Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

Vol.3 No1. Januari

SISTEM PROTEKSI RELAY

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

BAB 8 ALAT PENGAMAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PETUNJUK UMUM UNTUK PEMILIHAN PENGENAL ARRESTER

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

BAB III TEORI DASAR DAN DATA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

Analisa Koordinasi Isolasi Peralatan di Gardu Induk Teling 70 kv

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER (LA) PADA GARDU INDUK KRAPYAK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI APP SEMARANG. Abstrak

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero)

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai

STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAAN KABEL TANAH TERHADAP GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

BAB II GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB III DASAR TEORI.

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

BAB II LANDASAN TEORI

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

Dasman 1), Rudy Harman 2)

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

Assalamu alaikum Wr. Wb. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH (ARRESTER)

KEMAMPUAN ARESTER UNTUK PENGAMAN TRANFORMATOR PADA GARDU INDUK SRONDOL 150 KV

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )

Instalasi Listrik MODUL III. 3.1 Umum

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian sebelumnya (Syakur, 2009) dengan judul kinerja Arrester

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA

Peralatan Tegangan Tinggi

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

Politeknik Negeri Sriwijaya

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

Transkripsi:

23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga terhadap gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir pada sistem tenaga listrik mencakup perlindungan Gardu Induk serta perlindungan hantaran udara. Pemasangan peralatan perlindungan yang dipasang pada saluran udara dimaksud untuk mencegah atau membatasi besarnya gelombang berjalan yang memasuki Gardu Induk. Peralatan proteksi ini berfungsi untuk melindungi peralatan tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah. Berhubung dengan fungsinya tersebut, maka peralatan proteksi harus dapat menahan tegangan sistem 50 Hz untuk waktu yang tak terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah dengan tidak merusaknya. Selain itu, sebuah alat pelindung yang baik harus memiliki suatu rasio yang tinggi, dalam pengertian perbandingan antara tegangan surja maksimum yang diperbolehkan pada waktu pelepasan dan tegangan sistem 50 Hz maksimal yang dapat ditahan sesudah pelepasan terjadi. Peralatan peralatan proteksi untuk melindungi peralatan Gardu Induk dari tegangan lebih adalah : sela batang (Rod Gap), sela sekring (fuse Gap), sela control (control Gap), arrester jenis ekspulsi (Type Lightning Arrester), dan arrester jenis katup (Valve Type Lightning Arrester).

24 3.2 Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pada rangkaian yang penting karena tidak dapat memutuskan arus susulan. Artinya, jika terjadi percikan karena tegangan lebih, api (arc) timbul terus meskipun tegangan lebihnya sudah tidak ada. Oleh sebab itu, rangakaian harus diputuskan terlebih dahulu untuk menghentikan percikan api tersebut. Karena hal tersebut, maka sela batang ini digunakan sebagai pelindung cadangan dalam hal arrester dilepaskan dari saluran karena kerusakan atau karena sebab lain. Gambar 3.1 Sela Batang. Sela batang ini biasanya dipasang pada : Bushing isolator dari trafo Pada isolator hantaran udara, berupa tanduk api (arcing horn) Pemutus daya (circuit breaker) Meskipun sela batang sangat murah dan sederhana, sela ini mempunyai batasan batasan dalam penggunaannya : Sela batang tidak berfungsi jika gelombang datang mempunyai tegangan yang curam. Sela batang tidak bisa memutuskan arus susulan. Sela batang bias meleleh akibat energi panas dengan temperatur tinggi yang dilepas melalui bunga api.

