PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai

BAB I PENDAHULUAN. tegangan tinggi digunakan dalam peralatan X-Ray. Dalam bidang industri, listrik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik,

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing :

ANALISIS PENGARUH KEADAAN SUHU TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC DAN DC PADA MINYAK TRANSFORMATOR. Sugeng Nur Singgih, Hamzah Berahim Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik,

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga listrik adalah unsur yang paling penting dalam kehidupan modern

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu energi primer yang memiliki peran

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di tanah air.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu jurusan teknik elektro, fakultas teknik,

KARAKTERISTIK BERBAGAI JENIS BAHAN ISOLASI KABEL INSTALASI TEGANGAN RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kegagalan alat-alat listrik yang bertegangan tinggi ketika dipakai

I. PENDAHULUAN. Isolasi adalah suatu bahan yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor yang

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )

Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum - Plat

I. PENDAHULUAN. Isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat untuk mendukung kegiatannya sehari-hari. Di kota-kota besar

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA

1 BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

Pengujian Tegangan Impuls Pada Isolator Tonggak Pin ( PinPost) Untuk Saluran Udara Tegangan Menengah

PENGARUH PERUBAHAN SUHU TERHADAP TEGANGAN TEMBUS PADA BAHAN ISOLASI CAIR

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)

Analisis Tegangan Tembus Minyak Biji Karet (Rubber Seed Oil) Sebagai Alternatif Bahan Isolasi Cair

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan pola hidup

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. konsumen yang letaknya saling berjauhan. Karena dengan menaikkan tegangan maka

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendistribusikan energi listrik tersebut. Hal ini tentunya akan

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

BAB II BUSUR API LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK TEGANGAN DAN ARUS TINGGI

1 BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penyedia tenaga listrik. Standar yang lebih tinggi tersebut adalah

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

ANALISIS ARUS BOCOR DAN TEGANGAN FLASHOVER PADA ISOLATOR SUSPENSI 20 kv 3 SIRIP DENGAN 4 TIPE SIRIP BERBAHAN POLIMER RESIN EPOKSI SILANE SILIKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Pada saat sistem isolasi menahan electrical stresses, isolasi

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

Vol.3 No1. Januari

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik menjadi kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia saat ini,

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

BAB III PENGAMBILAN DATA

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

BAB I PENDAHULUAN. listrik demi menjaga kelangsungan hidup mereka. Pada proses sistem tenaga. transmisikan dan didistribusikan kepada para konsumen.

PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PADA ELEKTRODA BOLA TERPOLUSI ASAM

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 6 No. 2 Februari 2014

Pengujian Recloser Tegangan Menengah Menggunakan Tegangan Tinggi Impuls

BAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya

KARATERISTIK PENGUJIAN MINYAK NABATI SEBAGAI ALTERNATIF ISOLASI PENGGANTI MINYAK TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 kv

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 Kva Berdasarkan Data Citra Kamera Termal Dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

KARAKTERISTIK KORONA DAN TEGANGAN TEMBUS ISOLASI MINYAK PADA KONFIGURASI ELEKTRODA JARUM-PLAT

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

ANALISIS PENYELAMATAN ENERGI DAN KEANDALAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DENGAN ADANYA PDKB-TM DI PT. PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

PRAKTIKUM MESIN LISTRIK : TRANSFOMATOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CONDITION ASSESSMENT GAS SF6 GIS 150kV GLUGUR MEDAN

PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA

PENGUJIAN TAN δ PADA KABEL TEGANGAN MENENGAH

ANALISIS KARAKTERISTIK TEGANGAN TEMBUS PADA MINYAK TRAFO NYNNAS DAN APPAR TERHADAP SUHU

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman, populasi dan teknologi yang pesat, mengakibatkan permintaan

RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN Disusun oleh : SWITO GAIUS AGUSTINUS SILALAHI PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... II BAB I DASAR TEORI... 1 1.1 Pengujian Tegangan Tinggi... 1 1.2 Pengujian Tegangan Tinggi Bahan Dielektrik... 2 1.3 Pengujian Kegagalan Isolasi Bahan Dielektrik... 3 BAB II METODE PENELITIAN... 6 2.1 Bahan Pengujian... 6 2.2 Peralatan Pengujian... 7 2.3 Metode Pengujian... 12 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN... 14 3.1 Tegangan Tembus Karpet Interlocking dengan Pengeleman... 14 3.2 Tegangan Tembus Karpet Interlocking tanpa Pengeleman... 15 BAB IV PENUTUP... 16 4.1 Kesimpulan... 16 4.2 Saran... 16 DAFTAR PUSTAKA... 17 ii

