SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

Vol.3 No1. Januari

ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

Dasman 1), Rudy Harman 2)

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan

III. METODE PENELITIAN

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP)

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM :

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PETUNJUK UMUM UNTUK PEMILIHAN PENGENAL ARRESTER

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

PERHITUNGAN KERAPATAN SAMBARAN PETIR PADA SUTM 20 KV BERDASARKAN JENIS TIANG (Aplikasi Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

PERANCANGAN SISTEM PENTANAHAN NETRAL TRAFO PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN TINGGI

BAB III LIGHTNING ARRESTER

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

STUDI KELAYAKAN BUSBAR GARDU TRAFO TIANG 20 Kv (Baru) PADA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FT UM. Yuni Rahmawati

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

Analisa Pengaruh Perilaku Petir pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Menggunakan Metode Burgsdorf

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. shielding tiang penangkal dan kawat pada gardu induk. Adapun tujuan dari sistem

SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

SISTEM PENTANAHAN PADA GARDU INDUK

Analisis Kinerja Lightning Arester Pada Jaringan Transmisi 150 kv Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN)

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv

BAB II SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI. Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di mana

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengamankan manusia dan peralatan siatem tenaga listrik. Sistem pentanahan

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PADA SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20KV

SISTEM PROTEKSI RELAY

1. BAB I PENDAHULUAN

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam

ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

Vol.12.No.1. Februari 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

Perancangan Perangkat Lunak Untuk Mendeteksi Tingkat Keandalan SUTET Terhadap Sambaran Petir Dengan Metode 2 Titik

STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN KAWAT TANAH TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR PADA SISTEM DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV

SIMULASI INDUKSI SAMBARAN PETIR DAN KINERJA ARESTER PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI PERLINDUNGAN GARDU INDUK 150 KV PANDEAN LAMPER DI TRAFO III 60 MVA TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

Transkripsi:

Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan lebih sering terjadi pada gardu trafo tiang yang biasanya diakibatkan dua hal yang pertama dikarenakan surja petir/ sambaran petir dan yang kedua akibat surja hubung/pemutusan beban. Jika gangguan ini tidak diperoteksi maka gangguan ini akan merusak peralatan gardu trafo tiang sehingga gardu tarfo tiang ini tidak dapat menyalurkan daya ke konsumen ini karena pada peralatan gardu trafo tiang mempunyai batas minimum dan batas maksimum terhadap tegangan lebih. Permasalahan yang timbul adalah tegangan lebih akibat surja petir dimana tegangan lebih ini dibagi menjadi dua yaitu sambaran petir langsung dan sambaran petir tak langsung untuk memproteksi ini memerlukan peralatan proteksi yaitu untuk gangguan sambaran petir langsung alatnya kawat tanah/groundwire sedangkan gangguan sambaran petir tak langsung alatnya Arrester/lightining Arrester,peralatan diatas mempunyai funsi masing-masing dan juga tempatnya berbeda oleh karena itu perlu adanya sebuah sistem proteksi untuk mengatasi gangguan petir langsung maupun tak langsung. Metode yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan ini berupa perhitungan dan simulasi menggunakan Matlab 6.1. Berdasarkan hasil perhitungan dan simulasi Matlab 6.1, diperoleh hasil perhitungan rumus tegangan dasar Arrester dan tabel karekteristik kerja Arrester didapat 139 kv sedangkan hasil perhitungan simulasi matlab didapat tegangan pelepasan Arrester 120 kv ini dikeranakan adanya pengaruh sistem pentanahan, untuk tegangan pelepasan diatas 120 kv masih aman bagi trafo karena tidak melebihi dari BIL Trafo 20 kv yaitu 150 kv. Perhitungan sambaran tak langsung dengan saluran kawat tanah diperoleh 38,5663 gangguan per 100 km per tahun dan tanpa kawat tanah 61,8648 gangguan per 100 km per tahun ini dikarenakan saluran kawat tanah mempunyai factor perisaian. Perhitungan sambaran langsung dengan tiang yang diketanahkan diperoleh 30,2134 gangguan/100km/tahun dan tiang yang tidak diketanahkan diperoleh 36,5526 gangguan/100km/tahun ini dikarenakan pengaruh tahanan kontak tiang pada tiang diketanahkan lebih rendah daripada tahanan kontak tiang yang tidak diketanahkan. SOP Arrester : Arrester sedapat mungkin dipasang pada titik percabangan dan pada ujung-ujung saluran yang panjang, baik saluran utama maupun saluran percabangan, jarak Arrester yang satu dan yang lain tidak boleh lebih dari 500 meter sedangkan SOP kawat tanah: Pada tengah gawang kawat tanah harus mempunyai jarak yang cukup di atas kawat fasa untuk mencegah terjadinya loncatan api. Kata kunci: sistem proteksi, tegangan lebih, Arrester dan kawat tanah/ groundwire. Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.tanpa adanya pengaman,tenaga listrik yang dihasilkan tidak dapat ditransmisikan dan di distribusikan kepada konsumen dengan tingkat kehandalan atau kualitas yang tinggi. Salah satu persyaratan keandalan sistem penyaluran tenaga listrik yang harus dipenuhi untuk pelayanan kepada konsumen adalah kualitas tegangan yang baik dan stabil, karena meskipun kelangsungan catu daya dapat diandalkan, namun belum mungkin untuk mempertahankan Yuni Rahmawati adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang 28

Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo 29 tegangan tetap pada sistem distribusi karena tegangan akan jatuh terjadi disemua bagian sistem dan akan berubah dengan adanya perubahan beban dan gangguan yang timbul secara tiba-tiba. Gangguan tersebut bisa terjadi adanya tegangan lebih, hubung singkat dan lain-lain yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem. Namun dalam Tugas Akhir ini akan mengulas tentang tegangan lebih yang diakibatkan sambaran petir. Tegangan lebih akibat sambaran petir masih dibagi dua macam gangguan menurut cara terjadinya sambaran tersebut, yaitu sambaran kilat langsung dan sambaran induksi/sambaran tak langsung. Yang dimaksud dengan sambaran langsung apabila kilat menyambar langsung pada kawat fasa (untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran dengan kawat tanah). Pada saluran udara tegangan menengah diamsumsikan bahwa pada saluran dengan kawat tanah tidak ada kegagalan perisaian. Asumsi ini dapat dibenarkan karena tinggi kawat diatas tanah relatif rendah (10 sampai 13 meter) dan juga karena de-ngan sudut perisaian yang biasa-nya lebih kecil 600 sudut dapat dianggap semua sambaran kilat mengenai kawat tanah. Sedangkan untuk sambaran induksi/tak langsung terjadi bila ada sambaran kilat ke tanah didekat saluran maka akan terjadi fenomena transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal kilat. Fenomena kilat ini terjadi pada kawat penghantar. Akibat dari kejadian ini timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada kedua sisi kawat di tempat sambaran langsung (Hutauruk T.S, 1989:171). Maka dari itu membutuhkan suatau alat yang dapat mengatasi gangguan khususnya gangguan lebih akibat petir baik langsung maupun tak langsung/ samabran induksi. Alat tersebut yaitu Arrester dan Kawat Tanah. Arrester ini berfungsi sebagai proteksi/pengaman tegangan lebih yang disebabkan sambaran petir tak langsung dan surja hubung Sedangkan untuk Kawat Tanah adalah kawat dipasang pada puncak menara atau tiang tanpa isolator sepanjang saluran berfungsi mengamankan terha-dap tegangan lebih langsung. ARRESTER Ligthning Arrester/LA yang biasa di sebut Arrester, di Gardu Induk berfungsi sebagai pengaman instalasi (peralatan listrik pada instalasi) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir ( ligthning Surge) maupun oleh surja hubung ( Switching Surge ). Prinsip kerja Arrester, Bila ada tegangan surja yang tinggi sampai pada jepitan Arrester kedua sela percik, yang diluar dan yang berada didalam tabung serat, tembus seketika dan membentuk jalan penghantar dalam bentuk busur api. Jadi lightning Arrester menjadi konduktor dengan impedansi rendah dan menyalurkan petir ke bumi. Tegangan dasar arrester ditentukan berdasarkan tegangan sistem maksimum yang mungkin terjadi. Tegangan ini dipilih