25 3.3 Sela Sekring Sela sekring adalah sela batang yang dihubungkan secara seri dengan sekring yang digunakan untuk menginterupsikan arus susulan (power follow current) sehingga sirkuit breaker tidak prlu membuka. Sela sekring ini mempunyai karakteristik tembus yang sama dengan sela batang. Meskipun sela sekring ini menghindarkan adanya pemutusan rangakaian sebagai akibat percikan, sela sekring tetap memerlukan penggantian dan perawatan sekring yang telah dipakai. 3.4 Sela Kontrol Sela kontrol terdiri dari dua buah sela yang diatur sedemikian rupa sehingga karakteristiknya lebih baik dari sela batang. Sela control ini dapat dipakai sebagai perlindungan cadangan atau sekunder. 3.5 Arrester Arrester adalah alat perlindungan bagi sistem peralatan tenaga listrik terhadap surja petir. Arrester ini berfungsi sebagai jalan pintas ( by pass ) disekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat sehingga tidak timbul tegangan lebih pada peralatan. Jalan pintas tersebut harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran sistem. Pada kerja normal arrester ini bekerja sebagai isolator dan bila timbul surja, arrester berfungsi sebagai konduktor. Setelah surja hilang, arrester haru dengan cepat menjadi isolator, sehingga pemutus daya tidak sempat membuka. Arrester ini dapat memutuskan arus susulan tanpa menimbulkan gangguan. Arrester terdiri dari dua jenis : 3.5.1 Arrester Jenis Ekspulsi atau Tabung Pelindung Arrester jenis ini pada prinsipnya terdiri dari : a) Dinding tabung yang terbuat dari bahan yang mudah menghasilkan gas jika dialiri listrik.

26 b) Sela batang (external series gap) yang biasanya diletakan pada isolator porselin, untuk mencgah arus mengalir dan membakar fiber pada tegangan jala jala setelah gangguan diatasi. c) Sela pemutus bunga api yang diletakan di dalam tabung, salah satu elektroda dihubungkan ke tanah. Gambar 3.2 Arrester Jenis Ekspulsi. Pada waktu tegangan surja melewati sela batang dan sela bunga api, maka impedansi tabung akan menjadi rendah sehingga arus surja akan mengalir ke tanah. Arus yang mengalir akan membakar fiber dan menghasilkan gas yang bergerak cepat ke arah lubang pembuangan di bagian bawah arrester. Tekanan gas ini akan mematikan bunga api pada saat arus melalui titik nol pertamanya. Waktu pemadaman busur api ini hanya 1 / 2 atau 1 cycle sehingga RRV (Rate of Recovering Voltage) lebih lambat dari rate of rise kekutan dielektrit dari isolasi. Beda waktu ini cukup pendek untuk dibaca oleh rele pelindung. Sehingga Circuit Breaker tetap bekerja (tertutup) dan pelayanan daya tidak terganggu. Setelah api padam, sistem kembali ke keadaan normal.

27 Kerugian dari arrester jenis ekspulsi adalah : Arus yang sangat besar akan menyebabkan fiber habis terbakar dan arus yang terlalu kecil tidak cukup untuk menghasilkan gas pada tabung untuk mematikan bunga api. Setiap arrester bekerja, permukaan tabung akan rusak karena terbakar. 3.5.2 Arrester Jenis Katup Pada dasarnya arrester ini terdiri dari dua unsur, yaitu : sela api (spark gap) dan tahanan tak linear atau tahanan kran (valve resistor) yang keduanya dihubungkan secara seri (Gambar 3.3). Batas atas dan batas bawah dari tegangan percikan ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Sebenarnya arrester ini terdiri dari tiga unsur, yaitu sela api, tahanan non linear dan sistem pengaturan atau pembagi tegangan (Grading system). Gambar 3.3 Arrester Jenis Katup Tahanan non linier mempunyai sifat khusus bahwa tahanannya kecil sekali bila tegangan dan arusnya besar. Proses pengecilan tahanan berlangsung cepat sekali yaitu selama tegangan lebih mencapai harga puncaknya. Dalam hal ini tegangan lebih mengakibatkan penurunan drastis dari pada tahanan sehungga jatuh tegangannya dibatasi meskipun arusnya besar. Bila tahanan dari sebuah