BAB I DASAR TEORI 1.1 Pengujian Tegangan Tinggi Tegangan tinggi dalam dunia sistem tenaga listrik adalah tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh para teknisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan pengukuran tegangan tinggi secara khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu ketika gejala-gejala tegangan tinggi mulai terjadi. Tegangan tinggi yang dapat dialami oleh suatu sistem tenaga listrik dapat berupa tegangan normal dan tegangan lebih. Tegangan tinggi normal (nominal) adalah tegangan yang dapat ditahan oleh sistem untuk waktu yang tak terhingga.tegangan tinggi lebih (over voltage) adalah tegangan yang hanya dapat ditahan oleh sistem untuk waktu terbatas. Suatu tegangan tinggi menjadi sangat bermanfaat bagi manusia apabila dapat dikendalikan dengan baik. Akan tetapi, tegangan tinggi juga dapat menjadi sangat berbahaya apabila tidak dapat dikendalikan dengan baik. Salah satu manfaat tegangan tinggi adalah dapat digunakan untuk pengujian isolator. Pengujian tegangan tinggi pada isolator dapat dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : - Untuk meneliti sifat-sifat dielektrik yang baru ditemukan sebagai usaha dalam menemukan bahan isolasi yang lebih murah dan lebih baik. - Untuk memverifikasi hasil rancangan isolasi baru. - Untuk memeriksa kualitas peralatan sebelum terpasang sehingga dapat menghindari kerugian pada saat penggunaan peralatan 1

- Untuk memeriksa peralatan setelah beroperasi sehingga dapat mengurangi kerugian pemeliharaan 1.2 Pengujian Tegangan Tinggi Bahan Dielektrik Bahan isolasi untuk tegangan tinggi umumnya dalam wujud cair atau padat. Bahan isolasi cair atau padat memiliki nilai tegangan tembus dan ketahanan dielektrik yang jauh lebih tinggi daripada udara. Ketahanan dielektrik suatu bahan isolasi sangat menentukan kemampuan isolasi tersebut untuk dapat menahan tegangan yang diberikan. Ketahanan dielektrik dari suatu bahan isolasi adalah nilai kuat medan yang masih diijinkan pada kondisikondisi tertentu, misalnya jenis tegangan, lama penerpaan, suhu, dan kelengkungan (bentuk) elektrode. Selain memperhatikan sifat-sifat elektrik suatu bahan isolasi, penggunaan bahan isolasi juga perlu memperhatikan faktor konstruksi dan teknologi bahan isolasi. Faktor tersebut meliputi : - jenis bahan, nilai tegangan tembus (breakdown voltage) bahan isolasi yang berbeda umumnya juga akan berbeda. - kerapatan bahan, semakin tinggi tingkat kerapatan suatu bahan isolasi, maka nilai tegangan tembusnya relatif akan semakin besar. - ketebalan bahan, semakin tebal suatu bahan isolasi, maka nilai tegangan tembusnya relatif akan semakin besar. Sebelum dapat digunakan dengan aman, maka perlu dilakukan pengujian terhadap bahan isolasi. Skema pengujian bahan isolasi dapat diilustrasikan pada gambar berikut : 2

1.3 Pengujian Kegagalan Isolasi Bahan Dielektrik Pengujian kegagalan (breakdown test) Pengujian kegagalan (breakdown test) adalah pengujian tegangan tinggi yang dilakukan dengan mengukur tegangan tembus peralatan yang diuji. Tegangan tersebut diberikan secara bertahap hingga terjadi breakdown voltage atau tegangan tembus pada bahan dielektrik. Pada pengujian kegagalan, ada tiga kemungkinan kegagalan isolasi yang dapat terjadi, yakni : - Flashover, adalah kegagalan isolasi yang ditandai dengan percikan api yang melewati permukaan bahan dielektrik. Kegagalan isolasi ini dapat dilihat pada gambar berikut. 3 Flashover