30 TEKNO, Vol : 12, September 2009, ISSN: 1693-8739 berdasarkan kenaikan tegangan dari fasa-fasa yang sehat pada waktu ada gangguan 1-fasa ke tanah ditambah suatu toleransi: Er = α.β.um dimana Er = tegangan dasar arrester α = koefisien pembumian β = toleransi Um= tegangan sistem Maksimum Koefisien α yang menunjukkan kenaikan dari fasa yang sehat pada waktu ada gangguan 1-fasa ke tanah, tergantung dari impedansiimpedansi urutan positif, negatif dan nol dilihat dari titik gangguan. Nilai α kurang dari 0,8 bila R0/X1 < 1, X0/X1 3 pada sistem dengan pembumian dengan tahanan harga α adalah 1.0, tetapi jika saluran transmisinya panjang impedansi urutan nolnya menjadi kapasitif dan α menjadi lebih dari 1,0. Biasanya tegangan dasar arrester dipilih antara 0,7-0,85 Um (termasuk toleransi) untuk sistem dengan pembumian effektif, dan kira-kira 1,2 Um untuk sistem dengan pengetanahkan dengan tahanan. (Sumber: Arismunandar A, DR. Dan Kuwahara S, DR., 1973:33) Kawat tanah /groungwire Kawat tanah atau kawat perisaian (shelding wire) adalah kawat-kawat pada saluran transmisi diatas kawat kawat fasa. Dalam saluran tegangan tinggi Kawat Tanah ini ditujukan untuk mengatasi sambaran kilat langsung namun pada saluran tegangan menengah sampai 34,5 kv digunakan untuk mengatasi sambaran tidak langsung atau sambaran induksi jadi sambaran langsung pada tegangan menegah tidak terlalu diperhatikan. Sambaran lansung = = 0,015 ( + 4, ) ( ) Persamaan diatas dipakai untuk perhitungan gangguan kilat langsung baik tiang yang diketanahkan maupun tiang yang tidak diketanahkan. Sambaran Induksi/ Tak Langsung 1. Tanpa kawat tanah = 30,6. 2. Dengan satu kawat tanah = 30,6.. %, Persamaan ini dipakai untuk menghitung gangguan sambaran induksi baik saluran tanpa kawat tanah maupun saluran dengan kawat tanah. (Hutauruk T.S, 1989:193). METODE Prosedure Pemilihan Peralatan Proteksi Terhadap Tegangan Lebih 1. Arrester Dalam memilih arrester yang sesuai untuk suatu keperluan tertentu,beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu: a. Kebutuhan perlindungan berhubungan dengan kekuatan isolasi dari alat yang harus,

Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo 31 dilindungi dan karekteristik impuls dari arrester. b. Tegangan sistem ialah tegangan maksimum yang mungkin timbul pada jepitan arrester. c. Arus hubung singkat sistem ini hanya diperlukan pada arrester jenis ekspulsi d. Jenis lightning arrester e. Faktor kondisi luar apakah normal atau tidak normal (2000 meter atau lebih diatas permukaan laut), temperature dan kelembaban yang tinggi serta pengotoran f. Faktor ekonomi merupakan perbandingan antara biaya pemeliharaan dan kerusakan bila tidak ada lightning arrester, atau bila dipasang lightning arrester yang lebih rendah mutunya. 2. Kawat tanah Jarak antara ground wire dengan kawat fasa di tower adalah sebesar jarak antarkawat fasa, namun pada daerah tengah gawangan dapat mencapai 120% dari jarak tersebut. Jumlah Kawat Tanah paling tidak ada satu buah di atas kawat fasa, namun umumnya di setiap tower dipasang dua buah. Pemasangan yang hanya satu buah untuk dua penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar sehingga kawat fasa mudah tersambar petir. Bahan ground wire terbuat dari steel yang sudah digalvanis, maupun sudah dilapisi dengan aluminium. Untuk sambaran langsung, Kawat Tanah melindungi (shileding) kawat fasa, dan untuk memperoleh perlindungan yang baik kedudukan Kawat Tanah harus memenuhi beberapa persyaratan yang penting antara lain: a. Kawat Tanah harus cukup tinggi diatas kawat fasa dan diatur sedemikian rupa agar dapat mencegah sambaran pada kawat-kawat fasa. b. Pada tengah gawang kawat tanah harus mempunyai jarak yang cukup di atas kawat fasa untuk mencegah terjadinya loncatan sebagian pada waktu yang diperlukan untuk gelombang pantulan negatif dari menara kembali ke tengah gawang dan ini mengurangi tegangan pada tengah gawang. c. Tahanan kaki menara harus cukup rendah untuk membatasi tegangan pada isolator agar tidak terjadi loncatan api pada isolator. d. Bila dipakai untuk proteksi terhadap gardu induk, Kawat Tanah harus cukup panjang sehingga surja yang masuk dapat diredam sampai harga yang tidak berbahaya sewaktu mencapai gardu 3. Simulasi Data dengan Program Matlab 6.1 a. Arrester Untuk mensimulasikan arrester pada program matlab menggunakan tools simulink pada matlab. Simulink ini berfungsi sebagai integrasi rangkaian simulasi yang akan direncanakan. Dibawah ini merupakan tahapan untuk bekerja Simulink Matlab. b. Kawat Tanah Untuk mensimulasikan kawat tanah pada program matlab menggunakan M-File matlab yang fungsinya sama dengan bahasa