28 arrester mempunyai nilai yang tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar sekali sehingga maksud untuk memotong tegangan lebih tidak terlaksana. Bila tegangan lebih telah habis dan yang ada hanya tegangan normal, tahanannya naik lagi. Arus susulan ini akhirnya dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan sistemnya mencapai titik nol yang pertama, sehingga alat ini bekerja sebagai sebuah kran yang menutup arus. Arus susulan tidak selalu terjadi setiap kali arrester bekerja, ada atau tidaknya tergantung pada saat terjadinya tegangan lebih. Karakteristik arus tegangan dari tahanan kran terlihat pada gambar 3.4. Gambar 3.4 Krakteristik Arus Tegangan dari Tahanan Katup Kerugian dari arrester jenis katup adalah : Tidak bereaksi cukup cepat dalam mendeteksi gelombang datang dengan muka yang sangat curam yang menuju ke Gardu. Arrester katup ini dibagi ke dalam tiga jenis : 1. Arrester katup jenis gardu Umumnya dipakai untuk melindungi alat alat yang mahal pada rangakaian rangkaian dari 2.400 V sampai 287 kv dan lebih tinggi. Kapasitas arus pelepasannya tinggi (tidak kurang dari 100 ka, dengan gelombang 5 x 10 µs) Dipakai untuk melindungi gardu dan trafo tenaga.

29 2. Arrester katup jenis saluran transmisi (line type) Dipakai untuk melindungi trafo distribusi. Dipakai pada sistem dengan tegangan 15 kv sampai 69 kv. Dapat menahan kapasitas arus 65.000 A dengan gelombang 5 x 10 us 3. Arrester jenis ditribusi (distribution type) Dipakai untuk melindungi trafo distribusi yang dipasang pada tiang. Dipakai pada peralatan dengan sistem tegangan 120 V sampai 750 V. Dapat menahan kapasitas arus 65.000 A dengan gelombang 5 x 10 us. Gambar 3.5 Hubungan Tegangan Tinggi Di Transformator 3.6.2 Arus Pelepasan Nominal ( Nominal Discharge Current ) Adalah arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk gelombang tertentu yang digunakan untuk menentukan kelas dari arrester yang sesuai dengan kemampuannya melewatkan arus. Untuk gelombang berjalan yang datang dari saluran, arus pelepasan dalam arrester ditentukan oleh tegangan maksimum yang diteruskan oleh isolasinya, oleh impedansi surja dari pada kawat, dan oleh karakteristik dari arrester, dapat dilukiskan dengan persamaan sebagai sebagai berikut :

30....(3.1) Dimana : I a = Arus pelepasan arrester ( ka/µs ) E = Besarnya tegangan surja yang datang ( Kv/µs) E a = Tegangan terminal arrester ( Kv ) Z = Impedansi surja (Ω) Dengan kecuraman gelombangnya :...(3.2) Menurut IEC, bentuk pelepasan arus gelombang adalah 8 us/ 20 us. Dengan kelas Arrester : Kelas arus 10 ka Untuk perlindungan Gardu Induk yang besar dengan frekuensi sambaran petir yang cukup tinggi dengan tegangan sistem diatas 70 Kv. Kelas arus 5 ka Untuk tegangan sistem dibawah 40 kv. Kelas arus 2,5 ka Untuk gardu gardu kecil dengan tegangan sistem dibawah 22 kv, dimana pemakaian kelas 5 ka tidak ekonomis lagi. Kelas arus 1,5 ka Untuk melindungi trafo trafo kecil di daerah daerah pedalaman.

31 3.6.3 Tegangan Frekuesi Jala Jala (Power Frequensi Spark Over Voltage) Arrester tidak boleh bekerja pada gangguan tegangan lebih dalam amplitude yang rendah karena dapat membahayakan sistem. Untuk alasan ini maka ditentukan tegangan frekuensi jala jala minimum. Menurut standar IEC tegangan frekuensi jala jala minimum adalah : = 1,5 x tegangan pengenal arrester.(3.3) 3.6.4 Tegangan Percikan Impuls Maksimum (Maximum Impuls Spark Over Voltage) Adalah tegangan gelombang impuls tertinggi yang terjadi pada terminal arrester sebelum arrester tersebut bekerja. Hal ini menunjukan jika tegangan puncak surja petir yang datang mempunyai harga yang lebih tinggi atau sama dengan tegangan percikan maksimum dari arrester, maka arrester tersebut akan bekerja memotong surja petir dan mengalirkannya ke tanah. Tegangan percikan impuls maksimum untuk masing masing tegangan sistem dapat dilihat pada lampiran ( table 1). 3.6.5 Tegangan Sisa ( Residual Voltage ) Adalah tegangan yang timbul diantara terminal arrester pada saat arus petir mengalir ke tanah. Tegangan sisa dari suatu arrester tertentu tergantung pada kecuraman gelombang arus yang datang ( dalam A/µs) dan amplituda dari arus