- Sparkover, adalah kegagalan isolasi yang ditandai dengan loncatan busur api melalui udara. Kegagalan isolasi ini dapat dilihat pada gambar berikut. Sparkover - Puncture,adalah kegagalan isolasi yang ditandai dengan loncatan busur api yang menembus permukaan bahan dielektrik. Kegagalan ini dapat dilihat pada gambar 2.12 Gambar 2.1Puncture Pengujian ketahanan (withstand test) Pengujian ketahanan (withstand test) adalah pengujian tegangan tinggi yang dilakukan dengan memberikan tegangan pada suatu peralatan yang diuji, mulai dari tegangan nominal alat tersebut hingga mencapai nilai tegangan yang lebih tinggi dari tegangan nominalnya pada waktu tertentu. Bahan dielektrik dikatakan memiliki ketahanan yang baik apabila dapat menahan tegangan untuk waktu yang cukup lama tanpa terjadinya kegagalan isolasi. 4

Pengujian peluahan (discharge test) Pengujian peluahan (discharge test) adalah pengujian tegangan tinggi yang dilakukan dengan mengukur tegangan yang membuat terjadinya peluahan (discharge) pada peralatan yang diuji. Pengujian arus bocor (leakage current test) Pengujian arus bocor (leakage current test) adalah pengujian tegangan tinggi yang dilakukan untuk mengetahui besarnya arus yang mengalir pada bahan dielektrik jika diberikan besarnya tegangan tertentu. Pengujian ini sangat penting dilakukan untuk dapat memastikan keselamatan manusia yang berperan sebagai pekerja. Arus yang mengalir pada bahan dielektrik tidak boleh melebihi 1 ma agar tidak terjadi bahaya. Pengukuran arus bocor dilakukan dengan menggunakan alat ukur osiloskop. Alat ukur tersebut dihubungkan terlebih dahulu dengan perangkat voltage divider untuk diturunkan tegangannya. Dengan demikian alat ukur akan terhindar dari kerusakan akibat tegangan tinggi. 5

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bahan Pengujian Bahan pengujian dalam penelitian ini adalah karpet interlocking. Ada dua jenis karpet interlocking yang diuji, yakni karpet interlocking dengan pengeleman dan karpet interlocking tanpa pengeleman. Karpet interlocking dengan pengeleman Karpet interlocking ini dilem di bagian penyambungannya. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali. Pengujian dilakukan di bagian tengah karpet interlocking sebanyak satu kali dan pengujian dilakukan di bagian penyambungan karpet interlocking sebanyak dua kali. Berikut ini adalah gambar karpet interlocking dengan pengeleman. Karpet interlocking tanpa pengeleman Karpet interlocking ini tidak dilem di bagian penyambungannya. Pengujian juga dilakukan sebanyak tiga kali. Pengujian dilakukan di bagian tengah 6

karpet interlocking sebanyak satu kali dan pengujian dilakukan di bagian penyambungan karpet interlocking sebanyak dua kali. Berikut ini adalah gambar karpet interlocking tanpa pengeleman. 2.2 Peralatan Pengujian Dalam pengujian yang dilakukan, peralatan yang digunakan adalah peralatanperalatan yang ada pada Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi, Departemen Teknik Elektro & Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Peralatan-peralatan tersebut adalah satu set pembangkit tegangan tinggi AC 100 kv, elektroda dan penopang elektroda, dan multimeter. 1. Pembangkit Tegangan Tinggi AC 100 kv Satu set peralatan pembangkit tegangan AC yang digunakan dalam pengujian ini berfungsi untuk menghasilkan tegangan tinggi AC hingga 100 kv. Tegangan tinggi AC tersebut akan digunakan untuk menguji kemampuan isolasi dari berbagai jenis bahan isolasi karet. Satu set peralatan pembangkit tegangan AC ini terdiri atas : - Transformator Step up Cascade Connection Tegangan Primer : 220 V 7

Tegangan Sekunder : 100 kv Ratio Trafo : 1/466 Kapasitas Output Frekuensi : 10 kva : 50 Hz Trafo step up ini bertugas untuk menaikkan tegangan yang berasal dari PLN menjadi tegangan tinggi. Trafo step up ini memiliki kapasitas daya (VA) rendah ( 10 kva) karena merupakan trafo pengujian. Trafo yang digunakan untuk pengujian tegangan tinggi tidak memerlukan daya yang besar. Trafo step up yang digunakan adalah trafo satu fase. Trafo step up ini dapat dilihat pada gambar berikut. Trafo Step up Cascade Connection - Panel kendali pembangkit tegangan Tipe SRP 0.5/5 TRE S Switch and Control Desk, Made In Germany 8