32 TEKNO, Vol : 12, September 2009, ISSN: 1693-8739 pemograman. Dengan M-File matlab dapat dengan mudah menghitung jumlah gangguan akibat petir dengan memasukkan rumus-rumusnya.. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Perhitungan Tegangan Dasar arrsester Untuk Arrester yang dipasang pada pada 20 kv dimana sistim ini menggunakan tahanan pentanahan jadi kira-kira 1,2 Um Er = α.β.um Er = 1,2 x 110% x 20 Er = 26,4 kv Dari tegangan dasar arrester dapat ditentukan tegangan pelepasan arrester dengan melihat tabel karakteristik kerja arrrester dan didapat tegangan pelepasan 139 Sedangkan dari hasil simulasi simulink matlab menunjukkan Arrester bekerja dan melepaskan tegangan 120 kv pada waktu 0.1 sec berbeda dengan hasil Dari perhitungan rumus tegangan dasar Arrester diatas (139 kv) ini dikeranakan adanya pengaruh sistem pentanahan terhadap tegangan masimum pada saat kawat ke tanah. Dan tegangan pelepasan 120 kv dari Arrester tersebut masih aman bagi Trafo GTT 20 kv karena tarfo 20 kv mempunyai BIL 150 kv, sedangkan sistem tanpa Arrester menunnjukkan Kurva Tegangan Pelepasan sebesar sekitar 1.52 x 10 5 = 152 kv pada waktu 0,1 sec dan tegangan ini sangat berbahaya bagi trafo kerena tegangan pelepasan ini melebihi dari BIL Trafo GTT 20 yaitu150 KV dan ini akan berakibat rusak dan terbakar trafo karena tegangan lebih tersebut untuk melihat BIL Trafo. b. Perhitungan sambaran tak lansung dan sambaran langsung 1. Sambaran tak Langsung Dari hasil perhitungan dengan Matlab:Untuk saluran tanpa Kawat Tanah diperoleh 61,8648 gangguan per 100 km per tahun sedangkan saluran dengan Kawat Tanah diperoleh 38,5663 gangguan per 100 km per tahun. Jadi dari hasil perhitungan antara saluran udara tanpa Kawat Tanah dengan saluran udara menggunakan Kawat Tanah sangat beda jauh ini dikarenakan faktor perisaian, dimana jika saluran udara tanpa Kawat Tanah tidak ada faktor perisaian maka tidak ada perlindungan sambaran petir terhadap fasa sehingga bila terjadi sambaran induksi kemungkinan besar akan mengenai kawat fasa tersebut sedangkan untuk saluran udara dengan Kawat Tanah mempunyai faktor perisaian karena Kawat Tanah ada diatas kawat fasa sehingga bila ada sambaran induksi petir maka kemungkinan besar akan mengenai Kawat Tanah tersebut. Maka saluran udara dengan Kawat Tanah kemungkinan kecil terjadinya sambaran induksi daripada saluran udara tanpa Kawat Tanah. 2. Sambaran Langsung Dari hasil perhitungan Matlab: Untuk perhitungan tiang yang diketanahkan diperoleh 30,2134 gangguan/100km/tahun sedangkan untuk tiang yang tidak diketanahkan diperoleh 36,5526 gangguan/ 100km/tahun. Dari perhitungan

Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo 33 sambaran langsung diatas menyatakan bahwa pengaruh terhadap tiang yang diketanahkan dan tiang tidak diketanahkan sangat besar dalam gangguan kilat lansung. Jadi untuk tiang yang diketanahkan kemungkinan kecil terjadinya gangguan kilat lansung daripada taing yang tidak diketanahkan ini dikarenakan tahanan kontak tiang beton yang diketanahkan lebih kecil daripada tahanan kontak tiang beton yang tidak diketanahkan kalau tiang beton yang diketanahkan = 20 ohm sedangkan tiang beton yang tidak diketanahkan = 500 ohm. c. SOP Pemasangan Dan Settingan Proteksi Terhadap Tegangan Lebih 1. Arrester Arrester 24 kv, 5 ka dipilih Arrester kelas distribusi (SPLN 7 C : 1985), Khusus untuk system multi pembumian, fasa tiga 4 kawat dipakai Arrester 18 kv, 5 ka kelas distribusi. Pembumian dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan nilai pembumiannya ( lihat SPLN 3 : 1978 ). 2. Kawat tanah Untuk Kawat Tanah ada beberapa hal yang harus dipenuhi, yaitu : tinggi saluran : semakin tinggi tiang Kawat Tanah maka kemunkinan besar terjadinya gangguan petir jenis tiang apakah tiang beton, basi atau tanah dan juga apakah tiang diketanahkanatau tidak kerana ini akan mempengaruhi pada saat penyaluran tegangan lebih akibat petir ke tanah. KESIMPULAN 1. Dari hasil simulasi matlab didapat tegangan pelepasan Arrester 120kV pada waktu 0,1 sec dan berbeda dengan hasil perhitungan rumus diatas yaitu 139kV ini dikeranakan adanya pengaruh sistem pentanahan terhadap tegangan masimum pada saat kawat ke tanah. Dan tegangan pelepasan 120 kv dari Arrester tersebut masih aman bagi Trafo GTT 20 kv karena tarfo 20 kv mempunyai BIL 150 kv, sedangkan sistem tanpa Arrester menunnjukkan Kurva Tegangan Pelepasan sebesar sekitar 1.52 x 10 5 = 152 kv pada waktu 0,1 sec dan tegangan ini sangat berbahaya bagi trafo kerena tegangan pelepasan ini melebihi dari BIL Trafo GTT 20 yaitu150 KV dan ini akan berakibat rusak dan terbakar trafo karena tegangan lebih. 2. Perhitungan Sambaran Petir pada kawat tanah a. Perhitungan jumlah gangguan induksi pada kawat tanah Untuk saluran tanpa kawat tanah diperoleh 61,8648 gangguan per 100 km per tahun sedangkan saluran dengan kawat tanah diperoleh 38,5663 gangguan per 100 km per tahun jadi saluran udara dengan kawat tanah kemungkinan kecil terjadinya sambaran induksi daripada saluran udara tanpa kawat tanah. b. Perhitungan jumlah gangguan induksi pada kawat tanah

34 TEKNO, Vol : 12, September 2009, ISSN: 1693-8739 Untuk perhitungan tiang yang diketanahkan diperoleh 30,2134 gangguan / 100km / tahun sedangkan untuk tiang yang tidak diketanahkan diperoleh 36,5526 gangguan / 100km / tahun. Jadi untuk tiang yang diketanahkan kemungkinan kecil terjadinya gangguan kilat lansung daripada tiang yang tidak diketanahkan. 3. SOP a. Arrester Arrester 24 kv, 5 ka dipilih arrester kelas distribusi (SPLN 7C:1985), Khusus untuk system multi pembumian, fasa tiga 4 kawat dipakai arrester 18 kv, 5 ka kelas distribusi. Pembumian dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan nilai pembumiannya ( lihat SPLN 3 : 1978 ) b. Kawat tanah tinggi saluran : semakin tinggi tiang kawat tanah maka kemunkinan besar terjadinya gangguan petir jenis tiang apakah tiang beton, basi atau tanah dan juga apakah tiang diketanahkanatau tidak kerana ini akan mempengaruhi pada saat penyaluran tegangan lebih akibat petir ke tanah. Arismunandar A, DR. dan Kuwahara S, DR. 1973. Teknik Tenaga Listrik jilid III. Cetakan IV. 1984. Jakarta: PT PERTJA. Hutauruk T.S. 1989. Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja. Jakarta: Erlangga. PT.PLN Pusdiklat Pandaan. 1998 Pemeliharaan GI dan GITET. 2000. Malang: PT.PLN Pusdiklat Pandaan Malang. Suhadi, dkk.2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 3. (online). URL: http://www.smkn/sistemprote ksi.com, diakses tanggal 22 Desember 2008. DAFTAR RUJUKAN Arismunandar A. 19988. Teknik Tegangan Tinggi. Cetakan IV. 1990. Jakarta: PT PERTJA. Arismunandar A, DR. dan Kuwahara S, DR. 1973. Teknik Tenaga Listrik jili II. Cetakan V. 1982. Jakarta: PT PERTJA.