32 pelepasan. Untuk harga arus pelepasan yang lebih tinggi maka tegangan sisa ini tidak akan naik lebih tinggi lagi. Hal ini disebabkan karena karakteristik tahanan yang tidak linier dari arrester. Umunya tegangan sisa tidak akan melebihi TID (Tingkat Isolasi Dasar) atau BIL (Basic Insulation Level) daripada peralatan yang dilindungi. 3.6.6 Arus Pelepasan Maksimum (Maximum Discharge Current) Adalah arus surja maksimum yang dapat mengalir melalui arrester sebelum tembusnya sela seri tanpa merusak atau merubah karakteristik dari arrester. 3.7 Koordinasi Isolator Koordinasi isolator didefinisikan sebagai korelasi antara kemampuan peralatan peralatan listrik dan rangkain listrik dari satu pihak dan alat alat proteksi di lain pihak yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga isolasi dari peralatan peralatan tersebut terlindung dari bahaya bahaya tegangan lebih. Secara keseluruhan isolasi peralatan harus dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga menjamin peralatan tersebut tetap aman ketika terjadi gangguan tegangan lebih. Koordinasi isolasi yang baik akan menjamin bahwa isolasi peralatan akan mampu menahan tegangan kerja sistem yang normal dan tidak normal yang mungkin terjadi pada sistem. Masalah koordinasi isolasi pada sistem tenaga menyangkut : 1. Penentuan tingkat isolasi dari isolator hantaran. 2. Menentukan Tingkat Isolasi Dasar ( TID ) dari peralatan. 3. Pemilihan arrester.

33 3.7.1 Penentuan Isolasi Hantaran Penentuan isolasi dari hantaran harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya tegangan lebih petir, tegangan lebih switching dan tegangan lebih frekuensi jala jala. Isolator hantaran udara harus cukup tinggi untuk mencegah terjadinya kegagalan yang disebabkan oleh tegangan lebih switching dan tegangan lebih frekuensi jala jala dengan memperhatikan pengaruh lingkungan atau alam yang dapat menurunkan tegangan tebus dari isolator. Usaha Penanggulangan Terhadap Sambaran Petir Langsung Diantara tegangan lebih akibat petir, sambaran langsung pada rel suatu Gardu Induk atau saluaran transmisi dekat kepada Gardu Induk merupakan bahaya terbesar terhadap Gardu Induk itu. Lagi pula sukar sekali mengamankan Gardu Induk itu sepenuhnya dengan menggunakan arrester. Kejadian sambaran lansung itu memang sangat kecil, tetapi sekali ia terjadi, kerusakan yang ditimbulkannya sangat hebat sekali. Karena itu gardu gardu yang penting dan saluran saluran di dekatnya harus diamankan terhadap sambaran langsung dengan mengadakan perlindungan yang cukup dengan kawat tanah dan tahanan pengetanahan yang rendah. Usaha Penanggulangan Terhadap Gelombang yang Datang Dari Saluran Penanggulangan terhadap gelombang petir yang memasuki Gardu Induk dari saluran trnsmisi dilakukan dengan mengamankan peralatan terhadap tegangan lebih itu dengan menggunakan arrester dan dengan memberikan kepada peralatan itu kekuatan isolasi terhadap tegangan impuls, yang lebih besar dari tingkatan pengamanan arrester. 3.7.2 Tingkat Isolasi Dasar dan Tingkat Isolasi Dari Peralatan di Gardu Berdasarka kesepakatan komite bersama AIEE IEC NEMA, Tingkat Isolasi Dasar ( TID ) didefinisikan sebagai berikut : Tingkat Isolasi dasar