Kapasitas Tegangan masukan Frekuensi Tegangan keluaran AC : 5 kva : 220 V : 50 Hz : 0 s/d 100 kv Panel kendali tersebut bertugas untuk mengatur besarnya tegangan output yang dihasilkan oleh trafo. Panel kendali ini dapat dilihat pada gambar berikut. Panel Kendali - Tongkat pentanahan Tongkat pentanahan (Grounding rod) bertugas untuk menjaga keselamatan pengguna peralatan pembangkit tegangan tinggi. Tongkat pentanahan ini memastikan tidak adanya tegangan sisa pada peralatan pengujian. Tongkat pentanahan dapat dilihat pada gambar berikut. Tongkat Pentanahan 9

2. Elektroda dan Penopang Elektroda Elektroda yang digunakan pada pengujian adalah elektroda batang. Elektroda batang dipilih sebagai elektroda pengujian karena sesuai standar IEC 60626-1, 1995 mengenai metode pengujian kekuatan dielektrik dari material isolasi. Elektroda batang ini akan menjepit bahan isolasi pengujian untuk kemudian diuji dengan tegangan tinggi. Ukuran elektroda batang ini adalah 1.5 cm x 1.5 cm. Elektroda batang dapat dilihat pada gambar berikut. Elektroda Batang Penopang elektroda digunakan sebagai tempat untuk meletakkan elektroda batang. Penopang elektroda yang digunakan adalah penopang horizontal. Penopang elektroda dapat dilihat pada gambar berikut. 10

Penopang Elektroda 3. Multimeter Multimeter berfungsi untuk mengukur tegangan tembus dari bahan isolasi karet yang diuji. Multimeter dihubungkan dengan sisi primer trafo step up. Nilai tegangan tembus akan diperoleh dengan mengalikan nilai tegangan yang tercatat pada multimeter dengan rasio trafo step up (1 : 466). Multimeter dapat dilihat pada gambar berikut. 11

Multimeter 2.3 Metode Pengujian Pada penilitian ini dilakukan pengujian tegangan tembus (breakdown test). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bahan isolasi karpet interlocing terhadap tegangan tinggi. Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan tinggi pada bahan isolasi karpet interlocking hingga terjadi kegagalan isolasi puncture. Skema rangkaian pengujian tegangan tembus dapat dilihat pada gambarberikut. Diagram alir pengujian tegangan tembus dapat dilihat pada gambar berikut. 12

Mulai Persiapan Pengujian (persiapanperalatan dan bahan pengujian) Pengujian Tegangan Tembus Catat Nilai Tegangan Tembus TIDAK Data Cukup YA Print Data Pengolahan dan Analisis Data Selesai 13

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Tegangan Tembus Karpet Interlocking dengan Pengeleman Pengujian pertama dilakukan pada karpet interlocking dengan pengeleman. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali, yakni di bagian tengah karpet interlocking sebanyak satu kali dan pengujian dilakukan di bagian penyambungankarpet interlockingdengan pengelemansebanyak dua kali. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut. Letak Pengujian Tegangan Tembus (kv) Tengah Karpet 49.48 Persambungan Karpet 26.35 Dari hasil pengujian tegangan tembus tersebut, dapat kita ketahui bahwa karpet interlockingdengan pengeleman memiliki nilai tegangan tembus yang relatif besar pada bagian tengah karpet. Akan tetapi, nilai tegangan tembus pada persambungan karpet relatif lebih kecil dibandingkan pada bagian tengah karpet. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh ketebalan yang berbeda pada bagian tengah karpet dan bagian persambungan karpet. Semakin tebal bahan isolasi, semakin besar tegangan tembusnya. Selain itu, kerapatan bahan juga mempengaruhi nilai tegangan tembus bahan isolasi. Pada bagian tengah karpet, bahan lebih rapat dan tidak terdapat celah udara yang cukup besar. Sedangkan pada bagian persambungan, bahan tidak terlalu rapat dan celah udara cukup besar karena hanya ditutupi oleh lem saja. Hal ini menyebabkan nilai tegangan tembusnya juga lebih kecil. 14

