif terbaiknya adalah bekisting sistem table form. DAFTAR PUSTAKA [1] Hanna, Awad S. 1998. Concrete Formwork System. University of wisconsin: marcel dekker,inc. [2] Hanna, Awad S. 1998. Concrete Formwork System. University of wisconsin: marcel dekker,inc. [3] Fauzi, Ahmad. 2011. Perancah dan. < URL: http://myblogalfauzi.blogspot.com/2011/05/perancah-dan-bekisting-seri2.html >