34 adalah suatu tingkat referensi yang dinyatakan dalam tegangan puncak dengan standar bentuk gelombang dari 1,2 x 50 µs, sehingga isolasi dari peralatan peralatan listrik mempunyai karakteristik tahanan impuls sama atau lebih tinggi dari isolasi dasar tersebut. Untuk setiap tegangan sistem Tingkat Isolasi dasar telah ditentukan dengan internasional standar yang berlaku (Lihat table 1 pada lampiran) Sebagian besar peralatan di Gardu Induk seperti trafo, pemutus daya, saklar pemisah, trafo arus, trafo tegangan dibuat dengan tingkat isolasi yang sama. Kecuali trafo yang kadang kadang diproduksi dengan isolasi yang rendah dengan alasan ekonomis dan trafo umunya dilindungi langsung oleh arrester. Peralatan peralatan yang terletak di luar dari daerah lindung arrester akan di berikan TID satu tingkat lebih tinggi. Pada umumnya tingkat isolasi dari peralatan di gardu seperti pemutus daya, busbar, saklar pemisah, trafo pengukuran mempunyai TID 10 % lebih tinggi dari TID trafo. 3.7.3 Pemilihan dan Letak Arrester Untuk penyederhanaan dalam pemilihan arrester ditentukan terlebih dahulu langkah langkah yang diperlukan : a. Menentukan besarnya tegangan lebih satu phasa ke tanah atau tagangan lebih lain sebagai akibat kerja sistem yang tidak normal pada lokasi dimana arrester dipasang. b. Membuat perkiraan besarnya tegangan arrester (E a ). c. Memilih arus impuls yang diperkirakan akan dilepas melalui arrester. d. Menentukan tegangan pelepasan maksimum (tegangan kerja, tegangan sisa) dari arrester untuk arus impuls dan jenis penangkap petir yang dipilih.

35 e. Menentukan tingkat ketahanan tegangan impuls gelombang penuh dari peralatan yang akan dilindungi (TID peralatan). f. Memastikan bahwa tegangan kerja arrester berada di bawah TID peralatan dengan faktor perlindungan yang cukup. g. Menentukan jarak perlindungan antara arrester dengan peralatan yang akan dilindungi. 3.7.3.1 Jarak antara Arrester dengan Alat yang Dilindungi Meskipun yang paling baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin dengan alat yang dilindungi, tetapi dalam praktek kadang kadang hal ini tidak dimungkinkan. Jika jarak itu terlalu jauh, tegangan abnormal yang sampai pada terminal dari peralatan akan lebih tinggi dari pada tegangan pelepasan arrester. Hubungan antara tegangan terminal dari alat yang di lindungi dan jarak dari arrester adalah sebagai berikut : E t = E a + 2.µ.x / v...(3.4) Dimana : E t = tegangan terminal dari peralatan yang dilindugi (kv) E a = tegangan pelepasan dari arrester (kv) µ = kecuramn gelombang dari gelombang yang dating (Kv/µs) V = kecepatan rambat gelombang yang dating (m/µs) X = jarak dari arrester kea lat yang dilindungi (m) Oleh karena itu, jarak x dalam persamaan di atas harus sekecil mungkin supaya E t tidak melebihi kekuatan isolasi alat.

36 3.7.3.2 faktor perlindungan (Protection Margin) Factor perlindungan adalah besar perbedaan tegangan antara TID dari peralatan yang di lindungi dengan tegangan kerja dari arrester. Pada waktu menentukan tingkat perlindungan peralatan yang akan dilindungi oleh arrester umumnya diambil harga 10 % diatas tegangan kerja arrester, tujuannya untuk mengatasi kenaikan tegangan pada kawat penghubung dan toleransi pabrik. Besar factor perlindungan ini umumnya 20% dari TID peralatan untuk arrester yang dipasang dekat dengan peralatan yang akan dilindungi. Jika tidak diperoleh faktor perlindungan yang cukup, maka dipilih TID dari peralatan setingkat lebih tinggi atau memilih tegangan kerja arrester yang lebih rendah. Jadi, faktor perlindungan = TID peralatan tingkat perlindungan arrester.

37