3.2 Tegangan Tembus Karpet Interlocking tanpa Pengeleman Pengujian kedua dilakukan pada karpet interlocking tanpa pengeleman. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali, yakni di bagian tengah karpet interlocking sebanyak satu kali dan pengujian dilakukan di bagian penyambungan karpet interlocking tanpa pengelemansebanyak dua kali. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut. Letak Pengujian Tegangan Tembus (kv) Tengah Karpet 51.21 Persambungan Karpet 20.23 Dari hasil pengujian tegangan tembus tersebut, dapat kita ketahui bahwa karpet interlocking tanpa pengeleman juga memiliki nilai tegangan tembus yang relatif besar pada bagian tengah karpet. Akan tetapi, nilai tegangan tembus pada persambungan karpet relatif lebih kecil. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh ketebalan yang berbeda pada bagian tengah karpet dan bagian persambungan karpet. Semakin tebal bahan isolasi, semakin besar tegangan tembusnya. Selain itu, kerapatan bahan juga mempengaruhi nilai tegangan tembus bahan isolasi. Pada bagian tengah karpet, bahan lebih rapat dan tidak terdapat celah udara yang cukup besar. Sedangkan pada bagian persambungan, bahan tidak terlalu rapat dan celah udara lebih besar sehingga nilai tegangan tembusnya juga lebih kecil. Jika kita perhatikan lagi, nilai tegangan tembus pada persambungan karpet dengan pengeleman lebih besar dibandingkan pada persambungan karpet tanpa pengeleman. Hal tersebut disebabkan oleh besarnya celah udara pada persambungan karpet tanpa pengeleman dibandingkan pada persambungan dengan pengeleman. Dengan demikian, sangat disarankan untuk melakukan pengeleman pada persambungan karpet agar didapat nilai tegangan tembus yang lebih besar. 15

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada pengujian tegangan tembus karpet interlocking dengan pengeleman, nilai tegangan tembus di tengah karpet (49.48 kv) lebih besar daripada di penyambungan karpet (26.35 kv). 2. Pada pengujian tegangan tembus karpet interlocking tanpa pengeleman, nilai tegangan tembus di tengah karpet (51.21) juga lebih besar daripada di penyambungan karpet (20.23 kv). 3. Tegangan tembus karpet interlocking pada bagian tengah karpet dengan pengeleman ataupun tanpa pengeleman bernilai relatif sama. 4. Tegangan tembus karpet interlocking pada bagian penyambungan karpet dengan pengeleman lebih besar daripada karpet tanpa pengeleman. 4.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan adalah : 1. Perlu dilakukan penelitian terhadap pengaruh suhu dan kelembaban udara terhadap karakteristik kekuatan isolasi karpet interlocking. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji ketahanan atau withstand karpet interlocking terhadap pengaruh panas berlebih akibat tegangan tinggi. 16

DAFTAR PUSTAKA Arismunandar, A. (1994). Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Kind, Dieter (1993). Pengantar Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi. Bandung : Penerbit ITB. Siburian, Almendoki (2016). Pemanfaatan Isolator Plastik Untuk Mendukung Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan. Skripsi S1, Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM Yogyakarta. Sitohang, Rio Anderson (2016). Isolator Kulit Binatang Untuk Mendukung Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan. Skripsi S1, Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM Yogyakarta. (2000). Panduan Praktikum Teknik Tegangan Tinggi : Peralatan Eks Jepang UGM-EL 041 ; Yogyakarta :Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi, Jurusan Teknik Elektro & Teknologi Informasi Fakultas Teknik, UGM. (2008). Panduan Umum Pemeliharaan Transmisi TT/TET dengan Metode PDKB. Cinere Jakarta Selatan: PT. PLN (PERSERO) P3B Jawa Bali. 17

LAMPIRAN KARPET INTERLOCKING TANPA PENGELEMAN PENGUJIAN DI TENGAH KARPET Tegangan Tembus Terbaca Multimeter Tegangan Tembus Sebenarnya (volt) 109.9 51213.4 PENGUJIAN DI PERSAMBUNGAN KARPET Tegangan Tembus Terbaca Multimeter Tegangan Tembus Sebenarnya (volt) 39.43 18374.38 47.4 22088.4 Tegangan Tembus Rata- Rata (volt) 20231.39 KARPET INTERLOCKING DENGAN PENGELEMAN PENGUJIAN DI TENGAH KARPET Tegangan Tembus Terbaca Multimeter Tegangan Tembus Sebenarnya (volt) 106.2 49489.2 PENGUJIAN DI PERSAMBUNGAN KARPET Tegangan Tembus Terbaca Multimeter Tegangan Tembus Sebenarnya (volt) 61.3 28565.8 51.8 24138.8 Tegangan Tembus Rata- Rata (volt) 26352.3 18